Arung pun terbang melesat menggunakan pedang emas nya di langit Padang Tandus Naga, bertujuan mencari portal kembali menuju ke Benua Es Api.
"Di mana letak portal tersebut?"
"Seingatku di daerah sini." Gumam Arung, sambil menaiki pedang terbang.
Setelah beberapa jam berkeliling kesana kemari di langit Padang Tandus Naga ini akhirnya Arung berhasil menemukan portal tersebut. Ternyata portal tersebut selama ini selalu berpindah pindah di wilayah Padang Tandus Naga, ada sejenis kultivasi sihir berpindah-pindah yang terkandung pada portal.
"Huft........... akhirnya ketemu juga." Gumam Arung, kemudian mendarat di depan portal.
Samar Samar ingatan Jenderal Api memberitahukan Arung cara pengaktifan portal tersebut.
"Baiklah mari kita coba mengaktifkan portal ini, seperti yang di beritahu kan oleh ingatan Jenderal Api." Ucap Arung.
Arung pun mengeluarkan sebuah batu roh api hitam kemudian melemparkan nya ke dalam portal tersebut.
"Baiklah sekarang kita tunggu reaksi dari portal ini." Gumam Arung, kemudian mondar-mandir di depan portal.
Beberapa saat kemudian, Portal yang sebelumnya merefleksikan keadaan di Reruntuhan Kuno Ibu Kota Kerajaan Jangbaek perlahan-lahan menjadi hitam dan mengeluarkan aura api hitam disekitar nya.
"Huft.............. " Suara nafas panjang Arung.
"Semoga ini berhasil, aku agak gugup." Gumam Arung.
Di Reruntuhan kuno Kerajaan Jangbaek.
Arung pun melangkahkan kaki nya kedalam portal tersebut.
"Warppp.........warppp.......warpppp................ " Suara teleportasi akibat melintasi portal.
Seketika Arung berada di sisi dunia lainnya yaitu di Benua Es Api, tepatnya di depan kuil ditengah-tengah Reruntuhan Kuno Ibu Kota Kerajaan Jangbaek.
"Hemmmm......... huss............. " Suara ketika Arung menarik nafas panjang kemudian menghembuskan nya.
"Sudah lama sekali aku tidak menghirup udara di Benua Es Api ini." Ucap Arung.
Di benua Es Api ternyata hari sudah gelap dan terlihat banyak bintang di langit sama seperti waktu di Benua Naga. Karena kelelahan akibat kultivasi ganda bersama Clara, Arung pun mengeluarkan bola ruang pemberian Putri Naga Kecil kemudian menaruhnya di sekitaran kuil dan langsung beristirahat di dalamnya.
Di dalam mansion pribadi di dalam bola ruang
Di kamar Putri Naga Kecil
"Wah sepi banget nich rasanya mansion ini tanpa kehadiran Putri Naga Kecil," Gumam Arung di dalam hati.
Arung pun kemudian menyalakan HP tablet milik nya untuk memeriksa pesan singkat atau panggilan yang masuk, karena di Benua Naga tidak ada sinyal.
"Ternyata ada 15 panggilan tak terjawab dan banyak sekali SMS yang masuk dari Gisel,"
"Anak ini pasti kesal sekaligus merindukanku, ketika bertemu nanti pasti akan kuberikan hadiah sebuah senjata suci untuknya,"
"Sebaiknya aku menelpon nya sekarang." Gumam Arung dalam hati
"Akhh.............., kangen juga akan suaranya." Ucap Arung.
Berkali kali Arung menelpon Gisel, ternyata tidak di angkat olehnya. Gisel saat ini tengah tertidur lelap sehabis mabuk-mabukan dengan teman satu kelompok nya.
"Gawat apa Gisel marah karena aku tidak memberikan kabar selama setahun ini, ya sudahlah sebaiknya besok aku mencoba menelpon nya lagi,"
"Saat ini aku mau makan dulu saja, sedari pagi aku belum makan apa-apa." Gumam Arung di dalam hati.
"Yang paling penting aku sudah kembali ke Benua Es Api." Ucap Arung.
Keesokan paginya
"Kringg.... kring..... kringgg....." Suara HP tablet milik Arung berbunyi.
"Ehmmm... siapa ya, yang menelpon pagi-pagi buta seperti ini." Ucap Arung.
Arung pun menghidupkan speaker HP tablet miliknya.
"Arung.... kemana saja kamu selama setengah tahun ini, kok HP mu tidak pernah aktif sekalipun?" Tanya Gisel.
"Ternyata Gisel yang menelfonku pagi-pagi buta begini, rupanya dia tidak marah ternyata semalam dia tidur lega rasanya perasaan ini." Gumam Arung.
"Ehm... maafkan aku Gisel, aku sedang berada di reruntuhan kuno selama ini,"
"Aku mengikuti misi bersama tim penjelajah Tuan Muda Quill." Ucap Arung.
"Arung aku akan menunggu mu di depan gerbang masuk stadium,"
"Ingat hari ini adalah hari ujian tahap kedua penerimaan prajurit, kita harus registrasi segera atau kita akan di nyatakan gagal karena tidak disiplin." Ucap Gisel.
"Nanti kita bicarakan lagi ketika kita bertemu di stadium." Ucap Gisel, sedikit kesal.
"Ehhh..............ia baiklah Gisel, terima kasih sudah mengingatkanku." Ucap Arung.
"Arung ingat jangan sampai terlambat, ujian akan segera di mulai empat jam lagi,"
"Kau mendapatkan urutan pertandingan yang pertama, lawan mu adalah Shangguan Quill." Ucap Gisel.
"Shangguan Quill, namanya terasa akrab di telinga." Gumam Arung.
Arung belum menyadarinya saat ini, Shangguan Quill merupakan adik dari Tuan Muda Quill.
"Ingat aktifkan HP mu sepanjang waktu." Ucap Gisel.
"Teettt ..... teettt...." Suara HP mati.
Setelah berkata seperti itu Gisel langsung mematikan handphonenya.
"Mungkin dia masih sedikit kesal kepadaku, karena selama ini tidak bisa menghubungiku,"
"Tapi untungnya ada perbedaan waktu antara Benua Es Api dan Benua Naga, aku sudah berada di Benua Naga selama satu tahun lebih,"
"Namun di Benua Es Api baru enam bulan terlewati, syukurlah saat ini aku masih bisa mengikuti ujian,"
"Oh iya bagaimana keadaan Dinda, Ayu, Nona Yang dan Xiao Mei Mei?" Gumam Arung di dalam hati.
"Dan aku pun harus pergi ke kediaman Tuan Muda quill untuk mengambil upah ku mengikuti misi itu, " Gumam Arung di dalam hati.
Sisa uang Arung tinggal 511 koin emas lagi.
"Sebaiknya aku segera bergegas mandi dan makan daging phoenix, kemudian langsung pergi menuju ke Stadium Kota Awan Hitam di pusat kota." Gumam Arung di dalam hati.
Setelah selesai mandi, berpakaian serta sarapan Arung pun segera keluar dari bola ruang tersebut, kemudian terbang menggunakan pedang emas menuju Kota Awan Hitam. Pedang emas pun melesat terbang dengan kencang, Arung dengan gagah berdiri di atasnya
"Perasaan ku saat ini sedih bercampur senang, saat kembali ke Benua Es Api ini,"
"Putri Naga Kecil, aku sangat rindu akan harum tubuh mu serta masakan mu,"
"Aku Juga rindu tidur sambil di peluk oleh mu, Putri Naga Kecil." Gumam Arung.
"Hiks..... hiks..... hiks....... " Tangisan bahagia Arung ketika mengingat kejadian di dalam kamar, dengan bibir tersenyum.
Udara pagi di hutan ini sangat segar dan pemandangannya pun sungguh indah, Arung pun terbang sambil menikmati pemandangan hutan tak bernama ini. Tiba-tiba saja ada seorang kultivator wanita yang terbang di hadapan Arung menuju ke arah yang sama.
"Wah sepertinya ada seorang senior di sana, sebaiknya aku tidak memprovokasi nya dan terbang menjauh mengambil rute lainnya " Gumam Arung di dalam hati.
Di dunia kultivasi ini kekuatan adalah segala-gala nya, dan sering sekali terjadi perselisihan. Kultivator yang memiliki ranah lebih tinggi sering membully kultivator dengan ranah yang lebih rendah. Tiba-tiba saja terdengar suara yang tak asing dan akrab di telinga Arung.
"Hei mau kemana kamu, Adik kecil?" Tanya Senior Kultivator.
"Busyeeett ketauan dech, padahal jarak antara aku dengan nya sekitar 10 km,"
"Semoga saja tidak terjadi apa-apa, agar tidak menyinggung nya aku harus segera menjawab pertanyaan nya." Gumam Arung di dalam hati.
Arung pun melesat terbang ke arah senior yang menyapanya tersebut.
"Maaf senior aku hanya ingin terbang ke Kota Awan Hitam dan mengikuti ujian menjadi prajurit di sana." Ucap Arung, sambil membungkuk dan memberi hormat ala pendekar kepada senior.
"Mendekat lah kemari Adik kecil, aku juga sedang menuju ke sana." Ucap Senior kultivator, sambil menatap ke mata Arung.
"Wah lama tidak bersua ternyata Adik Kecil semakin tampan saja, apa dia operasi plastik di Pulau Koreas." Gumam Senior.
"Wah aura senior ini sedingin es dan begitu mendominasi semoga tidak terjadi apa-apa, aku sudah pasti bukan lah lawannya." Gumam Arung di dalam hati, sambil lebih mendekat ke arah senior.
Hanya kultivator di ranah alam naga ke atas yang bisa terbang sedang kan Arung masih seorang junior di ranah alam lautan.
"Dup....... dup....... dup........ " Suara detak jantung Arung yang semakin cepat saat ia mendekat, keringat dingin pun keluar dari dahi nya.
Arung pun mendekat ke arah senior tersebut, senior tersebut memakai baju berwarna emas yang sangat indah. Kulitnya sungguh putih dan mulus dan wangi tubuhnya tidak kalah dengan wangi tubuh Putri Naga Kecil. Rambutnya berwarna biru berkilauan terkena terpaan angin dan matanya yang biru jernih, membuat orang yang menatapnya seakan membeku untuk sesaat.
"Sepertinya aku pernah melihat wanita cantik ini, tapi dimana ya?" Gumam Arung di dalam hati.
"Arung, aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi disini." Ucap Nona Mitha.
"Ah.............aku ingat sekarang, dia adalah pendekar cantik sedingin es yang kutemui di dalam dasar Jurang Bukit Siluman, Nona Mitha. " Gumam Arung di dalam hati.
Arung langsung mengingat kenangan manis saat di Kaki Bukit, air mata kebahagian pun perlahan menetes dengan senyuman di bibirnya.
"Pasti Adik kecil ini mengingat kejadian di atas Kaki Bukit, ya sudahlah,"
"Lambat laun nanti kami juga akan menikah." Gumam Nona Mitha.
"Maaf nona aku tidak tahu, ternyata anda." Ucap Arung.
Nona Mitha kemudian melirik kearah Arung, dan menatap wajah nya dengan lama.
"Kya......... tampan sekali." Gumam Nona Mitha.
Arung pun bingung, Saat ini warna rambutnya sudah berubah merah berkilau dan warna matanya telah berubah menjadi keemasan. Paras Arung pun menjadi lebih tampan serta bau tubuh nya menjadi lebih harum karena telah ber fusion dengan Clara. Arung telah berubah total, namun sungguh Nona Mitha masih bisa mengenali nya.
"Seharus nya Nona Mitha tidak dapat mengenaliku, bahkan tadi aku terbang di belakangnya,"
"Ya sudah lah, untung Nona Mitha yang kutemui." Gumam Arung.
Arung tidak sadar bahwa sanya esensi kultivasi Nona Mitha sudah melekat dan menyatu dengan Arung semenjak kejadian di Kaki Bukit Siluman. Jadi kemana pun Arung pergi Nona Mitha pasti dapat mengetahui keberadaan nya. Esensi pada ras manusia baru akan bangkit ketika kultivator memasuki ranah alam naga level awal. Nona Mitha kemudian menatap kearah pedang emas, ekspresinya masih saja tetap dingin.
"Wah senjata suci ini yang membuatnya bisa terbang, kemampuannya hampir sama dengan selendang emas ku." Gumam Nona Mitha.
"Baiklah Arung aku ada urusan penting di Kota Awan Hitam,"
"Kita akan berjumpa lagi,"
"Aku pergi dulu." Ucap Nona Mitha, kemudian melesat terbang dengan cepat dan meninggalkan Arung.
Arung hanya terbengong,
"Kenapa Nona Mitha memanggilku kemudian meninggalkanku,"
"Ya sudahlah." Gumam Arung di dalam hati.
Arung pun gembira bisa melihat wajah cantiknya Nona Mitha hari ini, dan ini merupakan anugerah baginya. Ketika bertemu dengan Nona Mitha jantung Arung pun berdegup kencang. Hal ini sama saat Arung bertemu dengan Gisel dan juga Clara. Arung pun kembali melanjutkan perjalanan nya menuju ke Stadium.
"Aku juga harus melesat kencang, jika tidak aku akan didiskualifikasi oleh panitia karena terlambat." Gumam Arung, kemudian kembali menyalurkan tenaga dalam nya ke inti senjata suci.
Pulau Assasin di Desa Lembah Pembunuh.
Desa ini terletak di dalam Lembah di Kaki Gunung Kematian Beast, ukuran desanya seluas Desa Tiger.
Saat ini Di Mansion Nona Yang Err.
Nona Yang tengah duduk di sebuah gazebo di halaman mansion nya tengah meminum arak, sementara itu Cie Err anaknya tengah bermeditasi api di tengah terik matahari.
"Mama semenjak pulang dari Kota Awan Hitam, selalu mabuk-mabukan, sebenarnya ada kejadian apa,"
"Sesaat lagi mama akan mabuk, aku akan menanyakannya." Gumam Cie Err.
Beberapa saat kemudian Nona Yang pun mulai mabuk, Cie Err pun kemudian menyudahi meditasi apinya dan duduk di hadapan Nona Yang.
"Ma.... ma..... kenapa setelah pulang dari Kota Awan Hitam mama selalu mabuk-mabukan?" Tanya Cie Err.
Nona Yang pun kembali mengingat kematian temannya Nona Ferguso, air mata pun mengalirkan dari matanya.
"Hiks.... hiks..... " Tangis kecil Nona Yang.
"Kasian mama, terakhir kali menangis begini saat papa menceraikannya lima tahun yang lalu." Gumam Cie Err.
"Begini ceritanya Cie Err. mama mengikuti misi menjelajahi sebuah reruntuhan kuno, mama pun duduk di kabin depan truk perang dengan seorang pemuda yang baik dan tampan." Jawab Nona Yang.
"Mungkinkah gara-gara pemuda itu mama galau selama ini, siapa nama pemuda itu,"
"Aku harus menanyakannya, mumpung mama tengah mabuk." Gumam Cie Err.
"Mama siapa nama pemuda tampan itu?" Tanya Cie Err.
"Nama nya Arung, mama dan dia pun tertidur di dalam kabin truk tersebut." Ucap Nona Yang.
Kesalahpahaman pun mulai terjadi akibat kesalahan perkataan Nona Yang, hal ini akan berdampak pada Arung di masa depan.
"Apa........ mungkinkah mereka menghabiskan malam di dalam kabin depan berdua?"
"Bagaiman bisa melakukannya di tempat sempit begitu?" Gumam Cie Err.
"Habis itu gimana ceritanya lagi ma?" Tanya Cie Err.
Nona Yang kembali mengingat kematian para anggota tim nya dan sahabat baiknya Ferguso, isak tangis Nona Yang pun pecah membuat Cie Err salah tafsir.
"Hiks...... hiks....... hiks.......... " Suara Tangis Nona Yang.
Beberapa saat kemudian Nona Yang pun tak sadar kan diri.
"Sudah bisa dipastikan, pasti pemuda itu setelah meng *****-***** mama ku dia tidak mau bertanggung jawab,"
"Setelah aku bergabung dengan Guild Assasin Putih, aku akan mencari pemuda yang bernama Arung tersebut." Gumam Cie Err.
Dari tubuh Cie Err tampak mengeluarkan aura api yang meluap-luap.
Kem****bali ke Kota Awan Hitam****
Satu jam kemudian Arung pun tiba ke stadium, ia pun kemudian mencari tempat yang sepi untuk mendarat. Arung tidak ingin menarik perhatian, karena pedang terbangnya. Di stadium ternyata sudah ramai sekali orang-orang yang mengantri dan berdesak-desakan, hanya untuk masuk ke dalam stadium baik peserta maupun penonton.
"Wah rame banget ternyata, sepertinya Gisel belum datang." Gumam Arung.
"Sebaiknya aku menunggu Gisel sambil meminum beer di kedai minuman, di sana." Gumam Arung.
"Byurrrrr.................. " Suara hujan deras.
Di kedai Minuman
"Ternyata aku sampai terlalu cepat masih jam tujuh pagi, sementara registrasi peserta masih dua jam lagi." Gumam Arung di dalam hati, sambil duduk di kursi kedai minuman.
Arung pun mengirimkan pesan singkat kepada Gisel bahwa sanya ia tengah berada di kedai minum di dekat stadium. Tak lama Arung mengirimkan pesan Gisel pun membalas pesan nya.
"Iya." Balasan Pesan dari Gisel.
"Singkat dan padat sepertinya Gisel benar-benar kesal terhadap ku." Gumam Arung.
"Pelayan tolong beri aku 5 beer kualitas terbaik, dan beberapa snack ya." Ucap Arung.
"Baik Tuan Muda." Ucap Pelayan.
"Sepertinya aku harus memberikan hadiah senjata suci alam dewa puncak kepada Gisel, tapi senjata yang mana ya senjata suci yang ada padaku tinggal lima lagi,"
"Yaitu Cambuk Qilin Emas Halilintar Surgawi, Pedang Badai Petir Surgawi, Pedang Es Beku Wewangian Surgawi, Kipas Dewa Es Surgawi, dan senjata terakhir adalah Belati Naga Air Iblis." Gumam Arung di dalam hati.
Arung pun berpikir sesaat.
"Gisel ber elemen petir, memegang pedang tidak terlalu cocok baginya dan nugatidak terlalu sexi,"
"Baiklah akan kuberikan Cambuk Qilin saja dia pasti akan terlihat sexi... he... he..." Gumam Arung di dalam hati.
Pikiran Arung membayangkan Gisel mengenakan pakaian yang super minim dengan stocking dan mencambuk Arung menggunakan Cambuk Qilin di atas sebuah ranjang.
"Fantastis.... " Gumam Arung.
Biasanya Arung akan mimisan jika berfikir jorok, namun karena tubuhnya sudah ber fusion dengan Naga dia menjadi tidak mimisan lagi. Tak lama kemudian Gisel pun muncul dan bergegas duduk di hadapan Arung.
"Kamu ini kemana saja sich... ?" Tanya Gisel.
"Kenapa tidak ada kabar." Ucap Gisel, dengan kesal.
Gisel pun menatap wajah Arung, dan baru menyadari perubahan nya.
"Makin tampan aja, kekasih ku ini." Gumam Gisel, seketika emosinya sedikit mereda.
"Setengah tahun ini aku tidak melihatmu rambutmu kok sudah merah dan matamu berubah, apa kamu pergi operasi plastik di Pulau Koreas Arung" Tanya Gisel.
Gisel dengan ekspresi yang sedikit kesal.
"Pulau Koreas lagi..... Koreas lagi......" Gumam Arung.
"Tenanglah Gisel minumlah beer ini terlebih dahulu, aku akan menceritakan semuanya sambil meminum beer." Ucap Arung.
Melihat beer kualitas tinggi di atas meja, emosi Gisel pun kembali menurun.
"Baiklah ceritakan semuanya Arung, termasuk kenapa penampilan mu berubah." Ucap Gisel, sambil membuka kaleng beer.
Arung pun menceritakan perjalanan nya ke reruntuhan kuno dan menemukan beberapa pusaka dan pil yang membuat rambut dan warna matanya berubah. Arung terpaksa harus berbohong, namun ia tidak menceritakan perjalanan nya di Benua Naga.
Arung khawatir Gisel nantinya akan cemburu.
"Jadi begitulah ceritanya Gisel." Ucap Arung.
"Oooooo seperti itu, kukira dia selingkuh di belakang ku." Gumam Gisel.
"Ya sudah kalau begitu, apakah kamu sudah mengambil token prajurit mu." Ucap Gisel, Sambil memperlihatkan token prajurit miliknya.
Token ini bentuknya seperti HP tablet yang mana memuat akun gaji yang dapat di cairkan di seluruh bank di Benua Es Api dan dokumen digital serta profil mengenai prajurit tersebut.
"Wah..... token disini lebih maju di bandingkan token di Benua Naga." Gumam Arung.
"Sepertinya aku lupa." Ucap Arung.
"Nanti saat kita registrasi, kamu minta saja pada panitia di sana." Ucap Gisel.
Arung pun melihat Gisel meminum kaleng beer yang terakhir, terlihat ia sangat menikmati meminum beer berkualitas tinggi tersebut.
"Gisel aku tahu aku salah karena tidak memberitahumu ketika mengikuti misi perjalanan ke reruntuhan kuno." Ucap Arung.
"Akhirnya kamu tahu kalau kamu salah, ingat Arung kita ini pacaran kalau kau memberitahukan ku aku pasti akan ikut bersamamu sayang." Ucap Gisel.
Suasana hati Gisel stabil kembali.
"Ia untuk menunjukkan permintaan maaf ku yang tulus, mari kita cari tempat yang agak sepi,"
"Aku ingin memberikanmu sesuatu, yang spesial." Ucap Arung.
"Ya sayang." Ucap Gisel.
"Dia pasti akan mencium ku, Kya........ aku jadi malu." Gumam Gisel.
Wajah gisel pun memerah ia ternyata berpikir Arung akan mencium bibirnya sebagai tanda permintaan maaf yang tulus ditempat yang tidak ramai. Arung pun ke kasir, berniat membayar minuman dan snack.
"Ternyata untuk beer berkualitas tinggi di hargai 10 koin emas, jadi Aku harus menghabiskan sekitar 55 koin emas dengan snack,"
"Habis dech uangku tinggal 456 koin emas lagi." Gumam Arung di dalam hati.
Merekapun pergi mencari tempat yang sepi, kemudian menemukan sebuah gang yang sepi diantara dua gedung yang tinggi dan di tengahnya letak gang tersebut.
"Kya...... untung aku membawa lipstik, jadi setelah berciuman aku bisa memakai lipstik kembali,"
"Aku akan menciumnya dengan dahsyat, sehingga ia tidak memikirkan cewek lainnya." Gumam Gisel.
"Ha..... ha..... ha..... " Tawa kecil Gisel.
"Kenapa ia tertawa?" Gumam Arung.
Arung kemudian mengeluarkan bola ruang dari dalam cincin ruang penyimpanan nya, lalu meletakkan nya di sisi di dekat dinding gedung.
"Souvenir bola, mungkinkah ia ingin memberikan souvenir ini sebagai hadiah untukku,"
"Setelah mencium ku." Gumam Gisel.
Arung kemudian menggengam sebelah tangan Gisel, dan Gisel pun lantas memegang tangan Arung yang sebelah nya lagi.
"Sudah saat nya, baiklah Arung cium lah aku." Gumam Gisel.
Kemudian Gisel menutup matanya dan meruncingkan bibirnya. Posisi Gisel saat ini menunjukkan seorang gadis yang sudah bersiap untuk berciuman. Arung tidak paham pose yang di tunjukkan oleh Gisel, ia pun mengucapkan pasword untuk masuk ke dalam bola ruang tersebut.
" Clara. " Ucap Arung.
"Lho kok Clara." Gumam Gisel.
Di dalam bola ruang milik Putri Naga Kecil
"Lho Arung, kenapa kamu menyebutkan nama cewek lain,"
"Clara siapa dia, kukira kamu akan mencium ku aku padaha sudah bersiap." Ucap Gisel.
Beberapa saat kemudian mereka berdua pun ter hisap ke dalam bola ruang, dalam sekejap mata mereka berada di Pulau Putri Naga Kecil.
"Blitzzzzz.......... " Suara yang di akibatkan ketika mereka berdua terhisap ke dalam bola ruang.
"Wah dimana kita arung, bukankah kita tadi berada di sebuah gang sempit?" Tanya Gisel.
Arung pun kemudian menjelaskan perihal bola ruang ini, dan password "Clara" yang di ucapkan nya tadi, mendengar penjelasan darinya Gisel pun baru mengerti.
"Oh ternyata seperti itu." Ucap Gisel.
"Ayo kita masuk kedalam ada sesuatu yang ingin kutunjuk kan pada mu Gisel." Ucap Arung.
Arung pun mengajak Gisel masuk kedalam mansion dan naik ke lantai dua tempat penyimpanan senjata. Di lantai dua ini terdapat banyak sekali senjata milik Clara dan senjata suci ini masuk ke dalam golongan senjata suci alam naga ke bawah. Arung kemudian mengambil Cambuk Qilin Emas Halilintar Surgawi beserta kitab cara penggunaanya lalu menyerahkan nya kepada Gisel.
"Ambillah hadiah mu, ini kutemukan saat aku menjelajahi reruntuhan Gisel." Ucap Arung.
"Ini kan senjata suci alam dewa puncak, dan sangat langka harganya bisa mencapai satu milyar koin emas lho Arung." Ucap Gisel.
"Satu milyar koin emas, wah aku bisa kaya ni." Gumam Arung.
"Terima kasih sayang." Ucap Gisel, ia pun memeluk dan mencium bibir Arung.
Mereka pun mulai berciuman agak lama di lantai dua mansion ini. Gisel pun lantas membuka kitab cara penggunaanya setelah itu.
"Bep....bep....bep......... " Suara alarm dari HP Gisel berbunyi.
Gisel pun menyimpan senjata suci dan kitab penggunaan tersebut ke dalam cincin ruang milik nya.
"Arung sepertinya kita sudah hampir terlambat, kita harus segera ke stadium untuk registrasi,"
"Saat ini sudah jam sembilan, sayang." Ucap Gisel.
"Tenang Gisel, kita akan tiba tepat waktu." Ucap Arung.
"Kita tinggal berteleport, dan beres." Gumam Arung.
Mereka pun turun kembali ke lantai satu, kemudian keluar menuju gerbang masuk mansion.
"Ayo kita keluar, Gisel" Ucap Arung.
Arung kemudian menggenggam tangan Gisel lalu mengucapkan password nya.
"Clara." Ucap Arung.
"Blitzzzzz.......... " Suara yang di akibatkan saat mereka berdua keluar dari dalam bola ruang.
Mereka pun tiba di gang sempit kembali, Arung kemudian menyimpan bola ruang pemberian Putri Naga Kecil kemudian kembali menggengam tangan Gisel serta ber teleportasi ke dalam stadium.
"Sepertinya dia hendak mengeluarkan jurus aneh saat di pohon raksasa,"
"Tapi kenapa dia tidak memelukku," Gumam Gisel.
"Blitzzzzz.......... " Suara yang di akibatkan jurus teleportasi milik Arung.
"Berarti saat itu, ia ingin mengambil kesempatan." Gumam Gisel.
Sekejap mata mereka pun berteleportasi ke dalam stadium tepat di tempat registrasi peserta. Mereka pun langsung melakukan registrasi lalu menunggu untuk di panggil ke arena kompetisi. Saat mereka muncul panitia dan para peserta yang ada di dalam ruangan kebingungan disebabkan kemunculan yang tiba-tiba. kemudian mereka pun di beritahukan untuk menunggu di tribun bawah khusus peserta dan maju ke arena ketika nama mereka dipanggil.
Tribun Bawah
Tribun bawah ini sangat luas sehingga banyak kursi peserta yang kosong Arung pun duduk tepat di samping Gisel. Stadium ini bentuknya menyamai coloseum pertandingan gladiator kuno kalau di dunia asal Arung, kapasitas tempat duduk tribun nya dapat menampung 5000 penonton dengan layar virtual di ke empat sisinya dan sebuah arena berukuran 10 km x 10 km berada tepat ditengahnya. Tribun bawah ini dapat menampung sekitar 500 peserta, para peserta uujian di ahap kedua ini tinggal 300 orang lagi dan semua nya telah menjadi prajurit magang.
Di Stadium Kota Awan Hitam
"Byurrrr........... Suara hujan deras di luar Stadium.
Stadium Awan Hitam ini di lindungi segel anti hujan di atasnya, jadi penonton dan peserta didalam nya tidak akan kehujanan. Di bangku tribun dalam saat ini Gisel sedang asyik sekali bermain HP di samping Arung.
"Gisel lagi ngapain kamu, SMS cowok lain ya?" Tanya Arung, bercanda.
"Nggak mungkin lah ssayang, amu kan sangat tampan sekarang," Ucap Gisel.
"Lihat peserta lainnya yang di sana dari tadi melihat kearah mu." Ucap Gisel.
Di kejauhan terlihat beberapa peserta wanita tengah melihat ke arah Arung, sepertinya mereka tertarik dengannya.
"Wah benar, apakah aku jadi setampan itu saat ini." Gumam Arung, sambil melambaikan tangan.
Di bangku tribun dalam di kejauhan.
Ternyata yang duduk di bangku tersebut adalah Dilla Azura, Vina Alia, dan Kiky Gotham.
"Wah si tampan berambut merah itu melambai ke arah kita Vin." Ucap Kiky, sambil membalas lambaian tangan Arung.
"Benar baru kali ini aku lihat pemuda tampan selain Tuan Shangguan, ranah kultivasi nya pun cukup tinggi untuk standar seorang pria." Ucap Vina.
"Di otak kalian hanya laki-laki saja, tidak berubah-ubah." Ucap Dilla, kemudian menoleh kearah Arung juga.
"Tampan juga ternyata, tapi ada gadis berambut ungu disebelah nya.
Kembali ke Arung dan Gisel.
"Aku sedang memasang taruhan nich kan lumayan sambil ujian sambil cari duit sayang,"
"Event seperti ini tidak boleh kita sia-siakan." Ucap Gisel.
Gisel memang mata duitan.
"Waw jadi event seperti ini di jadikan ajang perjudian juga ya, sungguh menakjubkan nya Benua ini." Ucap Arung.
"Sayang Kamu seperti bukan berasal dari dunia ini saja sich,"
"Ya iyalah pihak panitia perjudiannya aja adalah pengurus Stadium Kota ini,"
"Aku bertaruh juara satu tahun ini adalah rangking pertama di ujian Rawa Siluman Air dia adalah Dila Azura." Ucap Gisel.
"Kita pasti akan kaya mendadak nich sayang, kalau aku menang akan kuberikan setengahnya buat kamu,"
"Dan kita cuti berlibur ke pulau langit dewata sekalian honey moon. Arung" Ucap Gisel.
"Dila ini berada di ranah apa emangnya gisel, dan sampai kapan ajang perjudian ini ditutup?" Tanya Arung.
"Perjudian ini ditutup jam dua belas nanti malam sayang, setelah itu tidak ada yang boleh bertaruh lagi,"
"Dila saat ini berada diranah alam langit tingkat awal, sayang." Ucap Gisel
Di dalam fikiran Arung dia pasti menjadi juara karena di berhasil mengalahkan Leluhur Phoenix dengan Palu Emas Hitam Surgawi yang berada di alam langit puncak.
"Aku ingin bertaruh tapi uangku tidak cukup, ketika perjalanan aku mengumpulkan mayat beast langka yaitu 30 ekor lele petir air,"
"Di tempat asal ku lele ini dapat dikonsumsi dan rasa dagingnya sangat lezat di jadikan lele penyet." Ucap Arung.
"Lele penyet, nama makanan yang aneh." Gumam Gisel.
"Aku bermaksud menjual nya, dan bertaruh memakai uang tersebut,"
"Tetapi aku tidak tahu dimana tempat menjualnya." Ucap Arung.
"Aku tidak pernah mendengar kalau lele ini bisa dimakan, tapi akan kucoba menjualnya di warung makan kenalanku." Ucap Gisel.
"Aku juga memiliki mayat beast rubah petir wewangian berekor empat tolong kamu menjualnya juga ya,"
"Dan masukkan seluruh uang nya kedalam token gaji ku ini, dan ambil setengah untukmu." Ucap Arung.
"Baiklah sayang, tunggu lah disini." Ucap Gisel.
Arung pun kemudian menuliskan resep umum bumbu ayam penyet di dunia asal nya serta memberikan cincin ruang milik nya kepada Gisel untuk memudahkan Gisel menjual mayat beast tersebut. Gisel pun segera keluar dari stadium dan bergegas pergi ke warung makanan kenalannya untuk menjual mayat beast, dan meninggalkan Arung sendirian di stadium. Tak lama sesudah Gisel pergi giliran Arung bertanding pun tiba.
"Baiklah ujian tahap kedua ini akan segera dimulai untuk pertandingan pertama ini antara Shangguan Quill melawan Arungbijak Tiger,"
"Kepada kedua peserta diharapkan maju ke arena." Ucap Wakil Komandan Luna.
"Nervous juga nih, ini pengalaman pertamaku bertanding di Stadium sebesar ini." Gumam Arung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Ara Setiawan
y
2021-03-13
2
Kusuma Junior
202 up
membara ...
2021-01-12
2
Ardi Provision
emang sengaja ya mcnya dibuat bodoh dikit ya thor
2021-01-04
3