Puncak Gunung Obat, ke esokan harinya.
Aula leluhur Keluarga Tiger.
"Kenapa Tetua Shiyu menentang perjodohan antara Shilla dengan Arung, coba jelaskan kepada ku apa penyebabnya?" Tanya Matriak.
"Mungkinkah Shiyu cemburu, ah.... tapi itu tidak mungkin." Gumam Matriak.
Ketujuh Tetua lainnya dan Shilla pun ikut menatap ke arah Tetua Shiyu.
"Apa lagi yang di lakukan si mesum itu, mungkinkah dia mengintip Tetua Shiyu yang tengah mandi?"
"Dasar mesum..............."Gumam Shilla.
"Biasanya Shiyu tidak pernah menentang keputusan Tetua Shiyu, ada apa ya dengannya?" Gumam Tetua Dara.
"Begini ceritanya Matriak." Ucap Tetua Shiyu.
Tiga tahun yang lalu.
Sore itu di kediaman Tetua Shiyu angin bertiup sepoi-sepoi, Arung datang menjumpai Tetua Shiyu dan hendak memberikan sebuah surat. Saat itu Tetua Shiyu tengah berada di dalam sebuah Gazebo dan meneguk arak beberapa teguk. Arung pun kemudian menghampiri Tetua Shiyu lalu menyerahkan surat tersebut.
"Maaf mengganggu acara minum arak Tetua." Ucap Arung.
"Ada apa Arung?" Tanya Tetua Shiyu.
"Tetua Shiyu, ini ada sebuah surat untukmu." Jawab Arung, kemudian memberikan Tetua Shiyu sebuah surat.
"Mungkinkah ini surat dari Matriak, beliau hendak memberiku sebuah perintah?" Gumam Tetua Shiyu, kemudian menerima surat tersebut.
"Syukurlah sepertinya aman, kali ini Kakek Bongpal tidak menyuruhku yang aneh-aneh lagi." Gumam Arung, kemudian menyeka keringat di dahinya.
Tetua Shiyu merupakan Gadis tercantik ketiga setelah Matriak dan Shilla di Kediaman Tegier ini. Amplop tersebut berwarna merah menyala dengan aroma lavender yang keluar darinya, Tetua Shiyu pun mulai membaca surat tersebut, tampak pipinya pun mulai memerah.
Beberapa saat kemudian.
"Oh... my god..... Arung kau nakal sekali." Gumam Tetua Shiyu.
Sebenarnya saat ini hati Tetua Shiyu mulai berbunga-bunga, setelah membaca surat cinta dari Arung.
"Berani-beraninya bocah ini menyatakan cintanya kepadaku, tapi dia masih berusia 15 tahun,"
"Kenapa dia tidak menunggu beberapa tahun lagi." Gumam Tetua Shiyu. kemudian menoleh ke arah Arung.
Tetua Shiyu tidak pernah berurusan dengan masalah cinta, selama ini dia hanya selalu berkultivasi sampai dengan saat ini, Tetua Shiyu juga telah salah paham terhadap Arung, sebenarnya Kakek Bongpal lah yang menyuruh Arung menyerahkan surat cinta tersebut.
"Ehm...... ehm...... "
"Arung jangan hanya berani-beraninya menulis surat saja, ini bacalah surat,"
"Aku sangat ingin mendengarkan nya langsung dari mulut mu, Arung." Ucap Tetua Shiyu.
Arung pun mulai gagal paham dalam menangkap inti perkataan Tetua Shiyu.
"Berani menulis, aku kan hanya disuruh Kakek Bongpal mengantar kan surat tersebut,"
"Firasatku tidak enak nich,"
"Baiklah ini perintah dari Tetua Shiyu, aku harus mentaati nya." Gumam Arung, kemudian mengambil surat yang ada di tangan Tetua Shiyu.
"Ehm.. . . . . . ehm...... "
"Ugh...... kenapa jantungku berdetak kencang ketika melihat bocah kecil ini." Gumam Tetua Shiyu, yang tidak menyadari perasaan nya sendiri.
"Dear Shiyu Sayang," Ucap Arung.
"Wah..... firasatku tambah tidak enak lagi nich." Gumam Arung.
"Ugh....... bahkan dia memanggil ku Shiyu sayang." Gumam Tetua Shiyu, yang merasakan panas di sejujur tubuh nya.
"Hiduplah seperti seekor beast Katak, makhluk ini akan menyesuaikan dirinya terhadap suhu di sekitarnya,"
"Jika suhu udara di sekitarnya dingin, maka makhluk ini akan menyesuaikan diri terhadap suhu dingin tersebut,"
"Dup....... dup....... dup....... " Suara detak jantung yang cepat milik Tetua Shiyu.
"Ugh... . . . kenapa tubuhku serasa panas ketika mendengarkan suara Arung ya?"
"Padahal dia hanya berbicara seputar Katak." Gumam Tetua Shiyu.
"Jika suhu udara disekitarnya menjadi panas, maka makhluk ini akan menyesuaikan dirinya dengan suhu panas tersebut." Ucap Arung.
"Lho kenapa Kakek Bongpal bercerita tenang masalah Beast Katak dengan Tetua Shiyu, dia kan bisa segera menangkapnya dan memperlihatkan nya langsung kepada Tetua Shiyu?" Gumam Arung.
"Jangan termenung Arung,"
"Lanjutkan membaca surat nya Arung?" Perintah Tetua Shiyu.
"Ah... ya. sudah lah itu urusan Kakek Bongpal dan Tetua Shiyu." Gumam Arung.
"Namun Katak memiliki satu kesalahan fatal di dalam dirinya, yaitu ketika suhu disekitarnya mencapai titik puncaknya,"
"Makhluk ini tidak akan mampu melompat keluar dari tempat nya menyesuaikan diri, karena kelelahan terus menerus menyesuaikan dirinya." Ucap Arung Kemudian menoleh ke arah Tetua Shiyu.
"Kya........ aku malu sekali, bahkan ia berani menatapku dengan pandangan seperti itu." Gumam Tetua Shiyu.
"Firasatku sungguh tidak enak nich, ternyata ini adalah sebuah surat cinta dari Kakek Bongpal." Gumam Arung.
"Dear Shiyu sayang, aku tidak ingin bernasib sama dengan Katak Bodoh tersebut,"
"Aku tidak mau menyesuaikan diri memendam terus-menerus perasaan seperti ini selamanya, dengan ini aku memberanikan diriku untuk memintamu menjadi istriku Shiyu sayang." Ucap Arung, kemudian menoleh ke arah Tetua Shiyu.
"Kya.......... aku sudah gak kuat lagi, bahkan ia berani-beraninya melamar ku." Teriak Tetua Shiyu, kemudian secara tak sadar kan diri menembakkan bola api berdiameter satu meter ke arah Arung.
"Duargh................. " Suara ledakan akibat bola api.
Arung pun terluka parah hingga tak sadar kan diri, beberapa saat kemudian Matriak dan Tetua Dara pun tiba. Tetua Shiyu tengah membatu ketika sadar telah membuat Arung terluka sangat parah.
"Arung maafkan aku." Gumam Tetua Shiyu.
"Tetua Shiyu ada apa dengan Arung, kenapa ia bisa terluka parah seperti ini." Tanya Tetua Dara.
"Itu...... itu..... itu...... " Ucap Tetua Shiyu.
"Apa yang telah kulakukan, Kya.......... aku tidak sengaja." Gumam Tetua Shiyu.
"Sebaiknya kita bawa Arung ke IGD di RSU Tiger secepatnya." Ucap Matriak, kemudian segera membawa Arung ke IGD menggunakan sepeda motor bebeknya bersama Tetua Dara.
Saat ini di Aula Leluhur
Ketujuh Tetua dan Shilla pun sangat terkejut dengan lamaran Arung terhadap Tetua Shiyu.
"Begitulah ceritanya Matriak, mohon pertimbangkan kembali keputusan Matriak," Ucap Tetua Shiyu.
"Oh..........jadi seperti itu ceritanya, ku kira Arung terluka parah karena mengintip Tetua Shiyu saat itu,"
"Ternyata karena melamarnya, anak itu benar-benar pemberani sama seperti Ayah Angkatnya." Gumam Tetua Dara.
"Oh.......... aku pun sekarang baru paham apa yang terjadi saat di kediaman Tetua Shiyu pada saat itu." Gumam Matriak.
"Si bodoh itu bahkan berani-beraninya melamar Tetua Shiyu..... Dasar mesummmmmmm." Gumam Shilla.
Aula leluhur pun hening untuk beberapa saat.
"Baiklah Tetua Shiyu, semua keputusan akan ku serah kan kepada Shilla,"
"Shilla bagaimana pendapat mu tentang perjodohan ini, apakah dilanjutkan atau di batalkan saja." Ucap Matriak.
Shilla pun bangun dari tempat nya lalu beranjak dan berdiri di samping Tetua Shiyu. Ketujuh Tetua pun mulai menatap ke arah Shilla yang hendak memberikan keputusannya.
"Ehm....... ehm...... "
"Aku telah bersalah pada Arung, karena kesalahanku saat memberikan cincin ruang kepadanya enam bulan yang lalu." Ucap Shilla.
"Anak bodoh ini, itu-itu saja yang ada di kepalanya." Gumam Matriak, kemudian menggeleng-geleng kan kepalanya.
"Aku merasa bertanggung jawab atas kesalahan ku enam bulan yang lalu, sehingga membuat Arung agak kesulitan selama ini dan aku bermaksud menebusnya." Ucap Shilla.
"Jadi aku bersedia menjadi calon istrinya Arung, Matriak."
Kedelapan Tetua pun diam dan tak berkata apa-apa, Tetua Shiyu pun kembali ke kursi nya. Sebenarnya sesaat setelah Arung selesai membacakan surat cinta tersebut, benih-benih cinta telah tumbuh dan tersemai di hati Tetua Shiyu.
"Arung padahal aku ingin menunggumu sedikit lebih dewasa lagi, namun hubungan kita kandas,"
"Hiks...... hiks....... hiks...... " Gumam dan Tangis kecil Tetua Shiyu.
"Baiklah sudah ku putuskan Shilla akan menikahi Arung setelah ia selesai study alkemis nya, rapat ini di bubarkan." Ucap Matriak.
Shilla pun terlihat gembira, kedelapan Tetua pun mulai membubarkan diri dari aula leluhur.
Ke esokan siangnya di dalam Pulau Putri Naga Kecil di dalam bola ruang.
"Wah.........aku telat lagi bangun hari ini, sebaiknya aku segera beranjak ke tempat Kak Yuke,"
"Gak enak kalau terus-terusan menelpon nya." Gumam Arung didalam hati.
"Ugh..... 5000 koin emas ku hilang begitu saja, untung saja Assasin Psikopat itu memiliki banyak uang di dalam cincin ruang milik nya." Gumam Arung, kemudian bersiap barulah ia beranjak keluar dari dalam bola ruang.
Di trotoar Jalanan Kota Awan Hitam
"Byurrrr................... " Suara hujan deras.
"Sebaiknya sekarang aku mengirim kan pesan teks terlebih dahulu kepada Kak Yuke." Gumam Arung. lalu mengirimkan pesan teks kepada Kak Yuke.
Beberapa saat kemudian.
"Baiklah aku sudah selesai memberitahukan nya, bahwa saat ini aku akan segera pergi ke tempat nya," Gumam Arung, kemudian menoleh ke sekeliling.
"Wah.......trotoar dan jalanan di Kota Awan Hitam ini tidak pernah sepi dari aktifitas." Gumam Arung.
Tak lama kemudian Kak Yuke pun meng share kan lokasi mall nya, melalui pesan Whatsapp.
"Beep........ beep....... beep...... " Suara pesan whatsapp masuk, Arung pun membaca nya.
"Oh......jadi lokasi Mal Kak Yuke berada di perbatasan kota,"
"Hem......ternyata cukup jauh juga ya kalau dari sini?"
"Sepertinya aku akan agak lama baru sampai ke tempatnya." Gumam Arung, sambil berjalan.
Arung pun mulai beranjak ke Mal baru milik Kak Yuke, beberapa saat kemudian Arung Terfikir untuk menggunakan layanan Taxi Online. Arung pun mulai memesan Taxi Online tersebut melalui HP tablet miliknya.
Beberapa saat kemudian.
"Sudah selesai..........kini aku tinggal menunggu supir taxi online tersebut menjemput ku, di pinggir trotoar ini." Gumam Arung, lalu duduk di bangku trotoar.
Beberapa saat kemudian sebuah mobil sedan merah telah berhenti di tepi jalan tersebut dan dekat dengan bangku yang di duduki oleh Arung. Kaca jendela depan pun mulai terbuka, lalu seorang wanita cantik pun mulai menyapa Arung dari dalam mobil tersebut.
"Selamat siang Tuan Muda,"
"Tuan Muda Arung ya?" Tanya Jeni, supir taxi online.
"Cantik sekali wanita ini." Gumam Arung, terpesona dengan kecantikan Jeni.
"Ya benar Nona Cantik, aku Arung." Jawab Arung.
"Tampannya Pemuda ini,seperti nya dia orang baik-baik." Gumam Jeni.
"Masuklah Tuan Muda, nanti kita bisa terlambat sampai di tujuan yang anda tuju" Ucap Jeni.
"Wah cantik sekali, tidak ku sangka Gadis secantik ini adalah seorang Supir Taxi Online." Gumam Arung, lalumasuk ke kabin depan sedan.
Di dalam kabin depan Sedan Merah
"Tuan mohon pasang safety belt nya, kita akan berangkat sekarang." Ucap Jeni, Arung pun lalu memasang safety belt nya.
Arung kemudian menoleh ke arah dasboard dan membaca Id supir Taxi online tersebut.
"Oh..............namanya Jeni." Gumam Arung.
Arung pun lalu menoleh ke arah Jeni, terlihat di sekitar Jeni terdapat sebuah segel pelindung. Samar-samar ingatan Jendral api pun mengidentifikasi jenis segel tersebut.
"Segel Petir merupakan sebuah segel yang di buat oleh kultivator segel ranah alam harimau puncak,"
"Segel ini berfungsi menahan serangan dari kultivator di ranah alam harimau ke bawah, dan tidak akan berfungsi menahan serangan kultivator dengan ranah di atasnya,"
"Segel ini dapat dihancurkan dengan mudah oleh senjata suci ranah alam dewa." Suara di kepala Arung.
"Wah Ingatan Jendral Api ini sungguh benar-benar berguna." Gumam Arung.
"Wah.... Nona Cantik, Taxi Online ini sungguh hebat ya,"
'Taxi ini bahkan di lengkapi dengan sebuah Segel Petir, seperti nya perusahaan Taxi Online mu benar-benar sangat memperhatikan keselamatan karyawan nya." Ucap Arung, kemudian tersenyum.
"Bagaimana Pemuda Tampan ini bisa tahu mengenai Segel Petir?" Gumam Jeni.
"Mungkinkah dia Pembunuh yang sedang menyamar dan senyumannya itu merupakan smilling killer." Gumam Jeni, mulai Paranoid.
Tingkah Paranoid Jeni disebabkan berita yang didengarnya tadi pagi tentang serangan Assasin ke Keluarga Alba yang memakan korban seorang Supir Taxi Online. Hal tersebut pula yang menyebabkan perusahaan Taxi Online memasang Segel Petir pada kendaraan mereka.
"Benar Tuan Muda, ini disebabkan kejadian yang terjadi semalam di Kediaman Keluarga Alba,"
"Seorang rekan kami terbunuh dengan sangat mengenaskan, padahal kemarin harinya aku baru saja mengobrol dengannya,"
Jeni pun mulai menangis.
"Hiks..... hiks..... hiks........ " Suara Tangis Jeni.
"Lah malah menangis?" Gumam Arung.
"Padahal dia seorang Pemuda yang baik tapi tewas mengenaskan dengan balok kayu menembus jantungnya, "
"Dia di bunuh dengan sadis oleh seorang Assasin Psikopat saat meminta bayaran jasanya, kasihan istrinya sekarang menjadi janda dan memelihara seorang anak yatim." Ucap Jeni.
Jeni pun mulai menangis lagi.
"Hiks..... hiks..... hiks........ " Suara Tangis Jeni.
"Lah malah kembali menangis?" Gumam Arung.
"Tenang saja Nona aku yang membunuhnya." Ucap Arung.
Arung salah berbicara, yang dimaksud dengan membunuh ialah dirinya yang telah membunuh Assasin tersebut. Jeni pun mulai gagal paham akibat perkataan Arung, sehingga membuatnya gemetaran ketakutan.
"Apa............. "
"Mungkinkah dia yang membantu membunuh nya?" Gumam Jeni, raut wajah Jeni Pucat seketika.
"Lho kenapa dia gemetaran, mungkin dia belum makan siang dari tadi." Gumam Arung.
Kesalahpahaman pun kembali terjadi, Jeni mengira kalau Arung adalah rekan yang ikut membantu Assasin tersebut membunuh Supir Taxi Online. Karena begitu panik Jeni pun salah menekan pedal gas lalu menekan rem.
"Ada apa Nona cantik." Ucap Arung, kemudian berpegangan pada dasboard mobil.
Mobil pun mulai oleng dan berputar-putar di jalanan yang licin hingga akhirnya terhenti.
"Citt...... cit....... cittt.......... " Suara ban roda yang bergesekan dengan aspal, untung saja mobil di belakang mereka mampu menghindari nya.
"Ah sial....... aku salah menekan pedal gas, sebaiknya aku bersikap tenang saja saat ini,"
"Selama aku tidak meminta bayaran aku akan selamat." Gumam Jeni, kemudian kembali menyalakan mobilnya.
Setelah menemukan jasad Supir Taxi Online pihak Prajurit Polisi pun mulai mencari motif pembunuhan tersebut. Mereka pun mulai memutar blackbox yang ada pada Taxi online tersebut, kemudian menyimpulkan motif pembunuhan tersebut didasarkan oleh pelaku yang keberatan membayar biaya Taxi online.
"Ada apa Jeni, kenapa kau mengerem tiba-tiba, kepalaku hampir saja kejedut tadi?" Tanya Arung.
"Wah...... aku tidak boleh menyinggung Pembunuh Psikopat ini, sebaiknya aku segera mencari alasan." Gumam Jeni.
Beberapa saat kemudian .
"Seperti biasa Jeni, seperti biasa...... kuatkan dirimu." Gumam Jeni, dengan raut wajah yang pucat.
"Maaf Tuan Muda saya mengerem tiba-tiba disebabkan tadi ada seekor beast kucing yang sedang menyebrang." Jawab Jeni.
"Wah..... gadis ini cantik ini tidak hanya cantik tapi juga seorang penyayang binatang." Gumam Arung, lalu mulai menatap wajah Jeni.
Jeni kembali gagal paham terhadap Arung.
"Aduh..... gawat dia mulai menatapku, apa dia akan memperkosaku dulu,"
"Lalu membunuhku?" Gumam Jeni, raut wajahnya makin pucat.
Beberapa saat kemudian mereka pun tiba di Yuke Mall.
"Syukurlah sudah tiba di tujuan dan aku berhasil tidak menyinggung Pembunuh Psikopat ini." Gumam Jeni, kemudian menepikan mobilnya.
Arung pun berniat membayar biaya Taxi online tersebut, Ia sebenarnya ingin mengeluarkan beberapa koin emas namun ia malah mengeluarkan Belati Naga Iblis Air.
"Wah aku salah..... " Gumam Arung, kemudian meletakkan Belati Naga Iblis Air di dasboard depan.
"Itu kan senjata dewa, aduh..... mati aku, apa dia hendak membunuh ku sekarang." Gumam Jeni raut wajah nya tampak pucat.
"Nona berapa biaya nya?" Tanya Arung.
"Tidak usah.... tidak usah.... karena Tuan begitu Tampan, biayanya gratis saja." Ucap Jeni.
"Wah..... tidak hanya cantik tapi juga baik, andai saja aku belum memiliki pacar aku pasti akan mengejar Jeni." Gumam Arung, kemudian menyimpan kembali Belati Naga Iblis Airnya.
"Hidup lebih penting dari uang, jika aku mati sekarang di tangan psikopat ini aku tidak bisa mencari uang lagi." Gumam Jeni.
"Terima kasih Jeni, lain kali kalau kita bertemu lagi aku akan mentraktir mu makan di Rumah Makan Daging Panggang Siluman Air." Ucap Arung, lalu keluar dari mobil sedang milik Jeni.
"Syukurlah Pembunuh itu tidak membunuhku." Gumam Jeni, kemudian langsung menancap gas mobilnya.
"Benar-benar gadis yang baik hati." Gumam Arung, sambil melambaikan tangannya.
Jeni masih mengamati Arung melalui spion mobilnya.
"Aku harus membalas lambaian tangannya, aku khawatir dia akan berubah pikiran." Gumam Jeni, kemudian membunyikan klakson mobil nya beberapa kali.
"Teennnn......... teeen....... teeen......... " Suara Klakson mobil Jeni.
Yuke Mall
"Mobil Jeep baru, I'm coming." Gumam Arung. lalu berjalan menuju pintu gerbang.
Di pintu mal sudah berjaga dua orang pengawal wanita yang cantik, terlihat juga sudah mulai ramai para pengunjung yang berlalu lalang di depan gerbang mal maupun di dalam mal tersebut.
"Wah Kak Yuke udah hebat sekarang." Gumam Arung.
"Selamat siang Nona-nona cantik." Ucap Arung.
"Iya Tuan Muda, ada keperluan apa ya menyapa kami?"
"Mungkinkah Tuan Muda jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap salah satu dari kami." Ucap Pengawal Cantik tersebut.
"Waduh...... dua Gadi Cantik ini mulai salah paham." Gumam Arung.
"Bukan-bukan Nona, aku hanya ingin bertemu dengan Kak Yuke." Ucap Arung.
"Ibu direktur?" Ucap Salah Satu Pengawal Cantik.
"Mungkinkah Pemuda Tampan ini adalah Tuan Muda Arung, sebaiknya aku memastikannya." Gumam Pengawal Cantik tersebut.
"Siapa nama anda Tuan Muda." Tanya Pengawal Cantik tersebut.
"Aku Arung Nona Cantik, sebelum kemari aku sudah mengabari Kak Yuke terlebih dahulu." Ucap Arung.
"Ternyata benar Tuan Muda ini adalah Tuan Muda Arung." Gumam salah satu Pengawal Cantik tersebut.
"Oh... selamat datang Tuan Muda Arung, ibu direktur sudah menantimu dari tadi,"
"Ayo ikuti aku, aku akan mengantarkan mu ke ruangan beliau." Ucap Pengawal Cantik tersebut.
Pengawal Cantik tersebut pun mulai mengantarkan Arung ke ruangan Ibu Direktur di lantai teratas. Sesampai di ruangan tersebut, Kak Yuke pun menyambutnya dengan cara memeluk Arung.
"Kak Yuke seperti nya kangen denganku, bahkan dia memelukku saat ini." Gumam Arung, Pengawal Cantik itu pun pergi setelah nya.
"Wah..... ternyata Tuan Muda Arung adalah brondongnya Ibu Direktur, padahal aku berencana mengejarnya." Gumam Pengawal Cantik tersebut.
Arung belum menyadari nya juga sampai saat ini, setelah dia menjadi Pendekar Setengah Naga tubuhnya pun mulai mengeluarkan sejenis aroma yang dapat memikat lawan jenis. Kemampuan ini disebut Dragon Love dan hanya muncul 1 diantara 1 milyar kemungkinan.
"Selamat datang Arung ku kira kamu hanya bercanda mau datang kemari, silahkan duduk." Ucap Kak Yuke.
Arung pun kemudian duduk.
"Maaf nich Kak Yuke, aku mengganggu rutinitas mu hari ini." Ucap Arung.
"Ia tidak apa-apa Arung, minum lah terlebih dahulu,"
"Kopi ini khusus aku yang buatkan untuk tamu spesial seperti mu, Arung." Ucap Kak Yuke.
Arung kemudian meminum kopi terlebih dahulu, lalu mengobrol ringan dengan Kak Yuke dan menceritakan kisah tentang mobil jeep nya yang telah hancur.
"Jadi begitu Kak Yuke, aku berniat ingin membeli mobil baru yang memiliki daya tahan kuat Kak,"
"Namanya juga kan kita kultivator, pasti saja pertarungan yang tiba-tiba itu tak bisa kita elak kan." Ucap Arung.
Kak Yuke pun berpikir sejenak.
"Ya sudah Arung kakak pun kurang paham masalah mobil seperti itu, nanti coba Kakak berkonsultasi dulu dengan Adik Kakak,"
"Ntar kakak kabarin dech." Ucap Kak Yuke.
"Ok kalau begitu Kak Yuke, aku pamit dulu,"
"Aku mau ke stadium untuk ikut ujian kompetisi dulu." Ucap Arung.
"Iya ya Kakak sampai lupa, kau ternyata masih Prajurit Magang,"
"Iya.... iya... Hati-hati ya Adik Kecil." Ucap Kak Yuke.
Arung pun beranjak pergi dari Yuke Mall lalu kembali ke pusat kota menuju stadium awan hitam menggunakan Taxi Online lainnya.
Stadium Awan Hitam.
Beberapa jam kemudian.
"Terima kasih Tuan." Ucap Arung, kemudian membayar biaya Taxi Online lalu turun dari mobil minibus hitam.
"Sama-sama Tuan Muda, selamat bertanding,"
"Dan semoga menang." Ucap Supir Taxi Online tersebut.
Terlihat di gerbang masuk stadium dan di dalam telah ramai, Arung pun bergegas masuk dan langsung menuju ke tribun dalam. Arung pun duduk di bangku yang biasanya ia duduki.
Tribun dalam.
Beberapa saat kemudian
"Sepi juga rasanya kalau gak ada Gisel disini,"
"Kalau ada dia kan enak, cium baunya aja enak."
"Aku pun bisa sedikit-sedikit menyenggol tubuh ramping dan dada besar nya."Gumam Arung, sambil menyaksikan pertandingan berlangsung.
"Rara......... Cika, Tak ada rotan akar pun jadi." Gumam Arung.
Tak lama berselang Rara dan Cika pun menghampiri Arung dan duduk di sebelah nya.
"Lho kemana Gadis berambut ungu itu, Arung?" Tanya Rara.
"Kesempatan nih." Gumam Cika.
"Oh... Gisel belum datang Rara, mungkin saja dia sedang dalam perjalanan kemari." Ucap Arung.
"Wah.... berapa kali pun di lihat kau tambah ganteng aja Arung, nanti malam kita jalan yuk." Ucap Cika.
"Ia Arung bener, aku juga mau ikut donk mengenang saat-saat kita di Rawa Siluman Air itu." Gumam Rara.
"Ehm.... kalau Rara ikut, rencana ku menggoda Arung bisa-bisa batal deh." Gumam Cika.
"Cika, aku minta maaf nanti malam aku kan ada jadwal bertanding." Ucap Arung.
"Kwak........ Kwak....... Kwak.......... " Suara beast gagak lewat di tribun dalam.
"Dasar ****, aku pun ikutan jadi **** gara-gara Cika." Gumam Rara.
"Aduh..... bodohnya aku, kukira dia sudah selesai bertanding." Gumam Cika.
"Ya sudah Arung nanti kalau kau ada waktu hubungi kami ya." Ucap Cika.
"Baik Cika." Ucap Arung.
Mereka pun bertukar nomor HP, lalu mengobrol santun ambil menyaksikan pertarungan di arena hingga tak terasa hari pun sudah sore.
"Rara, nenek sihir sudah datang tuch." Ucap Cika.
"Nenek sihir, mereka pasti tersinggung dengan sikap Gisel sebelumnya." Gumam Arung.
"Sebaiknya kita pergi sekarang, Cika." Ucap Rara.
"Firasat Ku gak enak nih, Gisel sedang menuju kemari." Gumam Arung.
"Kami pergi ke bangku di pojokan sana ya Arung, pacarmu sudah nongol tuh." Ucap Rara, kemudian pergi ke bangku lainnya.
"Kalau kau ada waktu jangan lupa menghubungi ku ya Arung." Ucap Cika, kemudian pergi ke bangku lainnya.
"Iya Cika, Rara." Ucap Arung.
"Syukurlah mereka sudah pergi jika tidak tensi darah Gisel bakal naik lagi." Gumam Arung.
Beberapa saat kemudian Gisel pun tiba, lalu duduk di samping Arung.
"Syukurlah dia tidak melihatnya tadi," Gumam Arung.
"Arung mohon maaf ya semalam acara kita jadi berantakan gara-gara serangan dadakan tersebut." Ucap Gisel.
"Ia Gisel tidak apa-apa, gimana keadaanmu bukankah kamu terluka parah semalam?" Tanya Arung
"Tenaga ku pun belum pulih sepenuhnya, dan lukaku pun belum sembuh benar,"
"Masih terasa berdenyut sayang," Ucap Gisel, sambil memegang tangan Arung.
"Kasihan Gisel." Gumam Arung, kemudian mengelus-elus tangan Gisel.
"Semalam bisa dikategorikan makan malam berdarah, sayang"
"Tapi ketika melihatmu hari ini, sakit itu pun menghilang." Ucap Gisel.
"Ehm..... gombal nya Gisel." Gumam Arung.
Arung pun kemudian mengeluarkan sebutir pil naga dari kantong lalu memberikan nya kepada Gisel.
"Ini kunyahlah, lalu meditasi lah Gisel." Ucap Arung.
"Wah....... perhatian banget, Pil ini pasti mahal." Gumam Gisel.
"Baik sayang." Ucap Gisel.
Gisel kemudian mengunyah pil tersebut, lalu melakukan meditasi tepat di sebelah Arung untuk memulihkan kondisi nya. Tak terasa malam pun menjelang, akhirnya Arung pun di panggil ke arena.
"Pertandingan selanjutnya adalah antara Arungbijak Tiger vs Radit Zelda, kepada peserta di harapkan naik ke arena." Ucap Wakil Komandan Luna.
"Huft................. " Suara hembusan nafas Arung.
"Akhirnya giliran ku tiba juga." Ucap Arung, kemudian menoleh ke sebelah.
"Gadis pemabuk ini masih bermeditasi, sebaiknya aku tidak mengganggunya." Gumam Arung.
Arung pun melesat ke atas arena serta meninggalkan Gisel yang tengah bermeditasi memulihkan diri nya.
"Plok........... plok.......... plok............. "
"Plok........... plok.......... plok............. " Suara tepuk tangan penonton.
Arung pun telah berdiri di atas arena.
"Wah itu dia si rambut merah... ini pasti seru." Ucap Penonton.
"Keluarkan lagi elemen api hitam tersebut." Ucap Penonton lainnya.
"Kya........... tampannya, jadikan aku yang kedua." Ucap Penonton lainnya.
Tak lama kemudian seorang wanita cantik pun mendarat dengan anggun di arena.
"Halo tampan, aku telah menyaksikan pertandingan mu sebelumnya,"
"Dan itu membuatku begitu bergairah." Ucap Zelda.
Arung hanya diam dan tersenyum kecil kepada wanita tersebut. Zelda pun membungkuk dan memberi penghormatan pada Arung, Arung pun melakukan hal yang serupa kepada Zelda.
"Ternyata Gadis ini tidak hanya penggoda, tapi sopan juga." Gumam Arung.
Zelda pun mengeluarkan sebuah golok yang berat dari cincin penyimpanan nya.
"Plok........ plok...... plok.......... " Tepuk Tangan Penonton, saat melihat senjata suci tersebut.
"Wah itu adalah Golok Bangau Es." Ucap Penonton.
Arung pun berniat mengeluarkan Palu Emas Hitam Surgawi nya, ketika Arung melihat di dalam cincin ruang miliknya ternyata tidak ada.
"Lho mana palu dewa ku?" Gumam Arung.
Karena kecerobohan nya tadi siang, Arung pun sampai salah memakai cincin ruang, saat ini cincin yang ia pakai ialah milik sang Assasin wanita.
"Oh..... betapa ceroboh nya aku, aku sampai salah mengenakan cincin." Gumam Arung, kemudian menggeleng-geleng kan kepalanya.
"Kenapa dengan laki-laki Tampan ini?" Gumam Zelda.
Arung pun tidak mau kalah dengan Nona Zelda, ia pun mengeluarkan Pedang Taifun.
Melihat pedang tersebut suara penonton pun bergemuruh.
"Plok............ plok......... plok........... "
"Plok............ plok......... plok........... " Tepuk Tangan Penonton.
"Wah.............lihat pemuda tampan itu mengeluarkan pedang tingkat alam malaikat puncak,"
"Wah..............menakjubkan." Ucap Penonton.
"Senjata alam malaikat, Kya......... jadikan aku istrimu jadi selir pun boleh." Teriak Penonton lainnya.
Nona Zelda pun terdiam sesaat, ketika melihat Pedang Taifun.
"Pedang Taifun, seharusnya hanya para Jendral yang memiliki senjata alam malaikat." Gumam Zelda, terlihat sedikit tertekan.
Nona Zelda pun mulai memasang kuda-kuda lalu menerjang ke arah Arung. Pedang dan golok pun saling beradu.
"Tring.......... tring......... tring......... "
"Tring.......... tring......... tring......... " Suara pedang dan golok saling beradu.
Arung tidak terbiasa menggunakan Pedang, sehingga ia pun semakin terdesak akibat golok berat tersebut. Arung pun mundur selangkah demi selangkah akibat menahan sabetan golok Nona Zelda yang berat, hingga akhirnya tersudut sampai ke ujung arena.
"Sedikit lagi kau kalah Tampan." Gumam Zelda.
"Ugh Golok miliknya terlalu berat." Gumam Arung.
Pada akhirnya Arung pun terjatuh dan tergelincir keluar arena. Sesaat sebelum tubuh Arung menyentuh tanah Arung pun ber teleportasi ke belakang Nona Zelda.
"Lho kemana laki-laki tampan tersebut, seharusnya ia terjatuh." Gumam Zelda.
"Blitzzzz............ " Suara jurus teleportasi milik Arung.
Ketika Arung terjatuh seluruh stadium pun membeku, dan ketika Arung muncul dibelakang Nona Zelda para penonton pun bertepuk tangan.
"Plok............ plok......... plok........... "
"Plok............ plok......... plok........... " Tepuk Tangan Penonton.
"Cepat sekali....... " Teriak beberapa Penonton, yang terkejut melihat Arung berpindah dalam sekejap mata.
Arung pun langsung melesatkan jurus bola api ke arah punggung Nona Zelda.
"Cepat sekali, ternyata dia tidak hanya kuat tapi sangat cepat." Gumam Zelda.
Ternyata Nona Zelda menyadari serangan Arung. Nona Zelda pun memutar tubuhnya 180 derajat kemudian menyabet bola api Arung hingga terbelah menjadi dua bagian yang meledak pada arah yang berbeda.
"Duar..... duarrrr...duarrr............ " Suara ledakan dua bola api yang mengenai lantai arena.
"Huft........................ " Suara hembusan nafas Zelda.
Kemudian Arung pun mulai menjaga jarak nya dengan Nona Zelda.
"Pemuda ini memiliki jurus yang aneh, aku jelas-jelas melihatnya tadi terjatuh dari arena." Gumam Nona Zelda di dalam hati.
"Jika bertarung jarak dekat dengannya, aku akan agak susah untuk menang." Gumam Arung di dalam hati.
"Seharusnya pemuda tampan itu sudah jatuh keluar arena, jurus apa yang digunakannya?" Gumam Nona Zelda dalam hatinya.
Tak lama kemudian Arung pun mencoba menstransfer 50 persen tenaga dalam nya ke inti Pedang Taifun lalu menebaskan nya ke arah Nona Zelda. Seberkas energi angin berbentuk pedang tercipta, dan menerjang ke arah Nona Zelda.
"Whus............. " Suara hembusan bilah energi angin .
Nona Zelda pun memasang kuda-kuda lalu menebaskan Goloknya ke arah Arung juga. Sebongkah es berbentuk pedang menerjang ke arah Arung, lalu kedua elemen yang berbeda ini pun beradu.
"Duarrrrr..................... " Suara ledakan akibat dua elemen yang beradu.
Karena ranah senjata Arung lebih tinggi dari ranah senjata suci Nona Zelda, bongkahan es itupun tercabik-cabik oleh pedang angin. Pedang angin pun terus melaju ke arah Nona Zelda, Ia pun menahan nya dengan memasang pelindung kultivasi petir. Pedang angin itu pun menghantam pelindung petir hingga membuat Nona Zelda terdesak mundur beberapa meter akibat hempasannya.
"Whus............... duarrr............ " Suara hembusan dan ledakan akibat bilah energi Pedang Taifun.
Seketika itu Arung menembakkan bola air berdiameter tiga meter ke arah pelindung petir Nona Zelda. Terkena serangan dadakan bola air itu Nona Zelda pun terpental hingga keluar arena.
"Plok............ plok......... plok........... "
"Plok............ plok......... plok........... " Tepuk Tangan Penonton.
"Siasat yang bagus tampan." Teriak salah satu Penonton.
"Kya........ jadikan aku selir mu." Teriak Penonton lainnya.
Oleh karena Nona Zelda telah keluar dari arena, maka pemenang pertandingan ini adalah Arung.
"Wah............kau memang hebat aku mengaku kalah Tampan" Ucap Nona Zelda.
Nona Zelda pun membungkuk dan memberi hormat kepada Arung, Ia pun lantas meninggalkan arena pertandingan.
"Serangan Golok Berat milikmu juga hebat Zelda." Ucap Arung, Ia pun kemudian memberikan hormat yang sama dari atas arena.
Arung pun kembali ke bangku di tribun bawah, dan Gisel masih saja terus bermeditasi. Tampak aura petir di sekeliling Gisel semakin pekat dan meluap-luap. Beberapa saat kemudian, akhirnya Gisel selesai memulihkan dirinya berkat Pil Naga milik Putri Naga Kecil.
"Wah selamat Arung kamu menang lagi." Ucap Gisel.
"Terima kasih Gisel, lawannya mudah kali ini,"
"Tampaknya cedera mu mu sudah membaik ya Gisel." Ucap Arung.
"Iya Sayang,"
"Ini semua berkat Pil Naga yang kau berikan,"
"Oh iya..............tiga malam lagi ibuku." Ucap Gisel, maksudnya Nyonya Ya.
"Mengajakmu makan malam di Restauran Awan bersama Ayu juga kata nya,"
"Katanya sebagai ungkapan rasa terima kasihnya karena sudah menolong kami pada malam tersebut." Ucap Gisel.
"Kita kan keluarga." Ucap Arung.
Arung kemudian teringat masakan beracun milik Nyonya Ya, kalau bukan karena tubuhnya yang sudah mencapai tahap tiga penempaan tubuh dia sudah pasti pingsan selama beberapa hari.
"Gisel masakan nya bukan Nyonya Ya yang buat kan?" Ucap Arung.
Arung sudah trauma dengan masakan Nyonya Ya, setelah malam itu.
"Ya tidak lah Sayang, ya koki restauran yang memasaknya,"
"Lagian kan malam itu, aku sudah berkali-kali mengkode mu sayang,"
"Dengan cara menarik-narik lengan bajumu," Ucap Gisel.
"Akh..... ternyata itu sebuah kode, kukira Gisel bekerja sama dengan Nyonya Ya meracuni ku malam itu." Gumam Arung.
"Tetapi kamu tidak meresponnya, masakan mama memang sangat mengerikan Arung." Ucap Gisel.
"Baiklah aku akan datang." Ucap Arung.
"Gisel, mansion kalian kan sudah hancur, saat ini kalian tinggal di mana?" Tanya Arung.
"He... he...he......." Tawa kecil Gisel.
"Firasat Ku gak enak banget nih." Gumam Arung.
"Untuk sementara kami menginap di penginapan yang sama dengan mu Sayang,"
"Papa bilang lebih aman jika keluarga bersama,"
"Kami pun memesan kamar tepat di sampingmu, Sayang." Ucap Gisel.
Arung pun hanya terdiam dan tersenyum kecil ke arah Gisel. Tak lama berselang, nama Gisel pun di panggil ke arena. Gisel pun bergegas menuju arena. Sesampai di arena, lawannya langsung mengaku kalah dan menyerah sebelum bertanding, Gisel pun dinyatakan lolos untuk pertandingan selanjutnya. Gisel pun kembali ke bangku tribun dan duduk di samping Arung.
"Wah..... enak banget Gisel,"
"Menang sebelum bertanding." Gumam Arung.
"Gisel sebaiknya kita balik ke penginapan yuk aku lelah banget nich." Ucap Arung.
"Mungkinkah dia mau melakukan hal itu denganku,"
"Kya.............. aku belum siap." Gumam Gisel, kemudian pipinya memerah.
"Ya sudah Sayang, ayo lah." Ucap Gisel.
Penginapan Stadium Awan Hitam
Mereka pun bergegas kembali ke penginapan bersama, sesampai nya di penginapan mereka pun naik ke lantai paling atas di lantai tiga puluh menggunakan lift (lantai tiga puluh merupakan kawasan penginapan elit),
Di dalam lift.
"Syukurlah ketiga cewek kembar itu sudah tertidur." Gumam Arung, raut wajahnya sedikit pucat.
"Arung kenapa ya?"
"Ah mungkin dia kelelahan akibat pertandingan tadi." Gumam Gisel.
Sesampainya di lantai teratas mereka pun berpisah lalu kembali ke kamar masing-masing, kali ini Gisel dan Ayu menginap di samping kamar Arung sedangkan Patriak dan kedua Istrinya menginap di depan kamar Arung.
Di kamar Arung
Tak lama kemudian.
"Tok... tok.... tok....." Suara ketukan pintu.
Arung pun membuka pintu kamarnya, ternyata Gisel sudah berdiri di depan pintu kamar hanya mengenakan sehelai handuk saja.
"Gisel.........."
"Waw..............kamu sexi banget." Ucap Arung.
"Maaf sayang air panas di kamar mandi ku rusak, bolehkah aku menumpang mandi disini." Ucap Gisel, tersenyum kecil.
"Ayo Arung, apa lagi yang kamu tunggu." Gumam Gisel, berniat melakukan hal-hal aneh.
"Ehmmm.........ya sudah masuklah." Ucap Arung.
Gisel pun masuk lalu beranjak menuju ke kamar mandi kemudian langsung berendam di bak air panas. Jantung Arung berdegup kencang saat melihat tubuh Gisel yang hanya di balut oleh sehelai handuk saja.
"Waduh........ Gisel, kau sungguh menggoda malam ini, apa yang harus ku perbuat?" Gumam Arung.
Tak lama kemudian Gisel pun meminta bantuan Arung.
"Sayang................"
"Aku lupa membawa sabun mandi tadi, bisakah kamu pinjamkan aku sabun mu lalu tolong antar kan kemari ya." Ucap Gisel.
Tanpa berfikir panjang Arung pun mengambil sabun yang ada di lemari dan beranjak mengantar nya ke dalam kamar mandi, di sana Gisel sedang berendam di dalam bak air panas.
"Goresan dan lekukan alam yang sungguh harmonis..... " Gumam Arung.
Tubuhnya Gisel putih dan mulus, rambut ungu nya yang basah semakin membuat indah pemandangan.
"Pasti Arung berpikiran mesum, ya sudah lah,"
"Dia akan menjadi calon suamiku." Gumam Gisel.
Arung pun memberikan sabun mandi tersebut kepada Gisel lalu langsung keluar sambil terus menatap punggungnya. Sementara itu Gisel hanya tersenyum kecil dan genit kepada Arung.
"Tubuh Gisel sungguh seperti sebuah biola, sampai-sampai aku langsung ingin memainkannya." Gumam Arung.
Sementara Gisel mandi, Arung pun berganti pakaian menjadi pakaian tidur resmi nya yaitu hanya mengenakan sebuah celana boxer saja. Kemudian Arung pun duduk santai di ruang tamu kamar sambil menikmati segelas susu phoenix lalu mempelajari kitab jurus teleportasi bagian ketiga jurus teleportasi 1000 km.
"Ah........ susu ini nikmat sekali." Gumam Arung.
Tak lama kemudian Gisel pun selesai mandi, bau harum tercium menyengat dari tubuhnya mengingatkan Arung kepada Putri Naga Kecil.
"Wah wangi sekali....... "
"Hiks.... hiks..... hiks......... " Gumam dan Tangis kecil Arung.
"Gimana kabarnya tunangan ku di Benua Naga." Gumam Arung.
Gisel pun menghampiri Arung yang sedang duduk santai lalu mengecup pipi kanan Arung.
"Gisel......... " Gumam Arung.
"Terima kasih ya sayang, aku kembali dulu ke kamar ku ya." Ucap Gisel.
Gisel pun kembali ke dalam kamarnya, akibat kecupan di pipi oleh Gisel Arung pun menelepon restauran penginapan dan memesan kentang bakar dua porsi karena lapar.
"Ugh.......... Gisel Kentang......... "
"Teganya dirimu........... ......... " Gumam Arung.
Kamar pribadi Nona Mitha
Kembali ke kamar pribadi Nona Mitha, kali ini Nona Mitha sedang menonton live streaming pertarungan Arung vs Zelda, kali ini Nona Mitha menonton sambil meminum secangkir teh ginseng 100 tahun. Nona Mitha terlihat masih santunketika melihat Zelda mengeluarkan Golok Bangau Es.
"Hem...........Senjata sucinya masih biasa-biasa saja." Gumam Nona Mitha dalam hati.
Arung pun kemudian mengeluarkan sebuah Pedang Taifun, Nona Mitha karena terbawa emosi menghentakkan meja sehingga teh ginseng seratus tahun pun tumpah ke gaun nya.
"Brakkkkk........... " Suara hentakkan meja.
"Adik kecil ini diusia yang seperti itu, sudah memiliki senjata ranah alam malaikat,"
"Aku saja harus bersusah payah untuk mendapatkan nya." Gumam Nona Mitha dalam hati.
Ketika Nona Mitha sadar, teh ginseng 100 tahunnya telah tumpah di gaunnya.
"Huft............. " Suara hembusan nafas panjang Nona Mitha.
"Memang kalau sudah berurusan dengan Adik Kecil ini, gaun ku selalu saja basah." Ucap Nona Mitha.
Karena bajunya basah, Nona Mitha kembali mengingat kenangan panas di Kaki Bukit Siluman bersama Arung.
"Kya................. dasar mesum..... " Gumam Nona Mitha.
Nona Mitha pun lalu kembali mengganti gaun nya.
Kembali lagi ke kamar Arung,
Di kamar karena sedang lapar Arung pun mulai menyantap kentang bakar yang di pesan nya tadi, beberapa saat kemudian.
"kringgg..... kring..... kring...." Suara HP Tablet Arung berbunyi.
Arung pun men speaker kan HP Tablet nya.
"Selamat malam Tuan Muda Arung, ini aku Quill dari Paviliun Senjata." Ucap Tuan Muda Quill, lewat HP.
"Ada apa menelepon malam-malam begini Tuan Muda Quill?" Tanya Arung, melalui HP sambil menyantap kentang bakar.
"Karena sudah malam, begini saya langsung saja masuk ke pokok permasalahannya,"
"Ketika di reruntuhan kuno Ibu Kota Jangbaek kami menemukan sebuah manuskrip kuno yang memiliki tulisan kuno," Jawab Tuan Muda Quill, melalui HP.
"Baru-baru ini kultivator arkeolog keluarga kami berhasil memecahkan beberapa baris kata dari manuskrip kuno tersebut,"
"Dan ternyata bagian ini menunjukkan lokasi Kitab kultivasi petir bagian 3,4, dan 5 nya Tuan Muda Arung,"
"Kitab Kultivasi Petir?" Gumam Arung.
"Jadi maksud saya ini, ingin mengajak Tuan Muda Arung ikut bergabung dalam misi mendapatkan Kitab ini." Ucap Tuan Muda Quill, melalui HP.
Arung pun berpikir sesaat, gara-gara misi terakhir ia sampai terdampar ke Benua Naga.
"Ehm...... bagaimana ya?" Gumam Arung.
Arung pun juga hobi berpetualang lalu jadwal pertarungan nya masih tiga hari kemudian, dan janji makan malam masih tiga malam lagi.
"Ya sudahlah kalau dekat aku ikut, kalau jauh aku tidak ikut," Gumam Arung dalam hati sambil berhenti menyantap kentang bakar sesaat.
"Ehmmm.........Tuan Muda Quill lokasi yang akan kita jelajahi kali ini di mana ya?" Tanya Arung, melalui HP
"Lokasi kali ini lumayan dekat Tuan Muda Arung, di Gurun Api Es Awan Hitam dekat Danau Oasis. "Jawab Tuan Muda Quill, melalui HP.
"Bukankah banyak beast ganas di sana, lagi pun ini kan sudah memasuki musim es." Ucap Arung, melalui HP.
"Untuk menghindari beast-beast ganas tersebut, kita akan bergerak tengah malam lalu menggunakan helikopter perang milik kami Tuan Muda Arung,"
"Firasat Ku tidak enak nih." Gumam Arung.
"Lagi pun di lokasi itu tidak banyak beast nya Tuan Muda Arung." Ucap Tuan Muda Quill, melalui HP
"Boleh juga kalau begitu, kapan berangkat nya?" Tanya Arung, melalui HP.
"Tuan muda Arung sekarang berada dimana?" Tanya Tuan Muda Quilll, melalui HP.
"Saya menginap di Penginapan Stadium Kota Awan Hitam." Ucap Arung, melalui HP.
"Oh saya mengetahui lokasi tersebut,"
"Ya sudah Tuan Muda Arung bersiap saja, setengah jam lagi helikopter perang kami akan menjemput Tuan di atas atap." Ucap Tuan Muda Quill, melalui HP.
"Apa................. " Gumam Arung.
"Kenapa terburu-buru sekali, melakukan penjelajahan ini Tuan Muda Quill." Ucap Arung, melalui HP.
"Nanti semuanya akan di jelaskan oleh Kakak Pertama saya saat dalam perjalanan." Ucap Tuan Muda Quill, melalui HP.
Kemudian Tuan Muda Quill pun mematikan teleponnya, Arung pun hanya terbengong dan merasa tertipu.
"Beep........ beep......... beep............ " Suara HP mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Kang Nyimak
MC nya Ceroboh bet dah
2021-11-02
1
Al^Grizzly🐨
seharusnya Arung harus jujur kepada Gisel dan pacarnya yg lain kalau dia sudah punya kekasih lainnya selain gisel...
2021-05-16
1
Ara Setiawan
y
2021-03-14
1