Bab 15

"Ayo turun," pinta Cello yang sudah di depan hotel. Sepanjang perjalanan setelah makan sate Aris tampak lebih murung dan diam. Cello pasti jelas paham dan membiarkannya kali ini tidak akan mengganggu hingg mereka sampai di lobi hotel. Aris tidak kunjung kembali pada dunianya nyatanya.

"Woy, jangan sampe di sini kamu kerasukan jin ya, jangan bengong lagi. Ini udah tengah malam. Turun!" ucap Cello yang nadanya sudah naik satu oktaf.

"Huf," menghela nafas beratnya lalu keluar dari mobil. Mengikuti langkah Cello masuk ke dalam dan sudah di bereskan semuanya oleh Cello.

Cello paham jika Aris selalu menginap sendiri dalam kamarnya, tidak pernah mau berbagi. Kebiasaan itu sudah di pahami Cello dari muda.

Akhirnya keduanya berpisah masuk ke dalam kamar masing masing, Cello sendiri langsung membersihkan diri lalu pulas tertidur, lelah sudah pasti. Bekerja dan di paksa mengemudi ke Bandung.

Beda dengan Aris yang setelah membersihkan diri keluar di balkon kamar hotelnya dan menghisap rokok yang sudah ia bakar. Memandangi langit yang hitam pekat, seolah langit selalu membuatnya mengerti posisinya saat ini. Gelap gulita di dalam hati Aris.

"Semoga saja orang tuamu berbohong padaku, jika kamu tidak disini. Hatiku seakan berdebar hanya akan kerumah Mama dan Papa," ucap Aris.

Rasa yang berbeda yang di rasakan kali ini, saat dengan Laura debar debar ini tidak hadir di hatinya.

"Kembalilah Na," kembali Aris berucap dengan menatap langit malam ini.

Benar benar Aris tidak bisa tidur malam ini, setiap hari mencium dan memeluk wangi dari baju Liana tapi malam ini ia tidak membawanya. Sudah di pastikan begadang Aris dengan duduk di balkon menghisap nikotin dadi cerutu di tangannya. Habis bakar lagi terus tanpa henti, hingga jam lima Aris kembali mandi dan bersiap menuju rumah mertuanya yang jaraknya hanya lima belas menit dari hotel tempat menginapnya.

"Cello, Cel," mengetuk pintu kamarnya.

"Hem, ini masih pagi, Ar. Aku masih mengantuk. Kamu bawa saja mobil sendiri," ucap Cello yang membukakan pintu lalu memberikan kunci mobilnya.

"Mandi, sekarang! Atau aku tinggalkan disini!" ancam Aris sudah mode arogan kembali.

"Ck! Menyebalkan! Ini masih jam 5 Ar, jam delapan ya," pinta Cello.

"Mau atau tinggal!" kembali ancaman Aris.

"Tunggu!" ucap Cello yang akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.

Bukan apa apa jika Aris sendiri kesana dan bisa mengamuk yang ternyata tidak ada istri dan anaknya. Mertuanya bisa kelimpungan dan bingung melihat Aris nantinya.

"Susah menjaga anak besar itu," keluhnya di dalam kamar mandi.

Setengah jam kemudian sudah berada di dalam halaman rumah mertuanya. Aris masih tidak bergerak dari dalam mobilnya. Seakan ada ketakutan dan keraguan bercampur bersamaan.

"Ayo keluar! Udah sampe malah bengong!" kesal Cello.

Sengaja Cello lakukan hal itu, walau terlihat jelas mata panda di wajah sepupunya itu. Namun memilih pura pura tidak melihat hal itu.

"Oke," jawab Aris yang mengatur nafasnya.

Tok!

Tok!

"Assalamualaikum," ucap Aris.

Tidak lama kemudian tidak lama pembantunya membuka pintu dan mempersilahkan Aris dan Cello di kenalnya untuk duduk di sofa.

"Aris," sapa Nabila.

"Ma, Pa," Aris salim pada keduanya bergantian.

"Om, Tan," sapa Cello yang ikut salim pada keduanya.

"Ada apa kalian kesini tumben, apalagi pagi pagi sekali? Apa ada meeting di sekitar sini, Ar. Apakah kalian tidak membawa anak dan istrimu?" Tanya Nabila dengan memborong pertanyaan.

Deg!

Apa! Mereka tidak disini. Wajah Mama terlihat jelas jujur, menanyakan mereka. Lalu mereka dimana? Batin Aris.

"Iya, Ma. Ada meeting disini, nanti akan aku bawa jika kesini berlibur. Ini hanya meeting di siang hari ini. Makanya aku mampir kesini dan sekalian menengok Mama dan Papa," bohongnya Aris yang sambil tersenyum.

Munafik! Batin Cello.

"Ya sudah kalau begitu kamu pasti lelah, istirahat saja di atas di kamar Liana, Mama akan panggilkan jika sarapan sudah siap." pinta Nabila.

"Iya, Ma." jawab Aris.

"Cello ada hal yang mau Om tanyakan seputar kerjaan apakah bisa membantu?" Tanya Morgan.

"Boleh, Om." jawab Cello.

Aris yang sudah pergi menuju kamar Liana yang sudah di beritahukan oleh artnya tadi.

Merebahkan tubuhnya yang memang sangat lelah semalaman begadang, dan kini seakan mengantuk itu datang begitu saja. Aroma Liana yang kental di kamar yang memang sudah satu tahun lebih tidak pernah di tinggalinya.

Nyenyak dan terlelap sudah Aris. Bahkan setelah sarapan siap pun harus rela Aris tinggalkan. Tidak tega membangunkan menantunya yang tengah terlelap. Hingga sarapan hanya bertiga saja.

"Terima kasih, Cello. Sudah membantu Om, ini sangat membantu jalan buntu. Suatu keberuntungan Om bisa dibantu olehmu," ucap Morgan.

"Jangan begitu, Om. Aku juga masih sama belajar dan harus semangat dalam bekerja. Jika Om masih membutuhkan bantuan dariku bisa langsung call," ucap Cello yang tidak enak.

Hadeh mana tuh bocah! Enak enakan tidur lagi disini. Aku yang harus jadi tumbal lagi ini sih. Kebiasaan amat! Batin Cello.

Sampai di jam makan siang Aris terbangun dan juga langsung masuk ke kamar mandi dan melihat sekeliling tampak rapih dan memang gaya Liana bersih dan tertata, bahkan mudah di temukan walau baru masuk Aris disana. Semuanya seperti yang di apartemennya. Ada keterangan setiap yang di tempatkannya.

Jagalah kebersihan. Kebersihan membawa jiwa yang sehat.

Kata kata itu salah satunya yang sama ada di kamar ini dan kamar apartemennya.

Sungguh semakin rindu, walau tidak ada Liana namun Aris masih mudah menemukan apapun disana.

Liana oh Liana! Batin Aris.

Setelah itu barulah ia turun kebawah. Mulut Cello seakan gatal jika tidak mengatai sepupunya itu.

"Betah romannya disini. Sarapan saja sama di lupakan!" oceh Cello.

"Ayo Ar, Makan siang dulu. Apakah kamu tidak lapar? Sarapan sudah kamu tinggalkan tadi," pinta Nabila.

"Iya, Ma." Jawab Aris yang duduk disana.

Saat menyuapkan nasi dan lauk ke dalam mulutnya.

Inikan rasa Liana? Apakah benar tidak ada disini? Batin Aris.

Mata yang mencari sosok yang sebenarnya memang tidak ada disana.

"Kamu cari siapa?" Tanya Morgan.

"Ini seperti masakan Liana, Pa," ucap Jujur Aris.

"Ini Mama yang masak, memang Liana duplikat Mama. Dia yang pandai memasak. Kamu pasti rindu dengannya ya, nanti juga kan kalian bertemu lagi." ucap Nabila.

"Oh, jadi ada yang rindu nih," goda Cello.

"Masakan keduanya sama sama enak dan hanya membedakan istriku yang lebih memanjakan lidah," puji Morgan dan tersipu sudah Nabila disana.

Dan sontak tertawa bersama mereka. Melihat keakraban disana yang semakin membuat Aris merindukan istrinya yang sudah ia sia sia kan.

Liana, kembalilah! Kemana lagi aku harus mencarimu! Apakah belum cukup menghukumku! Batin Aris.

...****************...

Terima kasih atas dukungan kalian dan selalu memberikan hadiah. Mommy sangat terharu dan bahagia kerja keras menghalu di berikan penghargaan.

Like dan komentarnya di tunggu ya.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99 *Tamat*
100 Promo karya baru
101 promo karya baru
102 promo karya terbaru
103 promo karya terbaru
104 Promo karya terbaru
105 promo karya terbaru
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99 *Tamat*
100
Promo karya baru
101
promo karya baru
102
promo karya terbaru
103
promo karya terbaru
104
Promo karya terbaru
105
promo karya terbaru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!