Setelah satu minggu Liana tinggal di rumah Vira dan Aldi.
"Ar, lihatlah!" ucap Aldi.
"Apakah kamu tidak melihat itu!" lanjut Aldi.
"Katakan maksud, Daddy?" pinta Aris yang sepertinya sudah menebak akan ke arah mana.
"Huf, kamu berubah anakku. Bukalah kembali lembaran baru hidupmu, bahkan jangan terus menyiksa dirimu. Dira sangat nyaman dengan Liana, bahkan sudah lepas dari mommymu. Apakah kamu juga akan mengorbankan bayi kecil yang tidak berdosa, ikut dalam kubangan penyesalanmu," ucap Aldi.
"Menikahlah dengan Liana," lanjut Aldi.
Tatapan tajam Aris mengarah pada Aldi yang tampak tidak menyukai kata kata terakhir Daddynya.
"Tidak, Dad." tegas Aris.
"Pikirkan demi anakmu, Dira! Lusa Liana akan pergi!" ucap Aldi yang kemudian meninggalkan putranya sendiri di atas balkon kamarnya.
Yang tampak jelas Dira menurut dan tidak rewel bersama Liana.
"Modus!" sarkas Aris.
Yang memilih masuk dan menutup balkon kamarnya.
Hingga malam hari bergantian Vira yang masuk ke dalam kamar Aris.
"Jangan memaksa aku untuk menikahi dia, Mom! Aku tidak mau!" tegas Aris yang langsung menolak sebelum Vira berucap.
"Anak Mommy sudah berubah, mommy tidak pernah mendidik anak anak menjadi keras hati dan kejam. Pikirkan Dira, dia butuh kamu dan sosok ibu di sampingnya. Apakah ada yang se sayang itu padanya? Apakah kamu mau menggendong atau memeluknya? Aku kecewa padamu," lirih Vira yang merasakan kecewa sangat besar anak yang dari bayi tidak pernah di sentuh dan di gendong oleh ayah kandungnya dialah Adira Putri Pradana putri semata wayang Aris.
"Jika memang kamu tidak mau, relakan Dira di bawa oleh Nana. Setidaknya ada yang menginginkan hidupnya. Pengganti orang tua tunggalnya, Mommy yakin Liana mau membesarkannya. Dari pada disini dengan keluarga kita tapi tidak pernah dianggap keberadaanya oleh ayah kandungnya." sesal Vira yang sudah tidak bisa menahan diri lagi atas kekecewaannya pada anaknya ini.
Keluar sudah Vira dan langsung masuk ke dalam kamarnya memeluk Aldi, menangis sesegukan.
"Aku tidak pernah mengajarkan dan mendidik Aris seperti itu," lirih Vira yang terus terisak.
"Bukan kamu saja yang kecewa sayang tapi aku pun sama," ucap Aldi.
"Cobalah besok Mommy bicara dengan Liana lebih dulu tentang maksud perjodohan ini. Lusa akan kembali dia," pinta Aldi setelah beberapa menit Vira tenang.
"Mommy akan bicara dengannya," ucap Vira.
Esok hari tepat setelah sarapan Liana yang memang bekerja dari rumah jadi masih bisa terus bersama Dira. Tetapi besok sudah akan masuk ke kantor.
"Tante," sapa Liana.
"Tante senang kamu merawat Dira dengan baik. Bahkan Tante bisa bebas selama kamu disini," ucap Vira yang duduk bersama cucunya yang di gendong Liana.
"Aku jatuh cinta dan sayang banget sama Dira, Tan. Aku melihat dia seperti Kak Rara." ucap Liana yang tersenyum.
Kak, aku akan berusaha merawat dan menyayangi Dira seperti anak kandungku sendiri. Walau nanti aku menikah sekali pun aku tidak akan membedakan dengan anak kandungku.
Aku rasanya ingin selalu bersama dengannya, Kak. Dia adalah penggantimu yang bisa membuat aku tenang dan bahagia. Dan bersyukurnya Dira pun sama sepertiku yang nyaman.
"Boleh Tante meminta satu hal darimu?" ucap Vira.
"Katakan Tan, jika aku sanggup pasti aku penuhi," ucap Liana.
"Jadilah ibu sambung untuknya," ucap Vira.
"Tanpa diminta pun aku sudah menjadi ibu untuknya, Tan," enteng jawab Liana.
"Bukan itu, tapi jadi menantu Tante. Menikah dengan Aris," ucap jelas Vira.
"HAH!" terkejut Liana.
Menikah dengan kanebo dan es balok? Tidak! Tidak! Batin Liana menolah keras.
"Tidak mau ya," menunduk Vira yang sepertinya akan gagal.
Liana tidak menjawab saat ini. Semua berkecamuk di dalam pikirannya. Menikah dengan suami almarhum kakaknya? Menjadi ibu sambung bagi Dira? Suami yang menurut Laura adalah orang yang penyayang dan perhatian, tapi itu tidak pernah dia lihat untuk Dira? Akan seperti apa jika menikah dengannya.
Menghela nafas dan mengatur agar bayi kecil itu tidak terganggu wakti tidurnya.
"Tan, aku rasa aku bukan wanita yang tepat untuk Mas Aris. Jika memang Dira disini tidak ada yang bisa mengasuhnya, aku akan membawanya," tolak halus Liana.
Senyum kecut terlihat Vira yang tentu saja sudah akan di tolaknya. Selama Liana di rumahnya tidak pernah Aris menggendong dan menimang anaknya.
"Jika Aris yang memintamu, apakah akan kamu pikirkan?" usaha Vira yang genjar agar bisa Liana menjadi menantunya. Karena Vira yakin Aris dan Dira bisa hidup bahagia dengan adik mendiang istri anaknya.
"Aku tidak bisa menjawabnya, Tan. Tante pasti tahu jika dia tidak pernah berbicara denganku atau pun sekedar menyapa. Sepertinya hal itu mustahil, Tan. Jangan berharap banyak dengan hal ini. Yang jelas aku bisa dan mampu membesarkan Dira seorang diri," ucap Liana.
Vira sudah tidak bisa menjawab lagi. Semua yang di katakan Liana benar adanya.
Setelah pembicaraan itu, Liana di malam harinya meminta izin pada Vira dan Aldi akan membawa anak dari kakaknya. Merasa disana tidak ada yang bisa membuat Dira mau di gendong kecuali Vira. Dan merasa kasihan bila Omanya yang merawat.
"Aku tidak setuju!" ucap Aris yang baru masuk pulang dari kantornya.
"Aku tidak akan setuju dia anakku!" lanjut Aris.
Ini adalah kata kata yang pertama dan itu lumayan panjang di dengar Liana.
"Lalu, apakah kamu bisa merawatnya? Tidak kan! Bahkan selama aku disini kamu tidak pernah menggendongnya!" bentak Liana yang kesal sekali.
Arogan sekali! Cih! Tidak sudi ponakanku punya ayah yang tidak mau merawatnya! Kesal Liana.
"Kamu saja yang merawatnya dan tetap disini dan jadi ibunya!" ucap Aris yang menatap Liana.
"Aku memang ibu untuknya dan itu tidak perlu kamu ragukan lagi. Dan aku akan membawanya!" tantang Liana.
Vira dan Aldi jadi penonton, hanya memantau jika sudah akan bersitegang yanh tidak baik pasti keduanya akan bertindak.
"Menikahlah denganku!" ucap Aris.
"Hah! Tidak salah!" ejek Liana yang sekali keduanya berbicara sudah adu mulut dan sangat sengit.
Vira dan Aldi hanya tersenyum di balik kedua orang yang saling adu mulut di depan.
"Kamu ingin jadi ibu untuknya kan. Maka menikahlah denganku!" kembali lagi Aris memperjelas.
"Tidak! Aku menolak, jadi ibunya bukan berarti harus menikah denganmu! Tidak menikah dengan es balok dan arogan sepertimu!" tolak Liana yang menatap tajam sepeerti Aris menatapnya.
Aris maju ke depan dan mengikis jarak pada Liana, hatinya kesal dan tidak terima penolakan dari wanita di depannya.
"Aku tidak meminta persetujuan darimu, itu adalah perintah!" tajam Aris.
"Mom, Dad, penghulu sudah akan datang, dan Mama, Papa sudah dalam perjalanan kemari. Aku akan bersiap dulu," enteng sekali Aris dan pergi dari sana.
...****************...
Terima kasih semuanya ini karya mommy yang ke empat, meminta dukungan dan subscribenya ya.
Like dan komentar di tunggu ya.
Mumpung hari senin boleh yang punya vote di kasih ke karya baru mommy ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Enung Samsiah
dasar es balok maksa,,,
2024-10-17
1
Narti Gendeng
Aneh bin unik.gayamu Risssss Aris
2024-09-21
1
ariyan
ih....Aris gak jelas bgt
2024-07-21
1