Setelah berpamitan pada kedua mertuanya dengan alasan melanjutkan meetingnya, namun yang sebenarnya adalah kembali lagi ke jakarta. Setelah badannya yang segar Aris yang kini ganti yang mengemudikan mobilnya.
"Aku lelah! Kurang tidur!" perintah Cello yang makin berani menyuruh bosnya.
"Kali ini aku maafkan. Mumpung aku lagi baik," ucap Aris yang memang ada senang ada sedihnya keluar dari rumah mertuanya. Tapi lebih banyak senangnya, bagaimana tidak, album masa kecil istrinya sudah dia bawa atas izin mertuanya. Dan satu mengambil saju Liana yang tergantung di lemarinya di masukkan secara sembunyi oleh Aris.
"Dasar ga tahu diri!" omelnya yang melihat Cello sudah pulas tertidur disampingnya.
Sepanjang perjalanan Aris terus berfikir kemana harus mencari istrinya. Bahkan sampai banyak berfikirnya ia di sepanjang perjalanan hingga telah sampai di apartemennya. Perjalanan tiga jam di lalui sangat singkat oleh Aris.
"Aku kerjai!" ucap Aris yang masih membiarkan Cello di dalam mobil.
Aris berganti pakaian dan juga membuka laptopnya, memang hari ini Aris free ingin mencari keberadaan istri dan anaknya yang di gantikan oleh Aldi. Membantu anaknya untuk memberikan waktu lebih banyak agar bisa usahanya maksimal.
Saat Aris baru saja membuka layar laptopnya, pintu apartemennya di buka secara kasar.
Brak!
"Sialan, Ar! Kenapa ga bangunin aku!" Kesal Cello yang sudah basah bajunya. Karena memang kunci cadangan sengaja di tinggalkan di saku kemeja Cello oleh Aris. Sudah pasti panas dan gerah yang akan nanti membangunkannya. Dan itu terbukti saat ini di mata Aris baju nya basah dan tampak keringat masih bercucuran dari wajahnya.
Aris hanya tertawa dan cekikikan melihat berhasil telah mengerjainya. Puas sudah dan lelahnya menyetir terbayar dengan Cello seperti ini.
"Huh!" Cello yang masuk ke kamar Aris yang biasa di tempati langsung membersihkan diri dan berganti pakaian yang ada disana aja.
Aris kembali lagi matanya ke layar monitor, meminta bantuan pada orang kepercayaan Daddynya kali ini yang masih aktif di dalam organisasinya.
"Om bantu aku carikan mereka," Aris via telp.
"Memang mereka kemana, Ar?" Tanya Sendi.
"Memang mereka di tangkap oleh kelompok atau organisasi?" Tanya kembali Sendi.
"Sepertinya tidak, Om. Mereka pergi dari ku entah kemana. Tapi sudah lebih dari sepuluh dari tidak kunjung ketemu." ceritanya Aris.
"Jika begitu, aku meminta maaf sepertinya tidak bisa banyak membantumu. Karena memang itu masalah keluargamu sendiri. Jika bisa aku menyarankan adalah cobalah meminta bantuan dari keluargamu sendiri. Intropeksi dirimu dan banyak perbaiki diri. Bukan berarti aku sok menggurui loh, hanya selihat sikapmu yang arogan dan dingin pada istrimu," jelas Sendi yang sangat berhati hati mengucapkannya.
Siapa sih yang tidak tahu jika itu adalah ulah Vira dan Aldi. Namun tidak punya kuasa semuanya sebelum dapatkan izin untuk membukanya. Hanya klu klu saja yang masing masing memberitahukan Aris.
"Baiklah, Om. Terima kasih." Aris mengakhiri telp nya dan melihat ke laptop namun pikiran dan hatinya tidak saling menyatu.
Di bukanya tas dan disana ada album foto milik Liana, bersama kembarannya almarhum istri pertamanya.
"Jika aku perhatikan mereka tampak berbeda. Mempunyai daya pikat yang berbeda, tidak di pungkiri keduanya sama sama cantik. Aki sudah merelakan dan melepaskan hati yang selalu bersalah padamu, Laura. Hidupku telah terisi yang entah itu dia masuk karena aku baru menyadari itu setelah kepergiannya. Cinta pertamaku adalah memang dirimu Laura, namun berbeda dengan Liana masuk yang terlalu dalam di hatiku yang bahkan bisa menghapus namamu. Bantu aku cari istriku yang juga adikmu," ucap Aris yang terus memandang si kembar yang masih lucu di usia yang masih belia.
"Hey, Ar. Malah bengong!" tegur Cello yang baru keluar dari kamar yang sudah wangi saat ini.
"Aku cari mereka kemana lagi ya?" Tanya Aris.
"Entahlah, toh kamu suaminya," jawab Cello yang mengangkat bahunya.
"Iya aku suaminya. Tapi bantulah aku mencari mereka," pinta Aris.
"Apa masih kurang waktuku selalu menemanimu? Bahkan waktu untuk mencari pacar saja tidak ada, mau apa lagi yang supaya kamu puas memerintahku," kesal Cello.
"Puas saat aku bisa menemukan mereka," ucap cepat Aris.
"Bisa mati berdiri lebih dulu!" kesal Cello yang meninggalkan Aris di ruang utama. Cello masuk ke dapur dan mengambil minuman untuknya.
Jangan lupa tutup kembali pintu lemari pendingin.
Tulisan itu terpampang jelas di pintu kulkas Aris di apartemennya.
Pantas selalu rindu, Ar. Liana terlalu teliti dan rapi, mudah untuk di sukai. Batin Cello.
Sudah lama tidak pernah masuk ke dalam apartemen Aris. Karena memang perintah Aris hanya meminta Liana untuk memasukkannya ke dalam. Cello hanya membiarkan mobil terparkir di dalam saja.
Jangan terlalu banyak konsumsi gula! Mencegah lebih baik dari pada menjadi penghuni rumah sakit.
Lagi lagi Cello tersenyum. Dan matanya melihat ke arah berlawananan.
Ingat makan sayur lebih sehat!
"Ini nih yang semakin buatnya rindu. Jangankan dia! Aku saja bisa langsung membayangkan Liana yang mengakatakannya langsung," ucap Cello yang sudah selesai minum minumannya.
"Malang nasibmu, Ar. Keluargamu di balik ini semuanya," lirih Cello yang melihat dari arah dapur.
"Bantu aku, Cello!" pinta Aris yang langsung Cello duduk di sampingnya.
"Ini apa?" Tanya Cello ada album di sampingnya.
"Ini miliku, jangan buka!" Tarik album di tangan Cello.
"Ck! Pelit! Tahu itu punyamu. Tapi apa isi di dalamnya juga, masih main rahasia rahasiaan," ucap Cello yang bertalak pinggang.
"Ini khusus untukku saja!" oceh Aris.
"Bantu aku, cari mereka apakah ada jalan ke luar negeri. Cek semua penerbangan dari mulai kepergiannnya. Dan cek juga jalur KAI, ingat segera!" perintah Aris.
"Itu bukan minta tolong, Ar. Namanya perintah!" ucap Cello.
"Nanti besok saja, aku mau tidur dulu. Masih ngantuk tau," lanjut Cello.
"Aku laporkan pada Aunty Cindy kalau kamu tidak bergerak sekarang!" ancam Aris.
"Okelah! Suka banget sama ancam ancam!" ocehnya Cello yang akhirnya keluar dari apartemennya Aris.
Sudah tiga hari berlalu dan hasil dari Cello pun tidak menemukan jejaknya. Dan kini Aris terduduk dan termenung di kantornya.
"Kemana lagi aku harus menemukanmu? Bersembunyi dimana? Sampai aku tidak bisa menemukan kalian. Dua minggu tanpa kalian," lirih Aris. Yang benar benar tidak nafsu makan dan secara perlahan bobot tubuhnya berkurang.
Sementara Liana mendapatkan video Aris yang berusaha mencarinya. Hanya bisa menangis dan bersedih, sama sakitnya dihatinya saat ini. Tidak tega dan ingin rasanya bertemu namun belum saatnya, harus rela menahannya.
Siapa lagi jika bukan dari Celline, dan memberikan semua informasi itu.
"Bagaimana Kak?" Tanya Celline lewat chat.
...****************...
Terima kasih atas kesetiaannya yang selalu menyukai karya mommy.
Like dan komentarnya di tunggu ya.
Kalau punya vote boleh di kasih ke sini ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments