Alisya, sedang berbicara dengan anaknya yang tengah duduk di sofa ruang tamu.
Dengan wajah penuh kekhawatiran, ia bertanya, "Mama perhatikan kamu sering keluar bareng Dea, Gav. Kamu menyukai gadis itu?"
Gavin terkejut mendengar pertanyaan ibunya. Dengan ekspresi wajah yang tenang, ia menjawab, "Tidak, Ma. Gavin cuma berteman saja dengan Dea, tidak lebih." Memang, dalam hati Gavin, Dea hanyalah teman dekat yang bisa diajak berbagi cerita dan kebahagiaan.
Alisya, yang masih belum puas dengan jawaban Gavin, menegaskan, "Tapi sepertinya Dea menyukaimu, lho." Senyum kecil terukir di bibirnya, mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi antara Gavin dan Dea.
Gavin hanya menaikkan bahunya acuh, menunjukkan bahwa ia tidak terlalu peduli dengan perasaan Dea. Bagi Gavin, itu adalah hak Dea untuk mencintai dirinya atau tidak. Namun, bagi dirinya, hubungan mereka hanya sebatas teman saja.
Orion duduk bersila di lantai, mengikutsertakan dirinya dalam obrolan antara Gavin dan mamanya.
Dengan polos, bocah itu menyapa Gavin, "Om nda cinta cama kak Dea ya? kak Dea tantik lho, Lion aja cuka cama kak Dea."
Gavin mendengus kesal, matanya melotot menatap keponakannya. "Kamu sih memang buaya darat, liat cewek cantik dikit langsung suka," cibirnya sambil mengejek.
Orion tersenyum simpul, menunjukkan gigi susunya yang belum sempurna. "Nda macalah, kata daddy itu nolmal. Yang nda nolmal itu om Gavin, di tinggal pelempuan aja galau," balas bocah itu dengan semangat.
Gavin berdiri dengan wajah merah padam, amarah dan malu bercampur menjadi satu. Ingin rasanya dia mencekik leher keponakannya yang cerewet itu. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, sementara tangan kanannya mencengkeram erat lengan kursi.
"Apa? Nda telima?" nyolot Orion, berdiri dengan tangan di pinggang dan senyum mengejek di bibirnya.
Suara nyaring keponakannya itu seperti menggema di telinga Gavin, membuat amarahnya semakin memuncak. "Rumah sebesar ini pasti ada karung kan mam?" tanya Gavin .
"Ada itu di dapur banyak. Untuk apa kamu nyari karung?" tanya Alisya penasaran, mengangkat alis dan melirik ke arah putranya.
Ia menyadari bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi antara Gavin dan Orion, tetapi belum mengerti apa sebenarnya yang terjadi.
"Buat ngarungin cucu mama." jawab Gavin dengan nada sinis, sambil melirik ke arah Orion yang masih berdiri dengan sikap angkuh.
Orion terkekeh mendengar ucapan Gavin, seolah mengejek usaha paman yang kesal tersebut.
"Enak saja mau karungin anak orang, tidak tahu apa kami buatnya susah, sampai lembur segala" ucap Ravin yang baru saja tiba di rumah orang tuanya, hendak menjemput sang putra.
Gavin merotasi bola matanya malas melihat kedatangan kakaknya. "Anak sama bapak sama saja. Sama-sama ngga punya akhlak" gerutu Gavin dan berlalu meninggalkan ruang tamu.
Orion, terbahak-bahak sambil menunjuk wajah merah pucat sang paman. Ia berhasil membuat paman Gavin kesal karena bercanda soal percintaan orang dewasa.
Tangannya yang mungil mengulur ke depan, menantikan respon dari ayahnya. Mata Ravin bersinar ceria saat menyambut uluran tangan Orion, lalu bersorak gembira bersama anaknya. Keduanya tertawa riang, seolah mengejek kekesalan Gavin.
Alisya, menatap mereka dengan ekspresi jengkel di wajahnya. "Kalian ini iseng sekali, nanti kalau Gavinnya marah gimana?" ucapnya sambil menggelengkan kepala.
Ia menatap putranya dengan tajam, menegur Ravin agar tidak mengajarkan hal-hal yang belum pantas pada usia Orion.
"Dan kamu Vin, jangan mengajari putramu yang aneh-aneh. Dia masih kecil, tidak baik berbicara tentang cinta," tegas Alisya.
Ravin dan Orion saling pandang, lalu tertawa pelan sambil mengangkat bahu tidak perduli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Yuliana Dewi in
bauh ga jatuh dri pohon.itu orion dan ravin
2024-07-06
1
Suanti
Gavin klu ngak suka Dea jgn ksh harapan
2024-07-05
1
Ita Rosdiana
lanjuuuttt
2024-07-05
1