Reruntuhan kuno ibu kota Kerajaan Jang baek

Keesokan paginya kesepuluh tim pun mulai melakukan perjalanan menyusuri sungai tak bernama ini menuju reruntuhan kuno, Lokasi reruntuhan kuno ini berada di persimpangan sungai tak bernama sekitar lima jam perjalanan dari arah kamp peristirahatan kami.

"Baiklah semuanya ayo kita bergerak." Perintah Nona Yang, sementara itu Tuan Muda Quill sudah memimpin di depan.

"Baik ketua." Sahut anggota tim kesepuluh kompak, sambil mulai melesat menggunakan ilmu meringankan tubuh milik masing-masing.

"Wah ini pengalaman pertamaku menjelajah, jantung ku rasanya berdegup kencang." Gumam Arung, sambil melesat menggunakan ilmu meringankan tubuh miliknya.

Setelah kami melesat beberapa kilometer, tiba-tiba saja dari permukaan sungai muncul banyak sekali beast dan menyerang langsung kami.

"Blurpppppppppp................. " Suara beast yang muncul dari dalam sungai.

"Wah memang di air yang tenang, selalu ada saja beast,"

"Aku teringat di danau mematikan, walau tenang di dalamnya terdapat banyak Siluman Airnya." Gumam Arung di dalam hati."

Makhluk ini merasa terganggu karena ada banyak manusia yang memasuki wilayahnya. Beast ini berjumlah sekitar tiga puluh ekor dan ber elemen petir air, Kepalanya seperti ikan lele di dunia asal Arung dengan kumis yang beraliran listrik dan memiliki kaki dan tangan seperti manusia, kulitnya bersisik dan memiliki warna yang beragam.

"Beast ini kepalanya seperti ikan lele, di dunia asalku." Gumam Arung di dalam hati.

Beast monster ini kekuatannya setara dengan seorang kultivator di ranah alam lautan level puncak, Beast ini dikenal dengan nama lele petir air dan merupakan beast yang sangat langka karena jarang menampakkan diri dan sering berpindah pindah habitatnya.

"Nona Yang, Nona Ferguso tolong kalian urus Beast yang ada disini, aku dan delapan tim lainnya akan menunggu kalian di depan." Perintah Tuan Muda Quill

"Baik Tuan." Sahut Kompak Nona Yang dan Nona Ferguso.

Para beast pun mulai menyerang kami dengan melontarkan bola air beraliran petir.

"Jderrrr... duargh..... boommm....." Suara serangan ke 30 Beast yang mengenai tanah dan pepohonan di sekitar hutan.

Seketika hutan di daerah sekitar menjadi porak-poranda. Para anggota tim pun berhasil selamat dengan melompat mundur.

"Kepung para beast ini." Teriak Nona Yang, sambil melompat mundur.

Seluruh anggota tim pun mengelilingi beast yang tengah berada di atas sungai, para beast pun membentuk formasi berhadapan satu lawan satu dengan para kultivator yang sedang mengepung mereka.

"Baiklah serang mereka dengan kekuatan penuh kalian." Teriak Nona Yang, sambil melesatkan bola petir dari telapak tangannya.

Para kultivator pun ikut melesatkan jurus andalan mereka kearah para beast tersebut.

"Aurghhhh...... aurghhhh...... aurghhhh............. " Suara raungan beberapa beast lele petir, sambil melesat kan bola air petir kearah para kultivator.

"Duarghhhh............. duarghhh.......... duarghhh........ " Suara ledakan beberapa kali terjadi.

Beberapa jam kemudian hampir setengah dari beast itu telah tewas, dan lima anggota tim pun tewas juga.

"Tetap kepung mereka jangan mundur, jika mundur kita yang akan kalah." Teriak Nona Ferguso.

Para kultivator pun kembali mengepung beast yang tersisa.

"Huft..........hah.... hah.... hah....... " Suara nafas Arung yang terengah-engah.

"Baiklah tembak lagi." Teriak Nona Ferguso sambil melesatkan bola api dari tangannya.

Mendengar aba-aba dari salah satu ketua, para anggota pun kembali melesatkan serangan andalan mereka. Beast lele petir pun kembali menembakkan bola air petir nya.

"Duarghhh...... duarghhh....... duarghhh....... " Suara ledakan akibat beberapa elemen yang sling beradu.

"Hah... hah.... aku tidak kuat." Ucap Arung.

Arung tidak menyadari sebuah bola air petir tengah melesat kearahnya, di baru menyadarinya beberapa saat kemudian.

"Gawat aku lelah sekali." Ucap Arung pasrah.

Nona Yang sejak awal pertarungan terus mengawasi Arung, karena ia memiliki sedikit perasaan kepada Arung.

"Adik kecil dalam bahaya, aku harus segera menolongnya." Gumam Nona Yang di dalam hati, kemudian mengayunkan tangannya.

Seberkas perisai kultivasi petir pun terbentuk di sekitar Arung.

"Duarghhh................. " Suara ledakan bola air petir mengenai perisai.

"Hah... hah..... syukurlah Nona Yang membantuku dengan perisai ini." Ucap Arung.

"Terima kasih Nona Yang, aku pasti akan membalasnya." Teriak Arung, sambil melambaikan tangannya kepada Nona Yang.

"Itu untuk membiarkanku terus menyandar di bahumu semalam, sampai-sampai bahumu pegal-pegal Arung." Teriak Nona Yang, sambil terus melesatkan serangan bola petir.

Akibat perkataan Nona Yang kesalah pahaman pun terjadi.

"Wah tidak kusangka Nona itu habis melakukan hal itu." Ucap Ayu, keceplosan.

"Yang Err ternyata selama ini kau dan Adik kecil itu telah saling melakukannya." Ucap Nona Ferguso, sambil terus melesatkan bola api.

"Duarghhh........... duarghhh..........." Suara ledakan beberapa kali akibat dua elemen energi saling beradu.

Nona Yang tidak dapat mendengar perkataan Nona Ferguso dan Ayu karena berada di sisi lainnya.

"Sepertinya mereka telah gagal paham akibat perkataan Nona Yang." Gumam Arung di dalam hati, sambil melesatkan bola air.

Beberapa jam kemudian, akhirnya Arung dan kedua kelompoknya pun menang beast lele petir ini telah tewas seluruh nya dan hanya menyisakan seekor saja. Nona Ferguso pun melesat keatas berniat melesatkan bola api kearah beast Lele petir yang terakhir.

"Ini buat teman-teman kami yang telah kalian bantai." Teriak Nona Ferguso, sambil menembakkan bola api.

"Duarghhh............ " Suara ledakan akibat bola api mengenai lele petir yang terakhir.

"Blurpppppppppp................. " Suara tubuh Nona Ferguso tercebur kedalam sungai.

Kemenangan pun di raih oleh tim sembilan dan sepuluh, tapi kedua tim juga harus membayar dengan mahal. kemenangan ini juga menelan beberapa korban di pihak mereka, Sekitar sepuluh kultivator tewas ditempat terkena bola air petir selama pertempuran dan keseluruhannya kultivator lelaki yang tewas dan hanya menyisakan Arung.

"Arung tolong kami mengurus jenazah nya teman-teman kita ini,"

"Kemudian masukkan mereka kedalam cincin penyimpanan jenazah milik tuan Quill ini. Ucap Nona Yang, sambil memberikan cincin ruang tersebut.

"Akan sangat berbahaya bagi Adik kecil jika ikut dengan kami, lebih baik dia tinggal disini dahulu,"

"Setelah beast-beast di depan kami bereskan semua, dia pasti akan aman bersama kami." Gumam Nona Yang di dalam hati.

"Baik Nona Yang." Ucap Arung, sambil menerima cincin ruang berwarna hitam tersebut.

"Lagian dia kan tulang punggung keluarganya, aku tidak tega dia kenapa-kenapa." Gumam Nona Yang di dalam hati, sambil mengalirkan air mata.

Akibat air mata dari Nona Yang kesalah pahaman kedua pun terjadi.

"Wah bahkan Yang Err yang telah berpengalaman saja, sampai menangis meninggalkan Adik Kecil ini,"

"Apakah semalam mereka melakukannya di dalam hutan?"

"Apakah Adik kecil itu benar-benar hebat, hingga Yang Err sampai tidak bisa meninggalkan nya." Gumam Nona Ferguso, sambil menoleh Arung.

"Sepertinya Nona Yang sedih akan kematian anggota tim kami yang hanya menyisakan aku, Nona Yang benar-benar memiliki hati yang baik." Gumam Arung, sambil mengalirkan air mata haru.

Kesalah pahaman pun sempurna saat Arung juga mengalirkan air mata sambil menoleh kearah Nona Yang. Tatapan mata dan pikiran para kultivator ini serupa.

"Sepasang kekasih yang beda usia tengah kasmaran," Gumam mereka di dalam hati.

Nona Ferguso adalah teman Nona Yang dan mengetahui bahwa sanya Nona Yang adalah seorang janda ank satu.

"Dinda dan Ayu kalian bantu Arung di sini, kami akan menyusul rombongan Tuan Muda Quill,"

"Setelah menyelesaikan tugas, kalian dapat menyusul kami." Ucap Nona Ferguso, sambil melesat pergi.

"Baik ketua." Sahut kompak Ayu dan Dinda, sambil memberi hormat.

Begitu pun para kultivator lainnya dan juga Nona Yang ikut melesat di belakang Nona Ferguso. Arung dan yang lainnya pun mulai memasukkan mayat-mayat kultivator yang tewas kedalam kantong kantong plastik.

"Wah kami bersama si mesum yang mengambil kesempatan berduaan ketika misi ini." Gumam Ayu di dalam hati.

"Kedua cewek ini cantik juga, size nya pun bagus." Gumam Arung, sambil tersenyum kearah kedua gadis tersebut.

Di dunia asal Arung daging lele ini sangat lezat dan nikmat untuk di konsumsi, Arung pun menyimpan mayat beast Lele Petir Air yang tewas kedalam cincin ruang nya.

"Lele ini pasti sama lezatnya dengan Siluman Air, sebaiknya aku menyimpan nya." Gumam Arung di dalam hati.

Dinda pun penasaran dan bertanya kepada Arung.

"Arung untuk apa kau menyimpan tubuh beast Lele Petir itu?" Tanya Dinda.

"Tidak semua beast bisa dimakan, Arung." Ucap Dinda.

"Dan tidak semua wanita cantik itu muda." Ucap Dinda, mencoba menyindir.

"Aku akan mencoba menjualnya di pasar nantinya, Dinda"

"Mana tau bisa dimakan, kalau di lihat dari teksturnya sangat mirip dengan ikan biasa Dinda." Ucap Arung.

Arung pun terus mengumpulkan mayat Beast Lele Petir Air ini, setelah menyelesaikan tugas mengantongi jenazah para kultivator yang tewas.

"Dinda Arung tugas kita sudah selesai disini,"

"Ayo kita segera menyusul teman-teman kita di depan sana." Ucap Ayu.

"Gadis berambut ungu ini buru-buru amat, bukannya istirahat dulu,"

"Apa dia tidak kelelahan setelah bertarung melawan beast sebelum nya." Gumam Arung di dalam hati.

Ketika mereka hendak beranjak pergi, tiba-tiba saja sambaran petir menyambar kearah mereka dari balik pepohonan di sekitar sungai.

"Jderrrr..... jerrr...jederrr...." Tiga suara sambaran petir yang mengenai tanah.

Untungnya mereka sempat menghindarinya, kalau tidak pasti akan langsung tewas. Sesosok beast yang besarnya tiga kali lipat gajah kalau di dunia asal Arung pun muncul dari rerimbunan hutan tak bernama.

"Gawat itu adalah beast Rubah Petir Wewangian Berekor Empat makhluk ini setara dengan kultivator ranah bumi alam puncak dan sangat sangat cepat." Ucap Ayu, sambil menembakkan bola petir ke arah Beast.

Beast itu kembali menyambarkan petir kearah bola petir yang melesat.

"Duarghhh............... " Suara ledakan akibat petir dan bola petir saling beradu.

"Kudengar petir nya juga beracun, racunnya dapat membunuh kultivator di ranah bumi dan kita bisa tewas dalam sehari akibat racun tersebut." Ucap Dinda, sambil menembakkan bola api ke arah Beast.

"Apakah kalian memiliki ide untuk mengalahkan beast buas ini?" Ucap Arung, sambil terus menembakkan bola air ke arah Beast.

"Duarghhh.......... duarghhh........... " Suara ledakan pun terjadi kembali, setelah beberapa bola api dan air tersambar petir dari rubah petir.

Monster ini terus menghujam kan petir kearah mereka secara bertubi-tubi, mereka pun membalasnya.

"Duarghhh............ duarghhh.... duarghhh....... " Suara ledakan akibat beberapa elemen saling beradu.

Sepertinya pertarungan ini berat sebelah. Ayu pun lengah, ia tidak menyadari sebuah sambaran petir mengarah padanya.

"Akhhhh............ " Teriakan Ayu, terkejut melihat sambaran petir di hadapannya.

"Duarghhhh....... " Suara petir yang menyambar dada Ayu.

"Arrghhhh...... " Teriakan kesakitan Ayu.

Serangan sambaran petir menghujam tepat di dada Ayu, yang membuatnya terpental dan menghantam sebuah pohon. Saat ini Ayu sudah tidak bisa bergerak lagi. Ayu pun terduduk sambil bersandar di bawah sebuah pohon dengan dada menghitam dan darah muncrat dari mulutnya.

"Ayuu......... " Teriak Dinda.

"Kalian sebaiknya lari dari sini, monster ini terlalu ganas dan kuat sepertinya makhluk ini bukanlah tandingan kita. " Ucap Ayu, sambil batuk darah.

"Ayu dia lengah sesaat tadi, sehingga terkena sambaran petir beracun." Gumam Arung di dalam hati.

Arung dapat dengan mudah menteleportasi kan mereka sejauh 10 km dari sini, namun mereka pasti akan terkejar oleh beast buas.

"Sebaliknya aku harus berpikir keras bagaimana cara melawan makhluk ini dan membunuhnya." Gumam Arung di dalam hati.

Tidak terasa hari pun telah menjelang sore, pertarungan masih belum usai serangan Arung dan Dinda hanya mencederai monster ini sedikit.

"Duarrrrr..... duarrrrr....... " Suara serangan petir dan api saling beradu.

"Arung jika kita bertarung seperti ini kita pasti akan kehabisan tenaga dan kalah, sedangkan makhluk ini memiliki stamina yang tinggi." Ucap Dinda, sambil menghindari serangan sambaran petir dari Beast tersebut.

"Duarghhh....................... " Suara ledakan akibat sambaran petir.

"Lantas kamu ada ide apa untuk mengalahkan makhluk ini Dinda?" Ucap Arung, sambil menembakkan bola air ke arah Beast tersebut.

"Jdess........ jdess........... " Suara bola air mengenai tubuh beast tersebut.

Bola air hanya mencederai beast ini sedikit saja dan membuatnya kebasahan, beast ini pun kembali melesat kan sambaran petir dari mulutnya.

"Aku memiliki sebuah pusaka pedang api beracun di dalam cincin penyimpanan ku." Ucap Dinda, sambil menghindari sambaran petir rubah tersebut.

Pedang api beracun merupakan senjata suci tingkat alam iblis puncak. Bentuk pedang ini memiliki panjang bilah nya sekitar 1,2 meter dan panjang gagang nya sekitar 0,3 meter. Gagang pedang ini terbuat dari tanduk Ular Iblis Api, dan bilah pedangnya merupakan gabungan esensi dari 1000 spesies Beast Ular Iblis Api. Pedang ini selalu mengeluarkan aura api yang hitam dan beracun bagi pemakainya (mampu membunuh kultivator di ranah alam bumi puncak ke bawah), dan racun bilah pedangnya dapat membunuh kultivator di ranah alam naga dengan sekali tusukan. Dan untuk ranah diatasnya perlu sepuluh kali tusukan.

"Kita dapat menang menggunakannya, kita hanya perlu menusuknya sekali saja dan makhluk ini akan tewas di tempat oleh racun api dari pedang ini. " Ucap Dinda, sambil menembakkan bola api.

"Duarghhh.................. " Suara ledakan akibat kedua elemen saling beradu.

Arung pun berpikir sejenak, sambil melihat sekeliling.

"Baiklah Dinda biar aku yang akan mengalihkan perhatiannya,"

"Kamu fokus saja mencari waktu yang tepat untuk menghujam kan pedang beracun itu ke arah makhluk keparat ini." Ucap Arung.

Arung sangat marah pada makhluk ini karena telah melukai Ayu hingga tak dapat bergerak.

"Byurrrrrr.......................... " Hujan deras pun turun.

Arung pun mulai menghujani beast ini dengan tembakan bola air secara bertubi-tubi, monster ini pun menangkis nya dengan mengeluarkan beberapa sambar petir dari mulutnya ke arah Arung. Dengan susah payah Arung pun menghindarinya dengan berteleport.

"Blitzzz.............. " Suara jurus teleportasi milik Arung.

Sementara itu Dinda mengeluarkan pedang api beracun nya dari dalam cincin penyimpanannya, kemudian mengendap-ngendap ke belakang beast buas itu dan bersembunyi sambil bersiap menyerang.

"Jderrrrr... jderrrrr...... " Suara serangan bola petir yang mengenai beast tersebut.

Tiba-tiba monster itu terkena serangan petir di kaki nya, ternyata itu tenaga dalam terakhir yang di miliki oleh Ayu untuk mengalihkan perhatian makhluk tersebut. Melihat itu, Arung kembali menghujani monster itu dengan tembakan bola air ke arah matanya.

"Jdess...... jdess...... jdess...... " Suara tembakan bola air yang mengenai mata monster tersebut.

Untuk beberapa menit monster ini pun kesusahan melihat. Dinda pun langsung melesat dari belakang kearah monster itu kemudian menusukkan pedang api beracun nya tepat di kepala monster tersebut.

"Rasakan ini...... " Teriak Dinda, rubah itu pun menoleh kebelakang namun sudah terlambat.

"Arggggkkk..... arrgggkkk......" Suara rintihan kesakitan makhluk tadi.

Dinda pun mencabut pedang apinya dari tempurung kelapa Beast itu dan membuangnya ke tanah. Seketika monster itu pun tewas di tempat.

"Akhirnya kita berhasil sungguh rencana yang menakjubkan,"

"Kita sudah lepas dari musibah ini Dinda." Ucap Arung, sambil mendekat ke arah Ayu.

Hujan pun berhenti, beberapa saat kemudian pelangi pun muncul dari arah hutan.

"Arung, Dinda cepat kalian tinggal kan aku disini," Ucap Ayu.

"Uhuk..... uhuk.... uhuk...... " Suara batuk Dinda.

"Dan lanjutkan lah perjalanan menyusuri sungai tak bernama ini,"

"Aku tidak bisa melanjutkannya lagi, sepertinya aku hanya bisa bertahan sampai malam,"

"Ayu seperti nya sudah putus asa, gara-gara racun itu, dia tidak tahu kalau aku dapat mengobati nya." Gumam Arung di dalam hati.

"Racun petir ini sungguh kuat dan terasa menyakitkan." Ucap Ayu, sambil kembali memuntahkan banyak darah dari mulutnya.

Ayu pun duduk bersandar di sebuah pohon dan tidak bisa bergerak lagi hanya bisa berbicara.

"Benar Arung sepertinya aku pun tidak bisa melanjutkan perjalanan lagi."

"Lho kenapa lagi ini?" Gumam Arung di dalam hati.

"Lihat tanganku ini sudah menghitam akibat racun pedang api ini," Ucap Dinda, sambil memperlihatkan kedua tangannya.

"Pusaka ini merupakan pusaka terkutuk dari keluarga fire snake kami." Ucap Dinda, sambil berjalan ke arah tempat Ayu duduk.

Dinda pun duduk bersama Ayu dibawah pohon yang sama. Dinda pun tidak dapat bergerak lagi akibat dari racun pedang api. Kedua belah tangan Dinda pun menghitam, namun mereka berdua dalam kondisi sadar. Beberapa saat kemudian dari mulut Dinda pun muncrat darah.

"Uhuk..... uhuk.... uhuk.... " Suara batuk Dinda yang berdarah.

"Arung jangan kau sentuh pedang ini,"

"Pedang ini akan meracuni mu,"

"Biarlah pedang ini tertancap disini, Sepertinya aku akan mati menemani Ayu malam ini." Ucap Dinda, sambil menatap ke arah Arung.

Arung pun tidak mengindahkan perkataan Dinda, serta lantas mengambil pedang tersebut dan memegangnya. Ia pun mengayunkan pedang api beracun tersebut, kemudian tersenyum ke arah Dinda dan Ayu yang tengah bersandar di bawah sebuah pohon sakura air. Dedaunan pohon sakura air ini pun berguguran di hembus angin sore ini. Daun nya yang berwarna biru dan merah jambu pun jatuh mengenai Dinda dan Ayu.

"Apa yang kau lakukan, apa kamu bodoh Arung,"

"Pedang itu beracun, Dinda saja terluka akibatnya

Ucap Ayu, dengan nada suara yang marah.

"UhUhukkk.... uhuk.... " Suara batu darah Ayu.

Arung hanya tersenyum ke arah Ayu.

"Sial dasar lelaki naif, sia-sia saja pengorbananku,"

"Setidaknya salah satu dari kita hidup, "

"Apa kau diam-diam menaruh hati pada salah satu dari kami hingga ingin menemani kami mati disini." Ucap Dinda.

"Bukan begitu, lihatlah lenganku apakah menghitam," Ucap Arung, sambil menancapkan kembali pedang itu ke tanah.

Ayu serta Dinda pun mulai menatap ke kedua belah lengan milik Arung, dan mereka terkejut.

"Lho kenapa lengan mu tidak menghitam Arung?" Ucap Ayu, ke heran-heranan.

"Coba jelaskan apakah kamu telah meng kultivasi pil api racun?"

"Karena hanya kultivator yang mengkultivasi pil api racun saja yang bisa menggunakan pedang api ini." Ucap Dinda, mereka berdua pun penasaran.

"Coba jelaskan kepada kami Arung, kenapa kau tidak keracunan?" Ucap Ayu.

"Begini ceritanya nona-nona." Ucap Arung.

Arung pun mulai menjelaskannya kepada kedua kultivator cantik ini, bahwa sanya ia telah mengkultivasi pil dewa obat dan ia pun memberitahukan cara menyembuhkan mereka dari racun tersebut. Arung pun menceritakan bagaimana metode ketika ia mengeluarkan racun dari tubuh Xiao Mei Mei saat terkena racun ular bertanduk sembilan di Gunung Obat.

"Metode yang mesum, padahal dia sudah memiliki Nona Yang,"

"Ternyata dia sebelumnya pernah ada urusan dengan gadis lainnya yang bernama Xiao Mei Mei,"

"Aku jadi curiga, Jangan-jangan Arung ini Fuckboy." Gumam Ayu di dalam hati.

Mendengar itu kedua wanita cantik itu pipinya pun memerah dan senyum-senyum sendiri seperti baru membaca novel percintaan.

"Arung itu bukan akal-akalanmu kan, untuk dapat melihat tubuh indah kami ini?" Tanya Ayu.

"Sebenarnya sih melihat tubuh kalian itu bonus buatku, karena sudah mempertaruhkan nyawa menghisap racun." Gumam Arung di dalam hati.

"Aku percaya padamu Arung, kau memiliki kesempatan untuk pergi,"

"Tapi berani meresikon dirimu untuk menghisap racun dari tubuh kami berdua." Ucap Dinda.

"Lakukan lah Arung." Ucap Ayu.

"Baiklah, pertama-tama aku akan menyiapkan tempat kalian untuk berendam dengan nyaman nona-nona cantik,"

"Baru setelah itu aku akan mulai menghisap nya bergiliran." Ucap Arung, mendengar perkataan Arung pipi mereka berdua pun memerah.

Arung pun mulai mengumpulkan ranting-ranting di sekitar hutan dan mulai menggali dua buah lubang seukuran bak air, kemudian mengeluarkan plastik sisa-sisa kantong jenazah dan mengalas kedua lubang itu dengan plastik. Sehingga air tidak meresap ke tanah dan mengisinya dengan air. Dinda dan Ayu hanya diam dan mengamati tindakan Arung.

"Baiklah Dinda, aku akan mulai dengan menghisap racun dari kedua tanganmu terlebih dahulu." Ucap Arung, sambil memegang pergelangan tangan Dinda dan mulai menghisap keluar racun dari kedua tangan mungil dan halus milik gadis cantik ini.

"Akhhh... akhhh... " Suara erangan kecil Dinda, ketika Arung menghisap racun dari tangannya.

Hidung Arung pun mengeluarkan sedikit darah, karena mendengar suara erangan gadis cantik tersebut. Ayu pun menatap kearah kami, pipinya pun langsung memerah.

"Arung hidung mu berdarah apa kamu tidak apa-apa?" Ucap Ayu.

"Ia mungkin efek dari metode ini, Ayu" Ucap Arung.

"Siapa yang tidak mengeluarkan darah ketika mendengar suara erangan seperti itu Ayu." Gumam Arung di dalam hati.

Sebetulnya Arung berpikir mesum, ketika mendengarkan erangan suara dari Dinda. Setelah racun nya tersedot habis Arung mulai melepaskan baju Dinda dan tiba-tiba saja mimisan Arung semakin banyak.

"Oh my god, pemandangan alam yang sangat sempurna,"

"Kelelahan akibat pertarungan tadi serasa sirna, dan perasaan damai ini merasuk ke dalam jiwa ku." Gumam Arung di dalam hati, sambil mengeluarkan air mata haru.

"Arung kenapa kau menangis." Ucap Dinda, dengan pipi memerah.

"Ini mungkin efek metode ini juga Dinda." Gumam Arung di dalam hati.

"Pasti ada sesuatu yang membuatnya menangis, mungkinkah ia menangis karena merasa mengkhianati Nona Yang karena sudah melihat tubuhku,"

"Ternyata pemuda di hadapan ku ini tidak lah mesum, ternyata dia memiliki hati yang mulia." Gumam Dinda di dalam hati, sambil mengalirkan air mata haru melihat masih ada pemuda seperti Arung di dunia ini.

"Dia pasti menangis melihat aku, menatap tubuh polosnya." Gumam Arung di dalam hati.

Setelah itu Arung langsung merendam tubuh Dinda dengan kepala nya di sandarkan di sebatang kayu pendek. Sehingga kepalanya tidak ikut tenggelam, kemudian mulai menutupi lobang tersebut dengan beberapa dahan dan menaruh dedaunan diatasnya.

"Wah gelap sekali ternyata, setelah di tutupi dengan dahan-dahan ini, Arung sudah memikirkan segalanya,"

"Tidak hanya memiliki hati yang mulia, ia juga ternyata seorang pemuda yang cerdas." Gumam Dinda di dalam hati.

Melihat metode itu secara langsung, pipi Ayu pun makin memerah. Ayu pun tidak berkata apa-apa, ia hanya menatap ke arah Arung saja dengan tatapan yang sangat serius. Beberapa saat kemudian, Arung pun sudah selesai menutupi lubang tersebut dengan sempurna dan memberikan beberapa celah agar udara dapat masuk.

"Sudah beres, selanjutnya Ayu." Ucap Arung.

Arung kemudian menatap ke arah Ayu, Ayu pun kemudian balas menatap ke mata Arung. Kedua mata pun saling bertatap-tatapan.

"Kamu harus kuat Ayu..... bertahanlah." Gumam Ayu di dalam hati.

"Ayu kini giliranmu, aku akan segera menghisap keluar racun yang ada didadamu, " Ucap Arung, sambil melirik ke arah dada Ayu.

"Arung awas kau jangan mencoba menyedot yang tidak-tidak,"

"Lukaku berada di antara perut dan dada ingat ya bukan di dada." Ucap Ayu.

"Hiks... Hikss.... " Suara tawa kecil Dinda di dalam lubang.

"Dia takut Arung menyedot yang lain." Gumam Dinda di dalam hati.

Arung pun mulai melepaskan pakaian bagian atas Ayu dan mulai menghisap racun nya.

"Kuat... kau harus kuat Ayu...."

"Aku tidak kuat....... " Gumam Ayu di dalam hati, sambil mengalirkan Air mata.

"Kenapa kau menangis Ayu?" Tanya Arung.

"Wanita mana yang tidak menangis jika tubuh nya dilihat oleh laki-laki yang bukan suaminya." Jawab Ayu, sambil mengalirkan air mata.

"Dinda tidak menangis." Ucap Arung.

Dinda hanya diam saja dan tidak berkata apa-apa.

"Ya sudah lakukan saja Arung, secepat nya." Ucap Ayu, sambil mengalirkan air mata.

Arung pun mulai menghisap racun di bawah dada Ayu.

"Argghhh....... arghhhh.....ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh... " Suara erangan Ayu.

Mendengar suara tersebut, darah di hidung Arung makin banyak keluar, tiba-tiba saja Arung pun tak sadarkan diri.

"Arung...... Arung........ kenapa kau pingsan, disaat begini." Ucap Ayu.

"Arung.............. " Teriak Ayu.

"Tenanglah Ayu, mungkin itu efek dari metode pengobatan ini, jika kau berteriak aku khawatir beast lainnya akan datang kemari." Ucap Dinda.

Beberapa menit kemudian, Ayu sudah berkali kali memanggil Arung dengan pelan.

"Arung...... Arung......" Ucap Ayu, dengan suara pelan.

"Arghhh........ kepala ku." Ucap Arung, sambil memegang kepala nya.

"Bangun dasar mesummm kenapa kamu pingsan di saat-saat begini, aku bertelanjang dada ni." Ucap Ayu, dengan pipi yang memerah.

"Aduh sepertinya aku mengeluarkan darah yang cukup banyak." Gumam Arung didalam hati.

"Tolong jangan bersuara terlalu keras, aku akan melanjutkan mengeluarkan racun dari tubuhmu Ayu." Ucap Arung.

"Dasar lelaki apa kamu berpikiran mesum?" Ucap Ayu.

"Bukan begitu mungkin aku terlalu kelelahan, dan efek samping dari metode penyembuhan ini,"

Ayu pun sudah berhenti mengalirkan air mata dan bersemangat kembali.

"Dan aku takut berhubung sudah malam, aku khawatir suaramu bisa memancing beast-beast ganas lainnya kemari." Ucap Arung.

Arung pun kembali menghisap keluar racun Ayu, kemudian melepaskan pakaiannya. Arung pun menggendong Ayu ke dalam lubang kedua serta menutupi bagian atasnya dengan ranting-ranting dan dedaunan. Ayu hanya diam saja kali ini serta tidak berani menatap wajah Arung.

"Baiklah kalian berdua jangan bersuara, aku khawatir suara kalian akan memancing monster lainnya,"

"Ya Arung, kami akan diam." Sahut kompak mereka berdua.

"Aku akan beristirahat dulu diatas pohon ini, aku sangat lelah hari ini." Ucap Arung, sambil menyeka keringat di dahinya.

"Terima kasih Arung." Ucap Ayu dan Dinda, dari lubang tersebut.

Keesokan paginya Arung pun turun ke bawah dan melihat kondisi mereka, ternyata karena tidak ada es kondisi mereka masih belum begitu membaik. Arung pun lantas bergegas memberikan beberapa pil stamina kepada mereka sebagai pengganti makanan.

"Mungkin ini karena tidak ada es, jadi keadaan mereka berdua tidak dapat pulih secepat Xiao Mei Mei." Gumam Arung di dalam hati.

Arung pun menaikkan tubuh mereka berdua ke atas dan menyelimuti nya dengan kain, kemudian mengganti air yang menghitam dengan air lainnya. Kemudian Arung merendam kembali tubuh Ayu dan Dinda kedalam lubang galian, dan menutupinya dengan ranting-ranting dan dedaunan. Metode seperti ini terus di lakukan sampai racun di tubuh mereka berangsur-angsur pulih.

"Aku sudah pasrah Arung, tiap hari kau melihatnya,"

"Terserah kamu mau berbuat apa." Gumam Ayu di dalam hati, sambil diam dan tidak berkata-kata apa-apa.

"Nona Yang tidak salah memilih laki-laki, pemuda ini merawat kami terus selama ini."

"Benar-benar pemuda yang berhati mulia." Gumam Dinda di dalam hati.

"Baguslah kali ini kalian tidak berkata-kata apa-apa. memudahkan ku dalam bekerja,"

"Dan tentu saja, pemandangan yang sangat indah...... " Gumam Arung didalam hati, sambil mimisan sedikit.

"Sebaiknya aku diam dia sudah mimisan lagi aku khawatir dia akan pingsan setelahnya." Gumam Ayu di dalam hati.

Kembali ke Kota Awan Hitam

Gisel dan keluarganya sedang makan malam bersama, ia pun ingin memberitahukan sesuatu kepada orang tua nya. Perkara bahwa sanya ia telah melakukan kontrak jiwa dengan seorang pemuda.

"Gisel kenapa kok makan mu sedikit sekali, malam ini." Ucap Nyonya Lang (Ibu kedua Gisel), sambil minum secangkir teh.

Patriak dan Nyonya Ya (Ibu pertama Gisel) hanya menatap ke arah Gisel saja.

"Ma, sebenarnya aku ingin memberitahukan sesuatu, sebenar nya aku sudah.... " Ucap Gisel, dengan nada suara sedikit takut.

Patriak keluarga langsung berpikiran negatif, ia mengira putri nya ingin mengatakan bahwa sanya ia sudah hamil. Patriak pun langsung menghampiri Gisel dan memeluk erat anaknya, sambil mengalirkan air mata.

"Kan sudah papa bilang, jangan terlalu banyak minum beer,"

"Ketika kamu tengah mabuk bakal di *****-***** oleh laki-laki." Ucap Patriak, ia mengetahui bahwa hobi anaknya itu adalah minum beer hingga mabuk.

Sementara itu, Nyonya Ya begitu mendengar Patriak mengatakan hamil seketika aura api keluar dari tubuhnya. Nyonya Lang pun juga demikian aura petir seketika keluar dari tubuhnya.

"Jadinya kan kamu hamil." Ucap Patriak, sambil kembali meneteskan air mata.

Kesalah pahaman pun terjadi, situasi makan malam pun menjadi tegang. Gisel pun panik, sementara papa nya masih terus memeluk erat dirinya.

"Ya sudah Gisel, besok kita ke dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilanmu." Ucap Nyonya Ya, sambil mengelap bibirnya.

"Ma bukan hamil, Gisel gak hamil Ma,"

"Gisel baru saja memilih seorang pacar, pa." Ucap Gisel, sambil melepaskan pelukan papanya.

Patriak, Nyonya Ya, dan Nyonya Lang pun telah salah paham, patriak pun kembali ke kursinya.

"Gisel kenapa, tidak kamu bilang dari awal."

"Ya sudah untuk merayakannya kita minum beer malam ini." Ucap Patriak, sambil mengeluarkan sekotak kaleng beer dari cincin ruang miliknya.

"Gisel kalau pacarmu ada waktu, ajak dia kemari kenalkan dengan kami." Ucap Nyonya Lang.

"Baik Ma." Ucap Gisel

Beberapa saat kemudian mereka semua pun menghabiskan sekotak penuh kaleng beer, kecuali Nyonya Ya. Nyonya Ya paham betul kelakuan Gisel, ia tahu bahwa Gisel akan berkata jujur pada saat mabuk. Sehingga Nyonya Ya menunggu hingga Gisel benar-benar mabuk untuk memastikan sesuatu.

"Gisel coba ceritakan kenapa kamu sampai membuat kontrak jiwa dengan pemuda itu." Ucap Nyonya Ya.

"Aku mengenal nya saat ujian beberapa hari yang lalu ma."

"Aku mabuk Ma semalam, dan terbangun disamping lelaki itu,"

"Ia menyelamatkan nyawa ku, ma." Ucap Gisel, kemudian langsung terjatuh dan tak sadarkan diri.

"Ternyata benar Gisel terburu-buru pacaran dengan pemuda itu, karena sudah tidur bareng." Gumam Nyonya Ya di dalam hati.

"Apa dia hamil ya?" Gumam Nyonya Ya di dalam hati, sambil menoleh kearah perut Gisel.

Kesalah pahaman pun terjadi kembali.

Kembali ke saat di pinggiran sungai tak bernama

Setelah seminggu, baru lah racun tersebut berhasil keluar seluruhnya dari tubuh kedua gadis cantik tersebut. Dan selama seminggu ini karena tidak ada kerjaan lainnya Arung pun berusaha memahami jurus bagian ke tiga teleportasi sejauh 1000 km, sambil mengurus kedua wanita cantik tersebut. Akhirnya kedua gadis cantik ini pun sembuh di hari kedelapan sejak perjalanan ini, mereka pun langsung berpakaian dan tidak berbicara apa-apa kedua wajah gadis cantik ini memerah setiap melihat Arung.

"Mungkin mereka merasa malu karena selama seminggu ini aku mengurus mereka,"

"Atau karena aku sudah berulang kali melihat tubuh polos mereka selama seminggu ini," Gumam Arung, didalam Hati.

"Mengingatnya saja hidungku bisa mimisan, pemandangan yang sangat indah." Gumam Arung, di dalam hati.

Setelah memakai pakaian kembali, Ayu dan Dinda pun menghampiriku yang lagi berdiri di pinggiran sungai.

"Terima kasih Arung telah merawat ku selama seminggu ini,"

"Dan lupakan apa yang telah kau lihat." Ucap Ayu.

"Aku juga mengucapkan Terima kasih, dan kenapa tidak membawa mayat dari beast rubah itu nilainya sangat mahal di kota,"

"Karena dagingnya bisa membuat kultivator ber elemen petir naik tiga level setelah di konsumsi,"

"Dan harga jualnya bisa mencapai 10000 koin emas Arung." Ucap Dinda.

"Benarkah Dinda kalau begitu akan aku ambil mayat beast ini,"

"Dan hasil penjualannya akan kita bagi rata bertiga." Ucap Arung.

"Ambil saja buat mu Arung, anggap saja ini hadiah dari kami,"

"Karena telah mengurus kami selama beberapa hari ini." Ucap Dinda.

"Ia lekas masukkan kedalam cincin penyimpanan mu, dan kita bergegas menyusul Nona Yang dan Nona Ferguso." Ucap Ayu.

"Apakah kamu tidak rindu terhadap Nona Yang." Ucap Dinda.

"Oh benar Nona Yang aku sampai hampir lupa, ayo kita susul mereka." Ucap Arung.

"Sudah bisa di pastikan, Nona Yang dan Arung sudah pasti pernah melakukannya." Gumam Dinda di dalam hati.

Setelah menyimpan tubuh rubah petir wewangian berekor empat, Arung dan yang lainnya pun langsung melesat menyusuri sungai tak bernama menggunakan ilmu meringankan tubuh. Terlihat di sepanjang sungai tak bernama ini dipenuhi dengan bekas pertempuran yang dahsyat dan banyak sekali bangkai beast yang berserakan.

"Ini pasti bekas pertempuran yang ditinggalkan oleh rombongan Tim Tuan Muda Quill.

Akhirnya kami pun tiba di persimpangan sungai tak bernama dan persis seperti yang dijelaskan Tuan Muda Quill bahwa sanya reruntuhan kuno itu tepat di persimpangan sungai ini.

Di reruntuhan kuno kerajaan Jangbaek

Arung dan yang lainnya pun mulai memasuki gerbang reruntuhan kuno ibu kota kerajaan Jangbaek ini, terlihat banyak gedung yang telah hancur dan mayat beast yang berserakan. Mereka pun masuk lebih dalam lagi dan sampai di pusat kota. Ternyata ada sekitar sepuluh orang kultivator yang sedang bertarung dengan seekor beast dan lima orang lainnya sedang terluka parah termasuk Tuan Muda Quill. Arung dan yang lainnya pun langsung melesat dan membantu kesepuluh kultivator tersebut dan membantu menyerang beast ini.

"Syukurlah kalian selamat, kukira kamu tewas adik kecil,"

"Hati-hati beast ini kekuatannya setara dengan kultivator alam langit tingkat awal,"

"Kalian serang saja dia terus dengan serangan andalan kalian." Ucap Nona Yang, sambil melesatkan jurus bola api nya.

"Baiklah Nona Yang." Ucap Arung, sambil melesatkan bola air.

"Duarghhh............. duarghhh........... " Suara ledakan bola api mengenai perisai pelindung beast.

Tanpa banyak bicara mereka bertiga terus menyerang dan melesatkan jurus-jurus andalan nya kearah beast ini. Beast ini adalah beast dengan tipe sihir ia melapisi dirinya dengan semacam pelindung sihir berwarna keemasan dan terus menembakkan bola petir kearah kami.

"Ayu terus tembak, jangan berhenti." Teriak Dinda, sambil melesatkan bola api.

"Yang berhenti bukan aku tapi Arung, Dinda." Teriak Ayu, sambil melesatkan bola petir.

"Hah..... hah..... hah..... " Suara nafas terengah-engah Arung.

"Time out sejenak..... aku kelelahan." Ucap Arung.

"Duarghhh........ duarghhh....... duarghhh....... " Suara ledakan kembali terjadi.

Beast ini ialah monster petir yang langka yaitu wyvern petir sihir tubuhnya dua kali lebih besar dari rubah yang baru Arung dan lainnya kalahkan dan kulitnya berwarna keemasan menyilaukan pandangan. Wyvern ini terus menyerang mereka, akhirnya kesembilan kultivator kalah dan tewas di tempat selama pertempuran karena tidak mampu lagi bertahan dan terkena serangan bola sihir petir. Sekarang tinggal mereka berempat yang bertarung dengan wyvern tersebut.

"Sepertinya tidak ada cara lain wyvern itu sungguh sangat ganas,"

"Kita telah bertarung dari siang sampai sore namun dia belum kelelahan sama sekali." Ucap Ayu, sambil terus melesatkan bola petir ke arah monster tersebut.

"Dinda cepat keluarkan pedang beracun mu lagi,"

"Aku ada ide, jika tidak cepat kita akan berakhir di reruntuhan ini segera." Ucap Arung, sambil terus melesatkan tembakan bola air ke arah monster tersebut.

"Buat apa Arung?" Ucap Dinda, sambil terus melesatkan tembakan bola petir kearah wyvern.

"Bahkan serangan kita ditambah serangan para kultivator itu,"

"Tidak ada satupun yang berhasil menembus dinding pelindung sihir di sekeliling wyvern itu." Ucap Dinda.

"Keluarkan saja Dinda,"

"Tidak ada salahnya mencoba mungkin Adik kecil itu memiliki sebuah rencana." Ucap Nona Yang, sambil terus menyerang Beast tersebut.

"Nona Yang terus mendukung Arung, ini bukti mereka adalah sepasang kekasih beda usia,"

"Baiklah Arung, semoga kau berhasil apa pun rencana mu itu." Gumam Dinda di dalam hati.

Dinda pun mengeluarkan pedang beracun tersebut dari cincin penyimpanannya dan langsung menancap di tanah tanpa ia menyentuhnya.

"Blitzzz.........." Suara jurus teleport Arung.

"Itu Arung pedangnya sudah ku keluarkan,"

"Kamu mau apa?" Ucap Dinda, sambil menoleh ke arah Arung.

Arung tiba-tiba saja sudah menghilang dari posisinya. Setelah satu kedipan mata Arung pun muncul kembali didekat pedang tersebut.

"Blitzzz.........." Suara jurus teleport Arung.

Arung pun kembali menghilang dari titik di mana pedang api beracun menancap.

Tidak sampai beberapa detik.

"Blitzzz.........." Suara jurus teleport Arung.

Tiba-tiba saja Arung telah ada di pundak wyvern tersebut, dan berada pada sudut pandang mati beast tersebut. Arung langsung menancapkan pedang api beracun ke kepala wyvern tersebut.

"Argghhh.........arghhhhh........" Lengkingan suara kesakitan Wyvern.

Tak lama kemudian Wyvern tersebut pun jatuh tersungkur dan tewas.

"Brukkk............. " Suara jatuh tersungkur monster setinggi 12 meter.

Suasana pun senyap seketika, semuanya pun membeku dan tidak pernah menyangka melihat serangan mematikan yang hanya membutuhkan waktu beberapa detik tersebut. Keadaan pun kembali menjadi senyap, Arung pun melompat dari pundak Wyvern tersebut dan menghampiri Dinda.

"Ini simpanlah pedang mu kembali Dinda, kita sudah berhasil membunuh beast ini." Ucap Arung, sambil menancapkan pedang api beracun di depan Dinda.

Dinda pun langsung menyimpannya kedalam cincin penyimpanannya. Semua pendekar yang ada disitu terheran-heran sekaligus takjub melihat serangan mematikan itu.

"Wow bagaimana kamu melakukannya pendekar muda,"

"Fantastis sekali,"

"Kami sudah bertarung tiga hari tiga malam dengan monster yang tiba-tiba muncul entah dari mana itu." Ucap Tuan Muda Quill.

"Ia tidak ku sangka kamu memiliki kemampuan tersembunyi." Ucap Nona Yang.

Sedangkan Ayu dan Dinda masih membatu saja, mereka hanya tahu serangan andalan Arung adalah tembakan bola air dan itu hanya membuat cedera ringan lawan.

"Ternyata kau sangat cepat, kecepatan mu seperti kultivator di ranah alam malaikat puncak,"

"Padahal ranah mu barulah alam lautan puncak, Latihan apa yang telah kau jalani." Gumam Ayu di dalam hati.

Dalam fikiran Ayu ia membayangkan Arung berlatih berlari dengan rubah ekor empat semenjak bayi sampai dengan sekarang. Ketika Arung hendak menjelaskannya tiba-tiba saja rantai spiritual muncul dari portal di tengah kuil kecil di pusat reruntuhan dan langsung menyeret Arung kearah nya.

"Warpppp.......warpppp......... " Suara gerbang portal ketika Arung terhisap masuk kedalam nya.

Dunia Lain, Di Benua Naga.

Dan dalam sekejap mata Arung pun tiba-tiba berada di Padang Tandus yang mana langitnya gelap, dan di hadapan nya ia melihat sebuah gerbang. Di dalam gerbang itu Arung melihat pusat kota reruntuhan kuno, di sana terlihat Tuan Muda Quill dan lainnya sedang kebingungan seperti sedang mencari-cari sesuatu,

"Apa yang kalian cari Dinda, Ayu, aku ada disini." Teriak Arung.

Arung Bingung tidak ada respon sama sekali dari kedua gadis cantik tersebut.

Terpopuler

Comments

Jeffri Hornbill

Jeffri Hornbill

jadi ceritanya cewe yg dia temuain ini janda

2022-06-13

1

Abadi Halawa

Abadi Halawa

lanjut Thorr

2021-11-02

1

Budi

Budi

arung si pendekar mimisan

2021-09-27

1

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Bela Diri Kuno "Tiger".
2 Racun ular bertanduk sembilan
3 Makam Kuno Jenderal Api Kerajaan Jangbaek
4 Kitab jurus teleportasi tingkat alam dewa puncak
5 Ujian tahap awal di Rawa Siluman Air
6 Ujian tahap awal di Rawa Siluman Air bagian dua
7 Pernyataan cinta pendekar cantik Gisel Alba kepada Arungbijak Tiger
8 Reruntuhan kuno ibu kota Kerajaan Jang baek
9 Esensi Naga Putri Naga Kecil
10 Palu emas hitam surgawi
11 Harta surgawi Leluhur Naga Khayangan
12 Elemen legenda Api Hitam dan Lahar Biru
13 Ujian Tahap Ke Dua Kompetisi Bela Diri
14 Cambuk Qilin Emas Halilintar Surgawi
15 Hadiah dari Tuan Muda Quil
16 Makan Malam Keluarga Alba
17 Percobaan Pembunuhan Patriak Keluarga Alba.
18 Manuskrip Kuno Kitab Kultivasi Petir
19 Goa Giok Hijau
20 Nona Dark Quill
21 Bola Energi Berwarna Hijau
22 Shilla Tiger
23 Sage empat elemen alam
24 Bangkit nya elemen es Arung
25 Persiapan menuju Perpustakaan Kuno Kerajaan Jangbaek
26 Ngarai di Pulau Balighe
27 Perpustakaan kuno kerajaan Jangbaek
28 Warisan Klan Rubah Dewa.
29 Senjata Tingkat Alam Mahayana, Teratai Kebijaksanaan.
30 Black Hole terrors bagian awal
31 Black Hole Terrors bagian ke dua
32 Kembali ke Kota Awan Hitam
33 Kedatangan Xiao Mei Mei dan Nyonya Vinic.
34 Rencana Jahat Jenderal Berserker.
35 Final Ujian Tahap Dua Bagian Awal
36 Final Ujian Tahap Ke Dua Bagian Akhir
37 Serangan Ikan-ikan dari Langit bagian Awal
38 Serangan Ikan Ikan dari Langit Bagian Akhir.
39 Kemunculan Black Hole Dragon dan Naga Es Kuno.
40 Bola Penjara Pohon Dewa Air
41 Ujian Tahap Ke Tiga.
42 Racun Tapak Ular Beracun
43 Terdampar Ke Masa Lalu Bagian Awal.
44 Terdampar Ke Masa Lalu Bagian Ke Dua.
45 Terdampar ke Masa Lalu Bagian Akhir.
46 Malam Pertama Arung dan Xiao Mei Mei di Klan Xiao.
47 Kembalinya Kultivasi Wakil Komandan Luna.
48 Berlayar Menuju Planet Kuno Jupiter Bagian Ke Satu.
49 Berlayar Ke Planet Kuno Jupiter Bagian Akhir.
50 Ujian Cinta Irish.
51 Pulau Makam Kuno Ke Dua Milik Jendral Api
52 Berkontrak dengan Irish dan Sarah.
53 Serangan Kelompok Assasin Black Rock bagian Awal.
54 Special Episode Pertemuan Jendral Karna dan Duyung Api nya Bagian Awal.
55 Special Episode Pertemuan Jendral Karna dan Duyung Api nya Bagian Akhir.
56 Serangan Kelompok Assasin Black Rock Bagian Ke Dua.
57 Serangan Kelompok Assasin Black Rock Bagian Akhir.
58 Berlayar Kembali Ke Planet Bumi.
59 Kamar Nomer 101 di Lantai Seratus AKPERTI.
60 Dosen Tercantik AKPERTI "BLUE STORM".
61 Kemunculan Mengejutkan "SARAH GREEN SNAKE".
62 Kembali Ke Masa 20 Tahun Yang Lalu Bagian Awal.
63 Kembali Ke masa Dua Puluh Tahun Yang Lalu Bagian Ke Dua.
64 Kembali Ke Masa Dua Puluh Tahun Yang Lalu Bagian Ke Tiga.
65 Kembali Ke Masa Dua Puluh Tahun Yang Lalu Bagian Akhir.
66 Komandan White Rock Kakak Kembar dari Komandan Black Rock.
67 Yuki Tiger.
68 Racun Kehidupan.
69 Rencana Jahat.
70 Anggota Ke Tiga "JENI GALGADOTH".
71 Special Episode: Jedi Tiger dan Vinic Tiger Bagian Awal.
72 Special Episode : Jedi Tiger dan Vinic Tiger Bagian Akhir.
73 Kedatangan Gisel Alba dan Luna Thunder.
74 Terciduk, Hubungan Terlarang Luna dan Arung Ketahuan.
75 Perjalanan Menuju Planet Merkurius.
76 Elemen Langka Ruang Hitam Aca Zord
77 Terciduk Oleh Jeni Galgadoth.
78 VIRAL.
79 Rencana Pembunuhan Jendral Es Bagian Awal.
80 Rencana Pembunuhan Jendral Es Bagian Akhir.
81 Jurus Perisai Angkasa Bagian Awal.
82 Jurus Perisai Angkasa Bagian Ke Dua.
83 Jurus Perisai Angkasa Bagian Akhir.
84 Samudra Zamrud Hijau Bagian Awal.
85 Samudra Zamrud Hijau Bagian Akhir.
86 Pulau Makam Kuno Ke Tiga.
87 Berlatih Jurus Teleportasi Bagian Ke Empat.
88 Rencana Gerakan Serangan Ujian Final AKPAVLA "GESUVLA" Jendral Es.
89 Jendral Mawar Ungu.
90 Reinkarnasi Jendral Kelabang Merah.
91 Serangan Ke Benteng Mawar Hijau.
92 SEA WARS Bagian Awal.
93 SEA WARS Bagian Kedua.
94 SEA WARS Bagian Ke Tiga.
95 SEA WARS Bagian Akhir.
96 ULAR PUTIH BERTANDUK SEMBILAN.
97 Bulan Madu Mendadak Irish.
98 Pil Penawar Racun Kehidupan.
99 Special Edition. Bangkitnya Dua Jiwa Naga Arung.
100 Special Edition : ULAR EMAS BERTANDUK SEMBILAN.
101 GESUVLA Bagian Ke Satu.
102 Kembali Ke AKPERTI.
103 Menikmati Suasana Hangat di Kota Awan Hitam.
104 Kembali Ke Benua Ular Bagian Ke Satu.
105 Kembali Ke Benua Ular Bagian Akhir.
106 Konser Errong Records.
107 ULAR GALAXI BERTANDUK SEMBILAN.
108 Bangkitnya Jiwa Ular Jeni dan Arung Bagian Ke Satu.
109 Bangkitnya Jiwa Ular Jeni dan Arung Bagian Akhir.
110 Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Satu.
111 Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Dua.
112 Ujian Final AKPAVLA Bagian Ketiga.
113 Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Empat.
114 Episode Special. Rayla dan Shayla Poison Snake.
115 Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Lima.
116 Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Enam.
117 Special Edition, Masa Kecil Dilla Azura dan Ibu Asuh nya Bella Azura Awal.
118 Special Edition, Masa Kecil Dilla Azura dan Ibu Asuh nya Bella Azura Akhir.
119 Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Tujuh.
120 Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Delapan.
121 Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Sembilan.
122 Ujian Final AKPAVLA Bagian Akhir.
123 GESUVLA Bagian Ke Dua.
124 GESUVLA Bagian Ketiga.
125 GESUVLA Bagian Ke Empat.
126 GESUVLA Bagian Ke Lima.
127 GESUVLA Bagian Ke Enam.
128 GESUVLA Bagian Ke Tujuh.
129 GESUVLA Bagian Akhir.
130 SEASON 1 TAMAT, NANTIKAN SEASON 2 NYA.
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Keluarga Bela Diri Kuno "Tiger".
2
Racun ular bertanduk sembilan
3
Makam Kuno Jenderal Api Kerajaan Jangbaek
4
Kitab jurus teleportasi tingkat alam dewa puncak
5
Ujian tahap awal di Rawa Siluman Air
6
Ujian tahap awal di Rawa Siluman Air bagian dua
7
Pernyataan cinta pendekar cantik Gisel Alba kepada Arungbijak Tiger
8
Reruntuhan kuno ibu kota Kerajaan Jang baek
9
Esensi Naga Putri Naga Kecil
10
Palu emas hitam surgawi
11
Harta surgawi Leluhur Naga Khayangan
12
Elemen legenda Api Hitam dan Lahar Biru
13
Ujian Tahap Ke Dua Kompetisi Bela Diri
14
Cambuk Qilin Emas Halilintar Surgawi
15
Hadiah dari Tuan Muda Quil
16
Makan Malam Keluarga Alba
17
Percobaan Pembunuhan Patriak Keluarga Alba.
18
Manuskrip Kuno Kitab Kultivasi Petir
19
Goa Giok Hijau
20
Nona Dark Quill
21
Bola Energi Berwarna Hijau
22
Shilla Tiger
23
Sage empat elemen alam
24
Bangkit nya elemen es Arung
25
Persiapan menuju Perpustakaan Kuno Kerajaan Jangbaek
26
Ngarai di Pulau Balighe
27
Perpustakaan kuno kerajaan Jangbaek
28
Warisan Klan Rubah Dewa.
29
Senjata Tingkat Alam Mahayana, Teratai Kebijaksanaan.
30
Black Hole terrors bagian awal
31
Black Hole Terrors bagian ke dua
32
Kembali ke Kota Awan Hitam
33
Kedatangan Xiao Mei Mei dan Nyonya Vinic.
34
Rencana Jahat Jenderal Berserker.
35
Final Ujian Tahap Dua Bagian Awal
36
Final Ujian Tahap Ke Dua Bagian Akhir
37
Serangan Ikan-ikan dari Langit bagian Awal
38
Serangan Ikan Ikan dari Langit Bagian Akhir.
39
Kemunculan Black Hole Dragon dan Naga Es Kuno.
40
Bola Penjara Pohon Dewa Air
41
Ujian Tahap Ke Tiga.
42
Racun Tapak Ular Beracun
43
Terdampar Ke Masa Lalu Bagian Awal.
44
Terdampar Ke Masa Lalu Bagian Ke Dua.
45
Terdampar ke Masa Lalu Bagian Akhir.
46
Malam Pertama Arung dan Xiao Mei Mei di Klan Xiao.
47
Kembalinya Kultivasi Wakil Komandan Luna.
48
Berlayar Menuju Planet Kuno Jupiter Bagian Ke Satu.
49
Berlayar Ke Planet Kuno Jupiter Bagian Akhir.
50
Ujian Cinta Irish.
51
Pulau Makam Kuno Ke Dua Milik Jendral Api
52
Berkontrak dengan Irish dan Sarah.
53
Serangan Kelompok Assasin Black Rock bagian Awal.
54
Special Episode Pertemuan Jendral Karna dan Duyung Api nya Bagian Awal.
55
Special Episode Pertemuan Jendral Karna dan Duyung Api nya Bagian Akhir.
56
Serangan Kelompok Assasin Black Rock Bagian Ke Dua.
57
Serangan Kelompok Assasin Black Rock Bagian Akhir.
58
Berlayar Kembali Ke Planet Bumi.
59
Kamar Nomer 101 di Lantai Seratus AKPERTI.
60
Dosen Tercantik AKPERTI "BLUE STORM".
61
Kemunculan Mengejutkan "SARAH GREEN SNAKE".
62
Kembali Ke Masa 20 Tahun Yang Lalu Bagian Awal.
63
Kembali Ke masa Dua Puluh Tahun Yang Lalu Bagian Ke Dua.
64
Kembali Ke Masa Dua Puluh Tahun Yang Lalu Bagian Ke Tiga.
65
Kembali Ke Masa Dua Puluh Tahun Yang Lalu Bagian Akhir.
66
Komandan White Rock Kakak Kembar dari Komandan Black Rock.
67
Yuki Tiger.
68
Racun Kehidupan.
69
Rencana Jahat.
70
Anggota Ke Tiga "JENI GALGADOTH".
71
Special Episode: Jedi Tiger dan Vinic Tiger Bagian Awal.
72
Special Episode : Jedi Tiger dan Vinic Tiger Bagian Akhir.
73
Kedatangan Gisel Alba dan Luna Thunder.
74
Terciduk, Hubungan Terlarang Luna dan Arung Ketahuan.
75
Perjalanan Menuju Planet Merkurius.
76
Elemen Langka Ruang Hitam Aca Zord
77
Terciduk Oleh Jeni Galgadoth.
78
VIRAL.
79
Rencana Pembunuhan Jendral Es Bagian Awal.
80
Rencana Pembunuhan Jendral Es Bagian Akhir.
81
Jurus Perisai Angkasa Bagian Awal.
82
Jurus Perisai Angkasa Bagian Ke Dua.
83
Jurus Perisai Angkasa Bagian Akhir.
84
Samudra Zamrud Hijau Bagian Awal.
85
Samudra Zamrud Hijau Bagian Akhir.
86
Pulau Makam Kuno Ke Tiga.
87
Berlatih Jurus Teleportasi Bagian Ke Empat.
88
Rencana Gerakan Serangan Ujian Final AKPAVLA "GESUVLA" Jendral Es.
89
Jendral Mawar Ungu.
90
Reinkarnasi Jendral Kelabang Merah.
91
Serangan Ke Benteng Mawar Hijau.
92
SEA WARS Bagian Awal.
93
SEA WARS Bagian Kedua.
94
SEA WARS Bagian Ke Tiga.
95
SEA WARS Bagian Akhir.
96
ULAR PUTIH BERTANDUK SEMBILAN.
97
Bulan Madu Mendadak Irish.
98
Pil Penawar Racun Kehidupan.
99
Special Edition. Bangkitnya Dua Jiwa Naga Arung.
100
Special Edition : ULAR EMAS BERTANDUK SEMBILAN.
101
GESUVLA Bagian Ke Satu.
102
Kembali Ke AKPERTI.
103
Menikmati Suasana Hangat di Kota Awan Hitam.
104
Kembali Ke Benua Ular Bagian Ke Satu.
105
Kembali Ke Benua Ular Bagian Akhir.
106
Konser Errong Records.
107
ULAR GALAXI BERTANDUK SEMBILAN.
108
Bangkitnya Jiwa Ular Jeni dan Arung Bagian Ke Satu.
109
Bangkitnya Jiwa Ular Jeni dan Arung Bagian Akhir.
110
Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Satu.
111
Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Dua.
112
Ujian Final AKPAVLA Bagian Ketiga.
113
Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Empat.
114
Episode Special. Rayla dan Shayla Poison Snake.
115
Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Lima.
116
Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Enam.
117
Special Edition, Masa Kecil Dilla Azura dan Ibu Asuh nya Bella Azura Awal.
118
Special Edition, Masa Kecil Dilla Azura dan Ibu Asuh nya Bella Azura Akhir.
119
Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Tujuh.
120
Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Delapan.
121
Ujian Final AKPAVLA Bagian Ke Sembilan.
122
Ujian Final AKPAVLA Bagian Akhir.
123
GESUVLA Bagian Ke Dua.
124
GESUVLA Bagian Ketiga.
125
GESUVLA Bagian Ke Empat.
126
GESUVLA Bagian Ke Lima.
127
GESUVLA Bagian Ke Enam.
128
GESUVLA Bagian Ke Tujuh.
129
GESUVLA Bagian Akhir.
130
SEASON 1 TAMAT, NANTIKAN SEASON 2 NYA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!