Bab 9

Ga biasanya telat? Sampe malam begini ga datang? Apakah Dira sakit? Tapi tidak ada kabar? Apakah aku haris telp lebih dulu? Sepertinya ga mungkin, seperti menurunkan harga diriku saja.

Biarlah! Jika memang tidak mau kesini! Masa bodoh! Batin Aris.

Aris diam terlebih dahulu, untuk menjawab berongan pertanyaan dari keluarganya.

"Aku tidak tahu," jawab Aris dan segera pergi dari sana agar tidak mendapatkan lagi banyak pertanyaan.

"Bisanya kabur, Dad. Lihat anakmu!" sesal Vira.

"Kabur sekarang nanti belum tentu. Bisa bisa dia akan terus mengekor kita," bisik Aldi.

"Udah bersikap normal dan desak terus Aris," lanjut Aris.

"Tapi dia pergi ke kamarnya, ga seru!" ucap Vira.

"Biar kami yang lanjutkan, Mom, Dad," senyum smirk dari si kembar.

Tok!

Tok!

"Apa?" Tanya Aris yang membuka pintu kamarnya ada si kembar.

"Masuk dulu lah," main selonong ke dalam si kembar dari samping kakaknya.

"Eh ga sopan main masuk aja!" protes Aris.

"Kakak harus dapet hukuman dari kami, karena ga bawa anak dan istrinya. Kami kangen sama Dira! Telp sekarang!" rengek Ad.

"Telp aja sendiri!" tolak Aris.

"Hpku lagi di isi daya, Kak," alasan Ad yang tentu saja itu tidak benar.

"Jangan tanya hpku jika malam low dan belum aku isi daya," buru buru An menjawab saat mata Aris mengarah padanya.

"Ayolah, Kak," rengek keduanya yang memegang tangan kakaknya.

Mau tidak mau akhirnya Aris mengambil hpnya dan mencari nama istrinya.

Nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan.

"Sekali lagi, Kak,"pinta Ad.

Nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan.

Terdiam semuanya.

"Tumben?" cletuk Aris.

"Yah kenapa sih pake ga bisa di hubungi?" pura pura kesal Ad.

"Hpnya lagi di isi daya kali sama seperti kalian," berusaha logis Aris.

"Ya sudahlah!" jawab An lalu keluar membawa kembarannya.

Setelah keluar dan masuk ke dalam kamarnya Ad. Berdua tertawa terbahak bahak melihat wajah cemas walau sebentar terlihat jelas oleh keduanya.

"Belum sehari udah begitu!" ucap Ad.

Untung saja kamarnya kedap suara, jadi mau tertawa, menangis ataupun membanting benda sekalipun tidak akan terdengar.

"Lihat besok terutama besok malam saat di apartemennya tidak ada mereka. Tapi cctv amankan?" An yang takut terbongkar cepat.

"Aman, semuanya Farah sudah handle dan juga Kak Cello. Mommy dan Daddy pasti main bersih," ucap Ad.

"Syukurlah. Tapi apakah mereka sudah sampai?" Tanya An.

"Sebentar coba aku tanyakan," cepat Ad menghubungi Liana yang sudah mengganti nomor yang sudah di siapkan oleh keluarganya. Hanya keluarganya yang bisa telp tentunya.

"Hallo, Kak," sapa An yang baru terhubung.

"An, kami baru sampai. Bantu sampaikan ke Mommy, Daddy ya. Besok pagi aku kabari kembali, Dira lelah dan mau aku pindahkan dulu," ucap Liana.

"Oke, Kak." ucap An.

"Aman," lega Ad.

Lalu si kembar segera ke kamar orang tuanya untuk memberi tahukan jika kakak iparnya dan Celline baru tiba.

Sementara di sebuah desa terpencil dengan fasilitas yang mewah. Baru tiba Liana dan Celline disana. Rumah yang sangat nyaman dan hanya beberapa tetangga disana.

"Kak Nana, pakai kamar itu di sebelahnya," pinta Celline.

"Ini si mbok yang menjaga rumah ini dan akan membantu kalian disini." lanjut Celline mengenalkan yang mengurusi rumah ini.

"Malam Si mbok," sapa Liana setelah menidurkan Dira di kamar.

"Iya, Non, kalau butuh apa apa bisa panggil mbok," ucap Si mbok.

"Ya sudah ini sudah malam, besok lagi di lanjutnya," ucap Celline.

"Oke," jawab Liana yang kemudian masuk ke kamarnya.

Membersihkan diri lebih dulu sebelum bergabung dengan Dira di atas tempat tidur.

Aku menantikan reaksimu, Mas. Batin Liana.

Saat menatap dirinya di meja rias depan cerminnya.

"Semoga saja keluargamu tidak salah melakukan hal ini. Namun yang terjadi sebaliknya aku sudah siap menerimanya." ucap Liana seorang diri.

"Kak Rara, apakah sesulit itu dulu membuat Mas Aris jatuh hati padamu?" lanjutnya di depan cermin.

"Aku bahkan lupa meminta penjelasan itu dari Mama dan Papa, akhirnya aku selama satu tahun ini punya suami berasa janda," Liana yang memelas dirinya sendiri.

Hari telah berganti, pemandangan desa di pagi hari tampak sejuk, asri dan banyak hijauan di sekeliling. Maklum saja kebun teh di belakang rumah ini.

"Ayo, kita keliling pagi pagi," ajak Celline.

"Ayo!" jawab Dira.

Liana yang baru selesai dengan si mbok menyiapkan sarapan, harus ikut bersama keduanya berkeliling kebun teh yang masih milik keluarganya.

"Seneng ga sayang disini?" Tanya Celline.

"Ce neng, Ty. Dila au di cini aja," ucapnya.

Celline tersenyum melihat Dira betah dan nyaman berada di tempat yang baru.

"Ma, ma, oleh?" Tanya Dira yang menarik tangan Liana.

"Tentu, Sayang." ucap Liana yang tersenyum.

"Ole, ole. Dila cuka," gembira sekali anak ini hingga berlari lebih dulu ke depan.

"Jangan lari lari, Sayang. Hati hati banyak batu," pinta Liana yang akhirnya mengejar anaknya.

Ha!

Ha!

Ketiganya tertawa dan menyantap sarapan yang sengaja di bawa oleh Liana. Sudah berada di gazebo di tengah kebun teh itu.

Sambil menyantap sarapan dan memandang hijaunya daun teh yang sangat banyak membuat mata jadi seger. Hati menjadi tenang dan damai.

"Mau nambah Sayang?" Tanya Liana.

Di angguki Dira lalu Liana memberikan sedikit lagi nasi dan lauknya di piring plastik yang di bawanya.

Dira sudah bisa makan sendiri, mandiri dan pengertian. Itulah yang di ajarkan oleh Liana. Persiapan akan anaknya jika suatu saat tidak lagi bersama dengannya. Sesiap itu kah Liana.

Di lanjut pergi ke pasar menggunakan sepeda motor yang ada di rumah ini, ketiganya sengaja pergi berbelanja sekalian ingin tahu letak dan suasana disana. Tida melulu di rumah seperti di apartemennya.

"Mau buah, Sayang?" Tanya Liana saat mata Dira menatap buah naga kesukaanya.

"Au, Ma," jawab Dira dengan mengganggukkan kepalanya juga.

"Biar, Aunty yang bantu belikan. Kalian tunggu di sini, sudah banyak yang kita borong,"ucap Celline.

Kemudian kembali ke rumah dengan belanja yang cukup bisa bertahan tiga hari. Supaya tidak bolak balik di sana.

Celline yang tetap menemani sampai satu minggu, pastinya dengan alasan logis untuk Aris jika suatu saat nanti di tanyakan.

*

Semantara di rumah Aldi terjadi kehebohan di pagi ini.

"Mom, Dad. Aku akan pulang dulu sebelum ke rumah Opa Adi," pamit Aris.

"Sarapan dulu, Ar. Ini sudah jam delapan. Ga baik nahan lapar," pinta Vira.

Tanpa mau menolak Mommynya akhirnya sarapan lebih dulu. Setelah selesai sudah bersiap pergi.

"Tumben balik ke apartemen? Memang ada apa?" Tanya Aldi.

"Liana dari semalam tidak bisa di hubungi, ya sudah aku pamit dulu, Mom, Dad," pamit Aris yang mencium telapak tangan kedua orang tuanya.

Bergegas menyalakan mobil dan menuju apartemennya. Bahkan terlihat buru buru masuk ke dalam dan saat membuka pintunya. Aris menarik nafasnya terlebih dahulu.

Ceklekkk!

Pintu terbuka. Namun kosong!

Setelah masuk dan mengetuk pintu kamar Liana, tapi tidak ada jawaban. Memberanikan diri Aris membuka pintu kamar itu.

Kosong!

Kemana mereka? Batin Aris.

Segera melihat lemari pakain dan tasnya tidak ada yang berubah.

...****************...

Terima kasih semuanya yang selalu mendukungku.

Bagaimana dengan Aris???

Like dan komentarnya ya di tunggu.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99 *Tamat*
100 Promo karya baru
101 promo karya baru
102 promo karya terbaru
103 promo karya terbaru
104 Promo karya terbaru
105 promo karya terbaru
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99 *Tamat*
100
Promo karya baru
101
promo karya baru
102
promo karya terbaru
103
promo karya terbaru
104
Promo karya terbaru
105
promo karya terbaru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!