Pendekar Setengah Naga
Kota Jakarta, SMA Modal Bangsa, Bulan Februari Tahun 2015
Di Lorong Di Pinggir Taman Sekolah.
Seorang Siswa SMU Tampan tengah berdiri dengan kado di saku celana nya, lalu mulai menatap ke arah Siswi Cantik yang sedang duduk di sebuah bangku di Taman Sekolahan tersebut, di mata Pemuda Tampan tersebut tersirat sebuah cinta monyet.
“Ini adalah kesempatan baik buat ku, Nadia saat ini tengah berada seorang diri di taman sekolah.”
“Aku harus segera menghampiri nya lalu mulai menyatakan cintaku pada nya.” Gumam Arung.
Ia telah menyukai Nadia sejak pertama kali melihat nya yang tengah sarapan pagi di kantin sekolahan. Arung pun sudah menunggu waktu yang sangat lama saat-saat yang tepat untuk menembak Nadia.
NOTE: Menembak maksud nya disini adalah menyatakan perasaan terhadap lawan jenis.
"Huft..................... " Suara Nafas Panjang Arung, lalu mulai menyisir rambut nya bak pemuda tampan di film-film.
Hingga akhirnya hari yang telah ia nanti-nanti kan selama ini pun telah tiba, saat ini Pujaan Hati nya tengah duduk di sebuah bangku kayu di bawah sebuah pohon cherry seorang diri.
"Semoga saja kali ini aku berhasil." Gumam Arung, dengan penuh semangat.
Nadia pun mulai mengibaskan rambutnya, tampak rambut hitam kepirang-pirangan berkilauan dari tengah Taman Sekolahan tersebut.
Taman Sekolahan.
Nadia merupakan kakak kelas Arung, dia saat ini berada dua tingkatan di atas nya. Beberapa saat kemudian, sang tokoh utama pun mulai memberanikan diri nya untuk duduk bersebelahan dengan Pujaan Hatinya tersebut, interaksi antara dua Anak SMU tersebut pun mulai terjadi.
“Kamu.........Nadia kan?” Tanya Arung.
“Ya........kamu siapa ya?” Jawab Nadia, sambil menoleh ke arah Arung yang baru saja duduk di sebelah nya itu.
“Kenalkan namaku Arung, dari kelas 1 1, Nadia,”
Alangkah terkejutnya Nadia saat mengetahui Pemuda Tampan yang duduk di sebelah nya tersebut adalah Junior nya.
“Wah...........Ternyata Arung ini masih adik kelas ku, bahkan dia berada dua tahun di bawah ku,"
“Tapi Adik Kecil ini tampan juga ya, sayang nya dia masih adik-adik buat ku,”
“Kalau saja dia sebaya dengan ku, ataupun lebih tua dari ku,”
“Mungkin aku akan mencoba menjalin hubungan yang lebih serius lagi dengan nya." Gumam Nadia.
Tampak Nadia saat ini seperti orang yang sedang termenung, dengan tatapan yang kosong.
"Bahkan saat ia termenung wajah nya pun tetap kelihatan cantik, kau memang Pujaan Hatiku Nadia." Gumam Arung.
Jam terbang Nadia lebih tinggi dari Arung begitu pula pengalaman kehidupan cinta nya, bahkan saat ini dia sudah mengetahui maksud dan tujuan dari Adik Junior yang sedang duduk di sebelah nya tersebut.
"Huft............ " Suara Nafas Panjang Nadia.
“Dia pasti ingin menyatakan Cinta nya kepada ku,"
"Sebaik nya aku dengarkan saja gombalan nya terlebih dahulu, baru nanti aku memutuskan nya.” Gumam Nadia, sambil tersenyum kecil ke arah Arung.
Melihat Nadia tersenyum, Arung pun tambah bersemangat untuk menyatakan cinta nya lalu seakan-akan merasa sudah mendapatkan lampu hijau dari Pujaan Hati nya tersebut.
NOTE: Lampu hijau dalam artian cinta berarti sudah mendapatkan isyarat untuk maju terus dalam hal cinta tersebut.
“Bolehkah aku menyampaikan sesuatu kepadamu, Nadia.” Ucap Arung, sambil memberikan sebuah kado dengan bungkusan berwarna merah yang berisi coklat kesukaan Pujaan Hati nya tersebut.
“Tentu saja Arung, bicara lah aku akan mendengarkan nya.” Ucap Nadia, sambil menerima kado dari Arung tersebut.
"Wah..... Adik Kecil ini, dia benar-benar tidak main-main, aku jadi galau nih." Gumam Nadia.
Nadia adalah seorang gadis yang sangat cantik, dan merupakan salah satu bunga kelas di tingkatan nya. Gadis ini memliki tinggi sekitar 170 cm, lebih tinggi 5 cm dari Arung. Dia juga memiliki rambut berwarna hitam dan sedikit pirang, bola mata nya berwarna coklat yang sangat jernih. Nadia juga merupakan seorang Ketua OSIS di SMU Modal Bangsa tersebut.
Di Lorong di Pinggir Taman.
Tampak lima orang Murid Wanita sedang lewat di pinggiran Taman Sekolah tersebut, mereka pun mulai menghentikan langkah nya lalu mulai berkomentar saat melihat Arung menyerahkan Kado ke tangan Nadia, mereka seolah-olah sudah tahu maksud dan tujuan Pemuda Tampan tersebut.
“Wah.............Lihat tuch Ketua OSIS tengah duduk sama Arung." Ucap Salah Satu Murid, sambil menunjuk ke arah Pejuang Cinta tersebut.
"Arung pasti mau nembak cewek lagi,” Ucap Murid Lain nya, lalu menutup mulut nya.
"Sepertinya kali ini Ketua OSIS adalah sasaran nya, sungguh laki-laki yang nekat dan pantang menyerah." Ucap Murid Lain nya, lalu mulai menggeleng-geleng kan kepala nya.
“Padahal sudah beberapa cewek yang menolak nya, namun dia benar-benar gigih." Ucap Murid Lain nya.
“Ganbatte.........Arung” Ucap kompak murid-murid yang lewat di lorong di depan taman tersebut.
NOTE: Ganbatte adalah Bahasa Jepang yang artinya semangat.
Taman Sekolahan.
Arung terkenal di SMU tersebut karena keberanian nya menembak Gadis-Gadis di sekolah tersebut, namun semua menolak nya. Rumor mengenai hal tersebut pun telah beredar di antara murid-murid sekolah tersebut.
“He....He....He....” Suara tawa kecil Ketua Osis saat mendengar kan ocehan murid-murid lain nya, sambil menutup mulut dengan sebelah tangan nya.
Arung pun tidak terpengaruh dengan ucapan murid-murid lain nya yang mengejek sekaligus mendukung nya, ia tetap bersikukuh pada pendirian nya lalu bersiap menyatakan cinta kepada Pujaan Hati nya Ketua Osis. Para murid lain nya pun mulai menonton adegan pernyataan cinta Arung dari jendela kelas maupun lorong di sekitar taman tersebut.
“Nadia kamu tahu apa itu cinta?” Tanya Arung, kemudian memegang tangan Ketua Osis tersebut.
“Cuit....Cuit....Cuit..............” Siulan teman-teman yang pada berkumpul di atas dan di lorong sekolah saat menyaksikan drama korea antara Arung dan Ketua Osis tersebut.
Nadia pun membiarkan Arung menggenggam tangan nya, Dia dan Adik Kelas nya tersebut memiliki satu kesamaan yaitu sama-sama memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi.
“Cinta itu kan perasaan saling ketertarikan antara sepasang kekasih kan Arung.” Jawab Nadia, Sambil menatap mata Arung.
Ia pun terdiam sejenak, mata nya menatap balik ke arah mata Nadia, pandangan mata mereka pun saling beradu.
“Cinta itu seperti yang kurasakan saat ini pada kamu, Nadia." Ucap Arung.
“Cieh......Cieh........So sweet.....,"
"Terima saja Ketua Osis.” Sahut kompak murid lain nya yang sedang menonton adegan di taman sekolahan tersebut.
Gombalan Adik Kelas tersebut pun terus berlanjut.
“Jantungku berdegup kencang tiap melihatmu Nadia, tiap malam tidur ku selalu tidak nyenyak teringat paras dewi mu,"
“Jadilah pacarku, Nadia.” Ucap Arung.
Kondisi pun menjadi hening untuk sesaat di taman sekolahan tersebut.
Nadia sebenarnya sangat tersentuh dengan pernyataan cinta dari Arung, namun karena perbedaan usia diantara mereka dia pun mulai mengurungkan niat nya untuk menerima Arung menjadi Kekasih nya.
“Wah..........So sweet Arung, tapi maaf ya,”
“Aku harus fokus belajar untuk ujian final saat ini, ketika nanti aku udah lulus dari SMU ini,”
“Akan ku fikirkan kembali ya Arung.” Ucap Nadia, sambil melepaskan genggaman tangan Arung.
Mendengar jawaban dari Pujaan Hati nya tersebut, hati Arung pun seperti tercabik-cabik oleh pedang yang tak kasat mata, rasa nya ini adalah kali keenam dirinya di tolak oleh Gadis yang di taksir nya.
“Treeettttttttttt................................” Suara bel tanda berakhirnya jam istirahat.
“Sampai jumpa ya Arung, Kadonya kubawa ya,"
"Ganbatte adik kecil.” Ucap Nadia, sambil beranjak kembali masuk kekelas.
Murid lainnya pun bubar karena tontonan tersebut telah berakhir, sedangkan Arung masih duduk di bangku taman tersebut. Tak lama berselang hujan pun mulai turun, ia pun masih terus duduk di bangku tersebut hingga seluruh pakaian nya pun basah kuyup di guyur oleh hujan yang sangat deras.
"Byurrrr............... " Suara hujan mengguyur dengan deras nya.
Tidak ada yang menyadari nya saat ini, Pejuang Cinta tersebut sedang meneteskan air mata di pipi nya dan menagis di dalam hati nya.
"Ugh...... Sakit nya, walau sudah sering seperti ini, dadaku masih terasa sakit." Gumam Arung.
Setelah beberapa menit berlalu, ia pun mulai beranjak pergi dari taman sekolahan tersebut dan berniat untuk pulang kembali ke rumah nya.
“Aku sudah menyatakan cinta kepada lima orang cewek beberapa bulan sebelum nya, namun semua nya menolak ku,”
“Kali keenam ini pun aku ditolak, malangnya nasib ku, ”
“Bahkan hujan pun turun di saat ini, seluruh pakaian ku telah basah kuyup karena nya,"
"Sebaiknya aku pulang saja, tidak mungkin aku melanjutkan belajar dengan pakaian basah kuyup seperti ii dan hati tercabik-cabik seperti ini.” Gumam Arung, sambil memegang dada nya.
Ia pun kembali ke dalam sekolah nya lalu mengambil sebuah payung di dalam loker milik nya yang berada di lorong sekolah, kemudian beranjak pergi meninggalkan sekolah tersebut dengan duka dan nestapa.
Di Trotoar Jalan Pulang Ke Rumah nya.
"Byurrrr............... " Suara Hujan Yang Sangat Deras.
Arung pun kemudian memasang headset di kedua telinga nya sambil mendengarkan lagu dari grup band hijau daun. Ia pun mulai menutup mata nya dan benar-benar menghayati mendengarkan lagu yang dibawakan oleh grup band tersebut di tengah-tengah guyuran hujan yang sangat-sangat deras.
“Dan aku masih tetap disini,”
“Kulewati semua yang telah terjadi, aku menunggumu Ooohhh....Ohhh,"
"Aku menunggumu,” Nyanyian kecil Arung, yang tengah sedih dan patah hati.
“Suara dengarkan lah aku, apakah aku ada di hatinya,"
“Aku disini menunggunya masih berharap di dalam hati nya aaa.....”
“Suara dengarkan lah aku, apa kabar nya pujaan hatiku,”
“Aku disini menunggunya, masih berharap di dalam hatinya.” Nyanyian Pilu Arung.
Ia pun tidak menyadari sebuah White Hole berdiameter 3 meter telah muncul di hadapan nya, di karenakan ia saat ini sedang berjalan sambil menutup kedua belah mata nya lalu sedang menghayati lagu dari grup band hijau daun tersebut.
Di Dalam Kelas Nadia.
"Byurrrr......... " Suara Hujan Deras dari luar kelas.
Sementara itu Nadia di dalam kelas merasa sangat tidak enak terhadap Junior nya tersebut, sebab tadi saat di Taman Sekolahan ia belum habis menyelesaikan ucapan nya kepada Adik Kelas nya tersebut lalu bel tanda berakhir nya jam istirahat keburu berbunyi.
“Ah....aku lupa mengatakan nya kepada Adik kecil itu, supaya kita berteman saja terlebih dahulu,”
“Dan setelah mulai saling mengenal satu sama lain nya dan apabila sudah ada kecocokan, baru bisa melanjutkan hubungan tersebut ketahap selanjut nya, seperti nya Arung merupakan seorang pemuda yang benar-benar baik dan tulus,”
“Sebaiknya sepulang sekolah nanti aku harus kembali menemuinya, dan mengatakan padanya tentang hal ini.” Ucap Nadia, sambil membuka kado pemberian Arung yang ternyata berisi coklat silver queen kesukaan nya.
"Oh My Junior...... kau benar-benar tahu coklat kesukaan ku, Aku semakin galau." Gumam Nadia.
Nadia dan murid-murid lain nya tidak pernah menyadari nya bahwa pada hari ini adalah hari terakhir mereka dapat melihat Arung di dunia ini.
“Warppp......warppp......warppp........” Suara yang di keluarkan oleh White Hole saat Arung mulai memasuki nya.
Pinggiran Hutan Kematian, Jalan Menuju Puncak Gunung Obat.
“Boommm....” Suara ledakan kecil HP milik Arung dan seketika menghanguskan daerah di sekitar saku baju putih nya tersebut.
Arung pun kaget bukan kepalang, kemudian mulai membuka kedua belah mata nya sambil melepaskan headset di telinga nya.
“Arghhh.....Kenapa tiba-tiba HP ku meledak sendiri.” Ucap Arung sambil mengeluarkan HP dari saku baju nya yang telah hangus tersebut.
“Bukankah tadi hujan, kenapa aku tiba-tiba berada di jalanan yang sepi di pinggir hutan ini?”
“Dimana aku sekarang berada?” Gumam Arung, sambil melihat ke sekeliling nya.
Arung pun mulai menyusuri jalanan tersebut berniat mencari sebuah kampung atau pun rumah seseorang untuk bertanya.
Jalanan Menuju Puncak Gunung Obat.
Sementara itu Kakek Bongpal tengah mengayuh sepeda nya di jalanan menuju Gunung Puncak Danau Obat tersebut, setelah membeli beberapa senjata suci untuk berkebun di Desa Tiger.
"Dssttt........ Dsstttt......... " Suara Desiran Ular yang sangat berbisa.
Dari balik hutan muncul lah sesosok Ular Jantan Bertanduk Sembilan kemudian mulai menghadang Kakek Bongpal di tengah jalanan tersebut. Beast Beracun ini memilik sembilan tanduk di kepala nya dan memiliki sisik berwarna hijau dengan panjang sekitar 10 meter, makhluk buas yang menghadang Kakek Bongpal tersebut adalah seekor beast yang kekuatan nya setara dengan kultivator di ranah alam kesatria puncak.
"Huft................. " Suara Nafas Panjang Kakek Bongpal.
Sedangkan Kakek Bongpal merupakan kultivator yang berada di ranah alam bumi puncak, jadi sangat lah mudah bagi nya untuk membunuh ular jantan tersebut, namun dia mengurungkan niat nya.
“Wah..............nasib buruk kali ini, ada seekor ular jantan buas dan berbisa yang menghadang ku saat ini,”
“Aku dapat dengan mudah membunuh nya, tetapi aku khawatir ular betina pasti akan datang setelah nya, dan kekuatan ular betina tersebut biasa nya tiga kali lipat lebih kuat dari ular jantan tersebut,”
“Sebaiknya aku kabur saja, akan ku tumbangkan beberapa pohon dari atas tebing tersebut agar hanya melukai beast itu sedikit dan menahan nya untuk beberapa saat,”
“Jadi aku memiliki jeda waktu untuk kabur dari sini,” Gumam Kakek Bongpal.
Ular itu pun mulai menerjang dengan buas nya ke arah Kakek Bongpal, Sedangkan itu laki-laki tersebut mulai mengarahkan telapak tangan nya ke atas ke arah tebing di samping jalanan tersebut. Sebuah bola api berdiameter tiga meter mulai melesat ke arah pepohonan di atas tebing tersebut.
"Whusss........... " Suara Hempasan Angin saat Bola Api tersebut mulai melesat ke arah tebing.
"Duarghhhhh........ " Suara ledakan akibat bola api menghantam tebing.
Akibat serangan tersebut pepohonan di atas tebing pun mulai bertumbangan dan tanah pada tebing tersebut mulai longsor lalu menimpa ular jantan tersebut.
"Aurghhhhh............ " Raungan Kesakitan Ular tersebut saat tertimpa pepohonan yang tumbang dan longsoran tanah.
"Brukkkk...... Brukkkkk........ " Suara pepohonan dan tanah saat menimpa Ular Jantan tersebut.
Kakek Bongpal pun mengangkat sepeda nya lalu mulai melompati tumpukan pepohonan yang menimpa ular jantan tersebut, lalu kembali naik dan mengayuh sepeda nya lagi. Setelah berhasil melarikan diri dari sergapan ular jantan tersebut Kakek Bongpal pun terus mengayuh sepeda nya dan bertemu dengan Arung yang sedang menyusuri jalanan ke arah Desa Tiger.
Bahu Jalan Yang Di Penuhi Semak Belukar.
"Siapa Bocah cilik ini?" Gumam Kakek Bongpal.
Ia pun mulai menepikan sepeda nya ke arah bahu jalan yang di penuhi oleh semak belukar tersebut, kemudian mulai menghampiri Arung.
“Adik kecil sedang apa kau berjalan sendirian sore-sore seperti ini, disini?"
"Jalanan ini sangat berbahaya bahkan bagi seorang kultivator sekali pun,”
“Sedangkan Kamu hanyalah orang biasa tanpa tenaga dalam.” Ucap Kakek Bongpal.
“Hahh....apa itu kultivator, apa nya yang berbahaya pak?”
“Saya jalan nya kan di pinggiran jalan tidak di tengah jalanan Pak.” Ucap Arung.
Arung belum menyadari kalau saat ini, ia telah berpindah ke Dunia Kultivasi yang sangat berbeda dari dunia asal nya.
“Sepertinya kepala bocah ini terbentur hingga dia tidak mengetahui apa itu kultivator, jika di lihat dari kondisi nya,"
"Seperti nya dia habis mengalami sebuah tragedi sehingga ia lupa ingatan mungkin,”
“Bocah ini sepertinya baru berusia 15 tahunan, bajunya terbakar hangus di bagian saku nya,” Gumam Kakek Bongpal.
“Bocah kau sebaiknya ikut dengan ku sekarang, sebentar lagi malam tiba kita harus bergegas.” Ucap Kakek Bongpal.
Dari atas tebing muncul lah sesosok Kelelawar Air sebesar orang dewasa yang hendak memangsa Arung dari langit. Melihat makhluk yang tidak pernah di lihatnya seumur hidupnya itu Arung pun hanya membeku dan tidak bisa berkata apa-apa.
“Makhluk apa itu, kenapa ada hewan sebesar itu disini.” Gumam Arung, sambil menengadah kan kepala nya ke atas.
Kelelawar Air ini memiliki ukuran tubuh sebesar orang dewasa, bentuk nya hampir sama dengan kelelawar pada umumnya hanya saja ukuran nya lebih besar dan warna kulitnya bersisik kebiruan. Kakek Bongpal pun mengarahkan telapak tangan nya ke arah Kelelawar Air tersebut, beberapa saat kemudian bola api berdiameter tiga meter pun mulai melesat keluar dari telapak tangan nya.
“Duargghh....................” Suara ledakan yang terjadi akibat bola api menghantam Kelelawar Air tersebut.
Kelelawar itu pun jatuh ke pinggir jalanan dengan tubuh yang hangus terbakar, sementara itu Arung hanya membeku melihat adegan seperti di dalam film-film yang pernah ia tonton di bioskop.
"Brukkk......................... " Suara saat tubuh Beast tersebut jatuh di sebelah nya.
“Bocah ayo cepatlah naik, aku khawatir Beast lainnya akan segera kemari setelah mendengar suara ledakan tadi.” Ucap Kakek Bongpal.
"Ih.... menyeramkan, sebaik nya aku pergi dengan orang ini." Gumam Arung.
Karena perasaan kebingungan, ketakutan, dan perasaan lain nya Arung pun duduk di bangku belakang sepeda Kakek Bongpal.
"Pegangan yang erat bocah." Ucap Kakek Bongpal.
Ia pun kembali mengayuh sepeda nya dan berniat kembali ke kediaman Tiger di puncak Gunung Danau Obat. Ini adalah awal dari kisah seorang pemuda, yang bernama Arungbijak. Setelah terdampar di sebuah dunia kultivasi yang dipenuhi dengan para kultivator, beast, serta keajaiban lainnya. Tak lama berselang setelah kejadian tersebut, karena iba akan keadaan Arung, Bongpal Tiger pun mengangkat Arung menjadi anaknya dan muridnya di keluarga Tiger. Sejak saat itu Arung pun memiliki tambahan nama "Tiger" di belakang namanya.
Tiga Tahun Kemudian.
Tanpa Arung sadari, selama tiga tahun ini ia sudah terdampar di sebuah dunia kultivasi yang bukan "Bumi". Tetapi tempat ini di sebut juga dengan "Bumi". Arung pun tidak bisa mengingat kenapa ia bisa sampai terdampar di dunia ini, Ingatan tentang hal itu seakan-akan telah tersegel rapat. Arung hanya mengingat saat dia pulang dari sekolah disiang hari setelah keenam kalinya ditolak oleh cewek, Tiba-tiba saja dia sudah berada di pinggiran jalan hutan kematian dan bertemu dengan Kakek Bongpal tanpa disengaja.
Tepian Danau Obat.
Saat latihan seni bela diri di Tepi Danau Obat seorang diri, Arung pernah mencoba mengingat penyebab ia sampai terdampar di dunia kultivasi tersebut.
"Ughhhhh........ kepala ku, sakit sekali." Gumam Arung.
Tak lama setelah itu, ia pun langsung terserang penyakit sakit kepala yang luar biasa sakit nya.
"Akh............ Sakit." Teriak Arung.
Karena tidak tahan menahan rasa sakit yang ada di kepalanya, Arung pun menjadi tidak sadarkan diri dan roboh di pinggiran Danau Obat tersebut.
"Brukkkk.......... " Suara Tubuh nya saat tersungkur jatuh ke tanah.
Melihat Arung yang tergeletak tidak sadarkan diri, Kakek Bongpal yang tengah berjalan di sekitaran danau pun segera melarikan Arung ke bagian "Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Desa Tiger" untuk mendapatkan pengobatan.
Di Dalam Kamar Tempat Arung Di Rawat.
Arung pun dirawat selama seharian penuh di rumah sakit tersebut. Pada malam harinya Arung pun terkenang kembali saat-saat menyedihkan ketika ia berada di dunia asal nya.
Sore hari di Sekolah Menengah Pertama, awal mula tahun ajaran baru
Kala itu seluruh teman-teman sekelasnya telah pulang, dan di kelas sekarang tinggal hanya Arung dan Mira saja. Mira gadis yang ditaksir oleh Arung memiliki tinggi sekitar 163 cm dan memiliki mata dan rambut berwarna hitam seperti ras melayu pada umumnya. Mira memiliki panjang rambut sebahu, paras nya pun tergolong cantik dan juga merupakan salah seorang bunga di kelasnya. Arung pun menghampiri Mira yang tengah membereskan buku-bukunya, dan berniat ingin menembaknya.
"Ini kesempatan buatku, aku harus membuat Mira bertekuk lutut kepadaku." Gumam Arung dalam hati.
"Mira kamu ada waktu sebentar saja, aku ingin berbicara suatu hal yang sangat penting." Ucap Arung, dengan tutur kata yang lembut dan sorot mata yang tulus.
"Bicara saja Arung, apa yang ingin kamu bicarakan." Jawab Mira, sambil berhenti sejenak membereskan buku-buku pelajaran nya yang ada di atas meja.
Arung pun mulai mengutarakan cintanya kepada Mira.
"Sejak pertama kali melihatmu, aku sudah sangat menyukaimu,"
"Jika kau menjadi parit aku akan menjadi airnya." Ucap Arung, mencoba menggombali Mira.
"Lho kok aku jadi parit Arung?" Tanya Mira.
"Ia supaya aku bisa menggenangimu sepanjang waktu." Ucap Arung.
"Ah gombal kamu, Arung."Ucap Mira.
Arung pun kemudian menyerahkan setangkai bunga mawar, yang dibelinya setelah menabung uang jajannya selama sebulan ini. Arung pun menunduk dan memberikan bunga kepada Mira. Mira pun mengambil bunga tersebut dan memasukkannya kedalam tasnya. Mira merasa tidak enak hati menolak pemberian dari temannya. Mengira itu adalah sebuah lampu hijau yang diberikan oleh Mira, Arung pun memberanikan diri menggenggam tangan kecil dan halus milik Mira.
"Mira yang cantik jelita, maukah kau menjadi pacarku?" Tanya Arung, sambil menggenggam erat kedua tangan Mira.
Mira terdiam untuk beberapa saat, ia merasa tidak enak jika menjawab terlalu cepat.
"Maaf Arung, aku tidak menyukaimu." Jawab Mira, sambil melepaskan tangan nya dari genggaman tangan Arung.
Kemudian Mira pun kembali membereskan buku yang berserakan di atas meja tersebut. Setelah semua buku masuk ke dalam tasnya, ia pun beranjak pergi keluar dari dalam kelas tersebut. Ketika Mira berjalan berpapasan dengan Arung dan menuju keluar dari kelas, air mata pun mulai menetes perlahan dari mata nya. Setelah mengingat kejadian pahit tersebut.
Kembali Ke Kamar Tempat Arung di Rawat.
"Ugh........ Sakit nya, hatiku seperti tersayat-sayat oleh Pedang Yang Tak Kasat Mata." Gumam Pejuang Cinta tersebut.
Arung pun tertidur di ranjang rumah sakit dengan perasaan sesak di dada nya.
"Zzzztttt............ " Suara Tidur Arung.
Puncak Gunung Obat.
Tidak terasa tiga tahun telah Arung lewati, Waktu berlalu begitu cepatnya di dunia kultivasi tersebut. Ia pun sudah mulai sedikit banyak memahami seni bela diri, serta mengerti tentang dunia kultivasi tersebut. Di dunia kultivasi ini Arung berada di wilayah kekuasaan Kekaisaran Dewi Es, yang terletak di Benua Es Api. Tingkat kultivasi yang telah Arung capai selama tiga tahun ini adalah yang paling rendah, yaitu hanya berada di ranah alam ksatria level awal.
Adapun pembagian ranah kultivasi yang ada di dunia ini sebanyak sembilan ranah, sebagai berikut ;
Ranah alam ksatria ;
Ranah alam raja ;
Ranah alam lautan ;
Ranah alam bumi ;
Ranah alam langit ;
Ranah alam harimau ;
Ranah alam naga ;
Ranah alam siluman atau ranah alam malaikat ;
Ranah alam dewa atau ranah alam iblis.
Gambaran kehidupan di dunia ini seperti dunia zaman kuno digabungkan dengan dunia moderen di dunia asal nya. Kemudian kedua dunia tadi digabungkan dengan dunia fantasi. Walaupun pakaian di dunia ini kuno, namun perkembangan teknologi nya hampir sama dengan di dunia asal nya. Keanehan lain nya di wilayah kekuasaan Kekaisaran Dewi Es ini ialah hampir segala lini pemerintahannya, perdagangannya, dan lini-lini lainnya di jalankan oleh wanita dan hanya beberapa yang di jalankan oleh pria.
Kediaman Keluarga Tiger.
Ini semua di mulai sejak tiga ribu tahun yang lalu, dan hal ini masih menjadi misteri bagi Arung. Kediaman Keluarga Tiger ini berada di luar Desa Tiger, letaknya di Puncak Gunung Obat. Dipuncak gunung obat tersebut terdapat sebuah danau, dan di tengah-tengah nya terdapat sebuah pulau. Di pulau itulah letak mansion kediaman keluarga Tiger berada, walaupun terlihat kuno mansion ini cukup besar dan indah.
Kamar Arung.
Kembali ke dalam kamar Arung yang berada di sekitar mansion utama, Kamar Arung berupa rumah kecil berukuran 6 x 6 meter. Didalam kamar Arung hanya terdapat sebuah ranjang kecil berukuran 2 x 1 meter, dan sebuah lemari serta meja belajar. Di malam hari sebelum nya ia baru saja berlatih kuda-kuda bersama Kakek Bongpal, hingga larut malam. Akibat latihan semalaman tersebut, Arung pun ketiduran hingga siang ini.
Koridor Mansion Keluarga Tiger.
Sementara itu Shilla sedang menuju ke kamar Arung berniat menyampaikan pesan dari Matriak.
Di Depan Pintu Kamar Arung.
Sesampainya di kamar Arung, Shilla pun kemudian mulai mengintip nya dari balik jendela kamar nya berniat memanggil nya. Ternyata di dalam kamar Arung masih tertidur hingga jam segini, Shilla pun menjadi berang melihat nya. Karena emosi Shilla pun mulai melesatkan sebuah bola api dari telapak tangan nya ke arah pintu kamar tersebut.
"Duarrr....." Suara pintu kamar Arung yang meledak, di akibatkan serangan bola api berdiameter setengah meter yang melesat keluar dari telapak tangan Shilla.
"Dasar Mesummmm....."
"Jam segini kok kamu masih tidur, apa semalam habis mengintip lagi ya dengan kakek mesum?" Tanya Shilla.
"Bangun cepat Arung, matriak memanggilmu." Perintah Shilla, dengan suara yang keras.
Arung pun langsung terbangun mendengar kata "MATRIAK", dan bergegas menghampiri Shilla ke depan pintu kamar nya.
"Ternyata kamu gadis pemarah," Ucap Arung.
"Aku tidak berbuat mesum lho semalam, seudzon aja kamu," Jawab Arung.
"Ada apa sih pagi-pagi begini matriak memanggil ku?" Tanya Arung.
Arung tidak sadar berdiri di depan Shilla tanpa mengenakan sehelai pakaian apa pun.
"Dasar mesum pakai dulu bajumu." Ucap Shilla, sambil menutup mata dengan kedua tangan nya.
"Baru berdiri." Ucap Shilla, dengan pipi yang memerah setelah melihat Arung yang tidak memakai pakaian.
Shilla pun kemudian langsung berbalik dan memunggungi Arung. Ia kaget bukan main dengan perkataan Shilla tadi, sekaligus juga terkejut. Arung baru sadar, ternyata dia saat ini tidak mengenakan sehelai pakaian pun di tubuh nya. Kemudian Arung pun langsung berlari ke arah tempat tidur, untuk mengambil selimut dan membalut tubuh nya dengan selimut tersebut. Ia pun beranjak kembali menghampiri Shilla di depan pintu tersebut.
"Maaf gadis pemarah kemarin sehabis latihan dengan Kakek Bongpal,"
"Aku kelelahan dan tidak sempat mandi,"
"Lalu aku melepas semua pakaianku dan langsung tidur," Ucap Arung.
"Ada apa Matriak, memanggilku pagi-pagi begini gadis pemarah?" Tanya Arung.
"Dasar mesum ini sudah siang,"
"Apa tidak ada jam di kamar mu?" Tanya Shilla, dengan nada suara yang besar.
"Sial ini pasti akibat kemarin aku latihan perkuatan bagian bawah, jadi membuat seluruh stamina ku habis terkuras." Ucap Arung.
"Dasar mesum buat, apa kamu latihan bagian bawah mu?" Tanya Shilla, dengan pipi yang memerah serta membayangkan "Ayam jantan yang lagi berkokok dengan gagahnya di pagi hari.
"Kata Tetua Bongpal, supaya fondasi bawah ku ini kuat ketika bertemu dengan lawan yang kuat." Ucap Arung, dengan polos nya.
"Ya sudah lah kamu siap siap saja,"
"Matriak sudah menunggu "
"Burung eh, ...eh salah maksudku menunggumu,"
"Kesembilan Tetua lain nya juga menunggumu, di Aula Leluhur kediaman Tiger," Ucap Shilla
Arung tidak berkata apa-apa, dan terus menyimak maksud dari perkataan Shilla.
"Matriak berpesan, supaya kamu mengemasi seluruh barang milikmu,"
"Dan memasukkan nya ke dalam cincin ruang milik nya ini." Ucap Shilla, sambil menyerahkan cincin ruang berwarna ke emasan ke tangan Arung.
Cincin ruang adalah sebuah artifak sihir, cincin ini memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda mati. Ruang di dalam cincin memiliki kapasitas menampung benda mati sampai dengan volume 10 meter kubik ataupun lebih tergantung kelas nya.
"Haaa burung,..." Ucap Arung, dengan wajah memelas sedih.
"Gadis pemarah apakah matriak ingin mengusirkku?"
"Karena aku tidak berguna?" Tanya Arung.
Tampajk raut wajah nya mulai memelas dan sedih.
"Selama tiga tahun ini berlatih, aku baru mencapai kultivasi ranah alam Ksatria level satu." Ucap Arung, sementara itu Shilla pun bingung dengan ke salah pahaman penafsiran Arung tentang pemanggilan tersebut.
"Serta karena aku selalu kedapatan mengintip para murid wanita, bersama Kakek Bongpal." Ucap Arung, dengan tutur kata yang semakin sedih.
"Mana aku tahu, dasar mesum." Jawab Shilla.
"Kalau kamu di usir, aku juga sangat berterima kasih." Ucap Shilla.
Mendengar perkataan Shilla, Arung pun semakin ber sedih.
"Pesan Matriak, kalau kamu tidak bergegas dia akan menghukummu."
"Dengan mencambuk mu, sendiri dengan kedua tangannya." Ucap Shilla, dengan suara yang sedikit keras.
Fikiran Arung pun mulai membayangkan yang tidak-tidak. Di dalam bayangan nya tersebut Matriak tengah mencambuk dirinya mengenakan stocking berwarna hitam yang sexi di kedua kaki mungil nya, dan hanya mengenakan pakaian dalam saja. Rambut Matriak mengenakan sebuah bando bertelinga kelinci yang imut. Memikirkan tentang hal itu membuat pipi Arung langsung merona merah, dan hidung nya pun memuncrat kan darah.
"******......" Suara Muncratan Darah dari hidung nya.
Percikan darah nya pun mengenai wajah Shilla yang ada di hadapan nya tersebut. Melihat sikap Arung yang seperti itu, Shilla secara spontan menembak kan bola api berdiameter setengah meter dari telapak tangan nya ke arah Arung.
"Akh...................."Teriak Shilla.
"Terima ini dasar mesum."Teriak Shilla.
"Duarrr................." Suara ledakan yang di sebabkan oleh bola api yang menghantam kamar Arung.
Kamar Arung pun terbakar terkena serangan bola api tersebut, Untungnya ia sempat menghindar dan hanya mengalami cedera sedikit.
"Dasar mesum..." Teriak Shilla.
"Apa sih yang ada dibenakmu?" Ucap Shilla, merasa jengkel melihat perilaku Arung.
Ia pun mulai bangkit dari tempat jatuh nya tersebut.
"Sial............untung saja aku sudah terbiasa terkena tembakan bola api dari gadis pemarah ini."
"Dia memang dari dulu memendam dendam kepada ku." Gumam Arung.
"Cepat bergegaslah, dasar mesum." Perintah Shilla.
"Dan tutupi dirimu, aku akan kembali ke tempat Matriak." Ucap Shilla, sambil meninggalkan kamar Arung dan bergegas kembali ke Aula Leluhur.
"Dasar gadis pemarah, gara-gara dia semuanya barangku habis terbakar."
"Apa yang mau ku kemas sekarang." Ucap Arung, sambil melihat sekeliling kamar nya yang sudah terbakar.
"Dasar ..." Gumam Arung.
Kayu kuda-kuda di atas atap kamar Arung pun ikut terjatuh dan hampir mengenai kepala Arung.
"Brukkkk............... " Suara balok kayu yang jatuh ke lantai.
Balok kayu jatuh hanya berjarak 10 cm dari nya, jika terkena Arung pasti akan geger otak saat itu.
"Ha.... untung saja, memang jika berurusan dengan gadis pemarah itu hidupku selalu dalam mara bahaya." Ucap Arung.
Jika di perhatikan, Shilla itu termasuk gadis yang cantik juga dan tidak kalah cantik nya dengan mama nya "Matriak". Tapi jika mengingat kelakuan nya selama ini yang selalu saja menembak kan bola api terhadap nya. Ia pun jadi tidak bernafsu lagi kepada Shilla, tanpa disadari oleh nya sebenarnya gadis pemarah itu sudah lama sekali memendam perasaan nya terhadap Arung. Shilla selalu memanggil nya dengan sebutan mesum, itu semua di akibatkan kejadian dua tahun yang lalu saat di Pemandian Air Panas.
Dua Tahun Yang Lalu, Pemandian Air Panas.
Saat itu Arung salah masuk ke pemandian air panas. Di Sana tanpa sengaja Arung melihat Shilla yang sedang membersihkan dirinya dengan berendam di dalam bak air tanpa memakai sehelai pakaian apa pun.
"Shilla...... Ugh, kulit yang begitu mulus." Gumam Arung.
Kalau diingat- ingat kejadiannya lagi, gara-gara hal itu lah Arung pun di tembaki bola api berkali-kali.
"Dasar Mesummmmm........... " Teriak Shilla, lalu mulai menembakkan bola-bola api ke arah nya.
"****........ " Suara muncratan darah yang muncrat dari dalam hidung Arung.
Akibatnya ia kehilangan banyak sekali darah, kehilangan banyak darah disini, di akibatkan oleh mimisan sewaktu Arung melihat tubuh polos Shilla yang basah di dalam bak air di pemandian air panas tersebut.
"Ugh....... Walau dada nya standar tetap indah." Gumam Arung.
Ia kehilangan banyak darah bukan karena tembakan bola api bertubi-tubi dari Shilla melainkan karena mimisan.
"Brukkkk........ " Suara tubuh Arung saat tersungkur di lantai pemandian.
Arung pun sampai tidak sadarkan diri akibat mimisan tersebut, padahal ia hanya melihat Shila mandi selama sepuluh menit saja. Sejak saat itulah Arung mendapatkan julukan "Mesum" oleh Shilla, sampai dengan saat ini.
"Kraakkkkk...... " Suara pintu kamar mandi terbuka.
"Arung, gawat aku harus segera membawanya ke IGD." Ucap Matriak.
Pada saat Arung tidak sadarkan diri, Matriak dengan cepat membawa nya ke rumah sakit di Desa Tiger. Kalau tidak cepat mungkin Arung sekarang sudah tewas akibat kehilangan banyak darah saat kejadian tersebut.
Di Dalam Kamar Arung.
"Ya sudahlah aku harus bergegas pergi ke kediaman Kakek Bongpal."
"Dia kan tengah berada di aula leluhur saat ini bersama Matriak dan Tetua-Tetua lain nya," Gumam Arung.
Ia pun mulai keluar dari dalam kamar nya, lalu berjalan menuju kediaman ayah angkat nya.
"Lagipun mungkin aku akan diusir oleh Matriak,"
"Sebaiknya kukemasi semua barang, dan harta milik Kakek Bongpal."
"Dia kan selalu menyiksaku selama ini." Keluh Arung dalam hati.
"Dengan menyuruhku latihan yang aneh-aneh, selama tiga tahun ini."
"Dan selalu menertawai ku, setiap aku latihan yang berat-berat." Gumam Arung.
"Ha....Ha.....Ha....,"Arung pun tertawa sendiri.
"Tak bisa ku bayangkan wajah Kakek Bongpal, ketika tahu semua barangnya habis terkuras tanpa tersisa."Ucap Arung, dengan nada suara kecil.
Kakek Bongpal merupakan seorang kultivator di ranah alam bumi level puncak, dan juga merupakan Tetua Laki-Laki yang sudah berusia seratus lima puluh tahun. Namun karena kultivasi nya yang tinggi ia tidak menua, dan terlihat berusia sekitar dua puluh tahunan. Kakek Bongpal merupakan kultivator dengan elemen api, sama seperti Shilla. Dan kenapa Arung mendapatkan julukan "Mesum" tentu juga karena ulah kakek Bongpal tersebut. Kakek Bongpal ini kerjaannya setiap hari sering mengintip murid-murid, bahkan Tetua mandi dan yang sering kena getah nya adalah Arung. Ia kerap kali terkena amukan para gadis yang sedang emosi akibat ulah mesum Ayah Angkat nya tersebut.
Pemandian Wanita di Kediaman Tiger.
Ketika mengajarkan seni bela diri terhadap Arung, Kakek Bongpal kerap kali memilih lokasi latihan di dekat pemandian wanita atau ruang ganti baju wanita. Arung melakukan latihan dengan serius, sedangkan Kakek Bongpal ia sengaja mengintip para wanita mandi atau berganti pakaian.
Ketika Kakek Bongpal kedapatan mengintip, Kakek Bongpal langsung kabur dan meninggalkan Arung untuk menjadi sasaran amuk masa para wanita tersebut. Akibat dari perbuatan Kakek Bongpal, ia selama tiga tahun tersebut kerap kali keluar masuk rumah sakit di Desa Tiger. Sampai dokter-dokter dan perawat-perawat di Rumah sakit tersebut sudah mengenali nya. Tiap mereka menggebuk Arung beramai-ramai mereka hanya mengenakan pakaian dalam saja, dan itulah yang menyebabkan Arung mimisan kemudian kehilangan banyak darah.
Ketika Arung sudah selesai dihajar habis-habisan, barulah Kakek Bongpal kembali dan ia pun tertawa terbahak-bahak.Setelah tertawa, barulah Kakek Bongpal membawa Arung ke rumah sakit. Rutinitas seperti itu berulang terus selama tiga tahun ini, di kediaman keluarga Tiger.
Di Dalam Kamar Arung.
"Kalaupun aku diusir oleh Matriak, aku harus membalas kakek Bongpal ini."
"Akan ku kemasi seluruh harta bendanya, dan menyimpannya ke dalam cincin ruang ini." Gumam Arung di dalam hati.
"Terutama harta utama nya, yang berada di dalam kotak harta itu."
"Dan di simpan di bawah ranjang nya." Gumam Arung di dalam hati, sambil beranjak pergi ke mansion Kakek Bongpal.
Mansion Kakek Bongpal
Satu jam kemudian, Arung pun telah selesai mengemasi seluruh harta di kediaman Kakek Bongpal, dari mulai senjata hingga pakaian dan menyimpan nya ke dalam cincin ruang pemberian Matriak.
"Baiklah, aku sudah selesai menguras semua harta milik ayah angkat ku,"
"Sekarang saat nya aku menuju Aula Leluhur, kenapa hati ku sedih banget." Gumam Arung.
Kemudian Arung pun langsung bergegas menuju aula leluhur dengan wajah yang sedih dan kesiapan hati akan diusir dari keluarga Tiger.
Di Depan Aula Leluhur.
"Tok.....,tok,.......tok...."Suara ketukan pintu.
"Krakkkkk............." Suara pintu terbuka.
Aula Leluhur Keluarga Tiger.
Kemudian Arung mulai membuka pintu dan masuk ke dalam aula leluhur tersebut, dan berjalan perlahan ke tengah ruangan.
"Tap..... Tap...... Tap........ " Suara langkah kaki nya, semua Tetua menatap ke arah nya.
"Selamat siang Matriak, dan para Tetua-Tetua sekalian,"
"Murid keluarga Tiger sudah datang, dan memberi hormat." Ucap Arung, sambil membungkuk dan memberi hormat.
"Arung cepat mendekat kemari segera, ada hal yang ingin kami bicarakan dengan mu." Ucap Matriak.
Arung pun beranjak mendekati Matriak, dengan wajah yang memelas dan sedih.
"Sepertinya Matriak akan mengusirku sekarang." Gumam Arung.
"Siap Matriak, saya sudah siap." Ucap Arung, dengan nada suara yang bergetar.
Ia berbicara demikian, karena kesalahpahaman penafsiran nya. Arung berfikir dirinya akan diusir dari keluarga Tiger, karena bakatnya yang buruk dan citra mesum yang melekat pada dirinya.
"Ini semua gara-gara Kakek Bongpal." Gumam Arung.
Matriak yang bingung melihat sikap Arung pun bertanya.
"Kenapa wajahmu sedih, dan matamu berkaca-kaca Arung, apa kamu sedang sakit?" Ucap Matriak, dengan suara yang lembut.
Mendengar perkataan Matriak, Arung pun lantas berlutut sambil memegang kedua tangan Matriak. Belum sempat Arung berbicara kedelapan Tetua langsung bersuara keras.
"Dasar mesum, lepaskan tangan Matriak."
"Kamu mau ngapain hah Arung?" Ucap kedelapan Tetua kompak, dengan nada suara yang keras.
Melihat tingkah Arung, Tetua kesembilan hanya pura-pura menyeruput kopi di depan nya secara perlahan-lahan, dan pura-pura tidak mengenali murid sekaligus anak angkat nya tersebut.
"Maafkan saya Nyonya Matriak, tapi saya mohon jangan usir saya dari keluarga ini,"
"Saya tidak tau harus kemana lagi." Ucap Arung, dengan nada suara yang sedih.
"Siapa yang akan mengusir mu."
"Dan lepaskan tangan mu, Arung kembali lah ke tempatmu dan dengarkan baik-baik." Ucap Matriak, sambil melepaskan genggaman tangan Arung.
Matriak dan para Tetua panik ketika Arung memegang tangan nya, disebabkan oleh kontrak jiwa. Kontrak jiwa ini akan terjadi dengan sendiri nya apabila seorang pria menggengam tangan seorang wanita dan mengutarakan perasaannya di dunia kultivasi ini. Apabila si pria atau wanita menerimanya, maka kontrak jiwa pun terjadi. Pria atau wanita yang sudah melakukan kontrak jiwa harus menikah, jika tidak si pria atau wanita akan tewas terkena kutukan jiwa.
"Kukira dia akan menembak ku tadi, hampir saja." Gumam Matriak.
"Huh....... Dasar Mesum." Gumam Shilla.
Arung tidak mengetahui perihal tersebut, karena ia tidak berasal dari dunia ini. Mendengar hal tersebut ia pun lantas kembali ke posisi nya, kedelapan Tetua dan juga Shilla menatap nya dengan tatapan yang sinis.
"Ugh....... Dulu Pemuda ini bahkan pernah melamar ku, saat ini dia bahkan berani menggenggam tangan Matriak,"
"Bocah yang benar-benar nekat." Gumam Tetua Shiyu, lalu mulai menggeleng-geleng kan kepala nya.
Kedelapan Tetua cantik ini pun tidak luput dari intipan sang Raja Mesum Kakek Bongpal. Ketika tertangkap mengintip yang terkena imbasnya selalu saja Arung. Kakek Bongpal selalu kabur, sedangkan ia tidak dapat melarikan diri karena kecapekan sehabis berlatih sehingga Arung selalu yang tertangkap.
"Kedelapan Tetua pasti dendam padaku karena perbuatan Ayah Angkat ku." Gumam Arung.
Kedelapan Tetua pun memanggil Arung dengan sebutan "Mesum" juga, hanya Nyonya Matriak yang tidak menyebut nya dengan sebutan tersebut. Kakek Bongpal menatap Arung dan melihat ke arah pakaiannya. Sepertinya kakek Bongpal mengenal pakaian yang dikenakan oleh Arung, namun karena para Tetua pun melihat ke arah nya dengan tatapan sinis yang sama menyebabkan Kakek Bongpal jadi enggan untuk bertanya.
"Arung dengan ini kami telah sepakat untuk mengirim mu ke kota Awan Hitam."
"Untuk mengikuti ujian menjadi prajurit di Kekaisaran Dewi Es ini," Ucap Matriak, sementara itu Arung pun kembali bersemangat.
"Adapun tujuan kamu di sana adalah untuk menyelidiki tentang hilangnya Matriak terdahulu." Ucap Matriak, sementara itu Arung tambah semangat karena merasa mendapatkan misi yang penting.
"Matriak terdahulu yaitu nyonya Yuki Tiger, ini aku berikan handphone khusus yang tidak dapat dilacak dan memiliki fitur keamanan terbaik walaupun desainnya kuno."
Handphone khusus ini terlihat seperti handphone di tahun 2000 an, memiliki ukuran yang besar dan berat, serta masih memakai key pad belum menggunakan touch screen.
"Tetapi hanya bisa telepon saja tidak bisa hal lainnya seperti internetan atau mengirim pesan teks." Ucap Matriak, Sambil menyerah kan handphone tersebut ke tangan Arung.
Mendengar hal itu Arung pun tidak bersedih lagi dan menjawab dengan sigap dan perkasa.
"Siap Matriak laksanakan,"
Sambil mengambil handphone di tangan Matriak.
"Jadi Matriak, kapan saya harus berangkat?" Tanya Arung, dengan bersemangat.
"Sekarang juga kamu akan berangkat, pergilah ke tepi danau." Jawab Matriak.
"Temui seorang pendekar wanita dari keluarga Xiao, dia sudah menunggumu." Ucap Matriak.
Arung pun membungkuk dan memberi hormat kepada Matriak, kedelapan tetua dan Kakek Bongpal. Kemudian Arung pun langsung bergegas keluar dari aula leluhur menuju tepi pulau. Di tepi pulau Arung bergegas menaiki perahu untuk melintasi danau di puncak Gunung Obat ini, dan segera menemui pendekar wanita dari klan Xiao. Rapat di aula leluhur keluarga Tiger pun berakhir, kedelapan tetua kembali ke kediaman nya masing-masing.
Kakek Bongpal pun menghabiskan kopinya, dan kembali ke kediamannya juga. Matriak kemudian menghubungi seseorang wanita cantik yang tengah menunggu di tepi danau puncak Gunung Obat dengan handphone miliknya.
Tepian Danau Obat Sisi Luar Pulau.
"Halo... Mei Mei,"
"Adik kecil dari keluargaku saat ini sedang menuju ke tempat mu yach."
"Izinkan dia menumpang Truk mu, sampai ke Kota Awan Hitam yach."
"Ia akan mengikuti ujian menjadi Prajurit di Kekaisaran Dewi Es di sana." Ucap Matriak, melalui HP miliknya.
"Mohon di bantu ya Mei Mei, dan maaf sudah merepotkan mu."
"Karena keuangan keluarga kami kondisi nya tengah buruk, jadi kami tidak dapat mengirim nya ke Kota Awan Hitam menggunakan kereta api." Ucap Matriak, melalui HP milik nya dengan nada yang sedikit sedih.
"Tidak masalah Vin, kita kan teman semasa kecil."
"Akan ku jaga bocah ini Vin, sampai dengan selamat ke Kota Awan Hitam." Ucap Xiao Mei Mei, melalui HP miliknya dengan nada yang tegas.
"Kau memang Sahabat Sejati ku Mei Mei." Gumam Matriak.
"Kamu tenang saja, tidak usah khawatir Vin." Ucap Xiao Mei Mei, melalui HP miliknya dan berusaha menenangkan Nyonya Vinic.
"Terima kasih Mei mei, aku titip bocah itu yah." Ucap Matriak, melalui HP nya sambil kemudian mematikan nya.
Danau Obat.
Untuk melewati Danau Obat ini harus menaiki perahu khusus yang merupakan artifak tingkat alam bumi, yang dapat menghilangkan hawa keberadaan seseorang yang sedang menaiki nya.
"Tiap melewati Danau ini bulu kuduk ku selalu merinding,"
"Beast-Beast di dalam Danau ini sangat buas dan mengerikan." Gumam Arung dari dalam Perahu Penangkal Iblis.
Hal tersebut bertujuan agar orang yang menaiki perahu tersebut tidak terdeteksi oleh Beast-Beast Buas penghuni Danau tersebut. Perahu ini bernama Perahu Penangkal Iblis, Keluarga Tiger memiliki sekitar tiga puluh perahu seperti itu yang berlabuh di sepanjang tepian Danau Obat dan hanya anggota Keluarga tersebut lah yang dapat menaiki nya.
Tepian Danau Obat Sisi Pulau Bagian Luar.
Setibanya di tepian Danau Obat Sisi Luar Bagian Pulau, alangkah terkejut nya Arung saat melihat seorang Wanita Cantik yang sedang menunggu kedatangan nya.
"Oh My God......Cantik Banget." Gumam Arung.
Wanita cantik tersebut saat ini sedang duduk di atas kap mesin Mobil Truk milik nya, ia pun mulai menghampiri Wanita yang menunggunya tersebut kemudian mulai menyapa nya.
"Hai........Kakak Cantik,"
"Apakah Kakak yang sangat cantik ini adalah utusan dari Keluarga Xiao?"
"Apakah Kakak Cantik ini yang akan mengantarkan ku menuju ke Kota Awan Hitam?" Tanya Arung, dengan nada suara yang sedikit menggoda.
"Wah....... Benar Adik Tampan,"
"Terima Kasih atas pujian nya,"
"Eh.......Tapi cepat juga kamu nyampai nya ya, Adik Kecil,"
"Siapa nama mu?" Tanya Xiao Mei Mei.
"Ugh..... ternyata Wanita ini tidak hanya cantik tapi juga sangat ramah." Gumam Arung.
"Kenalkan nama Kakak adalah Xiao Mei Mei dari Klan Xiao,"
"Panggil saja kakak dengan panggilan Kak Mei Mei, atau Kakak Cantik juga boleh,"
"Panggilan nama juga kan adalah sebuah doa." Ucap Xiao Mei Mei.
"Nama ku Arungbijak Tiger Kakak Cantik,"
"Aku adalah salah satu murid dari Keluarga Tiger." Ucap Arung, dengan pede nya.
"Oke.........Adik Kecil, naik lah ke dalam Truk,"
"Sudah jam tiga akan sangat berbahaya jika kita tidak secepatnya keluar dari Gunung Obat ini." Ucap Xiao Mei Mei.
"Baik Kak Mei Mei, kau adalah Pimpinan nya." Ucap Arung, mereka berdua pun langsung naik ke dalam Mobil Truk tersebut setelah nya.
Kak Mei Mei pun langsung menginjak pedal gas lalu mulai menjalankan Mobil Truk tersebut di jalanan hitam.
Kediaman Keluarga Tiger, di Tepian Danau Obat Belahan Pulau Lain nya.
Sementara itu di kediaman Keluarga Tiger, para Tetua dan Murid-murid Wanita sedang membuat sebuah pesta di tepian pulau untuk merayakan kepergian dari murid si Raja Mesum (Kakek Bongpal) secara besar-besaran.
"Tos........... " Ucap Kompak Beberapa Murid Wanita sambil mengetos Kaleng Beer mereka secara bersamaan.
Di Tepian Danau tersebut tampak Tetua Gigi dan Lindsay tengah duduk di sebuah tikar dengan sebuah payung raksasa di tengah nya.
"Akhirnya kita bisa mandi dengan tenang mulai sekarang." Ucap Tetua Gigi.
"Rasanya damai sekali Gigi, seperti kita menjadi Iron Man." Ucap Tetua Lindsay.
"Semoga saja Ayah Angkat nya juga angkat kaki dari sini, agar situasi lebih aman dan kondusif." Ucap Tetua Gigi, lalu mulai meneguk beer beberapa kali tegukan.
Mansion Kakek Bongpal.
Tetua Mesum pun kembali ke Mansion nya, ia pun mulai membuka pintu tempat tinggal nya tersebut.
"Kraakkkkk........ " Suara Pintu Mansion Tetua Mesum Terbuka.
Ia pun mulai mengamati sekeliling ruangan tamu terlebih dahulu, dan ternyata sudah tidak ada apa-apa lagi di dalam ruangan tersebut.
"Lho............kemana vas-vas antik ku dan senjata-senjata suciku?" Gumam Kakek Bongpal, dada nya pun mulai sedikit sesak.
"Ugh...... dada ku, sedikit sesak." Ucap Kakek Bongpal, lalu tubuh nya sedikit oleng kemudian berpegangan di dinding-dinding ruangan.
Di Dalam Kamar nya.
Kakek Bongpal pun kemudian masuk ke dalam kamarnya, dan melihat ke bawah ranjang nya. Harta yang di kumpulkan nya selama ini dan disimpan di bawah ranjang tersebut dan di jaga nya dengan sangat baik ternyata sudah menghilang tanpa bekas, alangkah terkejutnya ia akan peristiwa tersebut.
"Kemana Peti Giok Putih ku pergi, kenapa bisa menghilang,"
"Bajingan mana yang berani mengambil nya." Ucap Kakek Bongpal dengan penuh emosi.
"Argggghhhhhh........... "Teriakan Kemarahan dari Kakek Bongpal.
"Ugh.....Dadaku." Gumam Kakek Bongpal, tubuh nya pun mulai oleng lalu tersungkur jatuh ke lantai setelah nya.
"Brukkk......................" Suara Saat Tubuh nya tersungkur jatuh ke lantai.
"Harta ku......... " Ucap Kakek Bongpal dengan nada suara yang terputus-putus.
Beberapa menit kemudian Kakek Bongpal pun langsung tak sadarkan diri akibat syok kehilangan semua harta benda nya, dan yang paling membuat nya syok adalah kehilangan Peti Giok Putih berukuran 100 x 60 x 60 cm tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Raimon
Apa aku yang gagal paham yaa...kok didunia Kultivator ada Rumah sakit.....Authornya yang kelewat hayal kali yaa...
2023-05-29
1
Rimueng Buloh
ada ada aja,,, kalo terbakar kamar,, artinya rumah lagi terbakar,,tp mrk ngga ada yang panik,,,,, TERLALU BERLEBIHAN CERITA nya
2023-03-03
2
Mira Andani
bagus novel nya 👍
2023-01-25
1