Di Arena.
Arung pun langsung bergegas ke arena ternyata di sana sudah berdiri dengan gagah lawan tanding nya.
"Tuan Muda Shangguan Quill." Gumam Arung di dalam hati.
Perawakan pemuda ini tampak seusia dengan Arung dan dia tengah menggenggam sebuah pedang di tangannya, ranah kultivasi nya berada di ranah alam bumi puncak.
"Bertarung lah sekuat tenaga kalian, apabila salah satu dari kalian dalam kondisi kritis, aku akan segera turun langsung menyelamatkan kalian." Ucap Wakil Komandan Luna.
"Byurrrrr............... " Suara hujan deras di luar.
"Hei nama mu Arung ya sebaiknya kamu menyerah saja, aku ini merupakan seorang kultivator jenius di Kota Awan Hitam ini." Ucap Shangguan, dengan angkuhnya.
Para penonton di Tribun pun ikut berkomentar terhadap Arung.
"Benar sebaiknya kamu menyerah saja... kyaaa... kyaa.,.. Tuan Muda Shangguan sangat tampan. ........" Suara Kompak dari Fans Shangguan, dari tribun penonton.
"Wah pemuda yang berambut merah itu juga tampan." Gumam salah satu fans Shangguan.
Tribun Dalam
Sementara itu di bangku peserta Cika, Nia, dan Rara terkejut melihat perubahan penampilan Arung.
"Rara lihatlah Arung kok ganteng sekali, benarkah itu dia. " Ucap Cika.
"Ia rambut nya bukannya berwarna hitam, apa selama enam bulan ini dia melakukan operasi plastik di Pulau Koreas ya." Ucap Rara.
"Sepertinya ia Rara, wah bola mata nya sungguh indah,"
"Tampannya." Ucap Cika.
"Kalau tau begini, aku pasti mendekati nya saat itu." Gumam Rara.
Nia hanya diam dan memandangi Arung saja.
"Tampan sekali........ " Gumam Nia.
Di bangku penonton lainnya.
"Wah siapa pemuda berambut merah itu, tampan sekali." Ucap Nona Dark.
"Wah.... Adik kecil itu Kira-kira sudah punya pacar atau belum?" Gumam Nona Dark.
Nona Dark merupakan kakak tertua dari Tuan Muda Quill dan Shangguan.
Kembali ke arena
Shangguan merupakan salah seorang kultivator lelaki paling jenius di Kota Awan Hitam karena mampu mencapai ranah alam bumi puncak di usia dua puluh tahun jadi dia sedikit agak sombong.
"Hai rambut jigrak jangan banyak bicara buktikan kemampuanmu." Ucap Arung, memprovokasi Shangguan.
"Dasar tidak tau di untung, baiklah rasakan senjata suci ku ini jurus pedang beku." Ucap Shangguan, terpancing.
Shangguan pun kemudian memasang kuda-kuda, kemudian mulai melesatkan sebuah bongkahan es runcing dari ujung pedangnya ke arah Arung. Bongkahan es itu melesat ke arah Arung dengan cepat.
"Hanya bongkahan es ranah alam bumi ini pasti dapat dengan mudah ku hempas kan serangan tersebut dengan Palu Emas Hitam Surgawi ku." Gumam Arung, sambil menoleh ke jarinya.
"Tapi tunggu dulu bukannya cincin penyimpanan ku berada di tangan Gisel, sial.......sebaiknya aku menghindar dulu." Gumam Arung dalam hati.
"Blitzzz....... " Suara akibat jurus teleportasi.
"Jdeerrrrrr........................" Suara benturan keras terdengar dari arena tempat Arung berdiri pada awalnya.
Beberapa detik sebelum benturan Arung pun berhasil berleteportasi kesamping sehingga tidak terkena jurus pedang beku milik shangguan.
"Wah ternyata kamu cepat juga ya, bagaimana dengan tiga bongkahan es ini apakah kau sanggup menghindarinya." Ucap Shangguan, sambil mengeluarkan jurus pedang beku kembali.
Tiga bongkahan es pun melesat ke arah Arung, ia pun kali ini menghindari nya dengan Berteleport ke belakang Shangguan, kemudian melesatkan bola air berdiameter empat meter ke arah punggung shangguan. Sementara itu serangan Shangguan menghantam arena tempat awal Arung berpijak.
"Ha...ha....ha..... " Suara tawa Shangguan.
"Rasakan kamu." Ucap Shangguan.
Shangguan berpikir Arung terkena oleh serangannya, kemudian karena lengah Shangguan pun terpental setelah terkena serangan bola air dari Arung sejauh 400 meter dari arah belakang.
"Sial bagaimana bisa kau berada di belakangku kau sungguh cepat, tapi jurus mu tidak memiliki daya serangan yang mematikan." Ucap Shangguan.
Penonton dan panitia pun kebingungan kenapa Arung bisa berada di belakang Shangguan.
Tribun Luar.
" Wah bocah ini berelemen air, bagaimana ia bisa menguasai jurus langkah petir?" Gumam Wakil Komandan Luna di dalam Hati.
"Apakah dia menyembunyikan elemen petirnya, jurus nya pun tampak sangat sempurna." Gumam Wakil Komandan Luna.
"Skill nya bahkan lebih hebat dariku." Gumam Wakil Komandan Luna.
Di bangku penonton tempat Rara, Cika, dan Nia menonton.
"Itu adalah jurus langkah petir, bagaimana seorang yang berelemen air bisa menguasainya?" Tanya Cika.
"Wah..... Arung saat ini macho banget..... dia tipe ku." Ucap Cika.
"Cika.... cika, sebelumnya, Shangguan kamu bilang tipe mu,"
"Sekarang Arung, memang dasar Fuckgirl." Gumam Rara.
"Serangannya masih saja tidak berguna." Gumam Nia.
Kembali ke arena.
"Makanya jangan kebanyakan gaya jigrak." Ucap Arung, kembali memprovokasi.
"Ayo bodoh marah lah, dan serang secara membabi buta." Gumam Arung.
Shangguan pun kembali terprovokasi dan saat ini iasangat kesal.
"Monyet berambut merah ini sangat cepat, aku harus menghentikan pergerakannya."
"Wakil Komandan Luna pernah memberitahuku kelemahan jurus langkah petir adalah tempat yang licin."
Shangguan pun menancapkan pedang nya ke dalam lantai arena, beberapa saat kemudian area disekitar pedangnya membeku. Seluruh Arena kemudian beku dan menjadi licin.
"Ternyata tuan muda ini sedikit pintar dengan membuat arena menjadi licin, aku akan kesusahan berteleport,"
"Bisa-bisa jatuh aku karena arena yang licin." Gumam Arung di dalam hati, kemudian bertepuk tangan.
Shangguan pun kembali kesal saat melihat Arung bertepuk tangan, ia pun kemudian mengerahkan segenap tenaga dalamnya dan menciptakan bongkahan es berdiameter empat meter dari ujung pedangnya. Beberapa saat kemudian ia pun melesatkan bongkahan tersebut ke arah Arung.
"Makan ini monyet berambut merah." Teriak Shangguan Quill.
Penonton pun dan panitia takjub melihat tenaga dalam yang di keluarkan oleh Shangguan.
Tribun Luar
Sementara itu di bangku penonton kakak tertua Shangguan ikut menonton.
"Sayang sekali nasib pemuda tampan berambut merah itu, jurus yang di keluarkan Shangguan terlalu dahsyat,"
"Dia pasti akan kalah." Ucap Nona Dark, sambil memakan popcorn.
"Padahal aku baru saja menjadi fans nya." Gumam Nona Dark, sambil memakan popcorn nya.
Kembali ke arena.
Akibat bongkahan es raksasa tersebut suhu udara disekitar arena turun drastis, terlihat di tribun luar Wakil Komandan Luna bersiap untuk menyelamatkan Arung.
"Waduh sepertinya tidak ada cara lain sebaiknya aku hanya bisa bertaruh pada jurus bola api hitam ini saja," Gumam Arung di dalam hati.
"Hemmmm........ husss................ " Suara tarikan dan hembusan nafas Arung.
Arung kemudian mengumpulkan aura energi api hitam di telapak tangannya seperti yang di ajarkan oleh Clara. Kemudian Arung pun melesatkan bola api hitam berdiameter empat meter ke arah Shangguan. Seluruh penonton pun terkejut dan takjub karena di benua ini kebanyakan lelaki hanya bisa membangkitkan elemen air, jadi sangat jarang ada lelaki yang mampu membangkitkan elemen api bahkan itu elemen api yang paling murni yaitu elemen api hitam.
Tribun Luar
Di bangku penonton, Nia, Cika, dan Rara langsung berdiri serentak melihat bola api hitam tersebut.
"Itu..........itu...........bukankah elemen legenda Rara, apakah aku salah melihat." Ucap Nia, terkejut.
"Wah ternyata teman kita sudah banyak kemajuan." Ucap Rara, Takjub.
"Rara sepertinya aku sedang bermimpi, tidak mungkin seorang pria di Benua ini bisa mengeluarkan elemen legenda."
"Rara coba tolong cubit aku, ini pasti mimpi." Ucap Nia.
Rara pun mencubit bahu Nia.
"Awww........ " Teriak kecil Nia.
"Itu bukan mimpi Nia, sepertinya anggota tim kita ini menyembunyikan kekuatan aslinya." Ucap Rara.
"Benar ini bukan lah mimpi, buktinya batuk terasa sakit ketika kau cubit." Ucap Nia.
Setelah membatu beberapa saat Cika pun baru berkata sesuatu.
"Wahhhh.... akan kucium Arung setelah ini, api itu membuatku bergairah." Ucap Cika.
"Cewek satu ini, di dalam otaknya hanya ada laki-laki saja." Gumam Rara.
Setelah itu mereka bertiga pun kembali duduk.
"Tidak kusangka Adik kecil ini mampu membangkitkan elemen legenda, hanya ada 100 pria di benua ini yang mampu membangkitkan elemen api legenda,"
"Bahkan usia nya masih sangat muda, pencapaiannya kedepan pasti akan mengguncang Benua ini." Gumam Wakil Komandan Luna.
Di bangku penonton tempat Nona Dark Menonton.
Saat itu Nona Dark tengah memakan popcorn, begitu melihat bola api hitam popcorn di mulutnya pun terjatuh.
"Shangguan ternyata kau yang kurang beruntung jumpa dengan seorang monster yang tampan." Gumam Non Dark.
Di Warung Makan Daging Panggang Siluman Air.
"Byurrrr......................... " Suara hujan deras
Gisel sedang menunggu koki rumah makan memasak lele petir dengan resep sambal yang diberikan oleh Arung, sambil meninum sekaleng beer. Di warung tersebut ternyata sedang di adakan nonton bareng live streaming pertarungan di Stadium Kota Awan Hitam. Gisel pun ikut menontonnya dari awal hingga saat Arung tengah mengeluarkan elemen api legenda. Menyaksikan Arung mengeluarkan elemen api tersebut, Gisel pun tanpa sengaja memuntahkan beer yang baru di minum nya.
"Cowokku sekarang ternyata tidak hanya ganteng, tapi juga sangat kuat sekarang,"
"Kalau begini aku akan segera bisa mengenalkannya, kepada ketiga orang tuaku,"
"Aku pun sudah tidak kuat lagi mendengar ocehan orang tua ku yang selalu meminta bertemu Arung, apalagi mama Aya,"
"Sayang kau sungguh menakjubkan." Ucap Gisel, senang.
Salah satu pengunjung tante-tante kaya wanita di kedai pun takjub melihat Arung.
"Wah tidak hanya ganteng, pemuda itu juga sangat hebat,"
"Aku harus menjadikannya pacar berondong ku segera." Ucap salah satu tante kaya tersebut.
"Hanya ada 100 pria yang mampu membangkitkan elemen legenda di Benua ini,"
"Wah... pasti pemuda itu hebat membangkitkan hal lainnya." Ucap Tante Kaya lainnya.
"Kya........ aku harus segera menjadikannya suami buat anak-anak ku." Ucap Tante Kaya Lainnya.
Gisel yang mendengar kan ocehan Tante tersebut pun tertawa di dalam hati.
"Tante ini otaknya membangkitkan saja yang di ingat nya."
"Ha..... ha...... ha...... " Suara dan Tawa Gisel.
Kembali ke arena pertandingan
Bola api hitam dan bongkahan es pun saling bertabrakan.
"Duarrrrr................" Suara benturan keras pun terjadi.
Sesaat tanah disekitar stadium bergetar untuk beberapa detik.
"Groaghhhhh......... " Suara getaran Stadium selama beberapa detik.
Bola api hitam pun ******* habis bongkahan es milik Pedang Beku Shangguan Quill. Bola api hitam terus menerjang ke arah Shangguan, kemudian Sekelebat petir pun menyambar ke arah Shangguan sesaat sebelum ledakan terjadi di tempat Shangguan berpijak.
"Booooommmmm.......... " Suara ledakan akibat bola api hitam milik Arung.
Dalam sekejap akibat ledakan bola api, es yang menyelimuti arena pun mencair dan berubah menjadi asap. Asap pun mengepul di seluruh arena, penonton pun terdiam kemudian stadium pun sunyi untuk beberapa saat. Setelah asap akibat es yang mencair tersebut menghilang, terlihat di samping bekas ledakan yang di timbulkan bola api hitam Wakil Komandan Luna berdiri dengan gagah tengah memegang tangan Tuan Muda Shangguan diselimuti perisai kultivasi petir.
"Hatsyimmmmm......... hatsyimmmm........... " Suara bersin Arung.
"Sepertinya ada yang membicarakan ku di belakang." Gumam Arung.
Arung tidak menyadari nya, sel urung masyarakat di Benua Es Api tengah membicarakan nya.
"Tak kuduga Shangguan akan kalah di pertandingan pertama ini, padahal aku bertaruh padanya,"
"Pemuda ini sungguh merupakan sebuah kuda hitam." Gumam Wakil Komandan Luna.
Sementara itu Shangguan sedang berjongkok dan muntah muntah karena syok nyaris hampir mati.
"Uekkk....... uekkkkk..... uekkkk...... " Suara muntah Shangguan.
Ternyata sekelebat petir itu adalah jurus milik Wakil Komandan Luna yang menyelamatkan Shangguan di detik-detik terakhir sebelum ledakan. Melihat Tuan Muda Shangguan yang syok dan muntah muntah para penggemarnya pun berteriak kompak.
"Kyaaaa.... Tuan Muda Shangguan.... semoga kamu tidak kenapa kenapa....., " Suara teriakan histeris fans tuan muda.
"Ternyata tidak hanya tampan, pemuda berambut merah itu juga kuat." Gumam salah satu penggemar Shangguan.
Para fans pun bergegas ke arah Shangguan dan menggotong Shangguan bersama-sama ke IGD terdekat.
"Ternyata Shangguan itu hanya anak yang manja dan sombong yang belum pernah berada pada pertarungan hidup dan mati." Gumam Arung dalam hati.
"Baru begitu aja sudah muntah-muntah, ia belum bertemu Beast yang ganas lainnya." Gumam Arung.
Sementara itu Wakil Komandan Luna hanya menatap Arung sinis untuk beberapa saat, kemudian ia pun mengumumkan pemenang pertandingan ini dan mengumumkan peserta yang akan maju untuk pertandingan berikutnya. Arung pun bergegas kembali ke tribun dalam dan kembali ke bangku untuk menunggu Gisel yang tengah menjual mayat beast.
"Huft........ lelah juga setelah mengeluarkan jurus bola api hitam tersebut." Gumam Arung, sambil menyeka keringat di dahinya.
Beberapa saat kemudian pertandingan selanjutnya pun di lanjutkan, tiba-tiba saja Nia, Rara, dan cika menghampiri Arung. Mereka Kemudian duduk di sekitar Arung berdesak-desakan.
"Teman-teman, senang melihat kalian lagi." Ucap Arung.
"Arung kau sungguh hebat di arena tadi, sejak kapan kau membangkitkan elemen api legenda itu?"
"Api itu Membuatku sangat bergairah." Ucap Cika, sambil memegang tangan Arung.
"Cewek ini asal jumpa selalu menggoda ku." Gumam Arung.
"Ia benar, apakah kau menyembunyikan kekuatan mu saat di Rawa Siluman Air?" Tanya Nia.
"Kenapa rambut dan matamu berubah Arung,"
"Saat ini kau terlihat bertambah tampan Arung." Ucap Rara.
"Baiklah, begini ceritanya." Ucap Arung.
Arung pun mulai menceritakan apa yang terjadi di reruntuhan kuno, tentu saja ia membohongi mereka dan mengatakan mendapat semacam pil ajaib yang membuat nya bisa seperti sekarang ini. Ketiga cewek cantik polos tersebut pun percaya, selang beberapa jam kemudian Gisel pun kembali.
"Dasar play boy, baru beberapa jam di tinggal udah menggaet gadis cantik lainnya."
"Tiga pulak." Gumam Gisel.
Melihat Arung duduk di temani ketiga cewek cantik tersebut, Gisel pun cemburu kemudian menarik pergelangan tangan Arung ke arahnya.
"Eh siapa gadis ini, kenapa menarik Arung." Gumam Nia.
Arung pun bangun dari bangku tribun kemudian berdiri dini samping Gisel, sementara ketiga cewek cantik tersebut masih duduk di bangku dan sedikit terkejut. Mereka pun menatap ke arah Gisel mulai dari ujung kaki hingga ke ujung rambut.
"Siapa si rambut ungu, apa dia gak tau kalau Arung itu sudah jadi target ku." Gumam Cika.
"Siapa mereka bertiga Arung?" Tanya Gisel, ekspresi nya terlihat kesal.
"Ini Nia,"
"Ini Cika, dan ini Rara mereka adalah teman satu kelompok ku saat mengikuti ujian tahap awal." Ucap Arung.
"Oh jadi mereka yang meninggal kan mu di Rawa Kabut Ungu itu sendirian ya." Ucap Gisel.
"Bukan meninggal kan Gisel, kami terpisah lho,"
"Kamu juga kan terpisah saat itu." Ucap Arung.
"Siapa gadis cantik ini Arung?" Tanya Cika.
Rara dan Nia pun hanya menatap ke arah Arung dan Gisel. Gisel kemudian memeluk tangan sebelah kanan Arung, ia pun langsung menjawab pertanyaan Cika.
"Wah kayaknya Cika ditikung ni di Rawa Kabut Ungu, tampaknya mereka deket nih." Gumam Rara.
"Perkenalkan aku Gisel Alba pacar dan calon istrinya Arung." Ucap Gisel, ekspresi milik gisel masih terlihat kesal.
"Pasti udah buat kontrak jiwa nih." Gumam Cika.
"Mundur.... mundur.... mundur..... " Gumam Cika.
Kondisi hening pun tercipta untuk sesaat setelah Gisel menyatakan bahwa dirinya adalah pacar dan calon istri Arung.
"Wahh.............selamat Arung ternyata kamu sudah memiliki pacar." Ucap Rara.
"Ia Terima kasih teman-teman. " Ucap Arung
"Mati dah nomor ku." Gumam Arung.
"Kalau begitu sudah dulu ya aku dan Arung ingin ke suatu tempat terlebih dahulu." Ucap Gisel.
Gisel pun menarik Arung dengan cara menggandeng tangan nya untuk menjauhi mereka bertiga ke arah luar tribun dalam.
"Teman-teman maaf ya aku keluar bersama Gisel dulu." Ucap Arung.
"Ia Arung tidak apa-apa bersenang-senanglah." Ucap Rara.
"Pasti Arung bakal di omelin gadis berambut ungu itu." Gumam Cika.
Nia hanya memandangi Arung dan tidak berkata apa-apa sedari tadi. Gisel terus menggandeng Arung beranjak ke kantin stadium, di kantin ini terdapat banyak sekali orang tengah berjualan makanan dan minuman. Mereka pun duduk di salah satu kedai makanan yang menjual beast daging kijang.
"Pelayan beri kami dua porsi daging kijang yang paling lezat dan beberapa kaleng beer." Ucap Gisel.
"Cepat ya, awas kalau lama." Ucap Gisel
"Baik Nona Muda." Ucap Pelayan.
"Tampak nya Gisel kesal, gara-gara ketiga cewek itu,"
"Berarti dia benar-benar cinta donk sama aku, syukurlah." Gumam Arung.
"Arung aku menonton pertandingan mu tadi,"
"Wow sungguh hebat elemen api hitam itu, aku baru kali ini melihatnya." Ucap Gisel.
"Ehmm.................ia aku membangkitkan nya secara tidak sengaja, ketika berada di reruntuhan." Ucap Arung, berbohong.
"Oh.........ia ini mengenai Lele Petir Air itu ternyata dagingnya sangat lezat dan di tambah dengan resep sambal penyet yang kau berikan, menambah lezat cita rasa masakan tersebut."
"Dan aku mencoba langsung memakannya seketika saja level ku naik tiga level, menjadi ranah alam bumi level empat,"
"Berbeda dengan rubah Petir Wewangian Berekor Empat memang sama-sama bisa menaikkan tiga level, namun perlu obat-obatan untuk memurnikan racun di tubuhnya." Ucap Gisel, sambil menyerahkan cincin ruang kembali ke Arung.
"Wow kita dapat Jack pot donk gisel." Ucap Arung.
"Benar sekali sayang, Lele Petir itu laku seharga 12.000 koin emas per mayat nya,"
"Jadi aku telah mengumpulkan 360 ribu koin emas di tambah dengan penjualan rubah total yang kudapatkan hari ini sekitar 370 ribu koin emas,"
"Aku telah memasukkan sekitar 185 ribu koin emas kedalam token gaji mu, dan aku mengambil setengahnya sayang." Ucap Gisel.
"Gisel kalau begitu tolong bantu aku memasang kan taruhan di event ini, dan pasangkan taruhan untuk diriku sendiri." Ucap Arung.
"Hahhhh.................apa kau bercanda sayang, walaupun kau memiliki keberuntungan namun ranah mu saja masih jauh di bawahku." Ucap Gisel.
"Pasang saja Gisel aku yakin akan menjadi juara kok." Ucap Arung.
"Ya sudah sayang, aku tahu kau sedang berlagak sok kuat di depanku,"
"Sini berikan token gaji mu akan ku pasangkan." Ucap Gisel.
Arung pun memberikan token gaji nya kepada Gisel, Gisel pun lantas memasang taruhan atas nama Arung. Kemudian Ia juga sekalian memasang seluruh uang nya untuk Dila azura.
"Kali ini aku kaya........."
"Aku akan liburan ke Pulau Dewata." Gumam Gisel.
Mereka pun duduk bersantai di kantin, di temani sekaleng beer lalu menyantap daging beast kijang.
"Daging ini juga lumayan enak." Gumam Arung, sambil menggigit daging.
"Sepertinya Gisel sangat yakin dengan kemenangan Dilla Azura, kasian dia akan kehilangan uangnya." Gumam Arung.
Tak lama berselang nama Gisel pun di panggil ke arena. Gisel pun bergegas ke arena kemudian menyuruh Arung untuk menonton nya melalui TV yang ada di kantin. Gisel merasa lawannya adalah seorang peserta yang berada di ranah alam lautan puncak, jadi ia meremehkannya.
"Arung tunggulah disini, aku tidak akan lama." Ucap Gisel.
Ternyata lawan dari Gisel adalah Nia Thunder, rekan satu kelompok Arung.
"Apa ini, lawan Gisel ternyata Nia." Gumam Arung, kemudian Ia pun tersedak.
"Uhuk........ uhuk..... uhuk........ " Suara batuk Arung.
"Kebetulan sekali." Gumam Arung.
"Pelayan minta air putihnya." Ucap Arung.
Arena pertandingan
"Hai............namamu Gisel ya kita bertemu lagi, mana Arung?" Ucap Nia.
Nia sebenarnya memiliki sedikit perasaan kagum terhadap Arung.
"Cewek ini ternyata menyukai Arung, baru tadi bertemu tapi malah menanyakan nya lagi."
"Aku tidak ingin di madu, sebaiknya ku beri pelajaran gadis ini,"
"Akan kucoba jurus senjata suci yang baru saja ku pelajari tadi." Gumam Gisel.
"Kamu Nia kan, sebaiknya fokus saja pada pertarungan ini, "
"Jangan hanya memikirkan Arung, ia tu sudah menjadi milikku." Ucap Gisel.
"Gila nih cewek, dia pikir Arung barang apa." Gumam Nia.
"Baiklah, terserah kamu dech walaupun kamu pacar Arung aku tak kan segan-segan." Ucap Nia.
Gisel pun memasang kuda-kuda lalu menembakkan tiga bola petir ukuran besar dari telapak tangannya, sementara itu Nia mengeluarkan sebuah pedang dari cincin ruang milik nya. Nia kemudian menerjang ke arah tiga bola petir itu lalu membelah nya menjadi dua bagian masing-masing dan bagian-bagian bola petir yang terbelah itu menghantam arena dan meledak.
"Duargh....... duargh........ duargh....... " Suara ledakan akibat bola petir yang menghantam lantai.
"Gadis ini mampu membelahnya?"
"Aku sebaiknya tidak meremehkannya." Gumam Gisel.
Ternyata artifak senjata suci yang di gunakan oleh Nia adalah Pedang Pembelah Petir yang termasuk senjata suci alam naga puncak.
"Plok........ plok......... plok........ " Suara tepuk tangan penonton.
"Wowww..............itu senjata yang hebat gadis cantik." Ucap penonton kompak.
"Plok...plok...plok...." Suara tepuk tangan penonton.
"Pedang yang bagus nia, tapi sayang ranah mu masih di bawahku." Ucap Gisel, memprovokasi.
"Beraninya dia meremehkan ku." Gumam Nia.
"Kita lihat saja, apa kau sanggup menahan sabetan Pedang Pembelah Petir ku ini." Ucap Nia.
Nia kemudian diam lalu memasang kuda-kuda dan berbalik menyerang Gisel dengan Jurus Sabetan Pedang Pembelah Petir, sebilah energi petir berbentuk pedang menyerang ke arah Gisel.
"Mengubah dan memadatkan elemen petir menjadi sebuah pedang raksasa, lumayan juga kemampuan pedang tersebut." Gumam Gisel.
Gisel pun langsung membalas dengan mengeluarkan jurus kultivasi petir bagian pertama, telapak tangan petir. Kemudian seberkas energi petir membentuk telapak tangan melesat keluar dari telapak tangan Gisel ke arah Nia.
"Jurus bagian pertama ya, ternyata kau sudah menguasai nya." Gumam Nia.
"Jurus ini pasti mampu menahan sabetan pedang tersebut." Gumam Gisel.
Dua jurus ini pun saling beradu dan terjadilah ledakan petir dengan suara yang dahsyat dan seketika stadium pun menjadi sunyi. Akibat ledakan itu Gisel terkena sedikit percikan petir yang membuatnya memuntahkan darah begitu pula dengan Nia tampak nya mereka berimbang.
"Sudah saatnya mencoba jurus dari Cambuk Dewa ini, aku ingin lihat apakah Nia mampu menahan serangannya." Gumam Gisel.
Gisel pun akhirnya mengeluarkan Cambuk Qilin Emas Halilintar Surgawi dari cincin penyimpanan miliknya.
"Apa seumur hidupku baru kali ini aku melihat senjata dewa di depan mataku, wajar dia begitu sombong,"
"Bahkan Jenderal Es saja hanya memiliki senjata di alam malaikat puncak." Gumam Nia, mulai merasa tertekan.
Tribun Penonton
"Plok... plok.... plok... " Suara tepuk tangan penonton.
"Gadis berambut ungu itu ternyata memiliki sebuah senjata dewa, dia pasti sangat kaya." Ucap salah seorang penonton.
"Harga senjata dewa itu mencapai 10 milyar koin emas, ternyata dia anak orang kaya." Ucap salah seorang penonton lainnya.
"Plok... plok.... plok... " Suara tepuk tangan penonton.
"Bagaimana bisa anak kecil tersebut memiliki sebuah senjata dewa,"
"Aku saja hanya mampu membeli senjata suci di alam naga," Gumam Wakil Komandan Luna di dalam hati.
"Hiks..... hiks..... hiks...... " Tangis Wakil Komandan Luna di dalam hati.
"Saat seusianya bahkan aku hanya di berikan sebuah belati alam raja, kau sungguh beruntung Gisel." Gumam Wakil Komandan Luna.
Kembali ke Arena
"Aku tidak boleh mempermalukan keluarga Thunder, aku akan berjuang hingga akhir,"
"Apapun konsekuensi nya, aku harus melawannya." Gumam Nia.
Nia pun memasang kuda-kuda karena merasa takut dan tertekan oleh senjata suci milik Gisel yang disekitarnya mengeluarkan percikan energi petir.
"Sungguh senjata yang mengerikan." Gumam Nia.
"Terima ini." Teriak Nia.
Nia pun mengeluarkan segenap tenaga nya pada satu serangan terakhir tersebut. Nia menebaskan Pedang Pembelah Petirnya kemudian seberkas energi petir berkekuatan dahsyat berbentuk sebilah pedang kembali menerjang ke arah Gisel.
Kediaman Keluarga Alba
Sementara itu di Kediaman Keluarga Alba, ketiga orang tuanya, kakak serta adik Gisel tengah menonton bareng pertandingan tersebut. Mereka pun dan pada saat itu terkejut, saat-saat Gisel mengeluarkan Cambuk Qilin milik nya.
"Pa kamu membelikan Gisel cambuk itu ya?" Ucap Nyonya Ya.
"Sayang kau memang sungguh perhatian, tapi belikan juga donk untuk kakaknya Gisel,"
"Lihat tuch dia cemburu." Ucap Nyonya Lang.
"Papa gak adil, putri papa kan dua," Ucap Nia, ngambek.
"Tidak istri-istriku, aku tidak membelikannya cambuk tersebut,"
"Walaupun kita kaya, harga satu buah senjata dewa itu kan sangat mahal, sayang." Ucap Patriak Keluarga Alba.
Kesalah pahaman pun terjadi kembali.
"Jadi darimana dia mendapatkan nya, apakah setelah di nodai oleh pacarnya,"
"Gisel melacurkan diri." Gumam Nyonya Ya.
"Hiks..... hiks..... hiks........ " Tangis kecil Nyonya Ya di dalam hati.
"Kau terlalu cepat putus asa, masih banyak lelaki lainnya di Benua Es Api ini." Gumam Nyonya Ya.
Akibat tabiat Gisel yang suka mabuk-mabukan, seluruh keluarganya berpikiran negatif terhadapnya.
"Lantas dari mana putri ku bisa mendapatkannya, apakah dia melacurkan diri?" Tanya Nyonya Ya, keceplosan.
"Hah... aku keceplosan." Gumam Nyonya Ya, kemudian menoleh ke arah Joong Woon.
"Syukurlah bocah itu tengah bermeditasi, jadi dia tidak mendengarnya." Gumam Nyonya Ya, kemudian mengelus-elus dadanya.
Nyonya Lang yang merupakan mama kandung Gisel langsung bersedih.
"Hikss... hikss...hiksss......... " Tangis kecil Nyonya Lang.
"Nak Kan masih ada mama, kenapa mesti melacurkan diri." Gumam Nyonya Lang.
"Hiks...... hiks...... hiks....... " Tangis kecil Nyonya Lang.
"Ketika pulang nanti akan ku interogasi dia." Ucap Nyonya Ya.
"Tidak mungkin ma, Gisel melakukan hal tersebut ... positif thingking aja." Ucap Ayu, mencoba menenangkan.
Ayu sebenarnya berpikiran sama seperti mamanya, hanya saja ia tidak ingin membuat mamanya bertambah sedih.
Sementara itu Joong woon tengah bermeditasi di pojokan, aura air tampak di sekitar tubuh nya.
"Akira aku akan mengalahkan mu dan menjadi bos di SD Kota Awan Hitam." Gumam Joong Woong, kemudian meneruskan kultivasi nya.
Sementara itu di kamar Nona Mitha
Nona Mitha ternyata diam-diam menonton pertarungan Arung sambil meminum segelas arak, Ia pun memuntahkan arak ke bajunya saat Arung mengeluarkan elemen api legenda.
"Uhuk..... uhuk...... uhuk........ " Suara batuk Nona Mitha.
"Api legenda, pemuda ini benar-benar memiliki banyak sekali misteri di dalam dirinya,"
"Setelah pedang terbang sekarang api hitam, besok apa lagi." Ucap Nona Mitha, kemudian menoleh ke gaun emasnya yang basah.
"Memang kalau berurusan dengan Adik kecil ini, baju ku selalu saja basah." Gumam Nona Mitha did alam hati.
Nona Mitha teringat kenangan dengan Arung sewaktu di Kaki Bukit Siluman, pipinya pun memerah.
"Sial.......aku harus segera mengganti baju gaun benang emas ku ini, dengan baju gaun benang emas lainnya." Gumam Nona Mitha di dalam hati.
Beberapa pertandingan pun telah terlewati, siang hari pun tiba dan Nona Mitha masih menonton live streaming pertandingan di Stadium Awan Hitam di kamarnya, kali ini ia tidak minum arak tapi lagi makan siang.
"Daging Siluman Air ini memang paling lezat." Gumam Nona Mitha tengah menyantap daging panggang di atas piring.
Nona Mitha makan dengan anggun, elegan, dan tenang, akhirnya pertandingan antara Gisel vs Nia pun dimulai. Nona Mitha masih tenang, sambil menikmati makanan dengan santuy. Tak lama berselang, ia kembali menjatuhkan makanan dari sendok nya saat Gisel mengeluarkan Cambuk Qilin Emas Halilintar Surgawi.
"Siapa lagi gadis kecil ini?" Gumam Nona Mitha dalam hati.
"Kenapa ia bisa memiliki senjata yang berada di ranah alam dewa, sementara aku saja hanya memiliki senjata di ranah alam malaikat,"
"Ketika ujian selesai aku harus bertemu dengannya." Ucap Nona Mitha, kemudian menoleh ke bajunya.
"Tadi basah, sekarang kotor,"
"Hari ini penuh sekali dengan kejutan di pertandingan tersebut, setelah Adik kecil kini gadis berambut ungu itu,"
"Sebaiknya aku berganti pakaian dulu." Gumam Nona Mitha, sambil kembali bertukar pakaian lagi untuk kedua kalinya.
Kantin Stadium Awan Hitam.
Sementara di kantin Arung masih duduk santuy, sambil menonton pertandingan antara Nia vs Gisel. karena Arung sangat yakin sekali Gisel akan memenangkan pertandingan.
"Pelayan Daging Panggang Beast Kijang dua porsi lagi ya." Ucap Arung.
"Baik tuan." Ucap Pelayan.
"Gisel pasti lapar sehabis bertanding." Gumam Arung.
"Wah lihat itu gadis berambut ungu tersebut mengeluarkan senjata dewa." Ucap salah satu pengunjung kantin.
"Senjata itu pasti mahal, dia pasti anak saudagar kaya." Ucap pengunjung lainnya.
"Cantik sekali gadis berambut ungu itu, sepertinya aku jatuh cinta." Ucap pengunjung lainnya.
Arung pun hanya tersenyum mendengar ocehan para pengunjung tersebut, lalu melanjutkan meminum sekaleng beer di atas meja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Oyiib Pw
Thor kalo lagi ehem ehem jangan skip lah
2021-11-24
2
Ara Setiawan
c
2021-03-13
3
Kusuma Junior
200 up
2021-01-12
1