Bab 2

"Kamu bukan pembunuh, Aris!" bentak Vira.

Dengan memegang wajah anaknya sangat erat.

"Siapa yang bilang kamu pembunuh, hah!" penasaran Vira.

Padahal tidak ada yang mengatakan hal itu padanya, bahkan omongan orang orang pun tidak ada yang mengatakan hal seperti ini.

"Aku memang pembunuh, Rara. Mom! Aku yang mengatakannya, andai aku tidak memaksakan diri untuk pulang padahal masih hujan deras saat itu," sesal Aris.

"Semuanya sudah suratan takdir dari Allah, Ar. Mungkin jalannya seperti itu, ikhlaskan dan jangan terus merasa bersalah. Pihak kepolisian sudah menjelaskan kemarin, bila kesalahan terdapat pada sopir truk yang remnya blong dan kaget karena mengantuk juga akhirnya malah di gas oleh dia. Setelah itu karena oleng jadinya menabrak mobil kalian, sopirnya sudah di tangkap karena memang mengalami luka sedikit," jelas Vira. Agar Aris bisa merasa tenang tidak selalu mengatakan pembunuh.

Aris diam mendengar Vira mengatakan kebenarannya. Namun tetap saja di hatinya masih menyalahkan diri sendiri, bila tidak langsung pulang pastilah Rara masih bersamanya.

"Tata hidupmu kembali, Sayang. Anakmu masih di rumah sakit menantikan Daddynya sebagai orang tuanya. Apakah kamu tidak rindu dan penasaran pada anak kandungmu? Mana Aris anak Mommy yang selalu penyayang ini? Mommy merasakan bila kamu bukanlah Aris anakku," isak tangis Vira yang tidak mau mendengar lagi jawaban anaknya.

Rasa sakit hati Vira sebagai ibunya rasanya tidak pernah mendidik anak anaknya untuk kejam ataupun tega pada yang tidak bersalah. Kalaupun memang bersalah harus di lihat dulu dari kesalahannya.

"Sudahlah, Sayang. Beri Aris waktu lagi," ucap Aldi yang memeluk istrinya agar tenang.

Vira yang akhirnya keluar bersama Aldi dari kamar Aris, membiarkannya sendiri berharap bisa tenang anaknya itu.

*********

Tiga bulan kemudian.

Kondisi Aris yang telah berangsur lebih baik tidak lagi menyalahkan diri sendiri, setelah menyaksikan sopir truk yang menabraknya mendekam dalam jeruji besi.

Tapi sikapnya yang telah berubah, dingin dan sangat pendiam. Menjadi sosok yang paling malas untuk di ajak bicara oleh orang rumahnya. Teruma si Kembar yang sudah pasti ogah ogahan berurusan dengan kakaknya. Mungkin hanya Vira yang bisa Aris berkata sedikit panjang.

Sedangkan anaknya yang masih bayi sudah berusia tiga bulan dan juga sudah keluar dari rumah sakit setelah dua bulan lamanya tinggal disana. Kondisinya sudah lebih baik dan mulai menunjukan perkembangan.

Namun akhir akhir ini bayi itu selalu menangis dan tidak mau dengan siapapun kecuali Vira. Otomatis membuatnya seperti mempunyai bayi kembali, itu pasti menyita waktu istirahat malamnya. Namun demi cucunya Vira rela melakukan hal itu, bersama Aldi mengurus cucunya.

Hingga seorang wanita datang ke kerumah mereka.

"Assalamualaikum," sapanya.

"Waalaikumsalam, masuk," pinta Vira.

"Maaf Sayang sebentar Dira lagi rewel," ucap Vira yang sedang menggendong cucunya yang menangis siang ini terus menerus. Padahal sudah di beri susu, di gendong dan timang timang. Tetap saja belum bisa membuatnya tidak menangis. Bahkan semua yang ada di rumah ini sudah bergantian mencoba menggendongnya hasilnya nihil.

"Boleh, aku menggendongnya, Tan?" berharap dengan keberuntungan yang baru saja dia dapatkan hari ini.

"Hem," jawab Vira yang memberikan Dira pada wanita itu.

Set.

Terdiam dalam pelukannya, dan langsung membuat heran Vira bahkan yang melihat disana.

Satu menit.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Bayi itu tertidur dalam gendongannya. Saat wanita itu duduk di sofa ruang tamu saja Dira tidak bergerak. Sangat nyaman di lihatnya.

"Alhamdulillah, akhirnya Dira bisa tertidur, bantu Tante letakkan Dira ke dalam kamarnya, Na," pinta Vira yang langsung di ikuti oleh wanita itu.

Setelah benar benar nyaman posisi bayi itu tertidur barulah, Vira mengajak kembali ke ruang tamu. Biar baby sisternya yang menunggu di dalam.

"Bagaimana kabar kamu, Na. Mamamu telp katanya kamu ada interview di Jakarta?" Tanya Vira.

"Alhamdulillah baik, Tan. Iya jadi aku mampir kesini. Kangen sama si bayi cantik Dira," puji wanita itu.

"Kamu baru selesai studimu kan," tebak Vira.

"Benar, Tan. Maaf kan aku tidak bisa pulang saat Kak Rara meninggal dan harus menunggu aku selesaikan urusan disana. Aku turut berduka, aku tidak menyangka umurnya sesingkat itu, kasihan Dira," sesal Nana yang tidak lain kembaran mendiang istri Aris yang harus bertahan di negri orang lain.

Keluarga dan teman temannya selalu memanggil Nana, nama asli wanita cantik itu adalah Liana Maheswari. Adik kembar dari Laura Maheswari.

Nana menunduk untuk menyeka air matanya yang telah keluar, sangat sedih tentu saja. Bahkan ketidak berdayaan nya mengharuskan tetap disana. Saudari satu satunya telah tiada dan itu dia tidak bisa hadir di pemakamannya.

"Tante mengerti,"usap Vira yang memeluk Liana.

"Aku ingin ke makan Kakak, dimana tempatnya Tan?" Tanya Liana setelah mereda isak tangisnya.

"Tidak jauh dari sini, Aris kamu mau ke makan Rara kan?" ucap Vira bertepatan dengan Aris memasuki rumah.

Aris hanya menganggukkan kepalanya saja, tanpa melihat wanita yang disamping mommynya.

"Kalau begitu bawa sekalian Liana," lanjut Vira.

Sekali lagi Aris tidak berkomentar hanya masuk ke dalam beberapa menit kemudian sudah akan keluar rumah.

"Na, ikut dengan Aris." pinta Vira.

"Terima kasih, Tan." jawab Liana.

Bahkan keduanya diam tanpa kata yang terucap, ini pertama kali bertemu dan juga berada dalam satu mobil yang hening.

Liana yang memang tidak mempermasalahkan kakak iparnya itu yang diam, dan tidak mengenalnya. Hingga beberapa menit kemudian telah tiba di makan sebelumnya Aris behenti membeli bunga mawar putih kesukaan Laura. Namun Liana membeli bunga tulip yang juga di sukai Luara kakaknya.

Bersama memasuki pemakaman, Aris yang sebagai juru petunjuk berada di depan.

Terdiam dan hening tanpa ada kata yang terucap hanya kaca mata hitam Aris terlihat oleh Liana terus di usap dengan tisunya.

Liana memberikan waktu dan tetap berdiri di belakang, setelah Aris pergi kini Liana yang duduk di samping papan pusara kakaknya.

"Kak, maafkan aku, aku selalu tidak ada di sampingmu, aku bahkan tidak bisa membantumu, aku turuti semua keinginan kakak. Namun apa balasan untukku, kakak pergi juga? Kak, menikah tanpa ada aku, bahkan pergi pun tanpa bisa aku melihat terkahir kalinya." ucap Liana yang mengusap air matanya yang telah jatuh.

"Kak, aku sekarang harus bagaimana? Aku sudah menjadi adik yang penurut dan anak yang baik. Namun tetap saja aku sendiri. Selalu tidak bisa melihat ke arahku orang tua kita, hanya kakak yang memberikan semangat dan meminta aku terus bersabar, namun apa disaat aku sudah berhasil mendapatkan yang kakak inginkan. Apalah artinya ini tanpa kakak!" lirih Liana.

...****************...

Terima kasih atas dukungan semuanya.

Like dan komentarnya di tunggu ya.

Terpopuler

Comments

🎧✏📖

🎧✏📖

jangan sungkan ya mampir di karya saya. karna saya orang nya terbuka . 😁👍👍👍🙏

2024-11-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99 *Tamat*
100 Promo karya baru
101 promo karya baru
102 promo karya terbaru
103 promo karya terbaru
104 Promo karya terbaru
105 promo karya terbaru
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99 *Tamat*
100
Promo karya baru
101
promo karya baru
102
promo karya terbaru
103
promo karya terbaru
104
Promo karya terbaru
105
promo karya terbaru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!