Kota Jakarta, SMA Modal Bangsa, Bulan Februari Tahun 2015
Di Lorong Di Pinggir Taman Sekolah.
Seorang Siswa SMU Tampan tengah berdiri dengan kado di saku celana nya, lalu mulai menatap ke arah Siswi Cantik yang sedang duduk di sebuah bangku di Taman Sekolahan tersebut, di mata Pemuda Tampan tersebut tersirat sebuah cinta monyet.
“Ini adalah kesempatan baik buat ku, Nadia saat ini tengah berada seorang diri di taman sekolah.”
“Aku harus segera menghampiri nya lalu mulai menyatakan cintaku pada nya.” Gumam Arung.
Ia telah menyukai Nadia sejak pertama kali melihat nya yang tengah sarapan pagi di kantin sekolahan. Arung pun sudah menunggu waktu yang sangat lama saat-saat yang tepat untuk menembak Nadia.
NOTE: Menembak maksud nya disini adalah menyatakan perasaan terhadap lawan jenis.
"Huft..................... " Suara Nafas Panjang Arung, lalu mulai menyisir rambut nya bak pemuda tampan di film-film.
Hingga akhirnya hari yang telah ia nanti-nanti kan selama ini pun telah tiba, saat ini Pujaan Hati nya tengah duduk di sebuah bangku kayu di bawah sebuah pohon cherry seorang diri.
"Semoga saja kali ini aku berhasil." Gumam Arung, dengan penuh semangat.
Nadia pun mulai mengibaskan rambutnya, tampak rambut hitam kepirang-pirangan berkilauan dari tengah Taman Sekolahan tersebut.
Taman Sekolahan.
Nadia merupakan kakak kelas Arung, dia saat ini berada dua tingkatan di atas nya. Beberapa saat kemudian, sang tokoh utama pun mulai memberanikan diri nya untuk duduk bersebelahan dengan Pujaan Hatinya tersebut, interaksi antara dua Anak SMU tersebut pun mulai terjadi.
“Kamu.........Nadia kan?” Tanya Arung.
“Ya........kamu siapa ya?” Jawab Nadia, sambil menoleh ke arah Arung yang baru saja duduk di sebelah nya itu.
“Kenalkan namaku Arung, dari kelas 1 1, Nadia,”
Alangkah terkejutnya Nadia saat mengetahui Pemuda Tampan yang duduk di sebelah nya tersebut adalah Junior nya.
“Wah...........Ternyata Arung ini masih adik kelas ku, bahkan dia berada dua tahun di bawah ku,"
“Tapi Adik Kecil ini tampan juga ya, sayang nya dia masih adik-adik buat ku,”
“Kalau saja dia sebaya dengan ku, ataupun lebih tua dari ku,”
“Mungkin aku akan mencoba menjalin hubungan yang lebih serius lagi dengan nya." Gumam Nadia.
Tampak Nadia saat ini seperti orang yang sedang termenung, dengan tatapan yang kosong.
"Bahkan saat ia termenung wajah nya pun tetap kelihatan cantik, kau memang Pujaan Hatiku Nadia." Gumam Arung.
Jam terbang Nadia lebih tinggi dari Arung begitu pula pengalaman kehidupan cinta nya, bahkan saat ini dia sudah mengetahui maksud dan tujuan dari Adik Junior yang sedang duduk di sebelah nya tersebut.
"Huft............ " Suara Nafas Panjang Nadia.
“Dia pasti ingin menyatakan Cinta nya kepada ku,"
"Sebaik nya aku dengarkan saja gombalan nya terlebih dahulu, baru nanti aku memutuskan nya.” Gumam Nadia, sambil tersenyum kecil ke arah Arung.
Melihat Nadia tersenyum, Arung pun tambah bersemangat untuk menyatakan cinta nya lalu seakan-akan merasa sudah mendapatkan lampu hijau dari Pujaan Hati nya tersebut.
NOTE: Lampu hijau dalam artian cinta berarti sudah mendapatkan isyarat untuk maju terus dalam hal cinta tersebut.
“Bolehkah aku menyampaikan sesuatu kepadamu, Nadia.” Ucap Arung, sambil memberikan sebuah kado dengan bungkusan berwarna merah yang berisi coklat kesukaan Pujaan Hati nya tersebut.
“Tentu saja Arung, bicara lah aku akan mendengarkan nya.” Ucap Nadia, sambil menerima kado dari Arung tersebut.
"Wah..... Adik Kecil ini, dia benar-benar tidak main-main, aku jadi galau nih." Gumam Nadia.
Nadia adalah seorang gadis yang sangat cantik, dan merupakan salah satu bunga kelas di tingkatan nya. Gadis ini memliki tinggi sekitar 170 cm, lebih tinggi 5 cm dari Arung. Dia juga memiliki rambut berwarna hitam dan sedikit pirang, bola mata nya berwarna coklat yang sangat jernih. Nadia juga merupakan seorang Ketua OSIS di SMU Modal Bangsa tersebut.
Di Lorong di Pinggir Taman.
Tampak lima orang Murid Wanita sedang lewat di pinggiran Taman Sekolah tersebut, mereka pun mulai menghentikan langkah nya lalu mulai berkomentar saat melihat Arung menyerahkan Kado ke tangan Nadia, mereka seolah-olah sudah tahu maksud dan tujuan Pemuda Tampan tersebut.
“Wah.............Lihat tuch Ketua OSIS tengah duduk sama Arung." Ucap Salah Satu Murid, sambil menunjuk ke arah Pejuang Cinta tersebut.
"Arung pasti mau nembak cewek lagi,” Ucap Murid Lain nya, lalu menutup mulut nya.
"Sepertinya kali ini Ketua OSIS adalah sasaran nya, sungguh laki-laki yang nekat dan pantang menyerah." Ucap Murid Lain nya, lalu mulai menggeleng-geleng kan kepala nya.
“Padahal sudah beberapa cewek yang menolak nya, namun dia benar-benar gigih." Ucap Murid Lain nya.
“Ganbatte.........Arung” Ucap kompak murid-murid yang lewat di lorong di depan taman tersebut.
NOTE: Ganbatte adalah Bahasa Jepang yang artinya semangat.
Taman Sekolahan.
Arung terkenal di SMU tersebut karena keberanian nya menembak Gadis-Gadis di sekolah tersebut, namun semua menolak nya. Rumor mengenai hal tersebut pun telah beredar di antara murid-murid sekolah tersebut.
“He....He....He....” Suara tawa kecil Ketua Osis saat mendengar kan ocehan murid-murid lain nya, sambil menutup mulut dengan sebelah tangan nya.
Arung pun tidak terpengaruh dengan ucapan murid-murid lain nya yang mengejek sekaligus mendukung nya, ia tetap bersikukuh pada pendirian nya lalu bersiap menyatakan cinta kepada Pujaan Hati nya Ketua Osis. Para murid lain nya pun mulai menonton adegan pernyataan cinta Arung dari jendela kelas maupun lorong di sekitar taman tersebut.
“Nadia kamu tahu apa itu cinta?” Tanya Arung, kemudian memegang tangan Ketua Osis tersebut.
“Cuit....Cuit....Cuit..............” Siulan teman-teman yang pada berkumpul di atas dan di lorong sekolah saat menyaksikan drama korea antara Arung dan Ketua Osis tersebut.
Nadia pun membiarkan Arung menggenggam tangan nya, Dia dan Adik Kelas nya tersebut memiliki satu kesamaan yaitu sama-sama memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi.
“Cinta itu kan perasaan saling ketertarikan antara sepasang kekasih kan Arung.” Jawab Nadia, Sambil menatap mata Arung.
Ia pun terdiam sejenak, mata nya menatap balik ke arah mata Nadia, pandangan mata mereka pun saling beradu.
“Cinta itu seperti yang kurasakan saat ini pada kamu, Nadia." Ucap Arung.
“Cieh......Cieh........So sweet.....,"
"Terima saja Ketua Osis.” Sahut kompak murid lain nya yang sedang menonton adegan di taman sekolahan tersebut.
Gombalan Adik Kelas tersebut pun terus berlanjut.
“Jantungku berdegup kencang tiap melihatmu Nadia, tiap malam tidur ku selalu tidak nyenyak teringat paras dewi mu,"
“Jadilah pacarku, Nadia.” Ucap Arung.
Kondisi pun menjadi hening untuk sesaat di taman sekolahan tersebut.
Nadia sebenarnya sangat tersentuh dengan pernyataan cinta dari Arung, namun karena perbedaan usia diantara mereka dia pun mulai mengurungkan niat nya untuk menerima Arung menjadi Kekasih nya.
“Wah..........So sweet Arung, tapi maaf ya,”
“Aku harus fokus belajar untuk ujian final saat ini, ketika nanti aku udah lulus dari SMU ini,”
“Akan ku fikirkan kembali ya Arung.” Ucap Nadia, sambil melepaskan genggaman tangan Arung.
Mendengar jawaban dari Pujaan Hati nya tersebut, hati Arung pun seperti tercabik-cabik oleh pedang yang tak kasat mata, rasa nya ini adalah kali keenam dirinya di tolak oleh Gadis yang di taksir nya.
“Treeettttttttttt................................” Suara bel tanda berakhirnya jam istirahat.
“Sampai jumpa ya Arung, Kadonya kubawa ya,"
"Ganbatte adik kecil.” Ucap Nadia, sambil beranjak kembali masuk kekelas.
Murid lainnya pun bubar karena tontonan tersebut telah berakhir, sedangkan Arung masih duduk di bangku taman tersebut. Tak lama berselang hujan pun mulai turun, ia pun masih terus duduk di bangku tersebut hingga seluruh pakaian nya pun basah kuyup di guyur oleh hujan yang sangat deras.
"Byurrrr............... " Suara hujan mengguyur dengan deras nya.
Tidak ada yang menyadari nya saat ini, Pejuang Cinta tersebut sedang meneteskan air mata di pipi nya dan menagis di dalam hati nya.
"Ugh...... Sakit nya, walau sudah sering seperti ini, dadaku masih terasa sakit." Gumam Arung.
Setelah beberapa menit berlalu, ia pun mulai beranjak pergi dari taman sekolahan tersebut dan berniat untuk pulang kembali ke rumah nya.
“Aku sudah menyatakan cinta kepada lima orang cewek beberapa bulan sebelum nya, namun semua nya menolak ku,”
“Kali keenam ini pun aku ditolak, malangnya nasib ku, ”
“Bahkan hujan pun turun di saat ini, seluruh pakaian ku telah basah kuyup karena nya,"
"Sebaiknya aku pulang saja, tidak mungkin aku melanjutkan belajar dengan pakaian basah kuyup seperti ii dan hati tercabik-cabik seperti ini.” Gumam Arung, sambil memegang dada nya.
Ia pun kembali ke dalam sekolah nya lalu mengambil sebuah payung di dalam loker milik nya yang berada di lorong sekolah, kemudian beranjak pergi meninggalkan sekolah tersebut dengan duka dan nestapa.
Di Trotoar Jalan Pulang Ke Rumah nya.
"Byurrrr............... " Suara Hujan Yang Sangat Deras.
Arung pun kemudian memasang headset di kedua telinga nya sambil mendengarkan lagu dari grup band hijau daun. Ia pun mulai menutup mata nya dan benar-benar menghayati mendengarkan lagu yang dibawakan oleh grup band tersebut di tengah-tengah guyuran hujan yang sangat-sangat deras.
“Dan aku masih tetap disini,”
“Kulewati semua yang telah terjadi, aku menunggumu Ooohhh....Ohhh,"
"Aku menunggumu,” Nyanyian kecil Arung, yang tengah sedih dan patah hati.
“Suara dengarkan lah aku, apakah aku ada di hatinya,"
“Aku disini menunggunya masih berharap di dalam hati nya aaa.....”
“Suara dengarkan lah aku, apa kabar nya pujaan hatiku,”
“Aku disini menunggunya, masih berharap di dalam hatinya.” Nyanyian Pilu Arung.
Ia pun tidak menyadari sebuah White Hole berdiameter 3 meter telah muncul di hadapan nya, di karenakan ia saat ini sedang berjalan sambil menutup kedua belah mata nya lalu sedang menghayati lagu dari grup band hijau daun tersebut.
Di Dalam Kelas Nadia.
"Byurrrr......... " Suara Hujan Deras dari luar kelas.
Sementara itu Nadia di dalam kelas merasa sangat tidak enak terhadap Junior nya tersebut, sebab tadi saat di Taman Sekolahan ia belum habis menyelesaikan ucapan nya kepada Adik Kelas nya tersebut lalu bel tanda berakhir nya jam istirahat keburu berbunyi.
“Ah....aku lupa mengatakan nya kepada Adik kecil itu, supaya kita berteman saja terlebih dahulu,”
“Dan setelah mulai saling mengenal satu sama lain nya dan apabila sudah ada kecocokan, baru bisa melanjutkan hubungan tersebut ketahap selanjut nya, seperti nya Arung merupakan seorang pemuda yang benar-benar baik dan tulus,”
“Sebaiknya sepulang sekolah nanti aku harus kembali menemuinya, dan mengatakan padanya tentang hal ini.” Ucap Nadia, sambil membuka kado pemberian Arung yang ternyata berisi coklat silver queen kesukaan nya.
"Oh My Junior...... kau benar-benar tahu coklat kesukaan ku, Aku semakin galau." Gumam Nadia.
Nadia dan murid-murid lain nya tidak pernah menyadari nya bahwa pada hari ini adalah hari terakhir mereka dapat melihat Arung di dunia ini.
“Warppp......warppp......warppp........” Suara yang di keluarkan oleh White Hole saat Arung mulai memasuki nya.
Pinggiran Hutan Kematian, Jalan Menuju Puncak Gunung Obat.
“Boommm....” Suara ledakan kecil HP milik Arung dan seketika menghanguskan daerah di sekitar saku baju putih nya tersebut.
Arung pun kaget bukan kepalang, kemudian mulai membuka kedua belah mata nya sambil melepaskan headset di telinga nya.
“Arghhh.....Kenapa tiba-tiba HP ku meledak sendiri.” Ucap Arung sambil mengeluarkan HP dari saku baju nya yang telah hangus tersebut.
“Bukankah tadi hujan, kenapa aku tiba-tiba berada di jalanan yang sepi di pinggir hutan ini?”
“Dimana aku sekarang berada?” Gumam Arung, sambil melihat ke sekeliling nya.
Arung pun mulai menyusuri jalanan tersebut berniat mencari sebuah kampung atau pun rumah seseorang untuk bertanya.
Jalanan Menuju Puncak Gunung Obat.
Sementara itu Kakek Bongpal tengah mengayuh sepeda nya di jalanan menuju Gunung Puncak Danau Obat tersebut, setelah membeli beberapa senjata suci untuk berkebun di Desa Tiger.
"Dssttt........ Dsstttt......... " Suara Desiran Ular yang sangat berbisa.
Dari balik hutan muncul lah sesosok Ular Jantan Bertanduk Sembilan kemudian mulai menghadang Kakek Bongpal di tengah jalanan tersebut. Beast Beracun ini memilik sembilan tanduk di kepala nya dan memiliki sisik berwarna hijau dengan panjang sekitar 10 meter, makhluk buas yang menghadang Kakek Bongpal tersebut adalah seekor beast yang kekuatan nya setara dengan kultivator di ranah alam kesatria puncak.
"Huft................. " Suara Nafas Panjang Kakek Bongpal.
Sedangkan Kakek Bongpal merupakan kultivator yang berada di ranah alam bumi puncak, jadi sangat lah mudah bagi nya untuk membunuh ular jantan tersebut, namun dia mengurungkan niat nya.
“Wah..............nasib buruk kali ini, ada seekor ular jantan buas dan berbisa yang menghadang ku saat ini,”
“Aku dapat dengan mudah membunuh nya, tetapi aku khawatir ular betina pasti akan datang setelah nya, dan kekuatan ular betina tersebut biasa nya tiga kali lipat lebih kuat dari ular jantan tersebut,”
“Sebaiknya aku kabur saja, akan ku tumbangkan beberapa pohon dari atas tebing tersebut agar hanya melukai beast itu sedikit dan menahan nya untuk beberapa saat,”
“Jadi aku memiliki jeda waktu untuk kabur dari sini,” Gumam Kakek Bongpal.
Ular itu pun mulai menerjang dengan buas nya ke arah Kakek Bongpal, Sedangkan itu laki-laki tersebut mulai mengarahkan telapak tangan nya ke atas ke arah tebing di samping jalanan tersebut. Sebuah bola api berdiameter tiga meter mulai melesat ke arah pepohonan di atas tebing tersebut.
"Whusss........... " Suara Hempasan Angin saat Bola Api tersebut mulai melesat ke arah tebing.
"Duarghhhhh........ " Suara ledakan akibat bola api menghantam tebing.
Akibat serangan tersebut pepohonan di atas tebing pun mulai bertumbangan dan tanah pada tebing tersebut mulai longsor lalu menimpa ular jantan tersebut.
"Aurghhhhh............ " Raungan Kesakitan Ular tersebut saat tertimpa pepohonan yang tumbang dan longsoran tanah.
"Brukkkk...... Brukkkkk........ " Suara pepohonan dan tanah saat menimpa Ular Jantan tersebut.
Kakek Bongpal pun mengangkat sepeda nya lalu mulai melompati tumpukan pepohonan yang menimpa ular jantan tersebut, lalu kembali naik dan mengayuh sepeda nya lagi. Setelah berhasil melarikan diri dari sergapan ular jantan tersebut Kakek Bongpal pun terus mengayuh sepeda nya dan bertemu dengan Arung yang sedang menyusuri jalanan ke arah Desa Tiger.
Bahu Jalan Yang Di Penuhi Semak Belukar.
"Siapa Bocah cilik ini?" Gumam Kakek Bongpal.
Ia pun mulai menepikan sepeda nya ke arah bahu jalan yang di penuhi oleh semak belukar tersebut, kemudian mulai menghampiri Arung.
“Adik kecil sedang apa kau berjalan sendirian sore-sore seperti ini, disini?"
"Jalanan ini sangat berbahaya bahkan bagi seorang kultivator sekali pun,”
“Sedangkan Kamu hanyalah orang biasa tanpa tenaga dalam.” Ucap Kakek Bongpal.
“Hahh....apa itu kultivator, apa nya yang berbahaya pak?”
“Saya jalan nya kan di pinggiran jalan tidak di tengah jalanan Pak.” Ucap Arung.
Arung belum menyadari kalau saat ini, ia telah berpindah ke Dunia Kultivasi yang sangat berbeda dari dunia asal nya.
“Sepertinya kepala bocah ini terbentur hingga dia tidak mengetahui apa itu kultivator, jika di lihat dari kondisi nya,"
"Seperti nya dia habis mengalami sebuah tragedi sehingga ia lupa ingatan mungkin,”
“Bocah ini sepertinya baru berusia 15 tahunan, bajunya terbakar hangus di bagian saku nya,” Gumam Kakek Bongpal.
“Bocah kau sebaiknya ikut dengan ku sekarang, sebentar lagi malam tiba kita harus bergegas.” Ucap Kakek Bongpal.
Dari atas tebing muncul lah sesosok Kelelawar Air sebesar orang dewasa yang hendak memangsa Arung dari langit. Melihat makhluk yang tidak pernah di lihatnya seumur hidupnya itu Arung pun hanya membeku dan tidak bisa berkata apa-apa.
“Makhluk apa itu, kenapa ada hewan sebesar itu disini.” Gumam Arung, sambil menengadah kan kepala nya ke atas.
Kelelawar Air ini memiliki ukuran tubuh sebesar orang dewasa, bentuk nya hampir sama dengan kelelawar pada umumnya hanya saja ukuran nya lebih besar dan warna kulitnya bersisik kebiruan. Kakek Bongpal pun mengarahkan telapak tangan nya ke arah Kelelawar Air tersebut, beberapa saat kemudian bola api berdiameter tiga meter pun mulai melesat keluar dari telapak tangan nya.
“Duargghh....................” Suara ledakan yang terjadi akibat bola api menghantam Kelelawar Air tersebut.
Kelelawar itu pun jatuh ke pinggir jalanan dengan tubuh yang hangus terbakar, sementara itu Arung hanya membeku melihat adegan seperti di dalam film-film yang pernah ia tonton di bioskop.
"Brukkk......................... " Suara saat tubuh Beast tersebut jatuh di sebelah nya.
“Bocah ayo cepatlah naik, aku khawatir Beast lainnya akan segera kemari setelah mendengar suara ledakan tadi.” Ucap Kakek Bongpal.
"Ih.... menyeramkan, sebaik nya aku pergi dengan orang ini." Gumam Arung.
Karena perasaan kebingungan, ketakutan, dan perasaan lain nya Arung pun duduk di bangku belakang sepeda Kakek Bongpal.
"Pegangan yang erat bocah." Ucap Kakek Bongpal.
Ia pun kembali mengayuh sepeda nya dan berniat kembali ke kediaman Tiger di puncak Gunung Danau Obat. Ini adalah awal dari kisah seorang pemuda, yang bernama Arungbijak. Setelah terdampar di sebuah dunia kultivasi yang dipenuhi dengan para kultivator, beast, serta keajaiban lainnya. Tak lama berselang setelah kejadian tersebut, karena iba akan keadaan Arung, Bongpal Tiger pun mengangkat Arung menjadi anaknya dan muridnya di keluarga Tiger. Sejak saat itu Arung pun memiliki tambahan nama "Tiger" di belakang namanya.
Tiga Tahun Kemudian.
Tanpa Arung sadari, selama tiga tahun ini ia sudah terdampar di sebuah dunia kultivasi yang bukan "Bumi". Tetapi tempat ini di sebut juga dengan "Bumi". Arung pun tidak bisa mengingat kenapa ia bisa sampai terdampar di dunia ini, Ingatan tentang hal itu seakan-akan telah tersegel rapat. Arung hanya mengingat saat dia pulang dari sekolah disiang hari setelah keenam kalinya ditolak oleh cewek, Tiba-tiba saja dia sudah berada di pinggiran jalan hutan kematian dan bertemu dengan Kakek Bongpal tanpa disengaja.
Tepian Danau Obat.
Saat latihan seni bela diri di Tepi Danau Obat seorang diri, Arung pernah mencoba mengingat penyebab ia sampai terdampar di dunia kultivasi tersebut.
"Ughhhhh........ kepala ku, sakit sekali." Gumam Arung.
Tak lama setelah itu, ia pun langsung terserang penyakit sakit kepala yang luar biasa sakit nya.
"Akh............ Sakit." Teriak Arung.
Karena tidak tahan menahan rasa sakit yang ada di kepalanya, Arung pun menjadi tidak sadarkan diri dan roboh di pinggiran Danau Obat tersebut.
"Brukkkk.......... " Suara Tubuh nya saat tersungkur jatuh ke tanah.
Melihat Arung yang tergeletak tidak sadarkan diri, Kakek Bongpal yang tengah berjalan di sekitaran danau pun segera melarikan Arung ke bagian "Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Desa Tiger" untuk mendapatkan pengobatan.
Di Dalam Kamar Tempat Arung Di Rawat.
Arung pun dirawat selama seharian penuh di rumah sakit tersebut. Pada malam harinya Arung pun terkenang kembali saat-saat menyedihkan ketika ia berada di dunia asal nya.
Sore hari di Sekolah Menengah Pertama, awal mula tahun ajaran baru
Kala itu seluruh teman-teman sekelasnya telah pulang, dan di kelas sekarang tinggal hanya Arung dan Mira saja. Mira gadis yang ditaksir oleh Arung memiliki tinggi sekitar 163 cm dan memiliki mata dan rambut berwarna hitam seperti ras melayu pada umumnya. Mira memiliki panjang rambut sebahu, paras nya pun tergolong cantik dan juga merupakan salah seorang bunga di kelasnya. Arung pun menghampiri Mira yang tengah membereskan buku-bukunya, dan berniat ingin menembaknya.
"Ini kesempatan buatku, aku harus membuat Mira bertekuk lutut kepadaku." Gumam Arung dalam hati.
"Mira kamu ada waktu sebentar saja, aku ingin berbicara suatu hal yang sangat penting." Ucap Arung, dengan tutur kata yang lembut dan sorot mata yang tulus.
"Bicara saja Arung, apa yang ingin kamu bicarakan." Jawab Mira, sambil berhenti sejenak membereskan buku-buku pelajaran nya yang ada di atas meja.
Arung pun mulai mengutarakan cintanya kepada Mira.
"Sejak pertama kali melihatmu, aku sudah sangat menyukaimu,"
"Jika kau menjadi parit aku akan menjadi airnya." Ucap Arung, mencoba menggombali Mira.
"Lho kok aku jadi parit Arung?" Tanya Mira.
"Ia supaya aku bisa menggenangimu sepanjang waktu." Ucap Arung.
"Ah gombal kamu, Arung."Ucap Mira.
Arung pun kemudian menyerahkan setangkai bunga mawar, yang dibelinya setelah menabung uang jajannya selama sebulan ini. Arung pun menunduk dan memberikan bunga kepada Mira. Mira pun mengambil bunga tersebut dan memasukkannya kedalam tasnya. Mira merasa tidak enak hati menolak pemberian dari temannya. Mengira itu adalah sebuah lampu hijau yang diberikan oleh Mira, Arung pun memberanikan diri menggenggam tangan kecil dan halus milik Mira.
"Mira yang cantik jelita, maukah kau menjadi pacarku?" Tanya Arung, sambil menggenggam erat kedua tangan Mira.
Mira terdiam untuk beberapa saat, ia merasa tidak enak jika menjawab terlalu cepat.
"Maaf Arung, aku tidak menyukaimu." Jawab Mira, sambil melepaskan tangan nya dari genggaman tangan Arung.
Kemudian Mira pun kembali membereskan buku yang berserakan di atas meja tersebut. Setelah semua buku masuk ke dalam tasnya, ia pun beranjak pergi keluar dari dalam kelas tersebut. Ketika Mira berjalan berpapasan dengan Arung dan menuju keluar dari kelas, air mata pun mulai menetes perlahan dari mata nya. Setelah mengingat kejadian pahit tersebut.
Kembali Ke Kamar Tempat Arung di Rawat.
"Ugh........ Sakit nya, hatiku seperti tersayat-sayat oleh Pedang Yang Tak Kasat Mata." Gumam Pejuang Cinta tersebut.
Arung pun tertidur di ranjang rumah sakit dengan perasaan sesak di dada nya.
"Zzzztttt............ " Suara Tidur Arung.
Puncak Gunung Obat.
Tidak terasa tiga tahun telah Arung lewati, Waktu berlalu begitu cepatnya di dunia kultivasi tersebut. Ia pun sudah mulai sedikit banyak memahami seni bela diri, serta mengerti tentang dunia kultivasi tersebut. Di dunia kultivasi ini Arung berada di wilayah kekuasaan Kekaisaran Dewi Es, yang terletak di Benua Es Api. Tingkat kultivasi yang telah Arung capai selama tiga tahun ini adalah yang paling rendah, yaitu hanya berada di ranah alam ksatria level awal.
Adapun pembagian ranah kultivasi yang ada di dunia ini sebanyak sembilan ranah, sebagai berikut ;
Ranah alam ksatria ;
Ranah alam raja ;
Ranah alam lautan ;
Ranah alam bumi ;
Ranah alam langit ;
Ranah alam harimau ;
Ranah alam naga ;
Ranah alam siluman atau ranah alam malaikat ;
Ranah alam dewa atau ranah alam iblis.
Gambaran kehidupan di dunia ini seperti dunia zaman kuno digabungkan dengan dunia moderen di dunia asal nya. Kemudian kedua dunia tadi digabungkan dengan dunia fantasi. Walaupun pakaian di dunia ini kuno, namun perkembangan teknologi nya hampir sama dengan di dunia asal nya. Keanehan lain nya di wilayah kekuasaan Kekaisaran Dewi Es ini ialah hampir segala lini pemerintahannya, perdagangannya, dan lini-lini lainnya di jalankan oleh wanita dan hanya beberapa yang di jalankan oleh pria.
Kediaman Keluarga Tiger.
Ini semua di mulai sejak tiga ribu tahun yang lalu, dan hal ini masih menjadi misteri bagi Arung. Kediaman Keluarga Tiger ini berada di luar Desa Tiger, letaknya di Puncak Gunung Obat. Dipuncak gunung obat tersebut terdapat sebuah danau, dan di tengah-tengah nya terdapat sebuah pulau. Di pulau itulah letak mansion kediaman keluarga Tiger berada, walaupun terlihat kuno mansion ini cukup besar dan indah.
Kamar Arung.
Kembali ke dalam kamar Arung yang berada di sekitar mansion utama, Kamar Arung berupa rumah kecil berukuran 6 x 6 meter. Didalam kamar Arung hanya terdapat sebuah ranjang kecil berukuran 2 x 1 meter, dan sebuah lemari serta meja belajar. Di malam hari sebelum nya ia baru saja berlatih kuda-kuda bersama Kakek Bongpal, hingga larut malam. Akibat latihan semalaman tersebut, Arung pun ketiduran hingga siang ini.
Koridor Mansion Keluarga Tiger.
Sementara itu Shilla sedang menuju ke kamar Arung berniat menyampaikan pesan dari Matriak.
Di Depan Pintu Kamar Arung.
Sesampainya di kamar Arung, Shilla pun kemudian mulai mengintip nya dari balik jendela kamar nya berniat memanggil nya. Ternyata di dalam kamar Arung masih tertidur hingga jam segini, Shilla pun menjadi berang melihat nya. Karena emosi Shilla pun mulai melesatkan sebuah bola api dari telapak tangan nya ke arah pintu kamar tersebut.
"Duarrr....." Suara pintu kamar Arung yang meledak, di akibatkan serangan bola api berdiameter setengah meter yang melesat keluar dari telapak tangan Shilla.
"Dasar Mesummmm....."
"Jam segini kok kamu masih tidur, apa semalam habis mengintip lagi ya dengan kakek mesum?" Tanya Shilla.
"Bangun cepat Arung, matriak memanggilmu." Perintah Shilla, dengan suara yang keras.
Arung pun langsung terbangun mendengar kata "MATRIAK", dan bergegas menghampiri Shilla ke depan pintu kamar nya.
"Ternyata kamu gadis pemarah," Ucap Arung.
"Aku tidak berbuat mesum lho semalam, seudzon aja kamu," Jawab Arung.
"Ada apa sih pagi-pagi begini matriak memanggil ku?" Tanya Arung.
Arung tidak sadar berdiri di depan Shilla tanpa mengenakan sehelai pakaian apa pun.
"Dasar mesum pakai dulu bajumu." Ucap Shilla, sambil menutup mata dengan kedua tangan nya.
"Baru berdiri." Ucap Shilla, dengan pipi yang memerah setelah melihat Arung yang tidak memakai pakaian.
Shilla pun kemudian langsung berbalik dan memunggungi Arung. Ia kaget bukan main dengan perkataan Shilla tadi, sekaligus juga terkejut. Arung baru sadar, ternyata dia saat ini tidak mengenakan sehelai pakaian pun di tubuh nya. Kemudian Arung pun langsung berlari ke arah tempat tidur, untuk mengambil selimut dan membalut tubuh nya dengan selimut tersebut. Ia pun beranjak kembali menghampiri Shilla di depan pintu tersebut.
"Maaf gadis pemarah kemarin sehabis latihan dengan Kakek Bongpal,"
"Aku kelelahan dan tidak sempat mandi,"
"Lalu aku melepas semua pakaianku dan langsung tidur," Ucap Arung.
"Ada apa Matriak, memanggilku pagi-pagi begini gadis pemarah?" Tanya Arung.
"Dasar mesum ini sudah siang,"
"Apa tidak ada jam di kamar mu?" Tanya Shilla, dengan nada suara yang besar.
"Sial ini pasti akibat kemarin aku latihan perkuatan bagian bawah, jadi membuat seluruh stamina ku habis terkuras." Ucap Arung.
"Dasar mesum buat, apa kamu latihan bagian bawah mu?" Tanya Shilla, dengan pipi yang memerah serta membayangkan "Ayam jantan yang lagi berkokok dengan gagahnya di pagi hari.
"Kata Tetua Bongpal, supaya fondasi bawah ku ini kuat ketika bertemu dengan lawan yang kuat." Ucap Arung, dengan polos nya.
"Ya sudah lah kamu siap siap saja,"
"Matriak sudah menunggu "
"Burung eh, ...eh salah maksudku menunggumu,"
"Kesembilan Tetua lain nya juga menunggumu, di Aula Leluhur kediaman Tiger," Ucap Shilla
Arung tidak berkata apa-apa, dan terus menyimak maksud dari perkataan Shilla.
"Matriak berpesan, supaya kamu mengemasi seluruh barang milikmu,"
"Dan memasukkan nya ke dalam cincin ruang milik nya ini." Ucap Shilla, sambil menyerahkan cincin ruang berwarna ke emasan ke tangan Arung.
Cincin ruang adalah sebuah artifak sihir, cincin ini memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda mati. Ruang di dalam cincin memiliki kapasitas menampung benda mati sampai dengan volume 10 meter kubik ataupun lebih tergantung kelas nya.
"Haaa burung,..." Ucap Arung, dengan wajah memelas sedih.
"Gadis pemarah apakah matriak ingin mengusirkku?"
"Karena aku tidak berguna?" Tanya Arung.
Tampajk raut wajah nya mulai memelas dan sedih.
"Selama tiga tahun ini berlatih, aku baru mencapai kultivasi ranah alam Ksatria level satu." Ucap Arung, sementara itu Shilla pun bingung dengan ke salah pahaman penafsiran Arung tentang pemanggilan tersebut.
"Serta karena aku selalu kedapatan mengintip para murid wanita, bersama Kakek Bongpal." Ucap Arung, dengan tutur kata yang semakin sedih.
"Mana aku tahu, dasar mesum." Jawab Shilla.
"Kalau kamu di usir, aku juga sangat berterima kasih." Ucap Shilla.
Mendengar perkataan Shilla, Arung pun semakin ber sedih.
"Pesan Matriak, kalau kamu tidak bergegas dia akan menghukummu."
"Dengan mencambuk mu, sendiri dengan kedua tangannya." Ucap Shilla, dengan suara yang sedikit keras.
Fikiran Arung pun mulai membayangkan yang tidak-tidak. Di dalam bayangan nya tersebut Matriak tengah mencambuk dirinya mengenakan stocking berwarna hitam yang sexi di kedua kaki mungil nya, dan hanya mengenakan pakaian dalam saja. Rambut Matriak mengenakan sebuah bando bertelinga kelinci yang imut. Memikirkan tentang hal itu membuat pipi Arung langsung merona merah, dan hidung nya pun memuncrat kan darah.
"******......" Suara Muncratan Darah dari hidung nya.
Percikan darah nya pun mengenai wajah Shilla yang ada di hadapan nya tersebut. Melihat sikap Arung yang seperti itu, Shilla secara spontan menembak kan bola api berdiameter setengah meter dari telapak tangan nya ke arah Arung.
"Akh...................."Teriak Shilla.
"Terima ini dasar mesum."Teriak Shilla.
"Duarrr................." Suara ledakan yang di sebabkan oleh bola api yang menghantam kamar Arung.
Kamar Arung pun terbakar terkena serangan bola api tersebut, Untungnya ia sempat menghindar dan hanya mengalami cedera sedikit.
"Dasar mesum..." Teriak Shilla.
"Apa sih yang ada dibenakmu?" Ucap Shilla, merasa jengkel melihat perilaku Arung.
Ia pun mulai bangkit dari tempat jatuh nya tersebut.
"Sial............untung saja aku sudah terbiasa terkena tembakan bola api dari gadis pemarah ini."
"Dia memang dari dulu memendam dendam kepada ku." Gumam Arung.
"Cepat bergegaslah, dasar mesum." Perintah Shilla.
"Dan tutupi dirimu, aku akan kembali ke tempat Matriak." Ucap Shilla, sambil meninggalkan kamar Arung dan bergegas kembali ke Aula Leluhur.
"Dasar gadis pemarah, gara-gara dia semuanya barangku habis terbakar."
"Apa yang mau ku kemas sekarang." Ucap Arung, sambil melihat sekeliling kamar nya yang sudah terbakar.
"Dasar ..." Gumam Arung.
Kayu kuda-kuda di atas atap kamar Arung pun ikut terjatuh dan hampir mengenai kepala Arung.
"Brukkkk............... " Suara balok kayu yang jatuh ke lantai.
Balok kayu jatuh hanya berjarak 10 cm dari nya, jika terkena Arung pasti akan geger otak saat itu.
"Ha.... untung saja, memang jika berurusan dengan gadis pemarah itu hidupku selalu dalam mara bahaya." Ucap Arung.
Jika di perhatikan, Shilla itu termasuk gadis yang cantik juga dan tidak kalah cantik nya dengan mama nya "Matriak". Tapi jika mengingat kelakuan nya selama ini yang selalu saja menembak kan bola api terhadap nya. Ia pun jadi tidak bernafsu lagi kepada Shilla, tanpa disadari oleh nya sebenarnya gadis pemarah itu sudah lama sekali memendam perasaan nya terhadap Arung. Shilla selalu memanggil nya dengan sebutan mesum, itu semua di akibatkan kejadian dua tahun yang lalu saat di Pemandian Air Panas.
Dua Tahun Yang Lalu, Pemandian Air Panas.
Saat itu Arung salah masuk ke pemandian air panas. Di Sana tanpa sengaja Arung melihat Shilla yang sedang membersihkan dirinya dengan berendam di dalam bak air tanpa memakai sehelai pakaian apa pun.
"Shilla...... Ugh, kulit yang begitu mulus." Gumam Arung.
Kalau diingat- ingat kejadiannya lagi, gara-gara hal itu lah Arung pun di tembaki bola api berkali-kali.
"Dasar Mesummmmm........... " Teriak Shilla, lalu mulai menembakkan bola-bola api ke arah nya.
"****........ " Suara muncratan darah yang muncrat dari dalam hidung Arung.
Akibatnya ia kehilangan banyak sekali darah, kehilangan banyak darah disini, di akibatkan oleh mimisan sewaktu Arung melihat tubuh polos Shilla yang basah di dalam bak air di pemandian air panas tersebut.
"Ugh....... Walau dada nya standar tetap indah." Gumam Arung.
Ia kehilangan banyak darah bukan karena tembakan bola api bertubi-tubi dari Shilla melainkan karena mimisan.
"Brukkkk........ " Suara tubuh Arung saat tersungkur di lantai pemandian.
Arung pun sampai tidak sadarkan diri akibat mimisan tersebut, padahal ia hanya melihat Shila mandi selama sepuluh menit saja. Sejak saat itulah Arung mendapatkan julukan "Mesum" oleh Shilla, sampai dengan saat ini.
"Kraakkkkk...... " Suara pintu kamar mandi terbuka.
"Arung, gawat aku harus segera membawanya ke IGD." Ucap Matriak.
Pada saat Arung tidak sadarkan diri, Matriak dengan cepat membawa nya ke rumah sakit di Desa Tiger. Kalau tidak cepat mungkin Arung sekarang sudah tewas akibat kehilangan banyak darah saat kejadian tersebut.
Di Dalam Kamar Arung.
"Ya sudahlah aku harus bergegas pergi ke kediaman Kakek Bongpal."
"Dia kan tengah berada di aula leluhur saat ini bersama Matriak dan Tetua-Tetua lain nya," Gumam Arung.
Ia pun mulai keluar dari dalam kamar nya, lalu berjalan menuju kediaman ayah angkat nya.
"Lagipun mungkin aku akan diusir oleh Matriak,"
"Sebaiknya kukemasi semua barang, dan harta milik Kakek Bongpal."
"Dia kan selalu menyiksaku selama ini." Keluh Arung dalam hati.
"Dengan menyuruhku latihan yang aneh-aneh, selama tiga tahun ini."
"Dan selalu menertawai ku, setiap aku latihan yang berat-berat." Gumam Arung.
"Ha....Ha.....Ha....,"Arung pun tertawa sendiri.
"Tak bisa ku bayangkan wajah Kakek Bongpal, ketika tahu semua barangnya habis terkuras tanpa tersisa."Ucap Arung, dengan nada suara kecil.
Kakek Bongpal merupakan seorang kultivator di ranah alam bumi level puncak, dan juga merupakan Tetua Laki-Laki yang sudah berusia seratus lima puluh tahun. Namun karena kultivasi nya yang tinggi ia tidak menua, dan terlihat berusia sekitar dua puluh tahunan. Kakek Bongpal merupakan kultivator dengan elemen api, sama seperti Shilla. Dan kenapa Arung mendapatkan julukan "Mesum" tentu juga karena ulah kakek Bongpal tersebut. Kakek Bongpal ini kerjaannya setiap hari sering mengintip murid-murid, bahkan Tetua mandi dan yang sering kena getah nya adalah Arung. Ia kerap kali terkena amukan para gadis yang sedang emosi akibat ulah mesum Ayah Angkat nya tersebut.
Pemandian Wanita di Kediaman Tiger.
Ketika mengajarkan seni bela diri terhadap Arung, Kakek Bongpal kerap kali memilih lokasi latihan di dekat pemandian wanita atau ruang ganti baju wanita. Arung melakukan latihan dengan serius, sedangkan Kakek Bongpal ia sengaja mengintip para wanita mandi atau berganti pakaian.
Ketika Kakek Bongpal kedapatan mengintip, Kakek Bongpal langsung kabur dan meninggalkan Arung untuk menjadi sasaran amuk masa para wanita tersebut. Akibat dari perbuatan Kakek Bongpal, ia selama tiga tahun tersebut kerap kali keluar masuk rumah sakit di Desa Tiger. Sampai dokter-dokter dan perawat-perawat di Rumah sakit tersebut sudah mengenali nya. Tiap mereka menggebuk Arung beramai-ramai mereka hanya mengenakan pakaian dalam saja, dan itulah yang menyebabkan Arung mimisan kemudian kehilangan banyak darah.
Ketika Arung sudah selesai dihajar habis-habisan, barulah Kakek Bongpal kembali dan ia pun tertawa terbahak-bahak.Setelah tertawa, barulah Kakek Bongpal membawa Arung ke rumah sakit. Rutinitas seperti itu berulang terus selama tiga tahun ini, di kediaman keluarga Tiger.
Di Dalam Kamar Arung.
"Kalaupun aku diusir oleh Matriak, aku harus membalas kakek Bongpal ini."
"Akan ku kemasi seluruh harta bendanya, dan menyimpannya ke dalam cincin ruang ini." Gumam Arung di dalam hati.
"Terutama harta utama nya, yang berada di dalam kotak harta itu."
"Dan di simpan di bawah ranjang nya." Gumam Arung di dalam hati, sambil beranjak pergi ke mansion Kakek Bongpal.
Mansion Kakek Bongpal
Satu jam kemudian, Arung pun telah selesai mengemasi seluruh harta di kediaman Kakek Bongpal, dari mulai senjata hingga pakaian dan menyimpan nya ke dalam cincin ruang pemberian Matriak.
"Baiklah, aku sudah selesai menguras semua harta milik ayah angkat ku,"
"Sekarang saat nya aku menuju Aula Leluhur, kenapa hati ku sedih banget." Gumam Arung.
Kemudian Arung pun langsung bergegas menuju aula leluhur dengan wajah yang sedih dan kesiapan hati akan diusir dari keluarga Tiger.
Di Depan Aula Leluhur.
"Tok.....,tok,.......tok...."Suara ketukan pintu.
"Krakkkkk............." Suara pintu terbuka.
Aula Leluhur Keluarga Tiger.
Kemudian Arung mulai membuka pintu dan masuk ke dalam aula leluhur tersebut, dan berjalan perlahan ke tengah ruangan.
"Tap..... Tap...... Tap........ " Suara langkah kaki nya, semua Tetua menatap ke arah nya.
"Selamat siang Matriak, dan para Tetua-Tetua sekalian,"
"Murid keluarga Tiger sudah datang, dan memberi hormat." Ucap Arung, sambil membungkuk dan memberi hormat.
"Arung cepat mendekat kemari segera, ada hal yang ingin kami bicarakan dengan mu." Ucap Matriak.
Arung pun beranjak mendekati Matriak, dengan wajah yang memelas dan sedih.
"Sepertinya Matriak akan mengusirku sekarang." Gumam Arung.
"Siap Matriak, saya sudah siap." Ucap Arung, dengan nada suara yang bergetar.
Ia berbicara demikian, karena kesalahpahaman penafsiran nya. Arung berfikir dirinya akan diusir dari keluarga Tiger, karena bakatnya yang buruk dan citra mesum yang melekat pada dirinya.
"Ini semua gara-gara Kakek Bongpal." Gumam Arung.
Matriak yang bingung melihat sikap Arung pun bertanya.
"Kenapa wajahmu sedih, dan matamu berkaca-kaca Arung, apa kamu sedang sakit?" Ucap Matriak, dengan suara yang lembut.
Mendengar perkataan Matriak, Arung pun lantas berlutut sambil memegang kedua tangan Matriak. Belum sempat Arung berbicara kedelapan Tetua langsung bersuara keras.
"Dasar mesum, lepaskan tangan Matriak."
"Kamu mau ngapain hah Arung?" Ucap kedelapan Tetua kompak, dengan nada suara yang keras.
Melihat tingkah Arung, Tetua kesembilan hanya pura-pura menyeruput kopi di depan nya secara perlahan-lahan, dan pura-pura tidak mengenali murid sekaligus anak angkat nya tersebut.
"Maafkan saya Nyonya Matriak, tapi saya mohon jangan usir saya dari keluarga ini,"
"Saya tidak tau harus kemana lagi." Ucap Arung, dengan nada suara yang sedih.
"Siapa yang akan mengusir mu."
"Dan lepaskan tangan mu, Arung kembali lah ke tempatmu dan dengarkan baik-baik." Ucap Matriak, sambil melepaskan genggaman tangan Arung.
Matriak dan para Tetua panik ketika Arung memegang tangan nya, disebabkan oleh kontrak jiwa. Kontrak jiwa ini akan terjadi dengan sendiri nya apabila seorang pria menggengam tangan seorang wanita dan mengutarakan perasaannya di dunia kultivasi ini. Apabila si pria atau wanita menerimanya, maka kontrak jiwa pun terjadi. Pria atau wanita yang sudah melakukan kontrak jiwa harus menikah, jika tidak si pria atau wanita akan tewas terkena kutukan jiwa.
"Kukira dia akan menembak ku tadi, hampir saja." Gumam Matriak.
"Huh....... Dasar Mesum." Gumam Shilla.
Arung tidak mengetahui perihal tersebut, karena ia tidak berasal dari dunia ini. Mendengar hal tersebut ia pun lantas kembali ke posisi nya, kedelapan Tetua dan juga Shilla menatap nya dengan tatapan yang sinis.
"Ugh....... Dulu Pemuda ini bahkan pernah melamar ku, saat ini dia bahkan berani menggenggam tangan Matriak,"
"Bocah yang benar-benar nekat." Gumam Tetua Shiyu, lalu mulai menggeleng-geleng kan kepala nya.
Kedelapan Tetua cantik ini pun tidak luput dari intipan sang Raja Mesum Kakek Bongpal. Ketika tertangkap mengintip yang terkena imbasnya selalu saja Arung. Kakek Bongpal selalu kabur, sedangkan ia tidak dapat melarikan diri karena kecapekan sehabis berlatih sehingga Arung selalu yang tertangkap.
"Kedelapan Tetua pasti dendam padaku karena perbuatan Ayah Angkat ku." Gumam Arung.
Kedelapan Tetua pun memanggil Arung dengan sebutan "Mesum" juga, hanya Nyonya Matriak yang tidak menyebut nya dengan sebutan tersebut. Kakek Bongpal menatap Arung dan melihat ke arah pakaiannya. Sepertinya kakek Bongpal mengenal pakaian yang dikenakan oleh Arung, namun karena para Tetua pun melihat ke arah nya dengan tatapan sinis yang sama menyebabkan Kakek Bongpal jadi enggan untuk bertanya.
"Arung dengan ini kami telah sepakat untuk mengirim mu ke kota Awan Hitam."
"Untuk mengikuti ujian menjadi prajurit di Kekaisaran Dewi Es ini," Ucap Matriak, sementara itu Arung pun kembali bersemangat.
"Adapun tujuan kamu di sana adalah untuk menyelidiki tentang hilangnya Matriak terdahulu." Ucap Matriak, sementara itu Arung tambah semangat karena merasa mendapatkan misi yang penting.
"Matriak terdahulu yaitu nyonya Yuki Tiger, ini aku berikan handphone khusus yang tidak dapat dilacak dan memiliki fitur keamanan terbaik walaupun desainnya kuno."
Handphone khusus ini terlihat seperti handphone di tahun 2000 an, memiliki ukuran yang besar dan berat, serta masih memakai key pad belum menggunakan touch screen.
"Tetapi hanya bisa telepon saja tidak bisa hal lainnya seperti internetan atau mengirim pesan teks." Ucap Matriak, Sambil menyerah kan handphone tersebut ke tangan Arung.
Mendengar hal itu Arung pun tidak bersedih lagi dan menjawab dengan sigap dan perkasa.
"Siap Matriak laksanakan,"
Sambil mengambil handphone di tangan Matriak.
"Jadi Matriak, kapan saya harus berangkat?" Tanya Arung, dengan bersemangat.
"Sekarang juga kamu akan berangkat, pergilah ke tepi danau." Jawab Matriak.
"Temui seorang pendekar wanita dari keluarga Xiao, dia sudah menunggumu." Ucap Matriak.
Arung pun membungkuk dan memberi hormat kepada Matriak, kedelapan tetua dan Kakek Bongpal. Kemudian Arung pun langsung bergegas keluar dari aula leluhur menuju tepi pulau. Di tepi pulau Arung bergegas menaiki perahu untuk melintasi danau di puncak Gunung Obat ini, dan segera menemui pendekar wanita dari klan Xiao. Rapat di aula leluhur keluarga Tiger pun berakhir, kedelapan tetua kembali ke kediaman nya masing-masing.
Kakek Bongpal pun menghabiskan kopinya, dan kembali ke kediamannya juga. Matriak kemudian menghubungi seseorang wanita cantik yang tengah menunggu di tepi danau puncak Gunung Obat dengan handphone miliknya.
Tepian Danau Obat Sisi Luar Pulau.
"Halo... Mei Mei,"
"Adik kecil dari keluargaku saat ini sedang menuju ke tempat mu yach."
"Izinkan dia menumpang Truk mu, sampai ke Kota Awan Hitam yach."
"Ia akan mengikuti ujian menjadi Prajurit di Kekaisaran Dewi Es di sana." Ucap Matriak, melalui HP miliknya.
"Mohon di bantu ya Mei Mei, dan maaf sudah merepotkan mu."
"Karena keuangan keluarga kami kondisi nya tengah buruk, jadi kami tidak dapat mengirim nya ke Kota Awan Hitam menggunakan kereta api." Ucap Matriak, melalui HP milik nya dengan nada yang sedikit sedih.
"Tidak masalah Vin, kita kan teman semasa kecil."
"Akan ku jaga bocah ini Vin, sampai dengan selamat ke Kota Awan Hitam." Ucap Xiao Mei Mei, melalui HP miliknya dengan nada yang tegas.
"Kau memang Sahabat Sejati ku Mei Mei." Gumam Matriak.
"Kamu tenang saja, tidak usah khawatir Vin." Ucap Xiao Mei Mei, melalui HP miliknya dan berusaha menenangkan Nyonya Vinic.
"Terima kasih Mei mei, aku titip bocah itu yah." Ucap Matriak, melalui HP nya sambil kemudian mematikan nya.
Danau Obat.
Untuk melewati Danau Obat ini harus menaiki perahu khusus yang merupakan artifak tingkat alam bumi, yang dapat menghilangkan hawa keberadaan seseorang yang sedang menaiki nya.
"Tiap melewati Danau ini bulu kuduk ku selalu merinding,"
"Beast-Beast di dalam Danau ini sangat buas dan mengerikan." Gumam Arung dari dalam Perahu Penangkal Iblis.
Hal tersebut bertujuan agar orang yang menaiki perahu tersebut tidak terdeteksi oleh Beast-Beast Buas penghuni Danau tersebut. Perahu ini bernama Perahu Penangkal Iblis, Keluarga Tiger memiliki sekitar tiga puluh perahu seperti itu yang berlabuh di sepanjang tepian Danau Obat dan hanya anggota Keluarga tersebut lah yang dapat menaiki nya.
Tepian Danau Obat Sisi Pulau Bagian Luar.
Setibanya di tepian Danau Obat Sisi Luar Bagian Pulau, alangkah terkejut nya Arung saat melihat seorang Wanita Cantik yang sedang menunggu kedatangan nya.
"Oh My God......Cantik Banget." Gumam Arung.
Wanita cantik tersebut saat ini sedang duduk di atas kap mesin Mobil Truk milik nya, ia pun mulai menghampiri Wanita yang menunggunya tersebut kemudian mulai menyapa nya.
"Hai........Kakak Cantik,"
"Apakah Kakak yang sangat cantik ini adalah utusan dari Keluarga Xiao?"
"Apakah Kakak Cantik ini yang akan mengantarkan ku menuju ke Kota Awan Hitam?" Tanya Arung, dengan nada suara yang sedikit menggoda.
"Wah....... Benar Adik Tampan,"
"Terima Kasih atas pujian nya,"
"Eh.......Tapi cepat juga kamu nyampai nya ya, Adik Kecil,"
"Siapa nama mu?" Tanya Xiao Mei Mei.
"Ugh..... ternyata Wanita ini tidak hanya cantik tapi juga sangat ramah." Gumam Arung.
"Kenalkan nama Kakak adalah Xiao Mei Mei dari Klan Xiao,"
"Panggil saja kakak dengan panggilan Kak Mei Mei, atau Kakak Cantik juga boleh,"
"Panggilan nama juga kan adalah sebuah doa." Ucap Xiao Mei Mei.
"Nama ku Arungbijak Tiger Kakak Cantik,"
"Aku adalah salah satu murid dari Keluarga Tiger." Ucap Arung, dengan pede nya.
"Oke.........Adik Kecil, naik lah ke dalam Truk,"
"Sudah jam tiga akan sangat berbahaya jika kita tidak secepatnya keluar dari Gunung Obat ini." Ucap Xiao Mei Mei.
"Baik Kak Mei Mei, kau adalah Pimpinan nya." Ucap Arung, mereka berdua pun langsung naik ke dalam Mobil Truk tersebut setelah nya.
Kak Mei Mei pun langsung menginjak pedal gas lalu mulai menjalankan Mobil Truk tersebut di jalanan hitam.
Kediaman Keluarga Tiger, di Tepian Danau Obat Belahan Pulau Lain nya.
Sementara itu di kediaman Keluarga Tiger, para Tetua dan Murid-murid Wanita sedang membuat sebuah pesta di tepian pulau untuk merayakan kepergian dari murid si Raja Mesum (Kakek Bongpal) secara besar-besaran.
"Tos........... " Ucap Kompak Beberapa Murid Wanita sambil mengetos Kaleng Beer mereka secara bersamaan.
Di Tepian Danau tersebut tampak Tetua Gigi dan Lindsay tengah duduk di sebuah tikar dengan sebuah payung raksasa di tengah nya.
"Akhirnya kita bisa mandi dengan tenang mulai sekarang." Ucap Tetua Gigi.
"Rasanya damai sekali Gigi, seperti kita menjadi Iron Man." Ucap Tetua Lindsay.
"Semoga saja Ayah Angkat nya juga angkat kaki dari sini, agar situasi lebih aman dan kondusif." Ucap Tetua Gigi, lalu mulai meneguk beer beberapa kali tegukan.
Mansion Kakek Bongpal.
Tetua Mesum pun kembali ke Mansion nya, ia pun mulai membuka pintu tempat tinggal nya tersebut.
"Kraakkkkk........ " Suara Pintu Mansion Tetua Mesum Terbuka.
Ia pun mulai mengamati sekeliling ruangan tamu terlebih dahulu, dan ternyata sudah tidak ada apa-apa lagi di dalam ruangan tersebut.
"Lho............kemana vas-vas antik ku dan senjata-senjata suciku?" Gumam Kakek Bongpal, dada nya pun mulai sedikit sesak.
"Ugh...... dada ku, sedikit sesak." Ucap Kakek Bongpal, lalu tubuh nya sedikit oleng kemudian berpegangan di dinding-dinding ruangan.
Di Dalam Kamar nya.
Kakek Bongpal pun kemudian masuk ke dalam kamarnya, dan melihat ke bawah ranjang nya. Harta yang di kumpulkan nya selama ini dan disimpan di bawah ranjang tersebut dan di jaga nya dengan sangat baik ternyata sudah menghilang tanpa bekas, alangkah terkejutnya ia akan peristiwa tersebut.
"Kemana Peti Giok Putih ku pergi, kenapa bisa menghilang,"
"Bajingan mana yang berani mengambil nya." Ucap Kakek Bongpal dengan penuh emosi.
"Argggghhhhhh........... "Teriakan Kemarahan dari Kakek Bongpal.
"Ugh.....Dadaku." Gumam Kakek Bongpal, tubuh nya pun mulai oleng lalu tersungkur jatuh ke lantai setelah nya.
"Brukkk......................" Suara Saat Tubuh nya tersungkur jatuh ke lantai.
"Harta ku......... " Ucap Kakek Bongpal dengan nada suara yang terputus-putus.
Beberapa menit kemudian Kakek Bongpal pun langsung tak sadarkan diri akibat syok kehilangan semua harta benda nya, dan yang paling membuat nya syok adalah kehilangan Peti Giok Putih berukuran 100 x 60 x 60 cm tersebut.
Di perjalanan menuruni Gunung Obat, Di dalam kabin depan Truk.
"Adik kecil, kenapa ada kapas yang di selipkan di hidungmu?" Tanya Xiao Mei Mei, dengan nada suara yang lembut.
Arung pun terdiam untuk sejenak, beberapa menit kemudian baru dia menjawab pertayaan tersebut.
"Aku terjatuh kak, sewaktu berlatih dengan Kakek Bongpal di Danau Obat." Jawab Arung.
"Tidak mungkin aku mengatakan hidungku ini mimisan karena membayang kan Nyonya Vinic yang tengah berpose sexi,"
"Gak... gak... aku pasti akan di cap mesum oleh nya." Gumam Arung.
Di lihat dari tingkatan kultivasi nya, Kak Xiao Mei - Mei berada pada ranah alam bumi level kedelapan, dan wajah nya juga sangat cantik. Postur tubuhnya juga berisi, dengan komposisi yang indah bak gitar spanyol.
"Kalau di perhatikan, Kak Mei Mei ini mungkin baru berusia sekitar dua puluh lima tahunan." Gumam Arung, sambil menatap wajah Kak Mei-Mei.
Gadis Cantik dari Klan Xiao ini pun mulai memutar lagu musik bergenre love song untuk menemani perjalanan tersebut, sambil bernyanyi-nyanyi kecil mengikuti irama lagu.
"Wah.............. walau baru sekali aku mendengarkan lagu ini, terasa sangat bersahabat di telinga walau lirik nya pahit,"
"Mengingatkanku akan kenangan pahit ku dahulu, ketika aku menyatakan cinta kepada Lilis Asmoro." Gumam Arung.
Kota Jakarta, Rumah Faisal
Sore itu Arung, Faisal, Mira dan Lilis sedang belajar kelompok matematika. Ketika tengah berdiskusi dan membahas soal, Arung pun memberanikan diri untuk menyatakan cinta nya kepada Lilis.
"Mira, cara kamu menghitung volume beberapa kubus ini ada yang salah." Ucap Faisal, sambil menjabarkan rumus yang benar di buku nya.
"Oohh.................. begitu rupanya." Ucap Mira.
"Lilis bisakah kau berhenti mengerjkan soal itu sebentar, ada yang ingin ku tanyakan padamu,"
"Aku sudah lama penasaran, dan kukira ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya padamu." Ucap Arung, sambil memegang kedua tangan Lilis.
Faisal dan Eka pun berhenti membahas soal pelajaran dan menatap ke arah Arung dan Lilis. Gadis ini adalah seorang Gadis yang polos dan tidak pernah berpacaran sekali pun, dia selalu mendapatkan rangking pertama di kelas.
"Arung ternyata adalah anak yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, dia sampai penasaran,"
"Pasti dia ingin aku mengajari nya memecahkan soal perhitungan volume beberapa kubus ini." Gumam Lilis, sambil membiarkan Arung menggenggam tangan nya.
"Dasar play boy seminggu yang lalu baru saja kau menembak ku kali ini kau ingin menembak Lilis,"
"Padahal aku sengaja mau satu kelompok dengan mu, untuk bisa saling mengenal terlebih dahulu,"
"Baru Pacaran, Dasar laki-laki Buaya Darat," Gumam Mira, dengan ekspresi wajah yang sedikit kesal.
"Wah............. untung saja aku satu kelompok dengan Arung, aku bisa mendapatkan tontonan yang menarik hari ini." Gumam Faisal.
Arung dan Lilis saling duduk bersimpuh berhadap-hadapan dan hanya dipisahkan oleh meja osin kayu di tengah nya. Mata mereka saling beradu, sementara Mira dan Faisal hanya diam dan menonton adegan bak drama korea tersebut.
"Terimalah kalkulator ini." Ucap Arung, sambil memberikan kalkulator scientific yang mahal dengan di balut oleh pita merah.
"Wah........... Terima kasih hadiah nya Arung." Ucap Lilis, sambil menerima hadiah dari Arung.
"Wah............... pemuda ini benar-benar tulus ingin belajar, sampai memberikan ku hadiah kalkulator semahal ini." Gumam Lilis.
"Lilis tidak melepaskan tangan ku, dan menerima hadiah dariku,"
"Kali ini pasti diterima, aku yakin sekali." Gumam Arung.
"Lilis, secara matematik satu ditambah satu itu berapa?" Tanya Arung.
"Dua lah yang pastinya Arung." Jawab Lilis dengan spontan.
"Kalau secara logika kamu benar Lilis, tapi kalau dari segi perasaan satu ditambah satu itu tetaplah satu."
'Aku dan kamu jika digabungkan akan menjadi kita dan tetap satu, dan kaulah satu-satunya cintaku Lilis."
"Maukah kau jadi pacarku Lilis?" Tanya Arung.
"Hahhh..... ternyata Arung menembak ku, aku harus gimana nih seminggu yang lalu dia baru menembak Mira." Gumam Lilis, sambil menoleh ke arah Mira.
Beberapa saat kemudian Mama nya Faisal pun tiba di meja osin tersebut dengan membawa minuman dan snack kemudian mendengarkan pernyataan cinta Arung terhadap Lilis Asmoro.
"Wah.............. So sweet adik kecil, kau benar-benar berani." Ucap Mama Faisal, sambil menghidangkan minuman dan snack.
"Nanti aku ceritakan dech dengan mama mu Lilis, kau mendapatkan pacar yang pemberani." Ucap Mama Faisal, sambil beranjak kembali ke dalam rumah.
"Ehm......... Arung Maaf ya, sepertinya sudah mau maghrib, aku harus kembali kerumahku,"
"Nanti kita bicarakan kembali." Ucap Lilis, sambil meninggalkan Arung dan membawa serta hadiah pemberian nya.
"Ha... ha... ha... " Suara tawa kecil Mira dan Faisal sambil menutup mulut nya.
Mendengar jawaban dari Lilis hati Arung seperti tertusuk sebuah pedang yang tak kasat mata, Ia pun bangun dan berjalan pulang meninggalkan kelompok belajar tersebut.
"Malangnya nasibku ini." Gumam Arung, sambil meneteskan air mata di pipi nya.
Arung tidak pernah menyadari nya, sebenarnya Lilis mau menjadi pacarnya.
"Wah................ Arung itu sebenarnya tampan, tapi jika aku menerimanya di sana,"
"Aku khawatir Mama nya Faisal akan bercerita ke Mamaku, Mamaku kan tidak pernah mengizinkan aku berpacaran apalagi Papaku yang sangat protektif tersebut,"
"Sebaiknya besok aku akan menceritakan semuanya, dan menerima cintanya." Gumam Lilis, sambil melihat hadiah kalkulator pemberian Arung.
Memang nasib percintaan Arung di dunia asalnya sungguh tragis, keesokan harinya Lilis beserta keluarganya pindah ke Bandung. Papa nya Lilis yang seorang polisi di tugaskan di Polres Bandung secara mendadak.
Kembali ke kabin depan truk.
Setelah selesai mengenang kisah cinta di masa lalunya, Arung pun mulai menatap Kak Xiao Mei Mei kembali.
"Wah, Wanita ini sungguh cantik sekali,"
"Bibirnya yang merah merona seakan menyatu dengan rambut merah nya, kecantikan nya sebanding dengan Matriak." Gumam Arung.
"Hei Adik Kecil, dari tadi kakak perhatikan, ranah kultivasi mu masih berada di ranah alam kesatria tingkat satu ya?" Tanya Xiao Mei Mei, sedang mengidentifikasi kultivasi Adik Kecil tersebut.
"Kenapa kamu nekat sekali untuk ikut serta dalam Ujian Penerimaan Prajurit baru di Kota Awan Hitam tersebut." Ucap Xiao Mei Mei.
Sementara itu, Arung masih menyimak pertanyaan dari Xiao Mei Mei.
"Setahu Kakak, ujian itu cukup berbahaya dan taruhannya itu nyawa lho."
"Apa kamu tidak takut mati, Adik kecil?" Tanya Xiao Mei-mei.
Arung pun baru mengetahui jika ujian itu berbahaya dan taruhan nya adalah nyawa.
"Oh My God.................."
"Ku kira ujian nya sama seperti di dunia asal ku, ternyata mempertaruhkan nyawa,"
"Sepertinya aku dijebak." Gumam Arung.
"Hah... sial, yang betul kak?" Tanya Arung.
"Matriak tidak menjelaskan hal tersebut kepadaku." Ucap Arung
"Memang dasar para rubah tua itu memberikan misi bunuh diri kepadaku, sungguh teganya mereka." Gumam Arung.
Xiao Mei Mei pun mulai menjelaskan perihal ujian tersebut.
"Untuk ujian penerimaan calon prajurit baru, biasanya di ikuti oleh kultivator di ranah alam raja level puncak, Adik Kecil,"
"Belum ada sejarah nya selama dua puluh tahun ini, kultivator di ranah alam kesatria ikut," Ucap Xiao Mei Mei.
"Ha... Ha.... Ha....," Xiao Mei-Mei pun tertawa kecil, sambil menoleh ke sebelah nya.
"Ya sudahlah aku sudah terlanjur menyanggupi misi bunuh diri ini." Gumam Arung, sudah pasrah dengan nasib nya.
"Namanya lelaki kak, kalau sudah mengatakan siap melaksanakan ya siap lah,"
"Aku tidak mungkin mundur lagi kak,"
"Walaupun di depan nanti nya ada tembok, atau jurang yang dalam aku tetap maju kak." Ucap Arung, dengan nada suara yang bergetar.
"Adik kecil benar-benar berani atau benar-benar bodoh ya ,ada bahaya di depan tapi tetap maju ke depan." Gumam Xiao Mei Mei.
"Dengan ranah kultivasi nya ia tidak mungkin berhasil dalam ujian tersebut, tapi sebaiknya aku memberikan sedikit dorongan,"
"Agar dia sedikit bersemangat, dan tidak membuat malu keluarga Tiger." Gumam Xiao Mei Mei.
"Kakak puji keberanian mu adik kecil, jika kamu bisa lulus kakak akan menuruti apapun keinginanmu nanti." Ucap Xiao Mei Mei.
Mendengar perkataan Xiao Mei Mei, mata Arung pun mulai melirik Gadis Cantik dari Klan Xiao tersebut dari pergelangan kaki, sampai ke wajah cantik nan menggairahkan nya.
"Benar kah itu Mei -Mei eh?"
"Eh.... eh....maaf Kak maksudku, Kak Mei Mei." Ucap Arung.
Sambil terbesit di dalam fikiran nya Arung, untuk menyuruh kak Xiao Mei Mei menari di depan nya dengan mengenakan pakaian sexi. Di rambut Xiao Mei Mei mengenakan bando telinga kelinci yang imut, serta menari mengikuti irama lagu yang selow di dalam kamar berduaan saja.
"Ia apa saja, adik kecil kakak akan lakuin kalau kamu bisa lolos ujian itu." Ucap Xiao Mei-Mei.
Mendengar perkataan Kak Mei Mei, Arung pun menjadi tambah semangat lagi dan melupakan taruhan ujian tersebut adalah nyawa serta kesulitan-kesulitan lainnya.
"Akan ku usahakan yang terbaik di dalam ujian tersebut Kak Mei Mei, dan ku pasti kan kakak tidak akan menyesali janji yang telah Kakak ucapkan." Ucap Arung.
Karena kehausan setelah mengobrol ringan dengan kakak cantik tersebut, Arung pun mulai mengambil air teh kemasan yang ada di dashboard depan Truk. Ia pun mulai menyedot perlahan teh kemasan tersebut.
"Kak Mei Mei, sebenarnya usia kakak berapa sich?" Tanya Arung, sambil menyedot teh kemasan.
"Sebenarnya masalah usia bagi wanita adalah hal yang sensitif, tapi aku kasian dengan Adik Kecil,"
"Sebentar lagi dia akan menghadapi ujian antara hidup dan mati, sebaiknya aku tidak boleh membuat nya penasaran." Gumam Xiao Mei Mei.
Xiao Mei Mei pun tersenyum kecil ke arah Arung.
"Tiga puluh enam tahun Adik kecil." Ucap Xiao Mei Mei, dengan nada suara kecil nan lembut.
"Uekkk.......... " Suara muntah Arung.
Arung pun kaget, dan tidak sengaja memuntahkan air teh kemasan yang sedang di minum nya tadi. Air teh kemasan pun mulai membasahi pakaian Pendekar Cantik dari Klan Xiao tersebut.
"Akh......" Ucap Xiao Mei Mei kaget.
Xiao Mei Mei pun kaget dan mengerem Truk tersebut secara mendadak.
"Citttt..... citttt.... citttt...." Suara Ban Roda Truk yang bergesekan dengan aspal, akibat pengereman mendadak tersebut.
"Ah..... ah..... ah..... " Suara Arung yang kaget.
Mobil Truk pun berputar tidak stabil untuk sesaat, Xiao Mei Mei pun membanting stiur ke kiri dan ke kanan mencoba menstabilkan nya kembali. Akhirnya setelah beberapa saat mobil pun stabil kembali, laju mobil pun sudah normal kembali.
"Waduh adik kecil jadi basah nich Kakak." Ucap Xiao Mei-Mei, dengan nada suara menggoda.
"Maaf kak tadi aku kesedak, mungkin ada yang lagi ngomongin aku." Ucap Arung, dengan wajah yang polos.
"Kamu kaget kan kalau tau aku seumuran dengan Matriakmu." Gumam Xiao Mei Mei.
"Ya udah Adik kecil, kalau begitu kita menepi saja terlebih dahulu, dan mengganti pakaian kita masing-masing." Ucap Xiao Mei-Mei, lalu mulai menepikan Mobil Truk nya ke bahu jalan di Pinggiran Hutan Kematian secara perlahan.
Di Tepi Jalan Hutan Kematian
Setelah menepikan Truk tersebut, Xiao Mei Mei dan Arung pun langsung turun dari dalam mobil dan berjalan ke arah yang berbeda untuk berganti pakaian. Saat sedang berganti pakaian di saat ia baru saja memakai celana panjang nya.
"Awww www........" Teriak kecil Xiao Mei Mei.
"Itu suara Kakak cantik, suara teriakan nya sama sexi nya dengan orang nya." Gumam Arung.
Arung pun berlari ke arah suara teriakan tadi, setiba nya di lokasi tersebut hal pertama yang dilihat nya adalah pemandangan indah tubuh polos Kak Xiao Mei Mei yang belum sepenuh nya berpakaian.
"Oh my god, beautifull."
"Lekukan yang menakjubkan, serta goresan alam yang indah." Gumam Arung.
"******...... " Suara mimisan yang keluar dari hidung Arung.
Ular dengan panjang sekitar 10 meter muncul dari balik pepohonan, ternyata itu adalah beast Ular Bertanduk Sembilan Jantan, Xiao Mei Mei pun buru-buru berpakaian setelah nya.
"Ternyata Beast tingkat alam kesatria puncak, Adik kecil ini langsung pingsan melihat ular kecil ini,"
"Hah.............. sangat diragukan, bagaimana bisa Vinic menyuruh nya ikut ujian tersebut di Kota Awan Hitam." Gumam Xiao Mei Mei.
Ular Bertanduk Sembilan Jantan ini pun mulai menerjang ke arah Xiao Mei Mei. Sebuah bola api berdiameter satu meter pun melesat dari telapak tangan Xiao Mei Mei.
"Duargh...... " Suara ledakan akibat bola api yang mengenai ular jantan tersebut.
Xiao Mei Mei pun berlari menuju ke arah Ular Jantan tersebut kemudian melompat. Beberapa bola api pun melesat dari telapak tangan Xiao Mei Mei.
"Duargh..... duargh....... duarghhh......... " Suara ledakan akibat bola api mengenai tanah.
"Kemana ular jantan tersebut." Ucap Xiao Mei Mei, sambil melihat sekeliling.
Beberapa detik sebelum terkena bola api, ular ini melesat terbang ke belakang Xiao Mei Mei, Setelah Gadis Cantik tersebut mendarat di bekas ledakan, Ular jantan ini pun kembali melesat dan berhasil melilit tubuh ramping Pendekar dari Klan Xiao tersebut.
"Argh........ arghh.......... " Teriak Xiao Mei Mei, kesakitan karena tubuhnya terlilit ular.
"Dasar ular licik, kau mencari kematian mu sendiri." Ucap Xiao Mei Mei, sambil mengumpulkan aura elemen api di sekujur tubuh nya.
Aura elemen api yang besar pun keluar dari tubuh Xiao Mei Mei, dan menghanguskan bajunya dan juga Ular Jantan Bertanduk Sembilan tersebut. Beberapa saat kemudian tubuh ular yang hangus terbakar itu pun roboh, Xiao Mei Mei pun langsung melompat keluar dan kembali berpakaian.
"Kasian Ular kecil ini salah memilih mangsa nya,"
"Ah.......... aku harus berganti baju lagi, untung Adik Kecil masih tidur." Gumam Xiao Mei Mei, sambil mengeluarkan pakaian dari dalam cincin ruang milik nya.
"Brakk.... brukk..... brak.... brukkk." Suara pepohonan tumbang di sekitar Hutan Kematian.
"Kenapa pepohonan itu pada jatuh sendiri, apa ada penebangan liar?" Gumam Xiao Mei Mei.
"Tidak mungkin penebangan liar, hutan ini kan salah satu wilayah terlarang,"
Sesosok Ular Bertanduk Sembilan Betina pun muncul dari balik pepohonan tersebut, ular itu pun menatap ular jantan yang terpanggang di tanah.
"Wah.............. ular ini besar banget, panjang nya mungkin sekitar 20 meter, kekuatan nya pun setara dengan kultivator di ranah alam bumi puncak,"
"Gawat dia melihat ke arahku, sepertinya yang baru ku bunuh itu suaminya." Gumam Xiao Mei Mei, sambil bersiap melesatkan tembakan bola api.
"Auuurgghhhhhhhhhhh..........." Suara raungan kesedihan Beast ular tersebut saat melihat suaminya terpanggang.
Beast ular betina ini pun menerjang ke arah Xiao Mei Mei, beberapa bola api pun kembali di tembakkan oleh Pendekar cantik dari Klan Xiao tersebut.
"Duargh...... duargh..... " Suara bola api mengenai pepohonan di sekitar Hutan Kematian.
Beast ini sangat lincah dan mampu menghindari nya, Xiao Mei Mei pun kembali melesatkan beberapa bola api dengan ukuran yang sama.
"Duargh...... duargh..... " Suara bola api kembali mengenai pepohonan disekitar Hutan Kematian.
"Ular ini sangat lincah dan kuat sepertinya aku harus segera pergi," Gumam Xiao Mei Mei, sambil menoleh kearah Adik kecil.
Arung pun mulai membuka kedua mata nya perlahan.
"Arghhh.... kepalaku masih hoyong, sepertinya aku pingsan lagi." Gumam Arung sambil bangun dan menoleh ke arah Xiao Mei Mei.
"Wah ular itu sangat besar dan sepertinya sedang marah. Kak Mei Mei kelihatan nya kewalahan,"
"Apa yang harus kulakukan, aku jelas bukan lawan nya." Gumam Arung, sambil memegang kepalanya dan duduk di pinggiran aspal.
Xiao Mei Mei pun menyadari Arung telah terbangun.
"Adik kecil untunglah kamu sudah bangun, aku hampir tidak kuat menahan serangan ganas dari ular betina ini," Ucap Xiao Mei-Mei, Sambil menahan serangan Beast ular tersebut.
Ular itu pun menembakkan bola api yang berdiameter sama dengan milik Xiao Mei Mei, kedua elemen api pun saling beradu dan menghasilkan ledakan yang sangat dahsyat.
"Duarghhh.................. " Suara ledakan akibat dua elemen api saling beradu.
Akibat ledakan itu udara panas di sekitar menghempas ke sekeliling, sebuah kawah kecil pun tercipta di bawah nya.
"Ugh.........Panas sekali pertarungan nya." Gumam Arung sambil menyaksikan pertarungan tersebut.
"Segeralah kamu masuk ke dalam Mobil Truck, aku akan menyusul mu nanti,"
"Jika tidak, aku khawatir Beast lainnya akan mulai berdatangan." Ucap Xiao Mei Mei, sambil melesatkan tembakan bola api ke arah ular betina tersebut.
"Duargh.....duargh..... duargh ....." Suara ledakan bola api menghantam Beast tersebut, setelah oleng untuk beberapa saat Beast tersebut kembali bangkit.
"Ia Kak Mei Mei, jika aku disini aku hanya akan jadi penghambat." Ucap Arung, dengan nada suara yang sedikit panik.
Arung pun mulai berlari dan segera naik ke dalam Mobil Truk, dan langsung menutup pintu mobil.
"Dup................" Suara Pintu Mobil Truk milik Xiao Mei Mei Tertutup.
"Cepat sekali Adik Kecil itu berlari, bagus lah aku akan memancing ular gila ini menjauh dari sini." Gumam Xiao Mei Mei.
Kak Mei Mei pun mulai berlari menjauh dari Mobil Truknya, Ular betina itu pun kembali mengejar nya. Pendekar Wanita ini sengaja berlari ke dekat tebing, berniat menjatuhkan pepohonan ke atas Beast tersebut.
"Kena kau ular betina, sebaiknya tubuhmu itu dapat menahan longsoran tanah dan pepohonan yang jatuh ke atas mu." Gumam Xiao Mei Mei, sambil melesatkan tembakan bola api berdiameter tiga meter ke arah pepohonan diatas tebing tersebut.
"Duargh.................... " Suara ledakan akibat bola api Xiao Mei Mei.
Pepohonan dan longsoran tanah pun mulai menimpa ular betina tersebut, Xiao Mei Mei dengan cepat melompati tumpukan tersebut. Dia pun berlari secepat mungkin menggunakan ilmu meringankan tubuh nya, bermaksud kembali ke dalam Mobil Truk nya. Setelah berhasil masuk ke dalam mobil, Ular betina tadi pun berhasil keluar dari tumpukan pepohonan dan longsoran tanah tersebut. Xiao Mei Mei pun menginjak pedal gas Mobil Truk tersebut, Sementara Ular betina tersebut mengejar di belakang nya.
Di Dalam Mobil Truk.
Ular betina itu pun mulai melesatkan tembakan bola api berdiameter dua meter ke arah Mobil Truk yang mereka naiki.
"Duargh......... duargh........... " Suara ledakan akibat bola api yang mengenai jalanan.
"Ah sial sekali kita hari ini Adik kecil," Xiao Mei Mei pun kembali membanting stiur ke kiri untuk menghindari serangan tersebut.
Ular Betina itu masih terus mengejar, sambil meraung-raung kemarahan karena sudah menjadi janda akibat perbuatan Xiao Mei Mei.
"Aurghhhhhh................ " Raungan Beast Ular tersebut.
"Ular betina itu sungguh sedang sangat marah, karena aku baru saja membunuh ular jantan yang ternyata adalah pasangannya." Ucap Xiao Mei Mei.
"Kakak sich membuatnya menjadi janda, dia jadi marah tuch." Ucap Arung.
"Jangan bercanda Adik Kecil, Burung Merak di bak belakang sudah gelisah dan meraung raung ketakutan." Ucap Xiao Mei Mei.
Mobil Truk Xiao Mei Mei ini mengangkut Beast Merak untuk di jual ke Kota Awan Hitam. Setelah melaju sekitar 20 Km serta terus menghindari serangan Beast Ular tersebut, Xiao Mei Mei pun sudah tampak kewalahan menyetir.
"Kak Mei-Mei aku mempunya rencana untuk menyingkirkan ular betina itu," Ucap Arung.
"Benarkah Adik kecil, coba beritahu aku bagaimana caranya." Ucap Xiao Mei Mei.
"Duargh...... duarghhh........ " Suara ledakan kembali terdengar akibat tembakan bola api tersebut.
Xiao Mei Mei kembali membanting setiurnya untuk menghindari serangan tersebut.
"Wah............ Kakak cantik ini sudah gila, dia dari tadi membanting setiurnya terus-terusan, dia tidak khawatir apa setiur itu copot." Gumam Arung.
"Kakak lihat tikungan jalan yang ada di sana, di sampingnya ada sebuah jurang yang sangat dalam." Ucap Arung.
Xiao Mei Mei pun menoleh ke arah Jurang yang dimaksudkan oleh Adik Kecil tersebut.
"Ketika kita melaju turun melalui jalan itu, akan ku tembakkan serangan bola air dengan kekuatan penuh ku,"
"Ke arah tersebut, agar jalanan menjadi licin dan berair,"
"Ular betina tersebut pasti akan tergelincir jika sampai ke tikungan tersebut, dan jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam itu," Ucap Arung, sambil mem persentasi kan idenya dengan media tangan nya.
"Kenapa kau begitu yakin ide mu akan berhasil Arung?" Tanya Xiao Mei Mei.
"Yang pertama sepertinya otak ular itu kecil karena di kepala nya banyak tanduk,"
"Yang kedua karena Ular betina itu tidak punya rem." Ucap Arung.
"Ha...ha... ha.... " Tawa Xiao Mei Mei pun pecah mendengarkan analisa dari Adik Kecil tersebut.
"Baiklah Adik Kecil, lakukan saja tidak ada salahnya kita mencoba,"
"Kalau kita berhasil melewati musibah ini, Kakak janji akan mentraktir mu makan Daging Beast yang paling enak,"
"Dan segelas bir di restaurant Gurun Api Es Awan Hitam," Ucap Xiao Mei Mei, sambil menyetir dan menatap ke wajah Arung.
Adik Kecil pun mulai membuka jendela di samping nya tersebut, serta mulai menjulurkan setengah badan nya keluar. Kemudian ia mulai memasang kuda-kuda untuk melesatkan jurus tembakan bola air milik nya, dan bersiap untuk mengumpulkan tenaga dalam di telapak tangan nya.
"Posisi kuda-kuda sudah pas, aku hanya perlu menunggu sudut, serta waktu yang tepat untuk menembakkan bola air dengan kekuatan penuh ku ini," Gumam Arung.
Setelah ular tersebut masuk ke dalam jangkauan tembakan nya, ia pun mulai melesatkan tembakan air dengan kekuatan penuh nya.
"Jderrrr..................... " Suara yang diakibat kan tembakan bola air yang mengenai jalanan di hadapan Ular Betina tersebut.
Akibat jalanan yang licin, Ular Betina tersebut pun mulai kehilangan keseimbangan nya dan terjatuh ke arah jurang yang sangat dalam tersebut.
"Aurghhhhhhhh............... " Suara raungan kemarahan monster itu ketika jatuh akibat kebodohan nya sendiri.
"Brukkkk..........................." Suara tubuh Ular Bertanduk Sembilan saat jatuh ke dasar jurang.
"Woowww... Fantastis Arung"
"Aku tidak menyangka rencana konyol mu berhasil, sungguh Ular Betina itu benar-benar memiliki otak yang kecil dan tidak memiliki rem." Ucap Xiao Mei Mei, sambil melepaskan kedua tangan nya dari setiur mobil dan bertepuk tangan.
"Hebat juga kamu adik kecil, bisa berpikir seperti itu di saat saat yang paling kritis." Ucap Xiao Mei Mei, kembali memuji Arung
"Itu keberuntungan Kak Mei Mei, lagian seluruh tenaga dalam ku telah terkuras habis pada satu serangan tersebut," Ucap Arung, sambil duduk lemas di jok kursi mobil.
"Tenang saja Adik Kecil, sesampainya di gerbang masuk Gurun Api Es Awan Hitam Kakak ini akan memenuhi janji Kakak tadi,"
"Kakak akan mentraktir kamu makan Daging Beast sepuas mu di rumah makan tersebut." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menyetir.
"Ia Kak Mei Mei kalau begitu aku istirahat dulu yach, tiba-tiba aku sangat mengantuk Kak" Ucap Arung.
Beberapa menit kemudian, ia pun mulai tertidur akibat kehabisan tenaga dalam nya di sebelah Xiao Mei Mei.
Di Tepi Danau Pulau Puncak Gunung Obat.
Di sebuah pondok, di tepi danau Nyonya Vinic sedang memancing ditemani anak semata wayang nya.
"Ma... kok kejam banget sich dengan Arung, Ujian nya kan taruhan nya nyawa ma."
"Habis tuch mama tidak memberikan bekal apapun lagi buat Arung." Ucap Shilla, sambil meneguk segelas kopi.
"Lho............................ keluarga kita walaupun miskin, tidak mungkin membiarkan salah satu anggota nya mati sia-sia." Ucap Nyonya Vinic, sambil memancing beast dengan umpan khusus, di danau.
"Mama sudah memasukkan beberapa koin emas, serta beberapa pil obat, dan juga senjata alam dewa pusaka leluhur kita kedalam cincin nya." Ucap Nyonya Vinic, sambil menoleh kearah Shilla.
"Lho ma cincin yang warna keemasan itu kosong ma, aku sudah memeriksanya."
"Apanya yang tidak membiarkan salah satu anggota keluarga mati sia-sia." Ucap Shilla, sambil kembali meneguk kopi.
"Shilla mama menyuruh mu mengambil cincin yang berwarna hitam sayang, yang berwarna emas memang kosong." Ucap Nyonya Vinic, dengan ekspresi terkejut.
"Hah... gimana jadi ma kasian Arung." Ucap Shilla, dengan wajah sedih.
"Sebentar Shilla sepertinya sudah ada yang memakan umpan ku." Ucap Nyonya Vinic, sembari menggulung tali kail nya.
"Ha... ha... ha..." Suara Shilla tertawa, karena ternyata bukan beast ikan yang dipancing tetapi celana dalam.
"Ya sudah Shilla mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur." Ucap Nyonya Vinic, sembari balik ke kamarnya karena kecewa dengan hasil pancingan nya.
"Semoga kau baik-baik saja Arung, aku cemas cepatlah memberi kabar kemari." Gumam Shilla, sambil meneruskan memancing di pondok tersebut.
Di gerbang pintu masuk Gurun Api Es Awan Hitam
Beberapa jam kemudian hari sudah tengah malam
"Sudah sampai dimana kita kakak cantik?" Ucap Arung, dengan nada suara menggoda.
"Oh.....ternyata kamu sudah bangun Adik Kecil, kita sudah keluar dari wilayah Gunung Obat dan Desa Tiger,"
"Kita sekarang hampir sampai di depan gerbang masuk Gurun Api Es Awan Hitam." Ucap Xiao Mei Mei.
Hari pun sudah tengah malam
"Berhubung sudah gelap, kita sebaiknya menginap di penginapan disamping gerbang,"
"Aku sudah pernah menginap disitu, kamarnya lumayan bagus lho Adik Kecil." Ucap Xiao Mei Mei
"Menginap bagaimana ini aku tidak memiliki uang sedikitpun, kenapa Matriak tega sekali padaku,"
"Tidak memberikan bekal apa pun bahkan uang untuk aku menginap saja aku tidak punya." Gumam Arung didalam hati, dengan raut wajah yang sedih.
"Tenang aja Adik kecil semua biar Kakak yang traktir, karena keberanianmu hari ini kita dapat selamat dari kejaran ular bertanduk sembilan tersebut." Ucap Xiao Mei Mei, sambil memarkirkan mobil truk nya.
"Nah kita sudah sampai ayo lekas turun." Ucap Xiao Mei Mei, sambil mematikan mesin mobil.
Di dalam penginapan
"Tuan kami pesan satu kamar, double bed ya." Ucap Xiao Mei Mei.
"Maaf nona, semua kamar double bed sudah habis terpesan, tinggal kamar dengan single bed yang ada." Ucap resepsionis.
"Ya sudah kami pesan itu saja tuan." Ucap Xiao Mei Mei.
"Wah sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang, ini kali pertama ku sekamar dengan seorang gadis." Gumam Arung didalam hati.
"Adik kecil kau tidak masalah kan sekamar dengan Kakak ini." Ucap Xiao Mei Mei.
"Tentu saja Kak, tidak masalah Kakak adalah penyelamat ku semua terserah Kakak." Ucap Arung.
"Adik kecil ini bersemangat sekali, sepertinya ini kali pertamanya sekamar dengan seorang wanita." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
Xiao Mei Mei dapat dengan langsung menebak gelagat Arung dari pipinya yang memerah.
"Ya sudahlah, aku pun sudah sangat lelah," Gumam Xiao Mei Mei, sambil menguap.
Xiao Mei Mei pun menyelesaikan administrasi dan biaya sewa kamar, kemudian salah satu office boy di penginapan ini pun mengantarkan kami.
Di kamar penginapan di lantai sepuluh
Arung dan Xiao Mei Mei pun memasuki kamar, di luar penginapan hujan deras pun turun.
"Wah hanya ada satu ranjang, perfect mana hujan lagi," Gumam Arung didalam hati.
"Adik kecil kakak duluan kekamar mandi ya, kakak sudah sangat sumpek seharian nyetir,"
"Kau tunggulah disini dulu ya." Ucap Xiao Mei Mei, sambil memasuki toilet.
Beberapa menit kemudian, Xiao Mei Mei pun keluar hanya mengenakan piyama tidur yang super minim, dan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang.
"Gile bener, sexi amat nich cewek." Gumam Arung didalam hati.
"Aku tidur duluan ya adik kecil." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menarik selimut dan menutup matanya.
Arung pun mandi dan berganti pakaian di toilet kemudian mengenakan piyama tidur nya yaitu sebuah celana boxer saja. Arung pun tidur di samping Xiao Mei Mei dan menarik selimut.
"Wah aroma tubuh nya sungguh sangat wangi, gimana aku bisa tidur,"
"Wajahnya yang sedang tidur saja cantik," Gumam Arung dalam hati, sambil melirik kearah wajah Xiao Mei Mei.
"Sebaiknya aku menghitung domba saja didalam kepalaku, agar aku bisa tertidur." Gumam Arung didalam hati.
Arung pun kemudian mulai menghitung domba yang sedang melompati pagar didalam benaknya, didalam benak Arung lama-kelamaan domba tersebut berubah menjadi Xiao Mei Mei yang sedang melompat pagar hingga Arung terlelap.
"Xiao Mei Mei... lompat." Arung mengigau.
Beberapa jam kemudian, Arung pun terbangun karena kehausan. Arung pun bangun dari ranjang, kemudian mengambil minuman di dalam kulkas mini di samping ranjang.
"Glekk..... glekk.... glekkkk..... " Suara Arung sedang meneguk air mineral.
"Ahh seger rasanya, Kak Mei Mei kelihatannya nyenyak sekali tidurnya." Gumam Arung didalam hati, sambil menoleh kearah Xiao Mei Mei.
Arung pun kemudian terkejut, seluruh wajah Xiao Mei Mei menghijau. Arung pun lantas membuka selimut yang menutupi tubuh Xiao Mei-Mei, ternyata seluruh tubuhnya ikut menghijau.
"Kak Mei Mei, sepertinya keracunan." Gumam Arung didalam hati.
"Kak.... kak.... kak..... sadarlah." Ucap Arung, sambil menepuk-nepuk pundak Xiao Mei Mei berniat membangunkan.
"Kondisi Kak Mei Mei, sepertinya kritis apa yang harus kulakukan nafasnya terengah entah dan suhu tubuhnya sangat panas." Ucap Arung, sambil mondar-mandir di samping ranjang.
Arung pun teringat akan ajaran Kakek Bongpal.
"Maaf Kak Mei Mei, aku gak bermaksud mesum tapi ini darurat." Ucap Arung.
Tanpa pikir panjang Arung pun langsung memeriksa seluruh tubuh Xiao Mei Mei untuk mengetahui dari mana sumber masuknya racun tersebut masuk.
"Seluruh tubuhnya menghijau hanya bibirnya yang menghitam, mungkinkah racun itu bersarang di bibinya?"
"Mungkin Ketika bertarung dengan Ular Bertanduk Sembilan betina, tanpa sengaja bibir Kak Mei-Mei mungkin terkena keringat dari beast tersebut yang ternyata sangat beracun," Gumam Arung didalam hati.
Analisa Arung salah, walaupun keringat ular tersebut beracun tapi tidak sampai membuat seorang kultivator kritis. Xiao Mei Mei terkena goresan tanduk di bibirnya, ketika dililit oleh ular jantan di pinggiran hutan.
"Kakek Bongpal pernah mengajarkan cara untuk mengeluarkan racun secara darurat, ialah dengan menghisap sumber racun tersebut menggunakan mulut dan kemudian membuangnya secara terus menerus sehingga semua racun menghilang,"
"Kemudian pasien yang terkena racun harus direndam di air yang berisi es agar demamnya menghilang,"
"Habis itu apa lagi ya," Gumam Arung dalam hati, sambil berusaha terus mengingat.
"Lalu ada lagi beberapa penjelasan yang dikatakan oleh kakek Bongpal, namun aku tidak dapat mengingatnya kembali dengan jelas." Gumam Arung didalam hati.
Arung tidak bisa mengingat nya karena saat belajar teori bersama kakek Bongpal, Arung sering tertidur.
"Ya sudah lah, ini darurat akan ku kerjakan yang aku ingat-ingat saja." Ucap Arung.
Arung pun mempersiapkan bak air yang telah di isi dengan es, di dalam toilet. Kemudian Arung langsung menghisap keluar racun yang ada dari bibir Xiao Mei-Mei secara perlahan di atas ranjang.
"My first kiss, ini semua demi kemanusiaan." Gumam Arung didalam hati.
"Walaupun terasa canggung tetap harus kulakukan"
Ketika Arung menghisap racun tersebut, dari bibirnya terasa suhu yang perlahan semakin meningkat.
"Panas sekali, bibir ku pun ikut terasa panas." Gumam Arung didalam hati.
Satu jam kemudian, Akhirnya semua racun telah berhasil di keluarkan dari bibir Xiao Mei Mei. Bibir Xiao Mei Mei pun kembali ke warna aslinya, yaitu merah jambu merona.
"Huft...... selesai juga tahap pertama." Ucap Arung, sambil menyeka banyak keringat di dahinya.
"Maaf kak bukan bermaksud mesum, ini hanya metode pengobatan darurat." Ucap Arung.
Arung pun mulai melepaskan seluruh pakaian yang ada di tubuh Xiao Mei-mei, kemudian menggendongnya ke bak air yang telah terisi dengan es.
"Walaupun ramping dan mungil ternyata tubuh Kak Mei Mei berat juga." Gumam Arung didalam hati, sambil beranjak ke toilet.
Arung pun merebahkan tubuh Xiao Mei Mei secara hati-hati kedalam bak air.
"Sekarang tinggal menanti kan hasilnya, oh my god berkali-kali ku lihat pemandangan ini tetap indah." Gumam Arung didalam hati.
Satu jam kemudian Arung pun mengecek kondisi Xiao Mei Mei.
"Masih belum ada perubahan, sebaiknya aku menaruh es lagi kedalam bak air ini." Gumam Arung di dalam hati.
Satu jam kemudian Arung mengecek kembalk.
"Perlahan lahan warna hijau ditubuh Kak Mei Mei mulai memudar,"
"Sepertinya sudah mulai bereaksi, syukurlah metode pengobatan ini berhasil." Gumam Arung di dalam hati.
Beberapa jam kemudian warna tubuh Xiao Mei Mei pun normal kembali.
"Huft....... akhirnya semua racun telah ter detokfikasi, lelahnya sebaiknya aku menggendong Kak Mel Mei kembali ke ranjang." Gumam Arung didalam hati, sambil menggendong tubuh tak sadarkan diri Xiao Mei Mei.
"Rasanya kaki ku ini kram semuanya, dari tadi mondar-mandir." Gumam Arung didalam hati, sambil merebahkan tubuhnya di ranjang.
"Lelahnya....... " Ucap Arung, tak lama berselang Arung pun tertidur.
Keesokan siangnya
Arung pun membuka matanya, terlihat Kak Mei Mei tengah duduk di sebelahku.
"Adik Kecil apa yang terjadi tadi malam, kenapa Kakak terbangun tanpa menggunakan sehelai pakaian apapun?" Tanya Xiao Mei Mei.
Arung kemudian menjelaskan semuanya secara detail, dan menambahi sedikit bumbu agar Xiao Mei Mei semakin kagum kepada nya.
"Terimakasih adik kecil, karena telah menyelamatkan hidupku,"
"Kakak ini berhutang budi padamu." Ucap Xiao Mei Mei, dengan pipi yang memerah.
"Adik kecil ini berarti telah melihat tubuhku tak berbusana berkali-kali,"
"Apa yang akan dikatakan Vinic, jika dia mengetahuinya." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
"Tidak ada masalah Kak."
"Kakak janji ya, bakalan traktirin aku makan beast sepuasnya kan." Ucap Arung.
"Tentu saja Adi kecil, cepatlah berpakaian,"
"Kemudian kita turun kebawah untuk makan beast sepuas mu adik kecil." Ucap Xiao Mei Mei.
Xiao Mei Mei dan Arung pun turun dari kamar penginapan dilantai sepuluh. Ketika memasuki restaurant dilantai dasar para pengunjung pria matanya semua terbelalak melihat kecantikan Xiao Mei Mei yang begitu anggun dan mempesona.
"Wah cantiknya, baru kali ini aku melihat kecantikan seperti ini." Ucap salah seorang pengunjung.
"Bidadari turun dari khayangan." Ucap salah seorang pengunjung lainnya.
Bahkan ada salah satu pengunjung yang tertabrak pintu ketika hendak keluar dari restaurant, karena matanya memandang kearah Xiao Mei Mei terus-terusan hingga tidak menyadari pintu di hadapannya.
"Pelayan kami pesan daging beast terbaik, porsi jumbo ya serta minuman ginseng terbaik,"
"Buat dua porsi ya." Ucap Xiao Mei-mei, dengan nada suara lembut nan anggun.
"Ia nona akan segera kami siapkan." Ucap pelayan wanita tersebut.
Xiao Mei Mei memiliki kulit yang bersih dan putih, serta rambut berwarna merah menyala dengan bola mata berwarna hijau menambah kesan yang cantik dan eksotis pada dirinya.
"Lho kak kalau saya lihat kultivasi kakak sudah naik satu tingkatan ya dalam semalam, menjadi ranah alam bumi level puncak." Ucap arung, sambil duduk di kursi
"Ia makanya kakak tanyakan pada Adik kecil, apa yang sebenarnya terjadi tadi malam," Ucap Xiao Mei Mei.
"Aku juga bingung kenapa tiba-tiba aku tidak memakai sehelai pakaian apapun." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
"Ngomong ngomong kenapa bibir kamu menghitam adik kecil?" Ucap Xiao Mei Mei.
"Ia kak, kok bisa ya." Ucap Arung setelah melihat pada cermin di pojok restaurant.
Beberapa saat hidangan makanan pun tiba,
"Aku baru ingat ini mungkin efek menghisap racun dari bibir Kakak semalam,"
"Seperti nya ada sedikit racun yang tertinggal" Ucap Arung, sambil memegang bibirnya.
"Gawat itu adik kecil, setelah selesai makan kita harus secepatnya ke klinik di samping restaurant,"
"Untuk memeriksakan kondisi kesehatan mu Adik kecil." Ucap Xiao Mei Mei, sambil memegang bahu Arung.
"Jadi gimana rasanya bibir kakak ini semalam?" Tanya Xiao Mei Mei, bercanda.
"He....he....he...." Ucap Xiao Mei Mei, kemudian tertawa kecil.
"Eh..... eh......Ia Kak, kayak ada rasa melon-melon nya gitu." Ucap Arung.
"Lebih enak lagi kalau bisa dihalalin kak." Ucap Arung, bercanda.
"Ha.....ha......ha....." Suara tertawa Xiao Mei Mei.
"Kalau ia sich kakak gak masalah lagian kamu kan udah ngeliat semuanya,"
"Dan kalau kamu halalin kakak, Adik kecil kamu langsung jadi ayah lho." Ucap Xiao Mei Mei, sambil bercanda lagi.
"Maksudnya kak?"
"Semalam kan kita ngak ada melakukan hal yang bisa membuat aku jadi ayah, Kak." Ucap Arung.
"Kakak ini janda anak satu lho,"
"Anak kakak udah sebaya dengan kamu adik kecil,"
"Ha.....ha.....ha..... kakak becanda kok." Ucap Xiao Mei Mei.
Sebenarnya masalah anak itu benar.
"Busyet........ ternyata janda cantik." Gumam Arung di dalam hati, sambil memuntahkan makanan yang ada di mulutnya sehingga mengotori pakaian Xiao Mei Mei.
"Maaf kak kesedak, jadi mengotori baju Kak Mei Mei dech,"
"Kalau perkataan kakak serius, aku pun oke Kak." Ucap Arung, sambil mengelap kotoran di bibirnya.
Karena bajunya kotor, Xiao Mei Mei pun tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Arung.
"Wah jadi basah deh baju kakak, ya udah kalau gitu kakak keatas dulu mau ganti pakaian lagi,"
"Kamu disini aja, lanjutin aja makan nya." Ucap Xiao Mei Mei, sambil kembali ke kamar untuk berganti pakaian.
Di klinik dekat penginapan
Tabib klinik pun memeriksa denyut jantung Arung, kemudian memeriksa mata dan lidahnya.
"Gimana tabib kondisi saya?" Tanya Arung.
"Sepertinya saudara terkena racun ular bertanduk sembilan,"
"Dan karena kultivasi saudara yang rendah, racun yang sedikit itu sangat lah mematikan," Ucap Tabib, kembali memeriksa nadi Arung.
"Dan hanya ada satu cara untuk menyembuhkan saudara dengan meminum pil gingseng tanduk ular, setiap satu hari sekali sampai kultivasi saudara mencapai ranah alam raja." Ucap Tabib, sambil menuliskan resep.
"Baru lah racun ini dapat hilang dengan sempurna." Ucap Tabib, sambil menyerahkan resep kepada Arung.
"Jadi tabib apakah pil gingseng tanduk ular ada dijual disini?" Ucap Arung, sambil menerima resep dari tabib.
"Kalau untuk masalah kultivasi itu saya akan berlatih dan terus berlatih hingga mencapainya." Ucap Arung.
"Kasian Adik kecil ini, di benua ini pria sangat sulit untuk menembus ranah kultivasi,"
"Tapi dia sangat optimis, atau bodoh ya." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
"Kamu sungguh kurang beruntung saudara, walaupun harga dari pil gingseng itu sangat murah,"
"Tapi di klinik ini hanya tinggal tersisa satu pil lagi." Ucap Tabib.
"Waduhhhh...nasibku benar-benar malang." Ucap Arung, kemudian duduk di atas ranjang.
"Tenanglah Adik kecil, jarak antara gurun ini ke kota Awan Hitam hanya tinggal enam jam lagi di sana pasti ada banyak yang menjualnya." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menggosok-gosok punggung Arung.
"Benar kata nona cantik ini, di kota Awan Hitam kamu dapat membelinya di Paviliun Teratai Obat.
"Ada banyak persediaan nya disana." Ucap Tabib.
"Kalau begitu Terima kasih tabib atas bantuannya, kami permisi dulu." Ucap Xiao Mei Mei, sambil membungkuk dan memberi hormat ala pendekar.
"Ia nona untuk obat, dan biayanya dapat di selesaikan di kasir." Ucap Tabib.
Didalam kabin depan truk
"Kak sepertinya umurku tidak panjang lagi." Ucap Arung.
"Tenang saja Adik kecil, enam jam lagi kalau tidak ada halangan kita akan tiba di kota Awan Hitam."
"Kakak pasti akan menyelamatkan nyawamu." Ucap Xiao Mei Mei.
Tanpa disadari Arung benih-benih cinta telah tumbuh di hati Xiao Mei Mei, sejak Arung menghisap racun mematikan dari bibir nya.
Saat ini di pemandian air panas wanita keluarga Tiger
Shilla sedang berendam di bak air panas, dan sedang memikirkan Arung.
"Wah bosan juga tidak ada si mesum disini." Gumam Shilla dalam hati.
"Walaupun mesum, sebenarnya ia ganteng juga cuman aku malu mengakuinya." Gumam Shilla dalam hati.
"Hiks... hiks...." Suara ketawa kecil Shilla.
Beberapa saat kemudian, ada sesuatu yang terjatuh dari atap pemandian.
"Gubruk.... " Suara benda jatuh dan menabrak lantai pemandian.
Ternyata Kakek Bongpal yang jatuh dari atap pemandian tersebut.
"Dasar kakek mesum..... " Teriak Shilla, sambil meninju mata Kakek Bongpal.
Ternyata selama Shilla mandi, Kakek Bongpal sedang mengintip nya dari atap pemandian. Karena atap pemandian yang sudah rapuh, ia pun terjatuh dan menerima bogem mentah dari Shilla.
Kemudian kakek Bongpal pun melarikan diri, Shilla pun segera memakai handuk dan kembali ke kamarnya.
"Dasar kakek mesum....... " Teriak Shilla.
"Dasar gadis yang galak, maen tinju aja." Gumam Kakek Bongpal didalam hati, sambil melarikan diri.
Shilla pun kembali terkenang Arung.
"Semoga kau selamat Arung," Gumam Shilla dalam hati.
Shilla menyesal karena telah salah memberikan cincin ruang kepada Arung.
Perjalanan di Gurun Api Es.
Di Kabin depan mobil truk.
Gurun Api Es Awan Hitam merupakan sebuah daratan yang di penuhi dengan pasir yang gersang.
"Gurun ini layak nya seperti gurun di daerah timur tengah, kalau di dunia asal ku, panas nya begitu menyengat." Gumam Arung, sambil memandangi hamparan padang pasir tersebut.
"Whussss............... " Suara terpaan angin sepoi-sepoi di Padang Pasir tersebut.
Gurun Api Es ini memiliki dua macam musim, yaitu musim api yang berlangsung selama lima tahun dan musim es yang berlangsung selama dua puluh tahun. Musim api di maksud di sini ialah musim gersang dan tandus, sedangkan musim es ialah musim dingin dimana semua padang pasir berubah membeku seperti di Kutub Utara dan hutan eksotis akan muncul di atas nya.
"Sepanjang mata ku memandang hanya ada hamparan pasir yang tak berujung saja, dan gurun ini kelihatan sangat gersang membuat hati ini serasa dahaga,"
"Untung saja ada Kak Mei Mei di sini, rasa gersang di gurun ini seketika menghilang saat aku menatap wajah cantik nya itu,"
"Apa lagi jika aku mengingat pemandangan aduhai semalam." Gumam Arung, sambil menoleh ke arah Xiao Mei Mei.
Di dalam perjalanan kali ini mereka berdua tengah berada di musim api di tahun terakhir, dimana gurun ini bisa dengan mudah di lewati karena Beast Es dan Beast lain nya saat ini sedang berhibernasi atau tidur panjang.
"Adik kecil, apa kah kamu sudah pernah pergi ke Kota Awan Hitam sebelum nya?" Tanya Xiao Mei-mei, sambil mengemudi kan truk.
"Belum pernah Kakak Cantik, ini pertama kalinya aku pergi ke kota tersebut." Jawab Arung, sambil kembali memandangi Gurun Pasir di hadapan nya.
"Setiba nya nanti di Kota Awan Hitam, Kakak ini akan secara khusus membawamu menjelajahi Kota Hujan tersebut,"
"Kemudian kita akan tinggal di mansion milik Klan Xiao kami, yang berada di perbatasan Kota Awan Hitam." Ucap Xiao Mei Mei.
Arung pun terus menatap ke arah Xiao Mei Mei, ia merasa Wanita Cantik tersebut sangat baik terhadap nya.
"Ini semua karena kau sudah menyelamatkan nyawaku di penginapan semalam, Adik Kecil." Ucap Xiao Mei Mei, sambil tersenyum kecil ke arah Arung.
"Kak Mei Mei, kau tidak hanya cantik tapi kau juga sangat baik hati." Gumam Arung.
Ia pun baru menyadari jika ujian tidak langsung di langsungkan saat itu juga.
"Lho..........bukannya setelah sampai, aku akan langsung ikut seleksi prajurit di Kota Awan Hitam tersebut, Kak Mei Mei?" Tanya Arung.
"Memang benar Adik kecil ku ini adalah seorang pemuda yang pemberani,"
"Yang maju ke medan perang tanpa mengetahui jumlah pasukan musuh terlebih dahulu." Ucap Xiao Mei Mei.
"Maksudnya kak?" Tanya Arung.
"Untuk ujian menjadi prajurit baru di Kota Awan Hitam, baru akan diadakan sekitar satu bulan lagi,"
"Yaitu di awal musim es dan di penghujung musim api ini." Ucap Xiao Mei-mei.
"Apa........ jadi selama sebulan ini aku tinggal dimana, apakah matriak sebenarnya sudah membuangku dengan cara yang halus." Gumam Arung di dalam hati.
"Matriak tidak pernah menjelaskan hal seperti itu. Kak Mei Mei,"
"Memang benar-benar para tetua itu mengirimkan aku kedalam misi yang mustahil untuk bisa aku diselesaikan,"
"Dan cenderung seperti mengantarkan nyawaku ke Kota Awan Hitam," Gumam Arung di dalam hati
"Ini semua gara-gara Kakek Bongpal yang memicu dendam dari tetua lainnya." Gumam Arung di dalam hati.
"Apa itu, kenapa ada pagar berduri di jalanan." Gumam Xiao Mei Mei di dalam hati.
Tiba-tiba Xiao Mei Mei mengerem mendadak truk ini, terdengar suara burung merak riuh di bak belakang seperti nya tengah gelisah.
"Cittttt.... cittttt cittt...." Suara gesekan ban dan aspal akibat pengereman mendadak.
Mobil pun hilang kestabilan dan melaju sambil berputar 360 derajat hingga beberapa meter ke depan, hingga akhirnya mobil pun terhenti.
"Wahh .... ada apa ini kak kok tiba - tiba ngerem mendadak, Kak Mei Mei?" Ucap Arung, ekspresi nya terlihat panik.
"Lihat adik kecil, di depan ada pagar berduri siapa ya yang kurang kerjaan memblokir jalan seperti ini?" Ucap Xiao Mei Mei, sambil menunjuk kearah depan.
"Cepat turun kalian berdua ********, tinggalkan truk ini dan serahkan seluruh harta benda kalian jika tidak ingin mati." Teriak Bos Bandit Gurun, sambil mengacungkan pedang nya ke arah kami.
Tanpa kami sadari para bandit berjumlah sekitar 20 orang itu telah berkumpul dan berkerumunan mengelilingi truk, dan berniat merampok kami. Para bandit ini berada kultivasi nya di ranah alam kesatria puncak, hanya pemimpin nya saja yang kultivasi nya berada di ranah alam bumi puncak.
"Bandit-bandit ini mengganggu saja, tidak ada cara untuk melarikan diri kali ini,"
"Sepertinya aku harus bertarung hingga titik darah penghabisan, hanya itu cara terbaik saat ini." Gumam Xiao Mei Mei.
Xiao Mei Mei pun turun dari truk dan langsung menyerang bandit yang ada di samping nya. Tiga buah bola api berdiameter satu meter melesat dari telapak tangan nya ke arah bandit tersebut.
"Duar.... duar.... jdesss.... " Suara tembakan bola api mengenai tiga orang bandit yang tengah berada di samping mobil Xiao Mei Mei.
Ketiga bandit itu pun roboh dengan kondisi tubuh hangus terbakar.
"Sialan kau wanita iblis, bunuh wanita itu." Teriak bos bandit tersebut, para bandit yang berada di sekitar mobil pun menerjang ke arah Xiao Mei Mei.
"Aku harus segera membantu, Kak Mei Mei." Ucap Arung, kemudian turun dari mobil truk.
Arung pun melesatkan tiga tembakan bola air berdiameter satu meter, kearah tiga bandit yang tengah menerjang ke arah Xiao Mei Mei.
"Marilah kalian bandit sialan." Teriak Arung.
"Jdusss..... jdusss..... jdusss..... " Suara gelembung air yang mengenai ketiga bandit.
Ketiga bandit pun terpental sejauh beberapa meter, dan hanya cedera sedikit.
"Aw.... aw...., siapa yang berani menyerang ku." Ucap salah satu bandit yang terkena tembakan Arung.
"Bocah bau kencur itu cari mati, akan ku buat dia merasakan kengerian dari bandit gurun ini." Ucap salah satu bandit lainnya.
"Dasar bocah ********, terima ini." Ucap bandit lainnya, sambil melesat kan beberapa bola petir berdiameter satu meter kearah Arung.
"Duar........... " Suara ledakan, bola petir yang mengenai tubuh Arung.
"Arghhhhhhh.............. " Suara teriakan kesakitan Arung.
"Sakit sekali, untung aku sudah terbiasa terkena tembakan bola api milik Shilla."
Ketiga bandit pun berlari kearah Arung, berniat menggebuki Arung.
"Rasakan ini, beraninya membasahi tubuh kami." Ucap salah satu Bandit, sambil memijak-mijak tubuh Arung yang tergeletak di gurun.
"Jangan sampai dia mati, kita bisa menjualnya menjadi budak di Kota Seribu obat." Ucap salah satu Bandit lainnya, sambil ikut menyepak tubuh Arung.
Arung hanya berusaha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, sambil pasrah menerima tendangan dari para bandit.
"Arghhh.... sakitnya, setidaknya aku bisa mengalihkan perhatian ketiga bandit ini,"
"Sehingga beban Kak Mei Mei jadi berkurang." Gumam Arung didalam hati, sambil terus digebuki.
Tak lama berselang Arung pun tak sadarkan diri, seluruh tubuhnya memar dan wajahnya bonyok.
Kembali ke saat Xiao Mei Mei sedang bertarung.
Bandit-bandit itu mengeroyok Xiao Mei Mei dengan mulai mengayunkan pedang nya, dengan lincah Xiao Mei Mei pun bisa menghindari nya sambil menembakkan tiga bola api berdiameter satu meter.
"Rasakan bola panas ku ini, bandit-bandit bedebah." Teriak Xiao Mei Mei.
"Duargh....... duargh....... duarghhhh..... " Suara ledakan akibat jurus bola api.
Ketiga bandit pun tewas seketika terpanggang oleh bola api. Melihat sudah enam anggotanya tewas pimpinan bandit pun berang.
"Kalian kepung gadis cantik gila ini." Perintah bos bandit.
"Sepertinya bos ada rencana, ayo kita mengelilingi gadis ini." Ucap salah satu bandit.
Kesepuluh bandit pun mulai mengelilingi Xiao Mei, serta mengarahkan telapak tangannya ke arah Xiao Mei Mei.
"Sepertinya mereka hendak memborbardirku dengan tembakan bola api nya." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
Para bandit gurun disini merupakan lelaki dan semuanya kaum lelaki yang berhasil membangkitkan elemen api.
"Tembak sekarang." Teriak bos bandit, sambil menghunus kan pedangnya ke depan.
Xiao Mei Mei pun memasang perisai kultivasi api, bola api bertubi-tubi menghantam perisai kultivasi ini.
"Duargh........ duargh....... duargh....... " Suara ledakan.
"Aku tidak tahu sampai kapan dapat menahan serangan ini, aku hanya bisa bertaha." Ucap Xiao Mei Mei di dalam hati.
Saat ini Di aula leluhur kediaman Tiger
Kakek Bongpal meminta pertemuan khusus dengan Matriak keluarga, mengenai permasalahan hilangnya seluruh harta benda di mansion pribadinya. Matriak pun mengundang Kakek Bongpal ke aula leluhur untuk membicarakan nya.
"Matriak semua harta benda di kediaman ku hilang tak berbekas, di hari ketika Arung pergi ke Kota Awan Hitam." Ucap Kakek Bongpal.
"Itu sebabnya kamu tak sadarkan diri ya, tetua Bongpal." Ucap Matriak, ketika Kakek Bongpal pingsan Matriak mengira kakek Bongpal terkena stroke karena usianya.
"Benar Matriak, sebaiknya kita harus membentuk tim khusus untuk menyelidikinys." Ucap kakek Bongpal, dengan wajah serius.
"Benar yang Tetua Bongpal katakan, sebaiknya kita bentuk tim khusus untuk memeriksanya." Ucap Matriak, ekspresi kakek Bongpal pun terlihat gembira.
"Saat maling itu tertangkap akan ku jadikan dia daging panggang, awas saja kalau peti giok putih ku sampai rusak." Gumam Kakek Bongpal di dalam hati.
"Sekalian saja tim yang akan kita bentuk itu, juga menyelidiki masalah yang di hadapi para murid wanita selama ini," Ucap Matriak,
"Memang para murid wanita ada masalah apa?" Tanya Kakek Bongpal.
"Apa di kediaman murid wanita, harta benda hilang secara tiba-tiba juga." Gumam Kakek Bongpal di dalam hati.
"Ada yang suka mengintip mereka selama ini, bahkan ada yang kehilangan pakaian dalamnya." Jawab Matriak.
Bongpal pun mulai mengkerut kan keningnya.
"Bagaimana menurut mu tetua kesembilan?" Ucap Matriak.
"Bisa berabe ni kalau di bentuk tim khusus untuk menyelidiki nya, sudah kehilangan barang bisa-bisa aku kena gebuk." Gumam Kakek Bongpal didalam hati.
"Sepertinya Matriak lagi banyak urusan, masalah ini biar aku yang selidiki sendiri, permisi Matriak." Ucap kakek Bongpal, ia pun menghabiskan teh nya dan kemudian memberi hormat kepada Matriak dan meninggal kan aula leluhur.
Melihatnya seperti itu Matriak pun tersenyum kecil.
"Dasar kakek mesum," Gumam Matriak di dalam hati.
Kembali ke Gurun Api Es
Ketika keluar dari dalam truk Xiao Mei Mei sengaja bertarung agak jauh dari truknya. Hal ini agar beas burung merak nya tidak terkena dampak dari pertarungan.
"Huft..... sudah satu jam tapi mereka tidak melepaskan ku dan terus memborbardirku." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
"Duarghhh......... duarghhh........ duargh......... " Suara ledakan akibat bola api.
"Sepertinya aku sudah tidak kuat lagi, aku sebaiknya melihat kondisi Adik Kecil." Ucap Xiao Mei, sambil menghilangkan perisai kultivasi api.
Xiao Mei Mei pun melompati bandit yang mengelilingi dan berlari menuju truk.
"Aduh...... sepertinya aku pingsan, para bandit itu sangat kejam wajah ku sampai babak belur seperti ini." Ucap Arung, sambil berdiri.
Melihat Xiao Mei Mei yang berhasil menerobos kepungan mereka, Bos bandit pun turun tangan dan melesatkan sebuah tembakan bola api berdiameter satu meter.
"Duargh.............. " Suara ledakan bola api yang mengenai punggung Xiao Mei Mei.
Akibat serangan tersebut, Xiao Mei Mei pun terpental beberapa meter hingga sampai di dekat Arung berdiri. Darah pun keluar dari mulutnya menandakan Xiao Mei Mei telah terluka parah, Xiao Mei kemudian berdiri lagi dengan kaki yang gemetaran.
"Adik kecil cepat selamatkan dirimu, tinggalkan saja Kakak disini." Ucap Xiao Mei Mei, dengan nada suara yang melemah.
"Kak Mei Mei, sepertinya telah kalah,"
"Bandit-bandit ini sungguh kejam, bahkan tega mengeroyok seorang gadis secantik Xiao Mei Mei." Gumam Arung didalam hati.
"Ha...Ha...Ha....." Suara tawa Bos Bandit.
" Dasar ******* murahan kau telah membunuh teman teman kami, kami akan menggilir mu malam ini sebagai ganjarannya. " Ucap Bos Bandit Gurun.
"Yiha.....asyik malam ini ada barang baru." Ucap bandit-bandit lainnya.
"Dasar bandit-bandit keparat, tidak akan kubiarkan kalian menyakiti atau menyentuh sehelai rambut pun milik Kak Mei Mei. " Ucap Arung, dengan suara yang keras dan nada yang lantang.
"Adik kecil, Terima kasih," Gumam Xiao Mei, sambil tersenyum kecil dan menyeka darah di mulut nya.
"Bocah jangan banyak bicara, wajahmu saja sudah babak belur,"
"Mulutmu begitu sombong." Ucap Bos bandit.
Arung pun berlari ke arah Xiao Mei Mei menggunakan ilmu meringankan tubuh miliknya, dan bergegas menggotong tubuh Xiao Mei Mei di punggung nya.
"Adik kecil lari lah, aku hanya akan menjadi beban untuk mu." Ucap Xiao Mei Mei di telinga Arung.
Arung pun bergegas melesat dengan jurus meringankan tubuh miliknya.
"Kak Mei Mei, ada sebuah pepatah di tempat asal ku,"
"Walau kau telah jatuh berkali-kali, asalkan tubuh mu masih sanggup bangkit,"
"Bangkitlah berulang kali, jadi kita harus terus berjuang Kak Mei Mei." Ucap Arung, sambil melesat lari dengan menggotong Xiao Mei Mei di punggungnya.
"Kejar bocah bau kencur itu." Perintah Bos Bandit.
"Adik kecil ini ternyata memiliki semangat yang tinggi, pantas Vinic merekomendasikan nya untuk ikut ujian prajurit." Gumam Xiao Mei Mei, sambil memeluk erat leher Arung.
Para bandit itu pun mengejar Arung dan Xiao Mei Mei, sambil menembakkan bola api berdiameter satu meter dari telapak tangannya.
"Duarghhh....... duargh....... duarghhh......... " Suara ledakan bola api mengenai pasir di gurun.
"Bandit-bandit ini bahkan tidak membiarkan kami pergi dan terus mengejar." Gumam Arung didalam hati, sambil terus berlari.
"Danau kenapa bisa ada danau di sana, sebaiknya aku kesana." Gumam Arung didalam hati, sambil berlari menuju danau.
Para bandit pun terus mengejar sambil menembakkan bola api.
"Duarghhh....... duargh....... duarghhh......... " Suara ledakan bola api mengenai pasir di gurun.
Danau Oasis Tak Berujung berada di tengah gurun, danau ini tergolong kecil hanya memiliki luas beberapa hektare saja. Danau ini juga memiliki kedalaman yang tak terhingga.
"Kak Mei Mei aku sudah kehabisan tenaga ku, aku tidak rela mereka menggilir mu,"
"Aku berniat melompat kedalam danau itu." Ucap Arung, sambil berlari ke tepian danau.
"lompat lah Arung, aku lebih baik mati tenggelam dari pada harus digilir bandit-bandit kotor itu." Ucap Xiao Mei Mei.
Arung pun melompat kedalam danau Oasis ini kemudian memeluk erat tubuh Xiao Mei Mei, begitu pula dengan Xiao Mei Mei juga memeluk Arung.
"Sepertinya aku sudah tidak kuat lagi." Gumam Arung di dalam hati, sambil memeluk erat tubuh Xiao Mei Mei.
"Adik kecil, bahkan kau rela tenggelam bersamaku." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
Tubuh mereka pun perlahan tenggelam kedalam danau ini.
Para bandit pun berhenti mengejar, dan berkumpul di tepian danau.
"Sepertinya malam ini kita tidak jadi bersenang-senang dengan gadis berambut merah itu,"
"Mereka sepertinya telah tewas, mari kita kembali ke kamp." Ucap Bos Bandit.
Para Bandit sudah paham betul kondisi geografis gurun ini, dan tidak berani masuk ke dalam danau Oasis Gurun Api Es dan pergi begitu saja.
Di dalam pulau makam kuno
Setelah masuk kedalam danau Arung pun kehilangan kesadaran nya dan tenggelam bersama pendekar cantik dari klan xiao ini di danau. Beberapa saat kemudian Arung pun sadar.
"Ughh........ dimana aku?" Tanya Arung, sambil melihat sekeliling.
"Ternyata aku belum mati dan terbangun di sebuah pulau yang diselimuti oleh medan pelindung,"
"Medan pelindung ini menghalangi air masuk kedalam pulau ini." Gumam Arung di dalam hati, sambil memegang kepalanya.
Arung kemudian menoleh kesamping.
"Syukur lah Kak Mei Mei, juga berada di dalam pulau aneh ini." Gumam Arung di dalam hati.
Xiao Mei Mei tengah bermeditasi dan kami duduk tepat di depan gerbang masuk ke sebuah aula.
"Makam Jendral Api Kerajaan Jangbaek." Ucap Arung, sambil membaca tulisan yang terpahat di atas gerbang masuk.
"Aku tidak pernah mendengar Kerajaan Jangbaek, bukankan benua ini di bawah kekuasaan Kekaisaran Dewi Es." Gumam Arung di dalam hati.
"Apa ku tanyakan saja pada Kak Mei Mei, tapi ia tengah serius bermeditasi,"
"Aku tunggu saja, sampai Kak Mei Mei selesai bermeditasi." Gumam Arung di dalam hati.
Beberapa jam kemudian.
"Uhuk uhuk..." Suara batuk Kak Xiao Mei Mei, sambil membuka matanya perlahan.
"Kau sudah bangun Adik kecil?" Tanya Xiao Mei Mei.
"Ya baru saja Kak." Jawab Arung.
"Dimana kita berada sekarang, Kak?" Ucap Arung, sambil melihat sekeliling pulau.
"Sepertinya kita tengah berada di dalam danau,"
"Ini seperti makam kuno, peninggalan peradaban masa lampau, Adik kecil." Ucap Xiao Mei Mei.
"Sebaiknya kita mencari cara keluar dari sini, Kak,"
"Dan membalas perbuatan keparat-keparat tadi,"
"Aku pun harus segera sampai ke Paviliun Teratai Obat di Kota Awan Hitam." Ucap Arung.
"Ia Adik kecil ayo kita bergegas dan menaiki tangga ini,"
"Menuju aula di puncak pulau ini." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menunjuk ke puncak tangga.
"Terima kasih ya Adik kecil, kau telah dua kali menyelamatkan hidupku,"
"Wajahmu sampai bonyok begitu." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menaiki tangga.
"Sudahlah Kak, siapa yang tidak akan menolong gadis secantik Kakak." Ucap Arung, sambil menaiki tangga.
"Bagaimana dengan lukamu Kak, kalau belum sembuh biar aku memapah Kakak keatas sana." Ucap Arung.
"Terima kasih Adik Kecil, tapi sepertinya luka ku sudah sembuh setengahnya,"
"Kamu tidak perlu terlalu khawatir tentang ku, khawatirkan saja racun ular yang bersarang di tubuhmu." Ucap Xiao Mei Mei, sambil memegang bibir Arung yang menghitam.
"Kalau begitu ayo kita naiki tangga ini." Ucap Arung.
Satu demi satu anak tangga pun terlewati, tidak terasa kami sudah sampai di tangga yang ke seratus dan sampai tepat di halaman aula makan kuno.
"Huffttt.... " Ucap Xiao Mei Mei, sambil mengusap keringat di wajahnya dengan sapu tangan.
"Sampai juga kita adik kecil, ayo kita langsung masuk dan beristirahat di dalam mansion itu." Ucap Xiao Mei-mei, sambil berjalan ke arah pintu masuk mansion kuno.
"Ayo kak." Ucap Arung.
Kamipun melangkah masuk bersama ke dalam mansion makam kuno dan membuka pintunya.
"kreeekkkk...." Suara pintu mansion yang sudah sangat lama kali tidak pernah dibuka.
Alangkah terkejut nya kami ketika melihat kedalam, aula itu sungguh luas dan di tengah aula tersebut terdapat sebuah peti mati kuno. Disudut-sudut dinding terdapat patung-patung dari kesatria kuno yang sedang berjaga.Ketika kami menginjak kan kaki kedalam ruangan pada langkah pertama, tiba tiba saja muncul hologram yang merupakan sisa sisa ingatan dari masa lampau dan tepat berasal dari atas peti mati tersebut.
"Selamat datang pendekar di makam ku ini, kalian hanya perlu mendengarkan ku dan tidak usah berkomunikasi denganku,"
"Ah bikin kaget aja" Gumam Arung didalam hati.
Sementara itu Xiao Mei Mei tampak dengan serius menyimak perkataan hologram tersebut.
"Karena aku yang sekarang hanyalah sisa sisa ingatan dari masa lampau." Ucap hologram jendral api tersebut.
"Aku adalah jenderal perang dari negeri Jangbaek, aku memimpin puluhan ribu pasukan dan tidak pernah kalah sekalipun di zamanku."
"Adik kecil simak baik-baik perkataan hologram itu, hanya kultivator di ranah alam dewa yang dapat meninggalkan hologram seperti ini." Ucap Arung.
"Baiklah Kak." Ucap Arung.
"Aku bahkan adalah yang terkuat di negeri Jang baek ini, namun satu penyesalan ku yaitu aku tidak memiliki penerus di akhir hayatku,"
"Sehingga aku menyimpan warisan ku didalam peti mati ini, Jika kalian ingin menjadi penerus ku dan dapat keluar dari danauini, " Ucap hologram Jenderal Api.
"Maka bukalah peti mati ini, namun aku akan memberi kalian sebuah ujian terlebih dahulu,"
"Ujian nya sangat mudah, kalian hanya tinggal mendorong tutup peti mati ini sehingga terbuka dan dapat mengambil warisan didalam nya,"
"Namun tutup peti mati ini sangat beracun, dan siapa saja yang mendorong nya pasti mati dalam beberapa jam," Ucap hologram Jenderal Api.
"Ha.....ha...ha....ha..." Suara tawa yang sangat besar dari Jenderal Api.
"Itulah ujian nya pendekar, ujian keberanian Jenderal Api Negeri Jangbaek, sebelum melakukannya kalian dapat memikirkannya terlebih dahulu,"
"Atau tidak usah melakukannya dan tinggal saja selamanya disini menemaniku." Ucap hologram Jenderal Api.
"Ha....ha...ha...ha....ha...ha...ha....ha.." Suara tawa panjang hologram Jenderal Api.
"Wah bagaimana ini kak?" Ucap Arung, sambil mondar mandir karena panik.
"Kakak bingung juga nich, apa kita tinggal disini aja ya kakak gak yakin bisa bertahan dengan racun di tutup peti mati itu,"
"Apa lagi kita tidak tahu berapa usia peti mati ini." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menenangkan Arung.
"Ya udah kak ini pasti boongan, dia pasti menipu kita padahal tidak ada racun di peti mati itu,"
"Kalaupun ada racun itu pasti sudah hilang karena termakan usia aku yakin sekali kak." Ucap Arung.
"Jangan gegabah adik kecil, kakak rasa itu bukan boongan." Ucap Xiao Mei Mei.
"Aku yakin banget itu boongan kak, lagian aku pun akan mati jika terlalu lama disini dan tidak bisa keluar dari sini,"
"Karena aku telah terkena racun ular bertanduk sembilan kak." Ucap Arung, wajahnya sudah terlihat putus asa dan menatap ke peti mati tersebut.
"Hati hati adik kecil, itu masalah yang berbeda kita tidak perlu terlalu buru buru,"
"Kakak tidak ingin kamu terluka, dan menjadi semakin parah karena peti mati itu,"
"Jangan gegabah kita pikirkan dulu matang matang." Ucap Xiao Mei Mei.
Dengan sembrono Arung pun beranjak dari tempatnya, kemudian menuju peti mati. Arung pun langsung mendorong tutup peti mati beracun itu.
"Akhhhh....." Suara Jeritan Arung.
Arung Kesakitan saat menyentuh peti mati, racun didalam peti mati tersebut meresap ke pembuluh darah Arung melalui tangannya.
"Sakit nya sial, ini betul betul beracun jenderal tadi tidak bercanda rasanya seluruh tubuhku seperti dicincang kecil-kecil." Ucap Arung, dengan suara kesakitan.
Sementara itu Xiao Mei Mei pun mulai meneteskan air mata melihat Arung kesakitan.
"Adik kecil......hiks..... hiks..... " Ucap dan tangis kecil Xiao Mei Mei.
"Akhhhh....... " Teriak Arung, kembali memecah kesunyian beribu tahun di pulau makam kuno ini.
"Panas....... sepertinya seluruh otakku seperti meleleh." Teriak Arung.
"Adik kecil..... cukup sudah.... hiks... hiks... hiks... " Ucap dan Tangis Xiao Mei Mei.
Walaupun kesakitan Arung tetap mendorong tutup peti mati beracun tersebut, Xiao Mei Mei pun mulai menangis karena tidak sampai hati melihat penderitaan Arung.
"Akhhhh sakitnya......." Teriak Arung.
"Adik kecil sudahlah, cepat lepaskan tutup peti mati itu," Ucap Xiao Mei Mei, sambil menangis.
"Berhenti mendorongnya, Adik kecil."
"Sudah kakak bilang itu betul betul beracun, dan racunnya semakin ganas seiring waktu." Ucap Xiao Mei Mei, dengan isak tangis.
Arung tidak menghiraukan tangisan dan perkataan Pendekar Xiao, dan tetap mendorong nya hingga tutup peti pun terbuka.
"Kraakkkk....." Suara tutup peti mati yang sudah terbuka.
"Brukkkkk...." Suara tutup peti mati jatuh ke lantai.
Sekujur tubuh Arung pun perlahan menghitam di mulai dari tangannya, dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Arung pun terduduk lunglai dan tidak bertenaga dengan nafas yang terengah-engah.
"Ah akhirnya kebuka juga, Kak."Ucap Arung, dengan suara yang lemah.
"Hiks..... hiks...." Suara tangis Arung.
"Arung kenapa kamu begitu nekat mengorbankan tubuhmu hanya untuk membuka peti mati itu." Ucap Xiao Mei Mei, sambil terus menangis terisak isak.
"Tidak apa-apa kak, yang penting walaupun aku gak selamat kakak dapat selamat dan keluar dari sini." Ucap Arung, dengan suara melemah.
Sementara itu, Xiao Mei Mei tidak membantah dan terus mengeluarkan air mata.
"Kalau aku mati tolong kabari Matriak keluarga Tiger, dan katakan padanya kalau aku mati karena bertarung dengan berani melawan bandit gurun Kak,"
"Bukan mati gara gara terkena racun dari tutup peti mati ini, Kak." Ucap Arung, sambil memuntahkan banyak darah dari mulutnya.
Xiao Mei Mei pun mengangguk, Mei Mei pun menangis bertambah sedih lagi.
"Adik kecil bertahanlah, jangan bercanda." Ucap Xiao Mei Mei.
"Hiks... hiks...." Suara tangisan Xiao Mei Mei.
"Ia Kak tenang saja, aku mungkin masih bisa bertahan beberapa menit lagi kok sambil memandangi wajah cantik Kak Mei Mei." Ucap Arung, sambil tersenyum dengan suara yang kecil.
Xiao Mei Mei kembali menangis lagi, tiba tiba saja dari peti mati hologram Jenderal Api muncul kembali.
"Ha...ha...ha...ha.........," Tawa hologram Jenderal Api.
"Bagus pendekar kamu berhasil mendorong tutup peti mati itu sehingga terbuka kamu memang memiliki keberanian yang tinggi," Ucap hologram Jenderal Api.
Sementara itu Xiao Mei Mei masih terus menangis di sisi Arung yang sudah tidak berdaya.
"Racun itu adalah racun dari pohon kematian dan bisa di pastikan jika tidak mendapatkan penawarnya segera, kamu pasti akan mati dalam hitungan menit."
"Tapi ini adalah hari keberuntungan mu anak muda karena aku membuat ujian ini untuk mencari pewaris yang memiliki tekad api yang menyala nyala," Ucap Hologram Jenderal Api, dengan suara yang begitu bersemangat.
"Bukan api yang mati hanya karena terkena sedikit hempasan angin."
"Adapun warisan ku adalah pusaka ku yang membuat aku menjadi tak terkalahkan di wilayah Kerajaan Jangbaek ini."
"Warisan ku ini adalah Kitab Jurus Sembilan Api tingkat Dewa level awal,"
"Kitab Jurus Teleportasi tingkat dewa level puncak,"
"Dan tiga jenis pil dewa yaitu pil dewa obat tingkat bumi, pil dewa api tingkat bumi, dan pil awet muda tingkat misterius yang semuanya tinggal satu pil saja."
"Saranku lekas ambillah pil dewa obat itu terlebih dahulu sebelum kamu mati oleh racun, dan kita akan bertemu lagi setelah kau berhasil menguasai tingkat pertama kedua jurus itu." Ucap hologram Jenderal Api.
Mendengar penjelasan tersebut, Xiao Mei Mei langsung berhenti menangis dan menyeka air matanya.
"Ha.....ha.....ha...ha......." Tawa hologram Jenderal Api.
"Selamat anak muda akhirnya setelah empat milenium aku menemukan pewaris ku." Ucap hologram Jenderal Api, kemudian hologram pun menghilang.
Xiao Mei Mei pun tidak membuang-buang waktu, ia langsung bergegas kearah peti mati dan mengambil pil dewa obat didalamnya untuk Arung.
"Aku harus cepat, Adik Kecil sudah kritis." Gumam Xiao Mei Mei di dalam hati.
Ketika Xiao Mei Mei memperoleh pil dewa obat itu, langsung berbalik kearah ku.
"Adik kecil bukalah mulutmu." Ucap Xiao Mei Mei.
"Sepertinya Adik Kecil, sudah tidak bisa bergerak dan berbicara lagi." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
Racun itu terlalu kuat Arung pun sudah tidak dapat bergerak dan berbicara lagi, tubuh nya seakan-akan melayang-layang di ruang hampa.
Melihat itu tanpa berfikir panjang Xiao Mei Mei pun langsung mengambil inisiatif dengan mengunyah pil dewa obat itu di dalam mulutnya sendiri, dan meminum segelas air yang berasal dari cincin ruangnya. Pil dewa obat yang keras itu menjadi cairan setelah di kunyah oleh Xiao Mei Mei.
"Adik Kecil ini kali keduanya aku mencium bibir seorang lelaki, selain mendiang suamiku,"
"Semoga kau bertahan, Adik Kecil." Ucap Xiao Mei Mei.
Xiao Mei Mei pun meminumkan cairan obat itu dari mulut nya ke mulut ku, ini kali kedua bibir kami saling bertemu. Xiao Mei Mei tidak perduli lagi akan racun itu bakal meracuninya atau tidak.
"Aku akan membantu adik kecil mengkultivasi pil dewa obat itu." Ucap Xiao Mei Mei.
Setelah itu Xiao Mei Mei langsung menyalurkan tenaga dalamnya kepada Arung untuk mencerna pil dewa obat itu.
Kembali ke pulau di puncak Gunung Obat
Shilla saat ini sedang memandangi bulan di langit, melalui jendela kamarnya. Pandangan matanya pun kosong, pikiran nya di penuhi kenangan bersama Arung.
"Tiga hari di hidupku ini, serasa sepi dan tidak bersemangat,"
"Daging beast gurame panggang pun tidak berasa." Gumam Shilla didalam hati, sambil memandangi bintang dan membayangkan wajah Arung di langit.
"Jika ada si mesum, aku pasti bisa tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal nya ketika aku menembaknya dengan bola api." Gumam Shila dalam hati, sambil membayangkan wajah Arung yang kesal setelah terkena tembakan bola api Shilla.
"Hi.... Hi..... Hi...... " Tawa kecil Shilla.
"Si mesum ini pasti sekarang sedang mengintip Nyonya Xiao Mei Mei, mandi dasar mesum... " Gumam Shilla dalam hati, sambil menembakkan bola api ke langit.
"Duarghh.............. " Suara ledakan sebuah bola api yang meledak di langit.
Nyonya Vinic Tiger ternyata melihat kelakuan anaknya, Shilla.
"Anak ini baru tiga hari Arung pergi saja sudah menjadi aneh, apa aku menyuruh nya menyusul Arung saja ya?" Gumam Nyonya Vinic Tiger didalam hati, sambil masuk kembali kedalam mansion keluarga Tiger.
Shilla pun menutup jendelanya dan berganti pakaian ke piyama tidur, tiba-tiba saja ada yang membuka jendelanya. Shilla pun refleks dan langsung menembakkan bola api berukuran setengah meter kearah jendela.
"Duarghhh........ " Suara ledakan bola api yang menghancurkan jendela juga dinding kamar Shilla.
"Wah jebol dech, sepertinya tadi ada seseorang di jendela." Gumam Shilla di dalam hati, sambil melihat keluar dari dinding yang jebol.
"Kosong, aku pasti berhalusinasi, sebaiknya aku ke kamar mama." Ucap Shilla.
"Aduh..... sakitnya dadaku, untuk saja aku sempat mengelak sedikit,"
"Jika tidak cedera ku, akan parah,"
"Dasar gadis psikopat." Ucap Kakek Bongpal.
Ternyata yang membuka jendela adalah kakek Bongpal yang berniat mengintip.Kakek Bongpal pun terkena serangan bola api itu dan terjatuh kemudian ia pun kabur dengan cedera di dadanya dan beberapa tulang rusuk yang patah.
Sementara itu Shilla pun menumpang tidur di kamar mamanya.
Kembali lagi ke pulau makam kuno
Tiga hari pun terlewati, akhirnya bencana racun ini telah berhasil dilalui. Ternyata pill dewa obat dan transferan tenaga dalam dari kultivator ranah alam bumi, Arung pun telah menerobos dengan sangat cepat ke ranah alam kesatria level puncak. Arung pun mulai membuka matanya perlahan.
"Sungguh berkah dibalik bencana," Gumam Arung di dalam hati, sambil bangun dan beranjak ke tempat Xiao Mei Mei.
Xiao Mei Mei sudah tiga hari tiga malam menstranferkan energinya serta membantu Arung mencerna pil dewa obat.
"Terima kasih Kak sudah menyelamatkan aku," Ucap Arung, sambil menatap mata Xiao Mei Mei.
"Tidak usah difikirkan adik kecil, yang penting kamu sudah sembuh dan terbebas dari racun ular bertanduk sembilan juga racun pohon kematian,"
"Sekarang kita harus mencari jalan keluar dari tempat ini." Ucap Xiao Mei Mei.
"Ia kak kita hanya perlu menguasai kedua jurus yang di katakan oleh Jenderal Api tadi kak, "
"Dan Terima kasih untuk ciuman penyembuhannya kak," Ucap Arung, sambil meruncingkan mulutnya.
"He.....he.....he......." Tawa kecil Arung.
"Itu darurat adik kecil, tidak ada maksud lainnya kok dan disini ada dua pil dewa lagi gimana cara kita membaginya adik kecil? " Ucap Xiao Mei Mei.
"Untuk kedua pil dewa itu aku serahkan buat kakak, karena sudah menyelamatkan hidupku,"
"Dan juga untuk kedua jurus itu terserah kakak kurasa akan lebih cepat jika seorang pendekar dari ranah alam bumi puncak yang mempelajarinya." Ucap Arung.
"Adik kecil, Terima kasih untuk pil dewa nya kakak Terima dengan senang hati,"
"Tapi untuk kedua jurus ini tidak bisa kakak pelajari keduanya, karena untuk jurus teleportasi hanya bisa dipelajari oleh kultivator di ranah alam kesatria,"
"Kalau untuk jurus sembilan api mungkin bisa kakak pelajari, jadi untuk jurus teleportasi kamu harus mempelajarinya Adik kecil." Ucap Xiao Mei Mei.
"Coba mana kitabnya kak biar saya lihat dahulu." Ucap Arung.
"Ini kitabnya Adik kecil, kalau begitu kakak akan mencerna kedua pil ini ke tubuh kakak dulu untuk memulihkan cedera dan tenaga dalam kakak yang hilang akibat bertarung dengan bandit gurun." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menyerahkan kitab kepada Arung.
Arung pun mulai membaca bagian pertama dari kitab jurus teleportasi ini serta berusaha memahami makna yang terkandung didalamnya. Sementara itu Pendekar Xiao Mei Mei mulai mengkultivasi kedua pil dewa tersebut.
"Wah jurus ini rumit juga ya, tapi aku belum pernah dengar dari kakek Bongpal tentang jurus seperti ini." Gumam Arung dalam hati, sambil membaca kitab tersebut.
Tiba-tiba saja tubuh Pendekar Xiao di kelilingi oleh api berwarna ungu dan sangat panas.
"Panas sekali, aura api ungu yang mengerikan." Ucap Arung, sambil menjauh beberapa meter dari Xiao Mei Mei.
Tak lama kemudian api tersebut perlahan-lahan pun menghilang, dan menjadi asap pertanda pil dewa api tingkat bumi sudah terserap sepenuhnya kedalam tubuh pendekar Xiao Mei Mei.
"Pil ini benar-benar hebat semua cedera ku sembuh, dan kekuatanku meningkat 3 x lipat." Ucap Xiao Mei Mei.
"Selamat Kak Mei Mei." Ucap Arung.
Beberapa Jam Kemudian Xiao Mei Mei kembali mengkultivasi pil awet muda, seketika tubuhnya banyak sekali mengeluarkan cairan berwarna hitam pekat.
"Cairan apa itu yang keluar dari tubuh Kak Mei Mei?" Ucap Arung
Arung pun terkejut tiba-tiba saja kulit Kak Mei Mei, dan perawakannya berubah menjadi lebih kencang dan terlihat seperti seorang gadis yang baru berusia delapan belas tahunan.
"Waw................ Kak Mei Mei kau terlihat muda kembali." Ucap Arung.
"Kecantikan Kak Mei Mei yang sekarang sudah melebihi kecantikan nya Nyonya Vinic Tiger, wah pil awet muda itu benar-benar menakjubkan." Ucap Arung.
Pendekar Xiao pun masih terus ber kultivasi, Arung tidak ingin mengganggu Xiao Mei Mei berkultivasi, ia pun beranjak keluar dari mansion makam kuno untuk beristirahat di luar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!