Gavin dan Aruna melangkah gembira di pusat perbelanjaan yang ramai. Tangan mereka bergandengan erat, menikmati kehangatan bersama. Mereka memasuki toko buku yang luas dan penuh dengan aroma kertas baru.
Aruna berdiri di hadapan rak buku yang penuh dengan judul-judul menarik, matanya berbinar seolah menemukan harta karun. Dari novel fiksi hingga buku sejarah, semuanya berhasil menarik perhatian Aruna. Sementara itu, Gavin mengamati Aruna dari jarak yang tidak terlalu jauh, tersenyum melihat antusiasme Aruna.
"Ambilah, jika ada yang kamu inginkan," ucap Gavin dengan nada lembut.
Aruna terdiam sesaat, menatap buku-buku di hadapannya dengan pandangan yang penuh minat. Ditariknya napas dalam, seolah mencoba menentukan pilihan terbaik.
"Aku mau novel itu," pekik Aruna tiba-tiba sambil menunjuk ke sebuah novel dengan sampul berwarna merah muda yang bergambar sepasang kekasih yang tengah berpelukan. Kisah cinta romantis yang menjadi tema novel tersebut tampaknya berhasil menyita hati Aruna.
Gavin tersenyum. "Ambil saja, nanti aku yang bayar" ucap Gavin.
Dengan wajah berbinar, Aruna mengambil buku novel tersebut, dan memilih satu novel lagi yang bertema komedi.
"Sudah, hanya itu saja" tanya Gavin.
"Eum, kalau banyak banyak nanti uang kakak habis" ucap Aruna sambil terkekeh.
Gavin mengacak rambut Aruna gemas, cuma mengambil dua buku saja tidak akan membuat uang Gavin habis, kecuali membeli seluruhnya pasti uang dia akan habis.
Menjadi anak bungsu di keluarganya cukup membuat Gavin beruntung, setiap bulan semua kakaknya akan memberikan uang jajan untuknya.
Gavin membayar Novel yang di beli oleh Aruan, sementara Aruna memilih menunggu Gavin di depan.
Selesai membayar, Gavin menghampiri Aruna dan menepuk bahunya dengan lembut. Aruna menggenggam erat novel yang kini berada di tangannya, senyuman lebarnya menunjukkan betapa bahagianya dia bisa menemukan kisah cinta yang mungkin akan menginspirasi hidupnya.
Setelah menghabiskan beberapa waktu di toko buku, mereka melanjutkan petualangan mereka ke toko pernak-pernik untuk wanita. Di sana, Aruna seperti menemukan surga kecilnya. Berbagai aksesori, perhiasan, dan barang-barang lucu lainnya memenuhi pandangannya. Dia mencoba beberapa gelang berwarna-warni di pergelangan tangannya, lalu menunjukkannya kepada Gavin yang tampak terpesona.
Aruna menemukan sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati yang indah. Dia melihat ke arah Gavin dengan tatapan memohon. Gavin tersenyum dan mengangguk, kemudian mengambil kalung tersebut untuk dibayar di kasir.
Aruna memeluk Gavin erat, mengungkapkan rasa terima kasih kepadanya. Mereka terus berkeliling toko, mencoba berbagai barang dan saling tertawa. Kedekatan mereka semakin terasa, dan suasana hati mereka semakin bahagia. Di tengah keramaian pusat perbelanjaan, Gavin dan Aruna menemukan kebahagiaan dalam waktu yang mereka habiskan bersama, menjelajahi toko-toko yang penuh dengan kejutan dan kenangan manis.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat mereka berdua. Dea bersembunyi di balik dinding di salah satu sudut mall, matanya terus mengintip ke arah Gavin dan Aruna yang sedang tertawa bersama.
Suara tawa mereka terdengar merdu seolah-olah mereka adalah pasangan yang paling bahagia di dunia. Namun, bagi Dea, tawa itu bagaikan racun yang perlahan membunuh hatinya.
Tangannya mengepal kuat, seolah ingin menghancurkan segalanya di hadapannya. Tatapan Dea terasa semakin tajam dan penuh kebencian. Dia tidak bisa mempercayai bahwa Gavin, pria yang selama ini dicintainya, kini justru berada di samping Aruna. Wanita yang satu tahun lalu pergi meninggalkannya tanpa kabar apapun.
Perasaan cemburu dan kecewa bercampur aduk di dalam hatinya, menyebabkan perasaan amarah yang tak tertahankan. "Aku tidak akan membiarkan kalian bahagia," desis Dea dalam hati.
Perlahan bayangan Dea tampak menghilang perlahan, meninggalkan sepasang mata yang terus mengawasi kebahagiaan yang seharusnya menjadi miliknya.
****
Gavin dan Aruna tengah asyik bermain di timezone, merasa seolah dunia milik mereka berdua dan orang lain hanyalah menyewa.
Mereka terlihat sangat bahagia, saling berkejaran sambil mencoba berbagai permainan yang ada di sana. Tawa mereka bergema memenuhi setiap sudut ruangan, menunjukkan betapa mereka larut dalam kebahagiaan bersama.
Aruna mencoba permainan menembak sasaran dengan senapan angin, sementara Gavin berdiri di sampingnya memberi semangat. Aruna berhasil menembak beberapa sasaran dengan tepat, membuat Gavin terpukau oleh keahliannya.
Setelah itu, mereka beralih ke permainan balap mobil, di mana mereka saling bersaing untuk menjadi yang tercepat. Mereka terus bermain, lupa waktu dan tak peduli dengan orang-orang di sekitar yang mungkin merasa terganggu oleh suara tawa mereka. Bagi Gavin dan Aruna, saat itu hanyalah milik mereka berdua, dan tak ada yang bisa menghentikan kebahagiaan yang mereka rasakan. Di antara permainan dan tawa, mereka sesekali saling beradu pandang, tersenyum penuh makna seolah ada rasa yang lebih dalam di antara mereka. Mereka saling merasakan kebahagiaan yang sama, dan tak ada yang bisa menghalangi kisah indah yang sedang mereka ciptakan bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Pasrah
kenapa sekarang Dea jadi seperti itu ya, dulu aja waktu kecil dia gak mau sama Gavin karna gendut, gak seperti Dea waktu baru bertemu aja dia udah baik dan seneng banget mereka berteman
2024-07-11
2
Maylani Natalia
cih jalang
2024-07-10
0
Maylani Natalia
awas aje lu jadi penjahat ke mereka Dea....sadar diri aje lu
2024-07-10
1