"Memang Cello bisa bantu apa?" Adi yang bersuara saat Cello di tarik paksa oleh Aris.
"Katanya di suruh cari mereka! Ya ini aku lagi berusaha mencari, Opa. Telp Mama dan Papa sudah dan tidak ada disana. Aku takut mereka di culik saat di jalan arah ke rumah Daddy. Liana tidak punya teman disini dan juga tidak pernah keluar. Cek cctv juga tidak ada yang mencurigakan," akhirnya Aris jujur yang berucap panjang kali lebar di ruang keluarga.
"Apa kalian tidak peduli dengan anak dan istriku?" Kesal Aris yang seolah tidak ada yang mau membantu.
"Tidak salah dengan ucapanmu, Kak?" Tantang Ad.
"Sati tahun ini apakah Kakak peduli pada mereka? Memberikan perhatian, memang uang kakak mencukupinya. Namun apakah kasih sayang kakak berikan? Cuma bisa bersikap dingin dan arogan, betul?" ejek An kali ini yang biasanya banyak diam. Geram juga ingin mengatai kakak sulungnya.
"Satu lagi, satu tahun sudah cukup bagi Kak Nana bersabar, jangan mencarinya jika kakak akhirnya akan sama sikapnya," lanjut Ad yang memanasi.
"Bukannya Mommy dan Daddy tidak sayang pada mereka, tapi itu tanggung jawabmu sebagai kepala keluarga, aku bersyukur Liana pergi membawa Dira. Setidaknya nyaman dengan kehidupannya nanti tidak di bayang bayangi sikapmu yang acuh." sekak mat Vira.
Tetap saja Aris yang terus menyeret Cello masuk ke dalam ruang kerja Opanya.
"Aku pinjam Opa," pinta Aris.
"Mau apa?" Tanya Cello yang di paksa duduk di bangku kebesaran Opanya.
"Cari Liana dari hpnya!" perintah Aris.
"Huf, sabar! Untung saudara!" ucap Cello.
Kemudian Cello mencari seperti yang di inginkan oleh Aris namun naas hasilnya nihil. Dan itu hanya berjarak satu kilo dari apartemennya.
"Cepat cari hp di tempat yang sudah aku kirim!" perintah Aris pada seseorang di sana.
"Cari gambarnya melalui CCTV jalan," perintah Aris pada Cello.
"Lihat hanya disini," ucap Cello yang hanya bisa melihat Liana dan Dira keluar dari mini marker samping apartemennya.
"Apakah di culik sana?" Tanya Aris.
"Aku tidak tahu? Apakah kamu mendapatkan telp? Oh aku salah, belum tentu Liana ingat nomormu. Coba cek pisik ho Liana. Apakah itu sengaja di buang untuk memberikan petunjuk," akhirnya Cello tidak tega juga. Melihat wajah khawatir Aris yang tidak pernah di lihatnya.
Aris yang tadinya mondar mandir di ruangan itu sambil menunggu Cello, namun berhenti saat mendengar ucapan Cello.
"Ya, ada benarnya. Tunggu disini. Mereka pasti tidak lama akan datang," ucap Aris.
"Duduklah, Ar! Aku pusing melihatmu begitu!" kesal Cello.
"Bagaimana bisa duduk? Aku belum tahu dimana mereka? Ini sudah satu hari!" bentaknya.
"Ya sudah, aku keluar dulu. Lapar tahu!" Cello bangkit dari sana dan meninggalkan Aris sendiri.
Setelah benar benar menutup pintunya dan langsung Cello berlari ke ruang keluarganya.
"Gaes, gaes.... Dengar ini!" jahat memang Cello bersenang senang di atas penderitaan saudaranya.
Semuanya menghambur pada Cello dan mengerumuninya.
"Katakan, Kak! Jangan bikin penasaran!" ucap Ad.
"Dengar ini!" ucap Cello yang langsung membuka rekaman suara saat beda di dalam ruang kerja tadi.
Tidak hanya si kembar, Farah tapi Vira juga ikut mendengarkan itu.
Ha!
Ha!
Ha!
Sontak saja langsung tertawa semua mendengar aksi Aris yang sudah jelas khawatir dan gelisah. Tidak dapat menemukan titik terang. Terlebih sudah satu hari tidak ada kabar dan telp yang di pikir mereka di culik.
"Aku menang!" sorak Ad.
"Belum tentu, Kak," tolak An.
"Lihat sampai akhir dulu, apakah kakak akan berubah atau tidak! Itu bari adil," lanjutnya.
"Ga, pokoknya kata Mommy kakak khawatir atau tidak. Benarkan, Mom?" ucap Ad yang mencari pembelaan.
"Ish, jangan curang, Kak." ucap An.
"Sudah, sudah. Kalian tunggu dulu, sikap kakak selanjutnya. Persiapkan diri kalian yang akan menjadi pusat tugas selanjutnya," Vira melerai dan juga mengingatkan.
"Haish, tapi untung kami ada tugas di luar kota dengan Aunty Axel di Bali," ucap cepat Ad.
"Benar, Mom. Besok pagi kita berangkat dan akan survey lokasi. Karena memang ada tiga calon pengantin yang akan di sana," ucap An tenang.
"Mampus sudah! Aku akan kena!" Kesal Cello.
"Nikmatilah, Kak!" ejek Ad dan Ad bersamaan.
"Untung aku masih kuliah," ucap Farah.
"Cepat sana kembali, sebelum kakak mencari!" ucap Ad.
"Oke," jawab Cello.
Meninggalkan para wanita di bawah dan kembali ke dalam ruang kerja yang masih tetap sama tingkah Aris yang bolak balik itu.
"Duduklah, Ar.!" pinta Cello.
"Mereka lama sekali hanya mengambil hp saja," gerutu Aris.
Sementara di bawah tempat keluarga mereka sudah tertawa terbahak bahak itu baru mendengar suara Aris. Apalagi jika melihat langsung seperti Cello sekarang? Bisa di bayangkan sebahagianya mereka melihat penderitaan kakak sulungnya.
Hingga setengah jam kemudian ada tamu dan anak buah Aris sudah membawa pesanan yang di mintanya. Cello yang mengambilnya dan setelah itu dia kembali lagi di kedalam.
"Ini hpnya," ucap Cello yang memberikan pada Aris.
"Iya memang inu miliknya, tapi kenapa rusak seperti ini? Apakah ini bisa di perbaiki?" bingung Aris yang seharusnya jika di buang tidak sampai hancur.
"Bisa, tapi lama. Setidaknya paling cepat satu minggu paling dan paling lama satu bulan," jawab Cello.
"Hah! Gila! Aku mau besok selesai! Paling lama tiga hari!" perintah Aris.
"Kerjakan sendiri kalau begitu! Aku tidak sanggup! Makanya kalau punya barang tuh di jaga, jangan sudah rusak minta di perbaiki," sindir Cello.
"Kamu menyindirku?" kesal Aris.
"Syukurlah kalau sadar diri!" oceh Cello.
"Kamu!" marah Aris.
"Apa! Apa ada yang salah dengan ucapanku!" tantang Cello.
"Sudahlah! Cepat perbaiki secepat yang kamu bisa," mengalah akhirnya Aris.
Aris tidak akan pernah menang untuk perdebatan kali ini. Memang sudah tahu jika ini salahnya. Tapi mau menyesal pun sudah terlambat.
Cepatlah kembali, aku merindukan kalian. Batin Aris.
Keluar Aris dari dalam sana. Sontak saja yang tadi menggunjingnya langsung terdiam.
"Aku pulang!" pamit Aris.
"Bagaimana pencarian mereka, Ar?" Tanya Vira
"Masih proses, Mom. Aku ingin istirahat di apartemen," ucap Aris.
Diangguki oleh Vira dan yang lainnya setelah itu Aris berpamitan dan keluar dari rumah keluarga Opanya.
"Apakah ini karma untukku?" lirih Aris yang di balik kemudinya.
"Semoga saja kalian selamat dan tunggu aku akan menjemput kalian," lanjutnya.
Hingga sampai di apartemennya. Kali ini Aris tidur di kamar Liana dan Dira seolah aroma disana bisa mengobati rasa rindunya. Tidur pulas malam ini Aris sendiri disana. Hingga tengah malam terbangun dan lapar.
"Aku merindukan masakanmu, Na," ucapnya yang kini Aris tengah memakan mie dalam cup yang instan di buatnya.
...****************...
Terima kasih atas kesetiaannya menanti up mommy.
Like dan komentar kalian di tunggu ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
harwanti unyil
udh pergi baru di cari dn di inginkan
2024-07-25
1
ziear
ho oh kak bener
2024-07-07
1
IKA UMY
kalo g gitu g kapok talah c Aris itu....
2024-07-07
2