Bab 14

"Om, aku ingin meminta bantuan padamu tentang istri dan anakku. Aku tidak bisa menemukan keberadaan mereka. Aku mohon Om?" sopan Aris kali ini tidak searogan biasanya.

"Apa saja yang sudah kamu lakukan, coba kasih tahu semuanya sama Om," pinta Gunawan.

"A-aku," terbata Aris dan bingung mau jawab apa, usaha yang di maksud oleh Gunawan pastilah tidak sebatas hanya telp tapi memastikan langsung. Dan itu sama sekali Aris belum pernah melakukannya.

"Cepat jawab, Ar," desak Cello yang jadi kompor.

"Hanya telp yang sudah aku lakukan pada orang tuanya itu pun, sisanya mencari jejak terakhirnya dan telp ini sudah di terbaiki oleh Cello. Isi pesannya juga sudah aku baca, karena selama dia disini tidak pernah keluar dari apartemen kecuali ke rumah Mommy dan Opa." jelas Aris.

"Bisa lihat cctv apartemenmu?" pinta Gunawan.

"Ini, Om," Aris yang menyerahkan laptopnya.

Gunawan melihat semua rekaman cctv apartemen Aris dan melihat sikap dan tindakan tampak normal, tidak ada yang mengganjal sedikitpun disana. Bahkan Gunawan pun bisa melihat jelas sikap suami istri saat bersama. Arogan dan dingin di keluarkan oleh Aris berbanding terbalik dengan Liana yang penurut dan keibuan.

Menghela nafasnya berat, apa yang Aldi sampaikan sama seperti yang di lihatnya sekarang. Memang pantas jika keluarganya menghukumnya. Tapi apakah memberikan sedikit celah untuk bisa membantu Aris? Masih di pikirkan oleh Gunawan.

"Kamu terlalu, Ar. Om tidak menyangka kamu bisa sekejam itu! Mereka tidak pernah ada salah padamu tapi tega kamu sakiti. Pantas mereka pergi meninggalkanmu dan memilih jauh darimu. Untuk apa meminta mereka kembali kalau ujungnya kamu sakiti lagi dan terus menanamkan luka yang lebih besar lagi?" kesal juga Gunawan melihat seolah Aris tidak pernah bersalah.

"Aku menginginkan mereka Om, tolong bantu aku?" memohon Aris.

"Om tidak jamin hal itu, kamu yakin akan bisa berubah?" selidik Gunawan.

"Ya tentu, Om. Aku menyesal, aku mencari mereka ingin meminta maaf. Ingin memperbaiki dari awal," ucapnya.

"Sayangnya terlambat, betul? Menyadari setelah kepergiannya, tidak menghargai keberadaannya," lanjut Gunawan.

"Om, sudahlah jangan terus menyalahkan aku! Aku mohon aku membutuhkan mereka," rengek Aris.

"Akan Om usahakan," akhirnya Gunawan mengatakannya.

"Terima kasih, Om. Memang benar Om Gun selalu bisa di andalkan, tidak seperti -" terputus ucapan Aris.

"Apa? Mau ngejek aku! Ga sadar diri, arogan!" oceh Cello.

"Sudah sudah, kalian sudah tua masih saja begini," lerai Gunawan melihat anak Tuan dan Anak buahnya saling mengata ngatai satu sama lainnya.

"Aku tunggu kabar baik dari Om, terima kasih sebelumnya," ucap Aris.

"Selain aku mencari mereka, kamu coba datang ke Bandung dulu memastikan disana ada atau tidaknya. Jangan kewat telp. Ingat itu!" saran Gunawan.

"Oke, Om. Nanti aku jadwalkan," ucap Aris.

"Keluarga kok di nanti ya Om pantes kabur mereka," ejek Cello lagi.

"Cello!!!" teriak Aris. Dan Cello yang akhirnya kabur dari ruangan itu.

"Ada benarnya apa yang di katakan Cello, belajar dari Daddymu. Prioritas keluarga nomor satu," saran Gunawan kembali. Gunawan terseyum melihat kucing dan anjing bagi Cello dan Aris di saat keduanya bertemu. Ga habis di pikirnya Aris yang mempunyai asisten se comel Cello.

"Pikirkan kembali baik baik. Jangan sampe kamu akan menyakiti mereka lagi." ucap Gunawan sebelum akhirnya keluar dari ruangan Aris.

Termenung sudah Aris duduk di bangku kebesarannya, memahami setiap apa yang di ucapkan Gunawan, Vira dan Aldi, terlenih dengan Cello walau ceplas ceplos.

"Malam ini aku berangkat ke Bandung, aku tidak mau lebih lama lagi untuk bertemu dengan mereka." akhirnya Aris memutuskan.

Waktu terus Aris di sibukkan oleh pekerjaan yang mengharusnya melakukan semua itu. Hingga petang telah tiba. Pekerjaannya sudah selesai dan Aris bersiap langsung ke ruangan Cello kali ini.

"Ada apa?" Tanya Cello ketus saat melihat Aris membuka pintu ruangannya.

"Temani aku ke Bandung sekarang," pinta Aris kali ini tidak searogan biasanya.

"Sakit Ar, tumben sopan," ejek Cello. Arogan salah sopan salah sikap Aris dimana sahabat dan juga sepupunya ini.

"Huf, salah terus kamu menilaiku," keluh Aris.

"Satu hal yang kami benar adalah memimpin perusahaan sisanya zonk! Paham!" semakin jadi ejekan Cello kali ini.

"Terserahlah! Ayo berangkat sekarang!" perintah Aris.

"Puji dikit langsung kembali ke sifat aslinya lagi," keluh Cello yang menggeleng gelengkan kepalanya.

Tapi di balik sikap Cello tetap sama selalu mendampingi Aris dan membantunya. Mulut berbisanya itu sudah biasa bagi Aris.

"Apa ga sebaliknya besok pagi aja, Ar?" tawar Cello yang baru masuk mobilnya.

"Sekarang!" tegas Aris.

"Aku lapar," ucap Aris.

Memang jam makan malam pun sudah lewat ini sudah di jam sembilan malam, Aris sendiri memang tidak lapar, seakan laparnya menguap entah kemana. Hanya ingin mencari keberadaan anak dan istrinya saja.

"Cari di jalan agar bisa cepat sampai disana, manja sekali cacing dalam perutmu," ucap Aris.

"Woy, ini udah jam 9 dan aku belum makan wajarlah," bela Cello.

"Ya, ayo berangkat kalau mau adu cabot ga ada kelarnya," pinta Aris yang mendengus kesal.

Cello yang langsung menancapkan gas mobilnya keluar dari perusahaan besar Pradana. Melewati jalan yang sudah tampak longgar, Cello yang memarkirkan mobilnya di pinggir jalan melihat penjual sate di sana. Ingin memakan itu.

"Mau ga?" Tanya Cello.

"Boleh, tapi disini aja. Kamu yanh turun," perintah Aris.

"Mana duitnya?" pinta Cello

"Aku ga bawa cash," lanjut Cello yang tangannya meminta ke arah Aris.

"Nih," ucap Aris yang memberikan beberapa lembar uang merah padanya.

Makan di dalam mobil keduanya setelah menunggu lima belas menit, mengisi perutnya agar tidak masuk angin mungkin sekitar 2-3 jam perjalanan malam ini mereka. Diam keduanya menikmati sate di malam hari, namun rasa berbeda dengan Aris yang tidak menghabiskan makanannya namun hanya memandanginya saja.

"Woy, bengong aja. Kalau ga mau di makan simi buatku saja. Masih lapar nih," ucap Cello yang sudah habis sate di pangkuannya.

"Ya sudah, habiskan sana," ucap Aris yang memberikan sate yang masih setengah.

"Hem, jangan di tolak rezeki di depan." menerima Cello dan memakan kembali yang Aris berikan.

Rasa sate ini berbeda saat makan bersama denganmu dan Dira. Ada yang kurang tapi apa itu. Seleraku jauh sudah menurun tidak selahap dulu bersama dengamu. Sungguh aku merindukanmu Liana.

Jangan siksa aku lebih dari ini, aku tidak akan sanggup menanggungnya. Kembalilah padaku, mungkin janji tidak bisa aku pastikan namun aku akan memperbaiki demi mu dan Dira.

Liana, kembalilah! Batin Aris.

Terbengong di dalam mobil sedangkan Cello tidak menyadari itu tengah asyik menyantap sate.

...****************...

Terima kasih atas dukungan kalian semuanya, cerita mommy semuanya hanya hasil halu semata ya. Suka suka membuat alur dan mempersembahkan dengan tulisan receh ini.

Like dan komentarnya ya di tunggu

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99 *Tamat*
100 Promo karya baru
101 promo karya baru
102 promo karya terbaru
103 promo karya terbaru
104 Promo karya terbaru
105 promo karya terbaru
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99 *Tamat*
100
Promo karya baru
101
promo karya baru
102
promo karya terbaru
103
promo karya terbaru
104
Promo karya terbaru
105
promo karya terbaru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!