WHAT IS D?
*Di tengah malam yang sunyi, dan bulan bersinar terang, suara jangkrik menghiasi malam, di tengah kota yang damai, Arstanta berjalan sempoyongan tanpa arah dan tujuan untuk mencari makanan*
BRAKKK...
Arstanta terjatuh karena tidak kuat menahan lapar yang dia alami sambil memegang perutnya.
"Siapapun, tolong berikan aku makanan." Arstanta berkata dengan pelan dan lemas.
Badannya yang sudah sulit untuk bergerak karena kelaparan, hanya bisa diam membatu.
Dia hanya berharap ada orang lain yang mau membantunya.
"Tolong... Siapapun, aku mohon." Arstanta menangis dengan suara yang pelan dan menahan lapar yang dia derita sembari berharap.
TAP... TAP... TAP...
Dia mendengar suara langkah kaki dan menoleh untuk melihatnya.
Ketika dia menoleh ke arahnya orang tersebut terlihat kaya, dengan jas dan dasi yang dikenakannya.
Orang itu juga memandanginya dan melihatnya dengan tatapan yang merendahkan.
"Hei, apa yang kau lakukan dengan berbaring disana orang miskin? Kau menghalangi jalanku..!!" orang itu berkata dengan nada yang tegas dan emosi.
Lalu dengan tega, tiba-tiba orang itu menendang Arstanta dengan cukup keras.
BRAKK...
Setelah menendang Arstanta dengan tega, orang itu menginjaknya seperti tidak ada apa apa di depannya, dan dia pun pergi seperti seseorang yang tidak memiliki salah apapun.
Arstanta menangis karena perbuatannya yang kejam kepada dirinya.
Dia menatap langit sembari bertanya kepada langit.
"Kenapa dunia sangat kejam? Apa salahku? Kenapa orang orang kaya bisa melakukan hal seperti itu kepada orang miskin? Bukankah ini tidak adil?!!" Arstanta berkata dengan nada sedih sembari menangis.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari belakang dirinya.
TAP.. TAP.. TAP.. TAP..
Arstanta tidak menoleh sedikit pun karena dia takut hal yang sama akan terjadi lagi pada dirinya.
Orang tersebut menunduk dan memegang badannya dengan lembut.
"Apa kau lapar?" tanya orang itu dengan nada khawatir dan santai.
Arstanta hanya terdiam dan menahan air matanya keluar agar dia tidak di perlakukan buruk lagi.
"Ada apa? Apa kau takut kepadaku?" tanya orang itu dengan nada penasaran dan khawatir.
Arstanta pun memberanikan dirinya untuk menatap orang tersebut.
"Aku tidak takut padamu, hanya saja ada seseorang yang sepertimu tiba-tiba melakukan hal yang buruk padaku." jawab Arstanta dengan nada sedih dan sedikit ketakutan.
Orang tersebut menatapnya dengan tulus dan sedikit tersenyum.
"Kau pasti lapar, ayok ikut aku." orang tersebut berkata dengan nada mengajak dan santai.
"Apa kau tidak akan terkena masalah?" tanya Arstanta dengan nada khawatir.
"Tidak usah dipikirkan.. Aku hanya ingin membantumu." jawab orang tersebut dengan nada santai.
Arstanta pun berdiri dengan perut yang masih keroncongan.
Orang tersebut tiba-tiba memegang tangannya, dan dia pun langsung menarik Arstanta dengan santai ke sebuah restoran berbintang.
Arstanta merasa tidak enak dan malu ketika dia memasuki restoran mewah itu, karena baju yang dipakai Arstanta terlihat seperti baju seseorang yang ingin pergi bermain.
Ketika mereka berdua sudah duduk di kursi mereka, orang tersebut tiba-tiba menanyakan nama Arstanta.
"Siapa namamu?" tanya orang tersebut dengan nada santai.
"Arstanta." jawab Arstanta dengan nada sedikit malu dan tidak enak ke orang tersebut.
"Ohh.. Nama yang bagus, namaku Radhel aku adalah pengusaha." Radhel berkata dengan nada santai lagi.
"Kenapa kau mau membantuku?" tanya Arstanta dengan nada bingung.
"Aku? Hmmm.. Aku ingin kau bekerja kepadaku." jawab Radhel dengan nada santai sembari tersenyum denga santai ke arahnya.
"Bekerja? Apa pekerjaan itu?" tanya Arstanta dengan nada penasaran.
Radhel hanya tersenyum ke arahnya.
"Sudahlah.. Apa kau mau menerimanya?" tanya Radhel dengan nada santai lagi sembari menggodanya.
"Aku akan mengambilnya dan bekerja padamu, setidaknya aku masih bisa bertahan hidup." Arstanta berkata dengan nada santai dan sedikit menuntut.
"Baiklah.. Aku akan menyetujuinya." jawab Radhel dengan nada santai sembari tersenyum.
Pelayan pun datang menghampiri mereka berdua dan langsung bertanya dengan sopan.
"Apa yang mau kalian pesan tuan?" tanya pelayan itu dengan nada sopan.
"Aku ingin Daging Steak ini 2 dan berikan aku 2 minuman soda juga." jawab Radhel dengan nada santai ke pelayan itu.
"Baiklah.. Mohon tunggu sebentar." pelayan itu berkata dengan nada yang santai sebelum dia meninggalkan meja yang sedang di duduki oleh Radhel dan Arstanta.
"Setelah makan kau bisa langsung bekerja denganku." Radhel berkata dengan nada santai.
Radhel pun mengeluarkan sebuah kertas dan menulis kata-kata perintah yang harus Arstanta lakukan di dalam pekerjaannya kali ini.
Radhel memberikan kertas itu ke Arstanta dengan santai.
Dan Arstanta pun menerimanya.
"Ini adalah pekerjaan yang cukup penting, aku harap kau tidak mengacaukannya." Radhel berkata dengan nada santai.
"Aku akan berusaha sebisaku." jawab Arstanta dengan nada santai dan percaya diri.
Radhel pun hanya membalasnya dengan senyuman di wajahnya.
Beberapa waktu berlalu, mereka berdua sudah selesai makan dari restoran itu, dan mereka berdua berjalan berdampingan.
"Aku akan memberikanmu sesuatu, kau harus melakukannya kawan." Radhel berkata dengan nada santai.
Arstanta hanya mengikuti semua perintah Radhel, dan dia juga merasa harus membalas budi.
Radhel mengajak Arstanta menuju ke sebuah mobil yang berada di parkiran sebuah kantor.
Radhel membuka mobil tersebut dengan santai dan langsung mengambil barang yang dia bawa.
"Waktunya bekerja." Radhel berkata dengan nada santai.
Arstanta pun mengambil barang tersebut, dan dia merasa bingung.
"Apa ini? Sebuah Koper?" tanya Arstanta dengan nada penasaran.
"Itu bukan Koper biasa loh.. Jangan sampai kau membukanya sebelum kau sampai di lokasi mengerti?" Radhel berkata dengan nada santai dan sedikit tegas.
"Baiklah.." jawab Arstanta dengan nada santai sebelum dia pergi meninggalkan Radhel.
Ketika dia sedang membawa barang tersebut, dia pun membuka kertas yang telah diberikan oleh Radhel dan langsung membacanya.
"Ohh.. Jadi ini pekerjaanku? Baiklah apa boleh buat." Arstanta berkata dengan nada santai dan pasrah.
Dia pun langsung mengikuti semua petunjuk dan perintah Radhel yang sudah ditulis di kertas itu.
Ketika dia sampai di lokasi, Arstanta melihat sebuah bangunan gedung yang sangat besar, dia pun mencoba menerobos masuk ke sana agar dia bisa menyelesaikan pekerjaannya ini.
"Hmm.. Tembok dimana-mana, apakah tempat ini sangat rahasia? Atau hanya perasaanku saja?" tanya Arstanta dengan nada bingung ke dirinya sendiri.
Arstanta pun mencari celah diantara semua tembok-tembok yang kokoh dan tinggi itu, dan diatas tembok yang tinggi itu masih ada kawat besi yang terpasang disana.
"Hmm.. Aku rasa aku harus menggunakan akalku." Arstanta berkata dengan nada yang bersemangat sembari tersenyum.
Arstanta pun pergi menuju ke gerbang pintu masuk yang ada di belakang, dan dengan lincah dia memanjatnya dan langsung melompat ke bawah dengan sangat cepat.
"Hahaa..!! Aku masih hebat ternyata." Arstanta berkata dengan nada bangga.
Arstanta pun langsung menaruh koper yang sudah diberikan oleh Radhel tadi di tempat yang sudah dia perintahkan di kertas.
Dan Arstanta pun langsung meninggalkan lokasi tersebut dengan lincah dan cepat.
Arstanta terus berlari menjauhi lokasi itu dengan perasaan panik.
Dan tidak lama setelah Arstanta meninggalkan lokasi tersebut, tiba-tiba ledakan muncul dan membuat kerusakan yang sangat parah ke gedung tersebut
DUARRR...
Arstanta terus berlari meninggalkan lokasi tersebut, sampai tiba-tiba dia menabrak seseorang
BRAKK...
Orang yang di tabrak Arstanta terjatuh, begitu juga dirinya.
Ketika mata mereka saling menatap, Arstanta langsung merasa kesal dan marah.
"Kau orang yang tadi..!! Aku tidak akan memaafkanmu..!!" Asrtanta berkata dengan nada kesal sembari menyerangnya dengan pukulan.
Orang tersebut dengan mudah langsung membanting Arstanta ke tanah dan dengan cepat dia juga langsung menginjak wajah Arstanta dengan sepatunya.
Arstanta pun langsung tidak sadarkan dirinya.
Dan orang tersebut dengan santai berjalan melewatinya dan tidak peduli dengan nasibnya.
*Berpindah ke Radhel*
Beberapa saat setelah kejadian itu, Radhel melewati lokasi yang dia suruh ke Arstanta untuk memastikan pekerjaannya.
Ketika dia sedang berjalan santai, tiba-tiba dia melihat Arstanta yang sedang terbaring tidak sadarkan diri.
"Oii.. Apa yang terjadi?!!" Radhel berkata dengan nada khawatir dan langsung menghampirinya.
"Sial.. Kau bisa mati jika terus begini." Radhel berkata dengan nada khawatir dan panik.
Radhel pun tanpa berpikir panjang langsung membawanya ke rumah sakit.
*Disisi orang yang sudah menghajar Arstanta*
NITTT... NITTT... NITTT...
Orang tersebut pun langsung mengangkat teleponnya dengan santai.
"Ada apa?" tanya orang tersebut dengan nada santai.
"JJ.. Markas kita diserang..!!" orang lainnya itu berkata dengan nada yang sangat panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
gerald
setoran novel, gece gw gak mau tau
2024-06-28
3