"Yang sabar ya Nana," pinta Vira saat setelah kepergian Aris.
Belum juga bekerja di kantor yang sudah menjadi impiannya. Namun sudah di larang oleh suaminya. Memakai alasan anaknya untuk selalu menekannya.
Vira datang untuk memberikan dukungan pada menantu barunya, yang memang jauh lebih sabar dari mendiang kakaknya.
"Iya, Mom." tersenyum Liana walau terkesan di paksakan.
Dira yang dalam gendongannya tengah tertidur seperti biasanya.
"Maafkan Aris, bersikap egois dan memanfaatkan kelemahanmu atas Dira. Mommy tidak mendukungnya tapi tida bisa menahanmu dan Dira tetap bersama disini," peluk Vira dan menatap cucunya tengah pulas tertidur.
"Aku akan bersabar, Mom. Tidak perlu meminta maaf padaku, memang sudah seharusnya aku menurutinya. Selagi memang baik," ucap Liana.
"Beruntung sekali seharusnya Aris mendapatkanmu, semoga saja hatinya bisa terbuka. Bantu dia untuk bisa jatuh hati padamu, mommy yakin kamu bisa melakukannya," ucap Vira.
Liana hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya saja.
"Apakah sudah packing pakaianmu, Liana?" Tanya Vira.
"Belum, Mom. Sebentar lagi aku siapkan. Sekalian dengan punya Dira," ucap Liana.
"Punya Dira sudah di packing oleh auntynya, dan akan di rapihkan langsung di apartemen Aris oleh mereka. Punyamu juga sekalian saja," ucap Vira.
"Tidak ada penolakan," ucap si kembar bersamaan yang masuk ke dalam kamar Aris.
"Sssuuuuutttt," Vira yang menutup mulutnya dengan satu jari tangan.
"Sori," lirih si kembar menjawabnya.
Setelah itu dengan gerakan cepat An dan Ad merapihkan milik kakak iparnya. Dan membawa serta milik Dira untuk di rapihkan di apartemen kakak sulungnya.
Keluarganya sangat menyayangi dan peduli padanya, berbanding terbalik dengan suaminya yang sangat arogan dan balok es.
Malam hari di kediaman Aldi.
"Sering sering kemari ya, Sayang. Bila ada sesuatu jangan sungkan telp ya," pinta Vira sesaat sebelum Liana dan Aris pergi.
"Kami hanya tinggal di apartemen, Mom. Bukan pergi ke luar negri," ucap Aris.
"Iya, Mom, terima kasih semuanya," ucap Liana yang memotong ucapan Aris.
"Semoga saja Aris bisa membuka hatinya atau dia akan menyesal menyiakan Liana," ucap Aldi yang memeluk Vira setelah kepergian anak, mantu dan cucunya.
"Amin," ucap Vira.
*
Dira dalam gendongan Liana tengah melangkah di belakang Aris yang berada di depannya menuju tempat tinggal baru bagi mereka.
Memang hanya hening dan sunyi keduanya tidak ada kata yang terucap. Dira yanh tengah tidur pulas dan juga tidak ada bahan obrolan.
Hingga di lantai 11 no. 11 tempat tinggal Aris dan membuka pintu lebih dulu. Setelah Liana mengikuti di belakang dan berhenti tepat di pintu kamar utama.
"Kamu disini dengan Dira, dan aku di kamar sebelah," ucap Aris yang masuk ke dalam kamar sebelah.
Aris tahu jika semua barang Dira dan Liana berada dalam lemarinya saat ini. Dan sesaat setelah si kembar pergi dari apartemennya, Cello kembali merapihkan milik Aris yang minta di pindahkan di kamar sebelahnya.
"Maafkan aku, Sayang." lirih Aris yang menatap layar hpnya.
Apartemen ini adalah milik Aris hanya untuk sewakti dirinya malas pulang karena banyak masalah di perusahaan ataupun malas jadi bahan ejekan adik adiknya. Dan Liana lah wanita pertama yang di bawa masuk bahkan tinggal menetap disini.
"Jika aku bisa memutar waktu, aku pasti menuruti keinginanmu. Aku menyesal, Sayang. Ra, wajah anak kita seperti duplikatmu dan itu selalu menyiksaku setiap kali melihatnya. Bukan aku tidak menyayanginya. Namun aku tidak sanggup menatap wajahnya selalu terbayang akan kebodohanku yang membuatmu pergi selamanya dariku," sesal Aris yang terus memandang wajah mending istrinya.
Buliran air matanya kembali jatuh, kesedihan yang masih melekat dalam dirinya, hatinya seakan penuh penyesalan dan kekecewaannya pada diri sendiri. Aris selama ini memendamnya sendiri tidak mau terlihat oleh orang lain lagi, sikapnya harus di ubah paksa karena keadaan menjadi dingin dan arogan, terlebih pada Liana yang di paksa masuk dalam hidupnya.
Sedangkan di kamar sebelah Liana yang telah berganti pakaian dengan baju tidurnya, keluar ke dapur yang tidak jauh dari kamarnya untuk mengambil air minum yang akan di bawa ke dalam kamarnya. Dan juga menyiapkan air untuk di masak agar bisa di masukkan ke dalam termos kecil untuk menyeduh susu bagi Dira.
Meninggalkan Dira sedikit lebih lama karena menunggu air nya mendidih, ternyata saat kembali Dira tengah terbangun, hanya mengerjap matanya saja.
"Anak Mama sudah bangun?" ucap Liana yang sudah membiasakan dirinya di panggil Mama dan juga berbicara dengan Dira walau masih bayi belum mengerti.
"Mau susu? Sebentar ya, Sayang. Mama buatkan dulu susunya. Anak mama pinter ya, sabar ya," ucapnya sambil tangannya membuka kaleng susu dan menyeduhnya kedalam botol dan setelah di rasa pas suhu untuknya segera diberikan pada bayi mungil itu.
Sedotan yang cukup kencang bagi bayi, terkesan sangat lapar dan haus. Bayi yang baru berusia tiga bulan lebih harus mandiri sejak dini dan tidak pernah mendapatkan ASI dari ibu kandungnya. Sudah tampak gemoy di tubuh bayinya, beratnya sudah bertambah terlebih sejak Liana yang merawatnya.
Di balik badan bayinya atau posisi tengkurap setelah menghabiskan satu botol penuh Dira oleh Liana agar tidak gu moh atau kekenyangan. Ditepuk tepuk tidak lama tertidur kembali bayi itu. Liana tertidur juga setelah Dira benar benar pulas.
Di pagi hari, Liana bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan sebisanya saat ini. Melihat isi kulkas semalam memang penuh.
"Mau di makan atau tidak bukan urusanku, yang penting aku sudah berniat baik," oceh Liana yang membuat nasi goreng telor mata sapi dua piring.
Dira bayi kecil itu sudah bersih dan wangi saat Liana dan Aris sarapan. Dalam box dekat dengan Liana agar selalu bisa mengawasinya tanpa perlu khawatir.
"Bagaimana rasanya?" Tanya Liana yang mencoba membuka percakapan.
"Jangan bicara saat makan!" ucap Aris yang terus menyantap hidangan pagi ini.
"Ini kartu dan pinnya ada di belakangnya. Itu nafkah dariku," ucap Aris setelah bersiap menuju kantornya.
Setelah itu Aris keluar begitu saja dari apartemennya ini tanpa berpamitan.
"Membosankan dia! Lihatlah Sayang, Daddy itu belagu!" oceh Liana yang membawa Dira untuk menonton di depan TV.
"Nanti kelak sudah besar jangan seperti Daddymu, Sayang. Cukup satu saja bikin pusing!" lanjut oceh dan keluh Liana.
Ting tong!
Ting tong!
Liana terkejut belum ada satu hari tapi pintu apartemennya ada yang bertamu?
"Siapa yang datang mencari Daddymu?" oceh kembali Liana yang menggendong Dira yang melangkah menuju pinti utama.
"Tunggu, aku intip dulu." setelah di intip Liana memang tidak mengenalnya. Tapi penasaran juga di dalam hatinya.
Liana dengan memberanikan diri untuk membukanya.
"Aris ada?" Tanya langsung wanita yang tadi memencet bel apartemennya.
...****************...
Terima kasih yang sudah menyukai karya mommy satu ini.
Like dan komentar di tunggu ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sunshine💐🤎
hai kak aku mampir lagi, aku subscribe dulu karya kakak
semangat terus😍🙌
2024-07-15
1