BAB 14

Gavin terbangun pagi ini dengan semangat yang berbeda. Setelah sekian lama berpisah dengan Aruna, kini mereka bisa menjalani kehidupan bersama lagi. Pikiran tentang Dea, wanita yang pernah menemani dirinya selama terpisah dari Aruna, kini mulai memudar.

Di meja makan, Gavin menghabiskan sarapannya dengan cepat sambil melirik jam tangannya. Ia tidak sabar ingin segera menjemput Aruna.

"Kamu mau kemana pagi-pagi seperti ini Gav?" tanya Alisya, karena setahu dia hari ini putranya tidak ada jam kuliah pagi.

"Aku mau jemput Aruna mam" jawab Gavin setelah berhasil menghabiskan makanannya.

Alisya mengangguk paham, pantas saja putranya itu buru-buru, ternyata dia ingin menjemput wanita yang di cintainya.

"Kamu naik mobil" tanya Alisya lagi, sebab tadi dia melihat sopir suaminya itu sedang memanaskan mobil putranya.

"Iya ma, kalau naik motor aku takut Aruna kepanasan, dan lagi sering hujan juga." jawab Gavin.

"Iya baiklah, kalau begitu hati-hati. Jangan ngebut- ngebut" pesan Alisya.

"Siap ibu negara" ucap Gavin sambil hormat ala militer.

Gavin mencium tangan kedua orang tuanya secara bergantian, dan setelah itu meninggalkan ruang makan. Gavin melangkahkan kakinya keluar dari rumah dan masuk kedalam mobilnya.

Gavin menyalakan mesin mobilnya, memastikan semuanya dalam kondisi baik sebelum perlahan melaju menuju rumah Aruna yang terletak hanya beberapa blok dari rumahnya.

Hatinya berdebar-debar, tiap kali ingin bertemu dengan gadis yang telah lama mencuri hatinya itu.

Ketika mendekati rumah Aruna, Gavin melihat sosok Aruna berdiri di depan pintu rumahnya dengan seragam sekolah yang sudah lama tidak ia kenakan.

Senyum lebar terukir di wajah gadis itu, mencerminkan kebahagiaan dan semangat untuk kembali ke sekolah setelah lama absen karena sakit.

Gavin menghentikan mobilnya tepat di depan Aruna, memastikan gadis itu menyadarinya. Pria itu kemudian turun dari mobil dan berjalan menghampiri Aruna.

Dengan tatapan penuh kasih sayang, Gavin membukakan pintu mobil untuk Aruna, menunjukkan betapa ia menghargai dan mencintai gadis itu.

"Selamat pagi, Aruna. Siap untuk kembali ke sekolah?" tanya Gavin dengan senyum yang hangat.

Aruna tersenyum balik dan mengangguk. "Terima kasih, kak. Aku sangat bersemangat untuk hari ini." jawab Aruna.

Mereka berdua kemudian masuk ke dalam mobil, Gavin kembali ke tempat duduk pengemudi sementara Aruna duduk di kursi penumpang di sebelahnya.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, keduanya mengobrol dan tertawa bersama, menikmati momen indah ini setelah lama tak bisa berjumpa. Emosi kebahagiaan dan rasa syukur mengisi hati mereka, saling berbagi cerita tentang apa yang telah terjadi selama Aruna absen dari sekolah.

Tak terasa, mereka sampai di depan gerbang sekolah, mengakhiri perjalanan singkat yang membawa kebahagiaan bagi mereka berdua. Gavin menatap Aruna dengan lembut, berharap semoga hari ini menjadi awal yang baik untuk gadis itu kembali mengejar impian dan cita-citanya.

"Yang rajin belajarnya, nanti pulangnya kakak jemput," ucap Gavin sambil mengusap puncak kepala Aruna.

Aruna tersenyum lebar dan mengangguk semangat. Mata Aruna bersinar saat ia turun dari mobil, menggendong tas sekolahnya.

"Aku sekolah dulu, kakak hati-hati di jalan," ucap Aruna sambil melambaikan tangannya.

Gavin mengangguk dan tersenyum, menatap

Aruna berlari ke arah gerbang sekolah dengan penuh keceriaan.

Setelah memastikan Aruna masuk ke dalam sekolah, barulah Gavin melajukan mobilnya menuju ke kampusnya.

Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan selama satu jam, akhirnya Gavin berhasil tiba di kampusnya.

Langkahnya terasa ringan meski hari ini adalah hari kedua tanpa kehadiran Dea di kampus. Namun, entah mengapa, perasaan resah yang biasanya muncul di hatinya saat Dea tidak ada, kini seakan lenyap begitu saja.

Dengan penuh semangat, Gavin segera keluar dari mobilnya dan melangkahkan kakinya menuju ruangan dosen. Ia ingin menemui salah satu dosennya yang juga merupakan seorang dokter profesional. Ada beberapa pertanyaan penting yang ingin ia ajukan mengenai kondisi kesehatan Aruna, wanita yang di cintainya selama ini.

Begitu sampai di ruangan dosen, Gavin mengetuk pintu dengan sopan. Tak lama, pintu pun terbuka dan ia dihadapkan pada sosok dosen yang diincar.

"Selamat pagi, Pak. Maaf, saya mengganggu Bapak, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan mengenai kesehatan seseorang," ucap Gavin dengan sopan sambil memberi hormat kepada dosen tersebut.

Wajah dosen itu tampak bersahabat dan ia mengajak Gavin masuk ke dalam ruangannya. Dengan hati berdebar, Gavin pun mulai mengutarakan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengganjal di benaknya mengenai penyakit yang diderita oleh Aruna.

"Apa yang ingin kamu tanyakan, Gav?" tanya dosen tersebut yang bernama Rudi, mencoba membantu siswanya itu.

"Apa itu penyakit sirosis hati, Pak? Apakah bisa disembuhkan?" tanya Gavin langsung to the point, mengungkapkan kekhawatiran yang terbayang di wajahnya.

Pak Rudi terlihat menghela nafas pelan, sambil menatap Gavin dalam-dalam. Ia bisa merasakan kegelisahan dalam suara Gavin dan memahami betapa pentingnya pertanyaan ini baginya.

"Sirosis hati merupakan kerusakan hati kronis, yang disebabkan oleh berbagai faktor. Penyakit ini mengarah pada terbentuknya jaringan parut dan dapat menyebabkan gagal hati," terang Pak Rudi dengan suara yang tenang namun serius.

"Sayangnya, penyakit ini tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, hanya bisa dikendalikan dengan obat-obatan," jelasnya lebih lanjut, mencoba memberikan penjelasan yang jelas dan realistis.

"Penderita sirosis hati harus menjaga pola hidup sehat, menghindari alkohol, dan mengikuti pengobatan yang diberikan oleh dokter secara rutin," tambahnya.

Gavin menundukkan kepalanya, merasa sedih dan khawatir dengan informasi yang baru saja didengarnya. Ia mencoba menguatkan diri dan berharap yang terbaik untuk orang yang dicintainya yang mungkin mengidap penyakit tersebut.

Gavin merasa semakin gelisah saat mendengar jawaban dari Pak Rudi. Wajahnya tampak pucat, tangannya terasa gemetar, dan jantungnya berdebar kencang. Hatinya terasa berat dengan beban yang semakin menumpuk, mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya.

"Apakah tidak ada cara lain pak?" tanya Gavin dengan suara yang hampir bergetar.

Dia mencoba untuk tetap tenang, meski dalam hati dia merasa takut akan kemungkinan yang dihadapinya.

"Ada. Gagal hati yang sudah kronis, bisa di sembuhkan dengan cara melakukan transplantasi hati," jawab Pak Rudi dengan suara yang lembut.

Dia merasa kasihan melihat Gavin yang terlihat begitu ketakutan. Mendengar jawaban tersebut, Gavin merasa semakin khawatir. Bagaimana mungkin dia bisa menemukan seseorang yang bersedia mendonorkan hatinya untuk orang lain? Pikiran itu terus menghantui Gavin sepanjang hari.

Dia mulai mencari informasi tentang transplantasi hati, mencari tahu bagaimana cara mendapatkan donor, dan apa saja resiko yang akan dihadapi jika melakukan transplantasi hati.

Semakin Gavin mencari tahu, semakin dia merasa putus asa. Namun, dia tidak bisa menyerah begitu saja. Bagaimanapun juga, ini adalah nyawa wanita yang di cintainya yang sedang dipertaruhkan.

Terpopuler

Comments

Yuliana Dewi in

Yuliana Dewi in

dea mungkin akan berkorban .ngasih hati utk aruna.sebab dea mau melihat gavin bahagia

2024-07-08

0

Pasrah

Pasrah

kok aku yg baca jadi deg deg gan ya, di tunggu lagi lanjutannya 💪🌹🌹🌹

2024-07-06

0

Pasrah

Pasrah

semoga ada jalan keluarnya, dan secepatnya menemukan orang yg suka rela mendonorkan hati nya

2024-07-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!