Tampak seperti keluarga harmonis yang tidak pernah akan ada ujian dan rintangan jika melihat ketiganya sarapan untuk pertama kalinya dengan hangat. Ocehan Dira yang membawa suasana disana.
"Ma, jak Dy ke kebun teh yuk!" Ajak Dira yang ingin memperlihatkan kesukaanya disana.
"Mandi dan bersihkan badan dulu, Sayang. Daddymu juga ya, baru setelah itu kita kesana." ucap Liana yang di angguki oleh Dira.
"Ups, upa Dila, Ma. Dila mau andi dili ya," ucapnya.
"Iya, sayang," ucap Liana.
Liana kembali merapihkan sisa sarapan di meja dan kembali ke kamarnya untuk menyiapkan pakaian ganti anaknya.
Ternyata di belakang sudah ada Aris yang memeluk tubuhnya.
"Hem," hirup Aris tubuh Liana.
"Mas, aku belum mandi dan bau. Lagian kita masih banyak yang harus di bicarakan loh," tolak Liana.
"Itu bisa nanti, lagian kamu tidak bau tapi wangi." elak Aris.
"Mas sebelum kesini dari mana? Jangan jangan kesambet tahu," tanya Liana.
"Aku tidak kesambet, aku dari rumah mommy langsung kesini. Jangan berpikir aneh aneh." jawab Aris yang masih memeluk Liana.
"Mas, lepas nanti di lihat Dira, ya aku aneh aja udah lama ga ketemu dan ngilang. Sekalinya datang berubah drastis kayak lingkaran gitu 360•," jelas Liana.
"Hem, nanti aku jelaskan. Pintaku jangan hubungi mereka dulu. Maksudku keluargaku," Aris yang tersenyum melepaskan Liana saat Dira keluar dari kamar mandi.
"Loh! Ma, Dy. Ga andi? Apan jalan nya," heran Dira melihat kedua orang tuanya masih di kamarnya.
Dira mendekat pada keduanya dan mengerutkan keningnya. Namun Liana seolah biasa saja, mengelap badan Dira dengan handuk, dan di baluri minyak telon dan sedikit bedak agar wangi aroma bayi, ya walau sudah mulai berubah tali Liana masih membiasakan hal itu padanya.
Memakai baju dan menyisirnya, lalu memakai pewangi lag di tubuh Dira.
"Hem, anak Mama sudah rapih. Tunggu di luar Mama mau bersiap," pinta Liana.
Aris melihat dari tempat tidur mereka yang duduk. Sangat handal untuk mengurusi Dira dan sangat menurut pula anaknya.
"Mas, mandi sana, di luar ada kamar mandi tapi kecil. Kalau mau di dalam sini ya tinggal pilih." pinta Liana.
"Aku disni saja," jawab Aris.
"Pakaian gantimu dimana, Mas?" Tanya Liana yang sadar jika dari semalam Aris tidak membawa apapun.
"Ada di dalam mobil," ucapnya.
"Kuncinya ada di kamar sebelah," lanjut Aris yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi.
Liana yang keluar dan akan mengambil pakaian ganti suaminya. Setelah di dapatkan sudah meletakkan di atas tempat tidur.
Dira yang anteng menonton TV sendiri sambil menunggu orang tuanya bersiap. Liana membawa serta baju gantinya masuk ke dalam kamar mandi kecil di samping dapur rumahnya.
Setelah setengah jam baru mereka keluar pagi ini ke kebun teh yang sangat asri dan sejuk. Sama seperti Liana dan Dira awal kesini, terkesima dan terpesona melihat pemandangan di depannya.
"Dy elah?" Tanya Dira saat sampai di tempat istirahatnya.
"Ga, Sayang. Hanya belum biasa," jawab Aris yang ikut duduk disana.
Inilah hal yang di rindukan Aris, menu masakan yang tadi pagi sangat lahap bahkan menambah porsinya. Saking rindu dan baru menemukan kembali cita rasa yang hilang selama sebulan lebih ini. Akhirnya membuatnya kelelahan berjalan mengelilingi kebun teh ini.
"Ilah Dy," tunjuk Dira yang mengarah pada satu awan di atas langit yang menggambarkan senyum ceria.
"Ayak Aku, Dy. Ce neng dah da Dy di ini," ucap Dira.
Aris dan Liana terkejut mendengar pengakuan jujur dari bocah yang baru berusia satu tahun lebih dikit aja.
"Maaf, Daddy ya. Daddy janji tidak akan terulang lagi. Akan membuat Dira selalu tersenyum," ucap Aris.
"Anji," ucap Dira sambil memberikan jari kelingkingnya.
"Tentu, janji," ucap Aris yang ikut melingkarkan jari kelingkingnya pada anaknya.
"Yeeeyyy, ce neng deh Dila, Dy," sorak gembira anak itu terus berputar mengelilingi orang tuanya.
Sontak saja Liana dan Aris ikut tertawa disana. Aris menarik Dira dan memeluknya, Liana lun ikut terbawa sengaja Aris melakukannya.
"Modus," bisik Liana.
Aris tersenyum, ternyata istrinya itu bisa juga mengumpat dirinya.
Hingga malam ketiganya sudah berada di rumah kembali. Benar benar quality family time banget dah bagi mereka. Obrolan Liana dan Aris di mulai saat Dira telah tertidur.
"Baiklah, mari kita bicara," ucap Aris yang mengawali.
"Maafkan aku dan sikapku selama ini padamu dan juga Dira," ucap Aris yang memegang tangan Liana dan duduk di bawah memohon padanya.
Terkejut dibuatnya oleh sikap Aris kali ini. Luntur sudah sikap arogannya dan es balok pada dirinya.
Benar ini suamiku?
Mencoba menetralkan suara yang di rasa aneh bin sunyi oleh Liana. Melepaskan genggaman dari Aris niat hati ingin mengangkat bahu suaminya agar duduk kembali, tapi ternyata salah paham oleh Aris yang tetap menahan tangan istrinya.
"Aku mohon, Na. Bari aku kesempatan satu lagi. Aku akan membahagiakan kalian," pinta Aris saat tangan Liana mencoba melepas.
Belum juga di jawab oleh Liana namun Aris terus berbicara memohon dan meminta kesempatan lagi padanya.
"Mas, bisa berhenti dulu bicaranya." Akhirnya Liana memotong ucapan Aris yang mulai membuat Liana resah.
Aris diam sejenak dan mengikuti ucapan istrinya.
Liana menarik nafasnya, karena memang kedua nya tidak di pungkiri detak jantungnya sedang berolah raga ria.
"Mas, duduk di atas. Aku tidak layak atas permohonan yang berlebihan ini olehmu. Kita bisa bicara baik baik, tolong lepaskan dulu tanganku. Bisa keram dan tidak bisa di gunakan lagi." ucap Liana.
"Mas, duduk di atas," pinta lagi Liana.
Akhirnya Aris menuruti istrinya yang duduk di sebelahnya dan tangannya sudah di lepaskan juga. Namun berganti dengan memeluk tubuh istrinya.
"Mas, kita bicara dulu. Bisa?" Tegas kali ini Liana yang pusing dibuatnya oleh sikap yang manja dan tidak mau lepas.
"Ga bisa, ini aku maunya seperti ini," rengek Aris.
"Terus mau bicaranya gimana?" Bingung Liana.
"Aku sudah mengatakannya tinggal kamu yang belum jawab, aku masih menunggu jawabannya." pinta Aris.
Haisss! Kok gini? Huf, sabar sabar. Liana cobaan apa lagi yang ada di depan. Hidup hidup terus saja di uji.
"Baiklah. Aku memberikanmu kesempatan itu, aku berharap bisa menjadi suami yang baik padaku dan jadi Daddy yang patut di contoh oleh Dira." ucap Liana.
"Terima kasih, istriku," ucap senang Aris yang tanpa di sadari mencium bibir sekilas Liana.
Cup!
"Ups! Sorry," kelepasan Aris yang kemudian memeluk istrinya.
Deg!
Deg!
Hati keduanya berdendang ria bersama disana.
Hingga akhirnya malam ini kembali lagi tidur bersama dan hanya sebatas berpelukan. Aris ingin menikmati ini saja dan tidak lebih.
Hingga pagi tiba tapi kali ini Aris yang lebih dulu bangun dan sudah mandi. Membangunkan Dira dan membantu mandi pagi ini, untung Dira tidak banyak bertanya. Saat Liana bangun, ternyata Aris sudah tidak ada di sana. Keluar hendak mencari namun bertepatan dengan mereka keluar dari kamar Dira.
"Loh, tumben sudah rapih, Sayang," tanya heran Liana.
"Jangan banyak tanya dulu, mandi dan bersiaplah. Koper sudah aku rapihkan dan baju gantimu sudah aku siapkan." memang Aris si tuan arogan masih belum hilang. Memerintah se enak jidatnya saja. Tapi mau bagaimana lagi istri tetap menurut pada suami.
...****************...
Terima kasih semuanya atas dukungan kalian. Hari ini up 3 bab ya. Karena mau pengajuan kontrak, doakan semoga cepat lulus ya.
Like dan komentarnya di tunggu ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Regina Putri
tolong dong dilanjutkan sampai selesai thoor
2024-07-10
1
IKA UMY
waaahhhh akhrny d lanjutkan n tdk jd nggantung.... trmksh bnyk Thor
2024-07-09
2