Kesetiaan Cinta Gavin

Kesetiaan Cinta Gavin

BAB 1 Awal kisah

Gavin melihat Aruna berjalan sendirian di lorong sekolah yang sepi. Ia merasa heran melihat gadis itu berjalan sendirian. "Aruna, kamu mau kemana?" tanya Gavin dengan rasa penasaran.

Aruna menoleh ke arah Gavin, senyumnya merekah di wajah cantiknya. "Aku mau ke kantin, kenapa kak?" tanya Aruna dengan polosnya.

Gavin tersenyum lebar, "Aku ikut, kebetulan dari rumah aku belum sarapan," jawab Gavin sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Aruna tertawa pelan, lalu menganggukkan kepalanya dengan lembut. "Yasudah, kita bareng aja" ajaknya.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin, saling tertawa dan berbincang ringan. Sejenak, suasana sekitar mereka terasa lebih hangat dan menyenangkan, seolah kebahagiaan mereka berdua mampu mengusir kesepian dan kehampaan yang kerap menghantui lorong-lorong sekolah.

Gavin dan Aruna sampai di kantin sekolah. Gavin segera mengambil posisi duduk di sudut kantin, sementara Aruna menunggu di belakangnya. Setelah memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua, Gavin menatap Aruna dengan ekspresi cemas.

"Aruna, hari ini kamu ada jadwal olahraga kan? lebih baik kamu tidak usah ikut saja. Aku takut kamu pingsan lagi seperti minggu lalu," ucap Gavin sambil menatap matanya dengan serius. Gavin selalu mencari tahu tentang Aruna termasuk jadwal pelajarannya.

Aruna mengerutkan kening, ia tahu bahwa kondisinya memang tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas berat. Sejak kecil, ia memiliki kondisi kesehatan yang lemah, yang membuatnya mudah jatuh pingsan jika kelelahan.

"Tapi aku ingin ikut, aku janji tidak akan pingsan," rengek Aruna dengan suara manja, berusaha meyakinkan Gavin.

Gavin mendengus kesal, ia merasa frustasi dengan sikap Aruna yang tidak pernah mau menuruti ucapannya. Namun di balik kesal itu, Gavin sebenarnya sangat mengkhawatirkan keselamatan Aruna.

"Aruna, kamu tahu sendiri kondisimu. Aku tidak mau melihat kamu terluka lagi karena kelelahan. Jangan memaksakan diri, oke?" ujar Gavin dengan lembut, menunjukkan kepeduliannya pada gadis itu.

"Percayalah Kak, aku baik-baik saja" kekeuh Aruna. Gadis itu ingin seperti temannya yang lain, yang dapat bermain sesuka hati tanpa mengkhawatirkan apapun.

Gavin mengela nafas panjang, "Tapi janji, kalau sudah merasa lelah kamu harus berhenti" peringatnya.

Aruna tersenyum sambil menganggukkan kepalanya cepat, membuat Gavin mengacak rambutnya gemas.

Makanan yang mereka pesan pun datang, Gavin dan Aruna segera menyantap makanannya.

Setelah membayar, Gavin mengantar Aruna masuk kedalam kelasnya terlebih dahulu. Dia dengan Aruna selisih satu tingkat di atas Aruan.

Begitu sampai di kelas, Aruna melihat beberapa temannya sudah bersiap-siap mengganti seragam sekolah mereka dengan seragam olahraga.

"Tunggu sebentar, ya. Aku mau ganti seragam dulu," kata Aruna sambil mengambil tas seragam olahraganya dari laci mejanya.

Vina teman sebangku Putri menghentikan langkahnya, dan menatap Aruna dengan kekhawatiran, "Kamu yakin ingin ikut olahraga, Run?"

Aruna menatap Vina dengan heran, "Huh, kenapa semua orang meragukan itu?" ucapnya sambil merotasi bola matanya malas. "Aku cuma ingin beraktivitas bebas seperti kalian," lanjutnya dengan nada sedikit lesu.

Vina merasa tidak enak hati, "Maaf, aku cuma mengkhawatirkanmu."

Aruna tersenyum tipis, "Tenang saja, aku sudah merasa lebih baik sekarang," katanya sambil mengedipkan satu mata.

Vina menghela napas lega, "Oke, kalau begitu aku mendukungmu. Tapi, jangan lupa untuk beristirahat jika merasa lelah, ya."

Aruna mengangguk semangat, "Terima kasih, Vin. Aku akan berhati-hati," jawabnya sambil melambaikan tangan ke arah Vina dan melangkah menuju kamar mandi bersama teman-teman lainnya untuk mengganti seragam mereka.

Setelah selesai, Aruna dan teman-teman sekelasnya berkumpul di tengah lapangan yang hijau, dengan langit biru yang cerah di atas kepala mereka. Mereka semua mengenakan seragam olahraga sekolah yang berwarna putih dan biru, tampak semangat dan siap untuk berolahraga.

Di tengah kelompok, berdiri tegap seorang guru olahraga berusia paruh baya yang berwibawa, dengan sorot mata yang tajam dan suara yang keras namun tetap ramah.

"Baik, kita akan mulai dengan pemanasan dulu," kata guru olahraga itu sambil menunjuk ke arah lapangan basket yang terletak di salah satu sudut lapangan. Aruna dan teman-temannya pun mulai melakukan peregangan tubuh, mengikuti instruksi guru olahraga yang mengajak mereka untuk menggerakkan lengan, kaki, dan tubuh mereka agar lebih lentur dan siap untuk beraktivitas.

Setelah pemanasan selesai, guru olahraga itu kembali berkata, "Setelah ini kita akan bertanding basket. Saya akan membagi kalian menjadi empat kelompok. Dua kelompok perempuan dan dua kelompok laki-laki. Ayo, segera bagi kelompok kalian!"

Aruna dan teman-temannya segera bergerak, berdiskusi sejenak dan kemudian membagi diri menjadi empat kelompok sesuai instruksi guru olahraga. Mereka saling bersemangat dan bersorak, menunjukkan kekompakan dan antusiasme mereka dalam menjalani pertandingan basket yang akan segera dimulai.

Saat pertandingan dimulai, terlihat jelas bahwa Aruna dan teman-temannya sangat menikmati permainan. Mereka berlari, melompat, dan mengejar bola dengan penuh semangat, sambil sesekali tertawa dan bersorak ketika berhasil mencetak angka atau merebut bola dari lawan. Wajah mereka berseri-seri dan berkeringat, namun tetap terlihat bahagia karena berhasil menjalani aktivitas olahraga yang menyenangkan bersama teman-teman sekelas.

Dari balik jendela ruang kelas di lantai dua, Gavin mengamati Aruna yang sedang bermain basket bersama teman-temannya. Dalam hati, Gavin merasa bangga melihat keahlian Aruna yang semakin terasah seiring waktu.

Tiba-tiba, Dea muncul dan berdiri di samping Gavin. "Kau masih menyukai wanita penyakitan itu?" ucap Dea dengan nada sinis.

Gavin mengerutkan dahi, kesal dengan ucapan Dea. "Dia tidak penyakitan, hanya saja dia tidak seberuntung kita," balas Gavin, yang ingin melindungi Aruna dari hinaan Dea.

"Sama saja," sahut Dea, acuh tak acuh.

Gavin memilih untuk tidak menjawab ucapan Dea lagi. Ia kembali fokus memperhatikan Aruna yang sedang berlari mengejar bola.

Tiba-tiba, Gavin melihat seseorang dari tim lawan bergerak cepat menuju Aruna dengan niat buruk. "ARUNA!" teriak Gavin keras, panik.

Bugh......

Aruna jatuh tak sadarkan diri.

Tanpa berpikir panjang, Gavin langsung berlari turun ke bawah menuju lapangan basket.

Dea yang terkejut hanya bisa menatap punggung Gavin yang semakin menjauh. Dia masuk kedalam kerumunan melihat kondisi Aruna yang tidak sadarkan diri.

"Biar saya yang bawa dia ke UKS" ucap Gavin menawarkan diri.

Gavin mengangkat tubuh Aruna kedalam gendongannya, ia melangkahkan kakinya cepat menuju ke UKS.

"Cepat periksa dia" perintah Gavin sembari membaringkan tubuh Aruna di atas ranjang.

Salah satu penjaga di UKS pun segera memeriksa keadaan Aruna. Sementara Gavin menunggu di luar seraya menghubungi kedua orang tua Aruna.

Selang berapa lama, kedua orang tua Aruna datang ke sekolah, mereka berdua langsung menuju ke UKS.

"Bagaimana keadaan Aruna, Gavin?" tanya Ibu Aruna yang bernama Dera.

"Aruna belum sadarkan diri, aunty. Petugas menyuruh membawanya ke rumah sakit" jawab Gavin lirih.

Dera menganguk, "Kalau begitu kita bawa Aruna kerumah sakit sekarang, mas" ucap Dera kepada suaminya.

Suaminya mengangguk, dan segera mengangkat tubuh sang putri dari atas ranjang.

"Nanti sepulang sekolah, saya akan datang menjenguknya" ucap Gavin sebelum akhirnya orang tua Aruna pergi meninggalkan sekolah.

Gavin tidak bisa ikut membawa Aruna ke rumah sakit, dia harus tetap mengikuti pelajaran sampai akhir, atau nanti sang ibu akan marah jika ketahuan membolos.

Waktu bergulir begitu cepat, satu persatu para siswa keluar dari dalam kelas. Dengan langkah terburu-buru, Gavin menuju ke parkiran, dan bergegas melajukan motornya menuju ke rumah sakit.

"Pasien bernama Aruna ada di kamar lantai berapa" tanya Gavin pada resepsionis.

"Pasien bernama Aruna sudah keluar rumah sekitar dua jam yang lalu" ucap resepsionis.

"Maksudnya dia sudah pulang kerumah" tanya Gavin memastikan.

Perawat tersebut menggelengkan kepalanya, "Bukan, tapi dia di rujuk ke rumah sakit lain yang berada di luar negeri" ucapnya.

Deg.....

*******

Cek ombak gaes😊

Terpopuler

Comments

wasiah miska nartim

wasiah miska nartim

om ga in aku padamu

2024-06-20

0

gedang Sewu

gedang Sewu

lanjuuut dong thor jgn lama"abdetnya tk tunggu...👍💪💪💖💖💖

2024-06-20

0

Marlina Armaghan

Marlina Armaghan

lanjut thor.jd penasaran

2024-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!