Perjalanan di Gurun Api Es.
Di Kabin depan mobil truk.
Gurun Api Es Awan Hitam merupakan sebuah daratan yang di penuhi dengan pasir yang gersang.
"Gurun ini layak nya seperti gurun di daerah timur tengah, kalau di dunia asal ku, panas nya begitu menyengat." Gumam Arung, sambil memandangi hamparan padang pasir tersebut.
"Whussss............... " Suara terpaan angin sepoi-sepoi di Padang Pasir tersebut.
Gurun Api Es ini memiliki dua macam musim, yaitu musim api yang berlangsung selama lima tahun dan musim es yang berlangsung selama dua puluh tahun. Musim api di maksud di sini ialah musim gersang dan tandus, sedangkan musim es ialah musim dingin dimana semua padang pasir berubah membeku seperti di Kutub Utara dan hutan eksotis akan muncul di atas nya.
"Sepanjang mata ku memandang hanya ada hamparan pasir yang tak berujung saja, dan gurun ini kelihatan sangat gersang membuat hati ini serasa dahaga,"
"Untung saja ada Kak Mei Mei di sini, rasa gersang di gurun ini seketika menghilang saat aku menatap wajah cantik nya itu,"
"Apa lagi jika aku mengingat pemandangan aduhai semalam." Gumam Arung, sambil menoleh ke arah Xiao Mei Mei.
Di dalam perjalanan kali ini mereka berdua tengah berada di musim api di tahun terakhir, dimana gurun ini bisa dengan mudah di lewati karena Beast Es dan Beast lain nya saat ini sedang berhibernasi atau tidur panjang.
"Adik kecil, apa kah kamu sudah pernah pergi ke Kota Awan Hitam sebelum nya?" Tanya Xiao Mei-mei, sambil mengemudi kan truk.
"Belum pernah Kakak Cantik, ini pertama kalinya aku pergi ke kota tersebut." Jawab Arung, sambil kembali memandangi Gurun Pasir di hadapan nya.
"Setiba nya nanti di Kota Awan Hitam, Kakak ini akan secara khusus membawamu menjelajahi Kota Hujan tersebut,"
"Kemudian kita akan tinggal di mansion milik Klan Xiao kami, yang berada di perbatasan Kota Awan Hitam." Ucap Xiao Mei Mei.
Arung pun terus menatap ke arah Xiao Mei Mei, ia merasa Wanita Cantik tersebut sangat baik terhadap nya.
"Ini semua karena kau sudah menyelamatkan nyawaku di penginapan semalam, Adik Kecil." Ucap Xiao Mei Mei, sambil tersenyum kecil ke arah Arung.
"Kak Mei Mei, kau tidak hanya cantik tapi kau juga sangat baik hati." Gumam Arung.
Ia pun baru menyadari jika ujian tidak langsung di langsungkan saat itu juga.
"Lho..........bukannya setelah sampai, aku akan langsung ikut seleksi prajurit di Kota Awan Hitam tersebut, Kak Mei Mei?" Tanya Arung.
"Memang benar Adik kecil ku ini adalah seorang pemuda yang pemberani,"
"Yang maju ke medan perang tanpa mengetahui jumlah pasukan musuh terlebih dahulu." Ucap Xiao Mei Mei.
"Maksudnya kak?" Tanya Arung.
"Untuk ujian menjadi prajurit baru di Kota Awan Hitam, baru akan diadakan sekitar satu bulan lagi,"
"Yaitu di awal musim es dan di penghujung musim api ini." Ucap Xiao Mei-mei.
"Apa........ jadi selama sebulan ini aku tinggal dimana, apakah matriak sebenarnya sudah membuangku dengan cara yang halus." Gumam Arung di dalam hati.
"Matriak tidak pernah menjelaskan hal seperti itu. Kak Mei Mei,"
"Memang benar-benar para tetua itu mengirimkan aku kedalam misi yang mustahil untuk bisa aku diselesaikan,"
"Dan cenderung seperti mengantarkan nyawaku ke Kota Awan Hitam," Gumam Arung di dalam hati
"Ini semua gara-gara Kakek Bongpal yang memicu dendam dari tetua lainnya." Gumam Arung di dalam hati.
"Apa itu, kenapa ada pagar berduri di jalanan." Gumam Xiao Mei Mei di dalam hati.
Tiba-tiba Xiao Mei Mei mengerem mendadak truk ini, terdengar suara burung merak riuh di bak belakang seperti nya tengah gelisah.
"Cittttt.... cittttt cittt...." Suara gesekan ban dan aspal akibat pengereman mendadak.
Mobil pun hilang kestabilan dan melaju sambil berputar 360 derajat hingga beberapa meter ke depan, hingga akhirnya mobil pun terhenti.
"Wahh .... ada apa ini kak kok tiba - tiba ngerem mendadak, Kak Mei Mei?" Ucap Arung, ekspresi nya terlihat panik.
"Lihat adik kecil, di depan ada pagar berduri siapa ya yang kurang kerjaan memblokir jalan seperti ini?" Ucap Xiao Mei Mei, sambil menunjuk kearah depan.
"Cepat turun kalian berdua ********, tinggalkan truk ini dan serahkan seluruh harta benda kalian jika tidak ingin mati." Teriak Bos Bandit Gurun, sambil mengacungkan pedang nya ke arah kami.
Tanpa kami sadari para bandit berjumlah sekitar 20 orang itu telah berkumpul dan berkerumunan mengelilingi truk, dan berniat merampok kami. Para bandit ini berada kultivasi nya di ranah alam kesatria puncak, hanya pemimpin nya saja yang kultivasi nya berada di ranah alam bumi puncak.
"Bandit-bandit ini mengganggu saja, tidak ada cara untuk melarikan diri kali ini,"
"Sepertinya aku harus bertarung hingga titik darah penghabisan, hanya itu cara terbaik saat ini." Gumam Xiao Mei Mei.
Xiao Mei Mei pun turun dari truk dan langsung menyerang bandit yang ada di samping nya. Tiga buah bola api berdiameter satu meter melesat dari telapak tangan nya ke arah bandit tersebut.
"Duar.... duar.... jdesss.... " Suara tembakan bola api mengenai tiga orang bandit yang tengah berada di samping mobil Xiao Mei Mei.
Ketiga bandit itu pun roboh dengan kondisi tubuh hangus terbakar.
"Sialan kau wanita iblis, bunuh wanita itu." Teriak bos bandit tersebut, para bandit yang berada di sekitar mobil pun menerjang ke arah Xiao Mei Mei.
"Aku harus segera membantu, Kak Mei Mei." Ucap Arung, kemudian turun dari mobil truk.
Arung pun melesatkan tiga tembakan bola air berdiameter satu meter, kearah tiga bandit yang tengah menerjang ke arah Xiao Mei Mei.
"Marilah kalian bandit sialan." Teriak Arung.
"Jdusss..... jdusss..... jdusss..... " Suara gelembung air yang mengenai ketiga bandit.
Ketiga bandit pun terpental sejauh beberapa meter, dan hanya cedera sedikit.
"Aw.... aw...., siapa yang berani menyerang ku." Ucap salah satu bandit yang terkena tembakan Arung.
"Bocah bau kencur itu cari mati, akan ku buat dia merasakan kengerian dari bandit gurun ini." Ucap salah satu bandit lainnya.
"Dasar bocah ********, terima ini." Ucap bandit lainnya, sambil melesat kan beberapa bola petir berdiameter satu meter kearah Arung.
"Duar........... " Suara ledakan, bola petir yang mengenai tubuh Arung.
"Arghhhhhhh.............. " Suara teriakan kesakitan Arung.
"Sakit sekali, untung aku sudah terbiasa terkena tembakan bola api milik Shilla."
Ketiga bandit pun berlari kearah Arung, berniat menggebuki Arung.
"Rasakan ini, beraninya membasahi tubuh kami." Ucap salah satu Bandit, sambil memijak-mijak tubuh Arung yang tergeletak di gurun.
"Jangan sampai dia mati, kita bisa menjualnya menjadi budak di Kota Seribu obat." Ucap salah satu Bandit lainnya, sambil ikut menyepak tubuh Arung.
Arung hanya berusaha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, sambil pasrah menerima tendangan dari para bandit.
"Arghhh.... sakitnya, setidaknya aku bisa mengalihkan perhatian ketiga bandit ini,"
"Sehingga beban Kak Mei Mei jadi berkurang." Gumam Arung didalam hati, sambil terus digebuki.
Tak lama berselang Arung pun tak sadarkan diri, seluruh tubuhnya memar dan wajahnya bonyok.
Kembali ke saat Xiao Mei Mei sedang bertarung.
Bandit-bandit itu mengeroyok Xiao Mei Mei dengan mulai mengayunkan pedang nya, dengan lincah Xiao Mei Mei pun bisa menghindari nya sambil menembakkan tiga bola api berdiameter satu meter.
"Rasakan bola panas ku ini, bandit-bandit bedebah." Teriak Xiao Mei Mei.
"Duargh....... duargh....... duarghhhh..... " Suara ledakan akibat jurus bola api.
Ketiga bandit pun tewas seketika terpanggang oleh bola api. Melihat sudah enam anggotanya tewas pimpinan bandit pun berang.
"Kalian kepung gadis cantik gila ini." Perintah bos bandit.
"Sepertinya bos ada rencana, ayo kita mengelilingi gadis ini." Ucap salah satu bandit.
Kesepuluh bandit pun mulai mengelilingi Xiao Mei, serta mengarahkan telapak tangannya ke arah Xiao Mei Mei.
"Sepertinya mereka hendak memborbardirku dengan tembakan bola api nya." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
Para bandit gurun disini merupakan lelaki dan semuanya kaum lelaki yang berhasil membangkitkan elemen api.
"Tembak sekarang." Teriak bos bandit, sambil menghunus kan pedangnya ke depan.
Xiao Mei Mei pun memasang perisai kultivasi api, bola api bertubi-tubi menghantam perisai kultivasi ini.
"Duargh........ duargh....... duargh....... " Suara ledakan.
"Aku tidak tahu sampai kapan dapat menahan serangan ini, aku hanya bisa bertaha." Ucap Xiao Mei Mei di dalam hati.
Saat ini Di aula leluhur kediaman Tiger
Kakek Bongpal meminta pertemuan khusus dengan Matriak keluarga, mengenai permasalahan hilangnya seluruh harta benda di mansion pribadinya. Matriak pun mengundang Kakek Bongpal ke aula leluhur untuk membicarakan nya.
"Matriak semua harta benda di kediaman ku hilang tak berbekas, di hari ketika Arung pergi ke Kota Awan Hitam." Ucap Kakek Bongpal.
"Itu sebabnya kamu tak sadarkan diri ya, tetua Bongpal." Ucap Matriak, ketika Kakek Bongpal pingsan Matriak mengira kakek Bongpal terkena stroke karena usianya.
"Benar Matriak, sebaiknya kita harus membentuk tim khusus untuk menyelidikinys." Ucap kakek Bongpal, dengan wajah serius.
"Benar yang Tetua Bongpal katakan, sebaiknya kita bentuk tim khusus untuk memeriksanya." Ucap Matriak, ekspresi kakek Bongpal pun terlihat gembira.
"Saat maling itu tertangkap akan ku jadikan dia daging panggang, awas saja kalau peti giok putih ku sampai rusak." Gumam Kakek Bongpal di dalam hati.
"Sekalian saja tim yang akan kita bentuk itu, juga menyelidiki masalah yang di hadapi para murid wanita selama ini," Ucap Matriak,
"Memang para murid wanita ada masalah apa?" Tanya Kakek Bongpal.
"Apa di kediaman murid wanita, harta benda hilang secara tiba-tiba juga." Gumam Kakek Bongpal di dalam hati.
"Ada yang suka mengintip mereka selama ini, bahkan ada yang kehilangan pakaian dalamnya." Jawab Matriak.
Bongpal pun mulai mengkerut kan keningnya.
"Bagaimana menurut mu tetua kesembilan?" Ucap Matriak.
"Bisa berabe ni kalau di bentuk tim khusus untuk menyelidiki nya, sudah kehilangan barang bisa-bisa aku kena gebuk." Gumam Kakek Bongpal didalam hati.
"Sepertinya Matriak lagi banyak urusan, masalah ini biar aku yang selidiki sendiri, permisi Matriak." Ucap kakek Bongpal, ia pun menghabiskan teh nya dan kemudian memberi hormat kepada Matriak dan meninggal kan aula leluhur.
Melihatnya seperti itu Matriak pun tersenyum kecil.
"Dasar kakek mesum," Gumam Matriak di dalam hati.
Kembali ke Gurun Api Es
Ketika keluar dari dalam truk Xiao Mei Mei sengaja bertarung agak jauh dari truknya. Hal ini agar beas burung merak nya tidak terkena dampak dari pertarungan.
"Huft..... sudah satu jam tapi mereka tidak melepaskan ku dan terus memborbardirku." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
"Duarghhh......... duarghhh........ duargh......... " Suara ledakan akibat bola api.
"Sepertinya aku sudah tidak kuat lagi, aku sebaiknya melihat kondisi Adik Kecil." Ucap Xiao Mei, sambil menghilangkan perisai kultivasi api.
Xiao Mei Mei pun melompati bandit yang mengelilingi dan berlari menuju truk.
"Aduh...... sepertinya aku pingsan, para bandit itu sangat kejam wajah ku sampai babak belur seperti ini." Ucap Arung, sambil berdiri.
Melihat Xiao Mei Mei yang berhasil menerobos kepungan mereka, Bos bandit pun turun tangan dan melesatkan sebuah tembakan bola api berdiameter satu meter.
"Duargh.............. " Suara ledakan bola api yang mengenai punggung Xiao Mei Mei.
Akibat serangan tersebut, Xiao Mei Mei pun terpental beberapa meter hingga sampai di dekat Arung berdiri. Darah pun keluar dari mulutnya menandakan Xiao Mei Mei telah terluka parah, Xiao Mei kemudian berdiri lagi dengan kaki yang gemetaran.
"Adik kecil cepat selamatkan dirimu, tinggalkan saja Kakak disini." Ucap Xiao Mei Mei, dengan nada suara yang melemah.
"Kak Mei Mei, sepertinya telah kalah,"
"Bandit-bandit ini sungguh kejam, bahkan tega mengeroyok seorang gadis secantik Xiao Mei Mei." Gumam Arung didalam hati.
"Ha...Ha...Ha....." Suara tawa Bos Bandit.
" Dasar ******* murahan kau telah membunuh teman teman kami, kami akan menggilir mu malam ini sebagai ganjarannya. " Ucap Bos Bandit Gurun.
"Yiha.....asyik malam ini ada barang baru." Ucap bandit-bandit lainnya.
"Dasar bandit-bandit keparat, tidak akan kubiarkan kalian menyakiti atau menyentuh sehelai rambut pun milik Kak Mei Mei. " Ucap Arung, dengan suara yang keras dan nada yang lantang.
"Adik kecil, Terima kasih," Gumam Xiao Mei, sambil tersenyum kecil dan menyeka darah di mulut nya.
"Bocah jangan banyak bicara, wajahmu saja sudah babak belur,"
"Mulutmu begitu sombong." Ucap Bos bandit.
Arung pun berlari ke arah Xiao Mei Mei menggunakan ilmu meringankan tubuh miliknya, dan bergegas menggotong tubuh Xiao Mei Mei di punggung nya.
"Adik kecil lari lah, aku hanya akan menjadi beban untuk mu." Ucap Xiao Mei Mei di telinga Arung.
Arung pun bergegas melesat dengan jurus meringankan tubuh miliknya.
"Kak Mei Mei, ada sebuah pepatah di tempat asal ku,"
"Walau kau telah jatuh berkali-kali, asalkan tubuh mu masih sanggup bangkit,"
"Bangkitlah berulang kali, jadi kita harus terus berjuang Kak Mei Mei." Ucap Arung, sambil melesat lari dengan menggotong Xiao Mei Mei di punggungnya.
"Kejar bocah bau kencur itu." Perintah Bos Bandit.
"Adik kecil ini ternyata memiliki semangat yang tinggi, pantas Vinic merekomendasikan nya untuk ikut ujian prajurit." Gumam Xiao Mei Mei, sambil memeluk erat leher Arung.
Para bandit itu pun mengejar Arung dan Xiao Mei Mei, sambil menembakkan bola api berdiameter satu meter dari telapak tangannya.
"Duarghhh....... duargh....... duarghhh......... " Suara ledakan bola api mengenai pasir di gurun.
"Bandit-bandit ini bahkan tidak membiarkan kami pergi dan terus mengejar." Gumam Arung didalam hati, sambil terus berlari.
"Danau kenapa bisa ada danau di sana, sebaiknya aku kesana." Gumam Arung didalam hati, sambil berlari menuju danau.
Para bandit pun terus mengejar sambil menembakkan bola api.
"Duarghhh....... duargh....... duarghhh......... " Suara ledakan bola api mengenai pasir di gurun.
Danau Oasis Tak Berujung berada di tengah gurun, danau ini tergolong kecil hanya memiliki luas beberapa hektare saja. Danau ini juga memiliki kedalaman yang tak terhingga.
"Kak Mei Mei aku sudah kehabisan tenaga ku, aku tidak rela mereka menggilir mu,"
"Aku berniat melompat kedalam danau itu." Ucap Arung, sambil berlari ke tepian danau.
"lompat lah Arung, aku lebih baik mati tenggelam dari pada harus digilir bandit-bandit kotor itu." Ucap Xiao Mei Mei.
Arung pun melompat kedalam danau Oasis ini kemudian memeluk erat tubuh Xiao Mei Mei, begitu pula dengan Xiao Mei Mei juga memeluk Arung.
"Sepertinya aku sudah tidak kuat lagi." Gumam Arung di dalam hati, sambil memeluk erat tubuh Xiao Mei Mei.
"Adik kecil, bahkan kau rela tenggelam bersamaku." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
Tubuh mereka pun perlahan tenggelam kedalam danau ini.
Para bandit pun berhenti mengejar, dan berkumpul di tepian danau.
"Sepertinya malam ini kita tidak jadi bersenang-senang dengan gadis berambut merah itu,"
"Mereka sepertinya telah tewas, mari kita kembali ke kamp." Ucap Bos Bandit.
Para Bandit sudah paham betul kondisi geografis gurun ini, dan tidak berani masuk ke dalam danau Oasis Gurun Api Es dan pergi begitu saja.
Di dalam pulau makam kuno
Setelah masuk kedalam danau Arung pun kehilangan kesadaran nya dan tenggelam bersama pendekar cantik dari klan xiao ini di danau. Beberapa saat kemudian Arung pun sadar.
"Ughh........ dimana aku?" Tanya Arung, sambil melihat sekeliling.
"Ternyata aku belum mati dan terbangun di sebuah pulau yang diselimuti oleh medan pelindung,"
"Medan pelindung ini menghalangi air masuk kedalam pulau ini." Gumam Arung di dalam hati, sambil memegang kepalanya.
Arung kemudian menoleh kesamping.
"Syukur lah Kak Mei Mei, juga berada di dalam pulau aneh ini." Gumam Arung di dalam hati.
Xiao Mei Mei tengah bermeditasi dan kami duduk tepat di depan gerbang masuk ke sebuah aula.
"Makam Jendral Api Kerajaan Jangbaek." Ucap Arung, sambil membaca tulisan yang terpahat di atas gerbang masuk.
"Aku tidak pernah mendengar Kerajaan Jangbaek, bukankan benua ini di bawah kekuasaan Kekaisaran Dewi Es." Gumam Arung di dalam hati.
"Apa ku tanyakan saja pada Kak Mei Mei, tapi ia tengah serius bermeditasi,"
"Aku tunggu saja, sampai Kak Mei Mei selesai bermeditasi." Gumam Arung di dalam hati.
Beberapa jam kemudian.
"Uhuk uhuk..." Suara batuk Kak Xiao Mei Mei, sambil membuka matanya perlahan.
"Kau sudah bangun Adik kecil?" Tanya Xiao Mei Mei.
"Ya baru saja Kak." Jawab Arung.
"Dimana kita berada sekarang, Kak?" Ucap Arung, sambil melihat sekeliling pulau.
"Sepertinya kita tengah berada di dalam danau,"
"Ini seperti makam kuno, peninggalan peradaban masa lampau, Adik kecil." Ucap Xiao Mei Mei.
"Sebaiknya kita mencari cara keluar dari sini, Kak,"
"Dan membalas perbuatan keparat-keparat tadi,"
"Aku pun harus segera sampai ke Paviliun Teratai Obat di Kota Awan Hitam." Ucap Arung.
"Ia Adik kecil ayo kita bergegas dan menaiki tangga ini,"
"Menuju aula di puncak pulau ini." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menunjuk ke puncak tangga.
"Terima kasih ya Adik kecil, kau telah dua kali menyelamatkan hidupku,"
"Wajahmu sampai bonyok begitu." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menaiki tangga.
"Sudahlah Kak, siapa yang tidak akan menolong gadis secantik Kakak." Ucap Arung, sambil menaiki tangga.
"Bagaimana dengan lukamu Kak, kalau belum sembuh biar aku memapah Kakak keatas sana." Ucap Arung.
"Terima kasih Adik Kecil, tapi sepertinya luka ku sudah sembuh setengahnya,"
"Kamu tidak perlu terlalu khawatir tentang ku, khawatirkan saja racun ular yang bersarang di tubuhmu." Ucap Xiao Mei Mei, sambil memegang bibir Arung yang menghitam.
"Kalau begitu ayo kita naiki tangga ini." Ucap Arung.
Satu demi satu anak tangga pun terlewati, tidak terasa kami sudah sampai di tangga yang ke seratus dan sampai tepat di halaman aula makan kuno.
"Huffttt.... " Ucap Xiao Mei Mei, sambil mengusap keringat di wajahnya dengan sapu tangan.
"Sampai juga kita adik kecil, ayo kita langsung masuk dan beristirahat di dalam mansion itu." Ucap Xiao Mei-mei, sambil berjalan ke arah pintu masuk mansion kuno.
"Ayo kak." Ucap Arung.
Kamipun melangkah masuk bersama ke dalam mansion makam kuno dan membuka pintunya.
"kreeekkkk...." Suara pintu mansion yang sudah sangat lama kali tidak pernah dibuka.
Alangkah terkejut nya kami ketika melihat kedalam, aula itu sungguh luas dan di tengah aula tersebut terdapat sebuah peti mati kuno. Disudut-sudut dinding terdapat patung-patung dari kesatria kuno yang sedang berjaga.Ketika kami menginjak kan kaki kedalam ruangan pada langkah pertama, tiba tiba saja muncul hologram yang merupakan sisa sisa ingatan dari masa lampau dan tepat berasal dari atas peti mati tersebut.
"Selamat datang pendekar di makam ku ini, kalian hanya perlu mendengarkan ku dan tidak usah berkomunikasi denganku,"
"Ah bikin kaget aja" Gumam Arung didalam hati.
Sementara itu Xiao Mei Mei tampak dengan serius menyimak perkataan hologram tersebut.
"Karena aku yang sekarang hanyalah sisa sisa ingatan dari masa lampau." Ucap hologram jendral api tersebut.
"Aku adalah jenderal perang dari negeri Jangbaek, aku memimpin puluhan ribu pasukan dan tidak pernah kalah sekalipun di zamanku."
"Adik kecil simak baik-baik perkataan hologram itu, hanya kultivator di ranah alam dewa yang dapat meninggalkan hologram seperti ini." Ucap Arung.
"Baiklah Kak." Ucap Arung.
"Aku bahkan adalah yang terkuat di negeri Jang baek ini, namun satu penyesalan ku yaitu aku tidak memiliki penerus di akhir hayatku,"
"Sehingga aku menyimpan warisan ku didalam peti mati ini, Jika kalian ingin menjadi penerus ku dan dapat keluar dari danauini, " Ucap hologram Jenderal Api.
"Maka bukalah peti mati ini, namun aku akan memberi kalian sebuah ujian terlebih dahulu,"
"Ujian nya sangat mudah, kalian hanya tinggal mendorong tutup peti mati ini sehingga terbuka dan dapat mengambil warisan didalam nya,"
"Namun tutup peti mati ini sangat beracun, dan siapa saja yang mendorong nya pasti mati dalam beberapa jam," Ucap hologram Jenderal Api.
"Ha.....ha...ha....ha..." Suara tawa yang sangat besar dari Jenderal Api.
"Itulah ujian nya pendekar, ujian keberanian Jenderal Api Negeri Jangbaek, sebelum melakukannya kalian dapat memikirkannya terlebih dahulu,"
"Atau tidak usah melakukannya dan tinggal saja selamanya disini menemaniku." Ucap hologram Jenderal Api.
"Ha....ha...ha...ha....ha...ha...ha....ha.." Suara tawa panjang hologram Jenderal Api.
"Wah bagaimana ini kak?" Ucap Arung, sambil mondar mandir karena panik.
"Kakak bingung juga nich, apa kita tinggal disini aja ya kakak gak yakin bisa bertahan dengan racun di tutup peti mati itu,"
"Apa lagi kita tidak tahu berapa usia peti mati ini." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menenangkan Arung.
"Ya udah kak ini pasti boongan, dia pasti menipu kita padahal tidak ada racun di peti mati itu,"
"Kalaupun ada racun itu pasti sudah hilang karena termakan usia aku yakin sekali kak." Ucap Arung.
"Jangan gegabah adik kecil, kakak rasa itu bukan boongan." Ucap Xiao Mei Mei.
"Aku yakin banget itu boongan kak, lagian aku pun akan mati jika terlalu lama disini dan tidak bisa keluar dari sini,"
"Karena aku telah terkena racun ular bertanduk sembilan kak." Ucap Arung, wajahnya sudah terlihat putus asa dan menatap ke peti mati tersebut.
"Hati hati adik kecil, itu masalah yang berbeda kita tidak perlu terlalu buru buru,"
"Kakak tidak ingin kamu terluka, dan menjadi semakin parah karena peti mati itu,"
"Jangan gegabah kita pikirkan dulu matang matang." Ucap Xiao Mei Mei.
Dengan sembrono Arung pun beranjak dari tempatnya, kemudian menuju peti mati. Arung pun langsung mendorong tutup peti mati beracun itu.
"Akhhhh....." Suara Jeritan Arung.
Arung Kesakitan saat menyentuh peti mati, racun didalam peti mati tersebut meresap ke pembuluh darah Arung melalui tangannya.
"Sakit nya sial, ini betul betul beracun jenderal tadi tidak bercanda rasanya seluruh tubuhku seperti dicincang kecil-kecil." Ucap Arung, dengan suara kesakitan.
Sementara itu Xiao Mei Mei pun mulai meneteskan air mata melihat Arung kesakitan.
"Adik kecil......hiks..... hiks..... " Ucap dan tangis kecil Xiao Mei Mei.
"Akhhhh....... " Teriak Arung, kembali memecah kesunyian beribu tahun di pulau makam kuno ini.
"Panas....... sepertinya seluruh otakku seperti meleleh." Teriak Arung.
"Adik kecil..... cukup sudah.... hiks... hiks... hiks... " Ucap dan Tangis Xiao Mei Mei.
Walaupun kesakitan Arung tetap mendorong tutup peti mati beracun tersebut, Xiao Mei Mei pun mulai menangis karena tidak sampai hati melihat penderitaan Arung.
"Akhhhh sakitnya......." Teriak Arung.
"Adik kecil sudahlah, cepat lepaskan tutup peti mati itu," Ucap Xiao Mei Mei, sambil menangis.
"Berhenti mendorongnya, Adik kecil."
"Sudah kakak bilang itu betul betul beracun, dan racunnya semakin ganas seiring waktu." Ucap Xiao Mei Mei, dengan isak tangis.
Arung tidak menghiraukan tangisan dan perkataan Pendekar Xiao, dan tetap mendorong nya hingga tutup peti pun terbuka.
"Kraakkkk....." Suara tutup peti mati yang sudah terbuka.
"Brukkkkk...." Suara tutup peti mati jatuh ke lantai.
Sekujur tubuh Arung pun perlahan menghitam di mulai dari tangannya, dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Arung pun terduduk lunglai dan tidak bertenaga dengan nafas yang terengah-engah.
"Ah akhirnya kebuka juga, Kak."Ucap Arung, dengan suara yang lemah.
"Hiks..... hiks...." Suara tangis Arung.
"Arung kenapa kamu begitu nekat mengorbankan tubuhmu hanya untuk membuka peti mati itu." Ucap Xiao Mei Mei, sambil terus menangis terisak isak.
"Tidak apa-apa kak, yang penting walaupun aku gak selamat kakak dapat selamat dan keluar dari sini." Ucap Arung, dengan suara melemah.
Sementara itu, Xiao Mei Mei tidak membantah dan terus mengeluarkan air mata.
"Kalau aku mati tolong kabari Matriak keluarga Tiger, dan katakan padanya kalau aku mati karena bertarung dengan berani melawan bandit gurun Kak,"
"Bukan mati gara gara terkena racun dari tutup peti mati ini, Kak." Ucap Arung, sambil memuntahkan banyak darah dari mulutnya.
Xiao Mei Mei pun mengangguk, Mei Mei pun menangis bertambah sedih lagi.
"Adik kecil bertahanlah, jangan bercanda." Ucap Xiao Mei Mei.
"Hiks... hiks...." Suara tangisan Xiao Mei Mei.
"Ia Kak tenang saja, aku mungkin masih bisa bertahan beberapa menit lagi kok sambil memandangi wajah cantik Kak Mei Mei." Ucap Arung, sambil tersenyum dengan suara yang kecil.
Xiao Mei Mei kembali menangis lagi, tiba tiba saja dari peti mati hologram Jenderal Api muncul kembali.
"Ha...ha...ha...ha.........," Tawa hologram Jenderal Api.
"Bagus pendekar kamu berhasil mendorong tutup peti mati itu sehingga terbuka kamu memang memiliki keberanian yang tinggi," Ucap hologram Jenderal Api.
Sementara itu Xiao Mei Mei masih terus menangis di sisi Arung yang sudah tidak berdaya.
"Racun itu adalah racun dari pohon kematian dan bisa di pastikan jika tidak mendapatkan penawarnya segera, kamu pasti akan mati dalam hitungan menit."
"Tapi ini adalah hari keberuntungan mu anak muda karena aku membuat ujian ini untuk mencari pewaris yang memiliki tekad api yang menyala nyala," Ucap Hologram Jenderal Api, dengan suara yang begitu bersemangat.
"Bukan api yang mati hanya karena terkena sedikit hempasan angin."
"Adapun warisan ku adalah pusaka ku yang membuat aku menjadi tak terkalahkan di wilayah Kerajaan Jangbaek ini."
"Warisan ku ini adalah Kitab Jurus Sembilan Api tingkat Dewa level awal,"
"Kitab Jurus Teleportasi tingkat dewa level puncak,"
"Dan tiga jenis pil dewa yaitu pil dewa obat tingkat bumi, pil dewa api tingkat bumi, dan pil awet muda tingkat misterius yang semuanya tinggal satu pil saja."
"Saranku lekas ambillah pil dewa obat itu terlebih dahulu sebelum kamu mati oleh racun, dan kita akan bertemu lagi setelah kau berhasil menguasai tingkat pertama kedua jurus itu." Ucap hologram Jenderal Api.
Mendengar penjelasan tersebut, Xiao Mei Mei langsung berhenti menangis dan menyeka air matanya.
"Ha.....ha.....ha...ha......." Tawa hologram Jenderal Api.
"Selamat anak muda akhirnya setelah empat milenium aku menemukan pewaris ku." Ucap hologram Jenderal Api, kemudian hologram pun menghilang.
Xiao Mei Mei pun tidak membuang-buang waktu, ia langsung bergegas kearah peti mati dan mengambil pil dewa obat didalamnya untuk Arung.
"Aku harus cepat, Adik Kecil sudah kritis." Gumam Xiao Mei Mei di dalam hati.
Ketika Xiao Mei Mei memperoleh pil dewa obat itu, langsung berbalik kearah ku.
"Adik kecil bukalah mulutmu." Ucap Xiao Mei Mei.
"Sepertinya Adik Kecil, sudah tidak bisa bergerak dan berbicara lagi." Gumam Xiao Mei Mei didalam hati.
Racun itu terlalu kuat Arung pun sudah tidak dapat bergerak dan berbicara lagi, tubuh nya seakan-akan melayang-layang di ruang hampa.
Melihat itu tanpa berfikir panjang Xiao Mei Mei pun langsung mengambil inisiatif dengan mengunyah pil dewa obat itu di dalam mulutnya sendiri, dan meminum segelas air yang berasal dari cincin ruangnya. Pil dewa obat yang keras itu menjadi cairan setelah di kunyah oleh Xiao Mei Mei.
"Adik Kecil ini kali keduanya aku mencium bibir seorang lelaki, selain mendiang suamiku,"
"Semoga kau bertahan, Adik Kecil." Ucap Xiao Mei Mei.
Xiao Mei Mei pun meminumkan cairan obat itu dari mulut nya ke mulut ku, ini kali kedua bibir kami saling bertemu. Xiao Mei Mei tidak perduli lagi akan racun itu bakal meracuninya atau tidak.
"Aku akan membantu adik kecil mengkultivasi pil dewa obat itu." Ucap Xiao Mei Mei.
Setelah itu Xiao Mei Mei langsung menyalurkan tenaga dalamnya kepada Arung untuk mencerna pil dewa obat itu.
Kembali ke pulau di puncak Gunung Obat
Shilla saat ini sedang memandangi bulan di langit, melalui jendela kamarnya. Pandangan matanya pun kosong, pikiran nya di penuhi kenangan bersama Arung.
"Tiga hari di hidupku ini, serasa sepi dan tidak bersemangat,"
"Daging beast gurame panggang pun tidak berasa." Gumam Shilla didalam hati, sambil memandangi bintang dan membayangkan wajah Arung di langit.
"Jika ada si mesum, aku pasti bisa tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal nya ketika aku menembaknya dengan bola api." Gumam Shila dalam hati, sambil membayangkan wajah Arung yang kesal setelah terkena tembakan bola api Shilla.
"Hi.... Hi..... Hi...... " Tawa kecil Shilla.
"Si mesum ini pasti sekarang sedang mengintip Nyonya Xiao Mei Mei, mandi dasar mesum... " Gumam Shilla dalam hati, sambil menembakkan bola api ke langit.
"Duarghh.............. " Suara ledakan sebuah bola api yang meledak di langit.
Nyonya Vinic Tiger ternyata melihat kelakuan anaknya, Shilla.
"Anak ini baru tiga hari Arung pergi saja sudah menjadi aneh, apa aku menyuruh nya menyusul Arung saja ya?" Gumam Nyonya Vinic Tiger didalam hati, sambil masuk kembali kedalam mansion keluarga Tiger.
Shilla pun menutup jendelanya dan berganti pakaian ke piyama tidur, tiba-tiba saja ada yang membuka jendelanya. Shilla pun refleks dan langsung menembakkan bola api berukuran setengah meter kearah jendela.
"Duarghhh........ " Suara ledakan bola api yang menghancurkan jendela juga dinding kamar Shilla.
"Wah jebol dech, sepertinya tadi ada seseorang di jendela." Gumam Shilla di dalam hati, sambil melihat keluar dari dinding yang jebol.
"Kosong, aku pasti berhalusinasi, sebaiknya aku ke kamar mama." Ucap Shilla.
"Aduh..... sakitnya dadaku, untuk saja aku sempat mengelak sedikit,"
"Jika tidak cedera ku, akan parah,"
"Dasar gadis psikopat." Ucap Kakek Bongpal.
Ternyata yang membuka jendela adalah kakek Bongpal yang berniat mengintip.Kakek Bongpal pun terkena serangan bola api itu dan terjatuh kemudian ia pun kabur dengan cedera di dadanya dan beberapa tulang rusuk yang patah.
Sementara itu Shilla pun menumpang tidur di kamar mamanya.
Kembali lagi ke pulau makam kuno
Tiga hari pun terlewati, akhirnya bencana racun ini telah berhasil dilalui. Ternyata pill dewa obat dan transferan tenaga dalam dari kultivator ranah alam bumi, Arung pun telah menerobos dengan sangat cepat ke ranah alam kesatria level puncak. Arung pun mulai membuka matanya perlahan.
"Sungguh berkah dibalik bencana," Gumam Arung di dalam hati, sambil bangun dan beranjak ke tempat Xiao Mei Mei.
Xiao Mei Mei sudah tiga hari tiga malam menstranferkan energinya serta membantu Arung mencerna pil dewa obat.
"Terima kasih Kak sudah menyelamatkan aku," Ucap Arung, sambil menatap mata Xiao Mei Mei.
"Tidak usah difikirkan adik kecil, yang penting kamu sudah sembuh dan terbebas dari racun ular bertanduk sembilan juga racun pohon kematian,"
"Sekarang kita harus mencari jalan keluar dari tempat ini." Ucap Xiao Mei Mei.
"Ia kak kita hanya perlu menguasai kedua jurus yang di katakan oleh Jenderal Api tadi kak, "
"Dan Terima kasih untuk ciuman penyembuhannya kak," Ucap Arung, sambil meruncingkan mulutnya.
"He.....he.....he......." Tawa kecil Arung.
"Itu darurat adik kecil, tidak ada maksud lainnya kok dan disini ada dua pil dewa lagi gimana cara kita membaginya adik kecil? " Ucap Xiao Mei Mei.
"Untuk kedua pil dewa itu aku serahkan buat kakak, karena sudah menyelamatkan hidupku,"
"Dan juga untuk kedua jurus itu terserah kakak kurasa akan lebih cepat jika seorang pendekar dari ranah alam bumi puncak yang mempelajarinya." Ucap Arung.
"Adik kecil, Terima kasih untuk pil dewa nya kakak Terima dengan senang hati,"
"Tapi untuk kedua jurus ini tidak bisa kakak pelajari keduanya, karena untuk jurus teleportasi hanya bisa dipelajari oleh kultivator di ranah alam kesatria,"
"Kalau untuk jurus sembilan api mungkin bisa kakak pelajari, jadi untuk jurus teleportasi kamu harus mempelajarinya Adik kecil." Ucap Xiao Mei Mei.
"Coba mana kitabnya kak biar saya lihat dahulu." Ucap Arung.
"Ini kitabnya Adik kecil, kalau begitu kakak akan mencerna kedua pil ini ke tubuh kakak dulu untuk memulihkan cedera dan tenaga dalam kakak yang hilang akibat bertarung dengan bandit gurun." Ucap Xiao Mei Mei, sambil menyerahkan kitab kepada Arung.
Arung pun mulai membaca bagian pertama dari kitab jurus teleportasi ini serta berusaha memahami makna yang terkandung didalamnya. Sementara itu Pendekar Xiao Mei Mei mulai mengkultivasi kedua pil dewa tersebut.
"Wah jurus ini rumit juga ya, tapi aku belum pernah dengar dari kakek Bongpal tentang jurus seperti ini." Gumam Arung dalam hati, sambil membaca kitab tersebut.
Tiba-tiba saja tubuh Pendekar Xiao di kelilingi oleh api berwarna ungu dan sangat panas.
"Panas sekali, aura api ungu yang mengerikan." Ucap Arung, sambil menjauh beberapa meter dari Xiao Mei Mei.
Tak lama kemudian api tersebut perlahan-lahan pun menghilang, dan menjadi asap pertanda pil dewa api tingkat bumi sudah terserap sepenuhnya kedalam tubuh pendekar Xiao Mei Mei.
"Pil ini benar-benar hebat semua cedera ku sembuh, dan kekuatanku meningkat 3 x lipat." Ucap Xiao Mei Mei.
"Selamat Kak Mei Mei." Ucap Arung.
Beberapa Jam Kemudian Xiao Mei Mei kembali mengkultivasi pil awet muda, seketika tubuhnya banyak sekali mengeluarkan cairan berwarna hitam pekat.
"Cairan apa itu yang keluar dari tubuh Kak Mei Mei?" Ucap Arung
Arung pun terkejut tiba-tiba saja kulit Kak Mei Mei, dan perawakannya berubah menjadi lebih kencang dan terlihat seperti seorang gadis yang baru berusia delapan belas tahunan.
"Waw................ Kak Mei Mei kau terlihat muda kembali." Ucap Arung.
"Kecantikan Kak Mei Mei yang sekarang sudah melebihi kecantikan nya Nyonya Vinic Tiger, wah pil awet muda itu benar-benar menakjubkan." Ucap Arung.
Pendekar Xiao pun masih terus ber kultivasi, Arung tidak ingin mengganggu Xiao Mei Mei berkultivasi, ia pun beranjak keluar dari mansion makam kuno untuk beristirahat di luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Chou12999
Thor ko naif sih kan warisan nya buat arung semua tapi Napa di bagi emang kali baik Gni banget asa naif
Harusnya jadi Aliran Netral aja jangan putih
2021-10-05
2
Ara Setiawan
x
2021-03-14
1
Muhamad Rifki
dini culivator ada mobil amq handphone?
2021-03-01
1