Istri Berhijabnya Suga
Hai, perkenalkan namaku Eltyas Safira Elmas. Aku seorang wanita asal Indonesia yang sudah berumur 27 tahun. Aku wanita yang penuh imajinasi, sehingga orang-orang menyebut ku wanita halu.
Aku gak tahu penyebabnya apa, atau awal nya kenapa aku bisa seperti ini, meskipun begitu aku menyukai diriku sendiri apa adanya. Aku memiliki dunia khayalan yang membuatku merasakan euforia, aku nyaman dan tidak ingin melepaskan nya.
Dunia real ku memang tidak sebaik dengan dunia khayalan. Dunia fana ini begitu kejam terhadap diriku, aku merasa selalu gagal dalam segala hal. Baik itu nasib, pendidikan bahkan rumah tangga.
Aku seorang--- a young widow yang belum punya anak. Iya, aku baru saja bercerai sekitar 1 tahun yang lalu. Perceraian itu membuatku dalam keterpurukan, dengan luka yang masih membekas sampai sekarang.
Tapi, aku adalah wanita kuat, meskipun hati ku sakit tercabik-cabik. Aku masih bisa bangkit, masih bisa berdiri di atas kaki ku sendiri. Aku sangat yakin, masa depanku masih cerah.
Ku tuangkan kembali semua imajinasiku dalam aksara, sebuah karya seni yang membuatku bangga. Dunia literasi itu ku tekuni dengan hobi dan bakat. Kadang aku menulis cerita ku sendiri atau hanya sebuah fiksi. Novel-novel yang ku tulis pun cukup terkenal dan menghasilkan banyak cuan. Dari sanalah aku mulai bahagia dengan caraku sendiri, bahkan kebahagiaan mengalir sendiri setiap hari.
Dari sanalah aku ada keinginan untuk mengejar lagi mimpi yang tertinggal, membulatkan tekad untuk pergi dari zona nyaman. Memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk mengeksplorasi kemampuan yang ku punya, membuka harapan yang dulu ada, dan menebus kecewa yang menyesakan dada.
_______
Dan saat ini aku benar-benar sudah berada di negeri yang aku impikan, sebuah negara yang terkenal dengan industri K-Pop dan Drakor nya. Hal yang kerap membuat para penggemar musik maupun drama Korea, rela berbondong-bondong mengunjungi negara tersebut untuk bertemu para idola.
Iya, aku sekarang sedang berada di Korea Selatan. Sebuah negara yang memiliki banyak tempat wisata menarik dan menjadi pusat hiburan terkenal di dunia. Aku berdiri di sebuah jembatan yang menampakan keindahan kota yang di kelilingi banyak gedung pencakar langit berteknologi tinggi, gemerlapan lampu malam menerangi seluruh kota begitu memanjakan mata.
Aku sampai di kota Seoul ini, sekitar 2 jam yang lalu dari Bandara Incheon menggunakan kereta api. Saking asyiknya untuk berjalan-jalan di sekitar kota, membuat isi perut ku mulai meronta-ronta meminta jatah. Aku pun mulai mencari restauran terdekat untuk mengganjal perutku yang sudah keroncongan.
Akan tetapi, sebuah kejadian menimpaku malam ini. Aku di cegat oleh 3 pria berbadan besar ketika berjalan melewati jalan tersebut. Keadaan memang cukup lenggang, waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Aku ketakutan, mempertahankan hak milikku dengan sekuat tenaga.
"Tolong ... jangan ganggu a-ku, aku hanya orang asing di sini. A-ku tidak tahu kalau ini kawasan kalian," ucapku terbata-bata, aku begitu ketakutan dengan badan yang gemetar hebat.
"Kami tidak akan menggangu kamu, Nona. Berikan saja barang berharga mu itu. Kami tidak tertarik dengan tubuh mungil seperti mu, apalagi wajahmu yang jelek." kata seorang gangster yang memakai jaket hitam. Wajahnya sungguh menyeramkan. Badannya tinggi besar seperti atlet gulat.
Sebenarnya aku tersinggung dengan perkataan ahjusi itu, badan ku memang kecil dan imut. Tinggi ku hanya 146 cm, tapi wajahku cukup cantik. Orang-orang di desaku malah banyak yang tertarik padaku, jadi benar ya standar kecantikan di Korea itu begitu tinggi. Tapi, aku sedikit tenang kalau mereka memang tidak berminat kepadaku, aku bisa menjaga kehormatan ku dengan baik.
"Halah, apaan kamu ini, wanita ini cantik. Apalagi kalau tutup kepalanya di buka, aku jadi pengen lihat rambut di balik kain itu." Pria di sebelahnya ikut menimpali, badannya lebih kecil dari pria sebelumya. Tapi, wajahnya jauh lebih sangar.
Aku bahkan bergidik melihatnya. Apalagi, sekarang dia tiba-tiba berkata seperti itu. Sedikit rasa tenang itu menguap cepat, berganti dengan perasaan takut yang merajalela.
"Bacot lo, diam. Kita di sini buat malak bukan mau enak-enak." sahut pria yang lainnya, wajahnya terlihat lebih muda dari yang lainnya. Tapi, aura menyeramkan masih ada di raut wajahnya.
Aku terus menggigil ketakutan dengan air mata yang sedari tadi terus berjatuhan, aku memang secengeng itu. Apalagi kondisi saat ini begitu mencekam, andrenalin ku begitu menciut.
"Sudah, gak usah banyak drama. Berikan saja kami uang, kami akan pergi setelah itu." ucap pria itu lagi. Aku tak menjawab, hanya isak tangis yang keluar dari mulutku.
Tentu saja aku tidak akan memberikan uang itu secara cuma-cuma, apalagi uang yang aku pegang itu cukup banyak. Uang itu sudah aku atur, untuk kebutuhan ku selama di sini sampai mendapatkan pekerjaan.
"Mana sini, cepat." Tas ransel ku pun di tariknya dengan kencang, aku sudah mencoba mempertahankan. Tetap saja, tenaga ku kalah besar dengan dia.
"Ck, banyak juga uang gadis ini. "
"Tolong, jangan di ambil uang saya. Itu uang buat biaya hidup saya selama disini." rengek ku dengar air mata bercucuran, mencoba mengambil kembali tas ranselku.
"Kami tidak butuh uang banyak manis, hanya butuh seratus ribu won aja." ucap pria bertubuh besar dengan entengnya.
seratus ribu won \=1,85jt dan itu banyak, bukan sedikit. Uang segitu bisa buat biaya makan aku selama seminggu di sini dengan menu hemat. Apalagi, uang itu aku cari dengan susah payah selama menjadi penulis novel daring.
"Oh, ternyata uang kamu cukup banyak juga. 500 ribu won. Kita ambil 450 ribu won aja, 50 ribu won nya untukmu." ucapnya kegirangan, dia terus mencari keberadaan uang yang lain.
(50 ribu won memang cukup buat makan selama 6 hari untuk menu hemat. Tapi, bagaimana aku bisa mengganti uang yang 450 ribu won. Sewa kost-kost an aja udah 900 ribu won yang paling murah. Ya Allah bagaimana ini)
"Ahjusi tolong jangan, itu uang buat makan saya selama 1 bulan lebih. Tolong saya, saya tidak punya siapa-siapa di sini, saya tidak punya tempat tinggal. Kalau uang nya di ambil, saya tidak akan bisa makan, saya mohon."
"Emang saya peduli, enggak!"
Mereka pun pergi begitu saja, membuat air mata ini begitu mengalir deras. Jahat sekali mereka membawa semua uang di dompet ku tanpa tersisa. Aku terduduk lemas saking syok nya.
Dengan badan yang lemas aku mencoba beranjak dan berjalan, mencari rumah makan terdekat. Perutku sakit tak tertahan hingga aku hilang kesadaran.
****
Aku mengerjapkan mata ku ketika siuman, kepala ku terasa sakit begitu juga dengan perut ku yang perih--- belum di isi makanan. Aku menyisir penuh ruangan. Aku berbaring di atas ranjang, di sebuah kamar mewah yang besar. Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi sebelum ini dan kenapa aku bisa sampai di sini.
(Siapa pemilik kamar ini ya? Kenapa dia membawa ku ke sini?) Astaga aku pun baru ingat, kalau aku jatuh pingsan di jalan setelah di palak oleh para preman tadi.
Ceklek!
Suara kenop pintu di putar, aku pun menoleh ke arah pintu. Aku memandang ke arah sana dengan teliti, aku takut dia yang datang adalah orang jahat. Tapi --- itu bukan orang jahat. Dia--- dia pria tampan yang selalu aku tonton di sosial media. Laki-laki berkulit putih pucat dengan badan tegap, berjalan ke arah ku sambil membawa sebuah nampan di tangannya.
'Dia--- dia itu seperti Suga BTS?' Aku bertanya dalam hatiku, aku pun terkejut bukan main karena wajahnya mirip sekali dengan Suga.
Dia melangkahkan kakinya ke arahku dan di belakang nya ada mereka--- 3 pria dewasa yang selalu di juluki bocah kematian. Wajah mereka mirip sekali dengan Jimin, Taehyung dan Jungkook yang selalu aku lihat di tv atau sosial media.
Apa aku ini mimpi? Kenapa ada member BTS di depanku. Apakah ini efek lapar sehingga aku berhalusinasi? Tapi, masa iya ah ... Jantungku mulai heboh di dalam sana.
"Syukur lah kalau kamu sudah siuman, apa ada yang sakit?" ucap pria yang mirip Suga. Aku speechless, hanya mematung menatap mereka dengan perasaan yang begitu bahagia dan terkejut secara bersamaan.
"Hei! Are you okay?" sekarang yang bertanya adalah Jungkook oppa. Aku masih bergeming tidak mengeluarkan kata sepatah kata pun.
"Apa dia gagu?" tanya Taehyung menatapku penuh selidik, aku merasa awkward dengan posisi seperti ini. Tentu pipiku memerah karena canggung bercampur salah tingkah. Bagaimana bisa aku bertemu dengan member BTS sedekat ini dan dalam kondisi seperti ini.
"Kasih minum dulu hyung, sepertinya dia masih syok." suruh Jimin pada Suga.
Suga pun memberiku segelas air hangat. Aku menegak habis air minum itu, haus! Iya aku begitu kehausan dalam kondisi ini. Dahaga ku pun hilang dengan rasa hangat di perut ku.
'Berarti ini bukan mimpi kan? rasanya kentara sekali.' tanya ku dalam hati
"Siapa nama mu? Dan dimana asal mu? Dari wajah dan penampilan mu, sepertinya kamu dari Asia tenggara ya?" tanya Jungkook. Aku pun mengangguk pelan, bibirku masih terasa kaku untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
"Jadi, asal mu dari mana? Dari Indonesia atau Malaysia?" Lagi-lagi aku hanya membisu, ketika Jungkook memberondong ku dengan banyak pertanyaan.
Jungkook pun hanya menghela nafas kasar dengan memasang muka kesal, karena aku hanya terdiam sedari tadi.
Kruk-kruk!
Perutku berbunyi nyaring, membuat aku malu seketika, karena tertangkap basah sedang kelaparan. Aku menunduk menahan rasa malu ini yang sudah di ubun-ubun, bagaimana bisa aku bertemu mereka saat kondisi ku seperti ini. Ini benar-benar memalukan.
"Hahaha .... Jadi ini yang membuat mu terdiam sedari tadi, karena menahan rasa lapar?" Jungkook tertawa begitu nyaring, meledekku. Membuat aku tambah-tambah malu.
"Sudah, diam Jungkook," perintah Suga, Jungkook pun langsung merapatkan bibirnya. Tawa itu hilang terbungkam.
"Makanlah," suruh suga padaku, aku begitu sungkan menerima makanan pemberian nya. Sehingga aku hanya bergeming, namun mataku tetap tertuju pada makanan itu.
"Gak usah sungkan, makanlah. Biar kondisi mu cepat pulih." ucapnya memberi saran. Aku pun mengangguk pelan, dan menerima nampan itu dengan tangan gemetar.
"Kamu kenapa? Tangan mu seperti tremor? Tapi, tadi kata dokter kamu tidak apa-apa hanya lemas saja kurang nutrisi."
'Duh, udah dong jangan bikin malu aku terus Suga, tangan ku gemetar seperti itu bukan karena rasa lapar. Tapi, karena jantungku yang mulai berdebar-debar karena posisi kita yang begitu dekat serta pertemuan dadakan ini, nyaris membuatku hilang kesadaran untuk kedua kalinya.'
"Maaf apa ini mimpi?" Kali ini aku benar-benar membuka suara, tetapi bukan menjawab pertanyaan Suga. Tapi, malah balik bertanya.
"Ternyata kamu tidak gagu, syukurlah," ucap Taehyung menimpali.
"V! Jangan seperti itu, namanya tidak sopan." timpal Jimin mengingatkan. Taehyung hanya berdehem.
"M-maaf kan aku, aku begitu speechless. A-ku kira ini ... hanya sebuah mimpi." ucap ku begitu pelan, seperti gumaman.
"Tidak, ini bukan mimpi, Nona. Kami menolong mu, saat kamu jatuh pingsan di jalan dan membawamu ke rumah Suga hyung " jelas Jimin.
Aku tidak ingat soal aku pingsan, yang aku ingat sampai aku di palak preman. Jadi, mereka yang menolongku, begitu baik mereka ini. Aku begitu bersyukur, Allah mengirim ku 4 malaikat penolong ini. Dan sekarang aku sedang di apartemen milik Suga? Ya Allah mimpi apa aku semalam.
"Terimakasih semuanya karena telah menolongku, tapi ... Apa kalian benar-benar member BTS?" tanya ku dengan suara bergetar. Aku menahan rasa haru.
"Iya, kami member BTS, kamu sedang tidak bermimpi." Taehyung menjawab dengan suara beratnya.
Aku pun tersenyum lebar. "Terimakasih telah menolongku," ucapku dengan tulus.
"Sama-sama," ucap mereka bersamaan.
"Sekarang kamu mending makan dulu! Badanmu terlihat lemas begitu, wajah mu juga pucat. Takutnya kamu pingsan lagi," saran Jimin.
Dia memang penuh perhatian, aku sangat suka sikapnya yang lembut dan care itu. Dia memang baik seperti yang di katakan media.
Aku pun mengangguk dan mencoba memegang sendok, tapi tetap tanganku gemetar, sepertinya tanganku masih lemas dan aku masih grogi. Sampai aku tidak bisa makan dengan benar.
"Sudah jangan paksakan, biar aku suapi." ucap Suga, mengambil alih sendok dari genggaman ku. Aku hanya bergeming.
"Sudah, sini kan makan nya," ucapnya lagi sambil mengambil alih mangkuk sup yang tadi aku pegang.
"Kalian semua mending keluar saja, seperti nya dia terlalu grogi banyak orang di sini. Aku yang akan mengurus nya." kata Suga. Dia seperti bisa membaca isi pekiranku.
"Baik hyung, urus dia dengan baik." balas Jimin. "Ayok, Tae, Kokki." ajak Jimin kepada dua dongsaeng nya. Mereka pun keluar kamar meninggalkan aku berdua dengan Min Yoongi.
Jantungku berdegup kencang, aku semakin salah tingkah karena di tinggal berdua oleh Suga.
Suga mulai menyendok satu sup dan mengarah kan ke mulut ku. "Buka mulutmu," ucapnya dengan husky voice yang membuat aku merinding.
Di tambah aroma tubuhnya begitu kuat menusuk indera penciumanku. Kombinasi keharuman parfum Invictus yang menyegarkan, dihasilkan dari perpaduan sempurna aroma Grapefruit dan Jasmine. Aroma aquatic yang intens juga turut tercium membuat aku begitu nyaman dan terlena dengan aroma bubble gum ini.
"Ayok buka mulutnya, tangan saya pegal." Aku pun tersadar dari rasa terpukau terhadap Suga. Aku menurut, membuka mulut dengan lebar. Pipi ku pun memanas karena salah tingkah.
Enak. Makanan nya begitu memanjakan lidah ketika aku kunyah. Dia pecah di dalam mulutku, sensasi kelezatan itu membuat hatiku berbunga-bunga. Aku begitu senang karena perutku mendapat jatah makanan yang lezat.
'Apa Suga yang membuatnya ya?' tanya ku dalam hati.
"Ayo buka lagi mulutnya, jangan terdiam seperti itu." Lagi-lagi aku baru tersadar dari lamunanku, masakan nya membuat aku terbang ke Nirwana saking pecahnya di dalam mulutku.
"B--biar aku saja," kataku. Karena aku sangat tidak enak jika terus di suapi Suga, apalagi jantungku yang sedari tadi berdetak tak beraturan. Aku tidak ingin tertangkap basah karena salah tingkah begini.
"Sudah biar saya saja, tangan mu dari tadi gemetar bagaimana bisa makan dengan benar." Dia tetap teguh dalam pendiriannya.
Aku tidak bisa menolak. Biarkan lah aku di manjakan oleh-nya, kalau aku pergi dari sini belum tentu kan aku bertemu dengan dia lagi. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
"B-baiklah, terimakasih banyak, Min yoongi ssi." Dia hanya mengangguk, dan menyuapiku kembali.
Tidak ada suara di antara kita, hanya ritme jantungku yang berpacu cepat di dalam sana. Akhirnya satu mangkuk sup itu habis, perutku begitu kenyang. Tapi, tak kenyang melihat wajah tampan Suga yang berada di sampingku.
Sedari tadi aku hanya mencuri pandang ke arahnya, menikmati keindahan wajah tampan itu hanya sekilas-sekilas. Hatiku sebenarnya meronta ingin menatap lekat wajah tampan itu begitu dalam, tapi diriku merasa malu jika terang-terangan mengangumi nya. Bisa-bisa dia merasa risih kepadaku, sehingga ku tahan saja keinginanku itu meskipun begitu kewalahan.
"Makanan nya sudah habis, kamu bisa kembali beristirahat. Besok saya akan mengantarmu pulang, untuk malam ini kamu bisa menginap di sini. Waktu sudah terlalu malam untuk mengantar mu pulang."
Aku mengangguk sebagai tanda setuju. "Min yungissi jeongmal gamsahabnida. Saya benar-benar berterima kasih, karena Tuan telah menolong saya."
"Sama-sama, oh iya nama kamu siapa? Dan dimana rumahmu?"
"Nama saya Eltyas, saya dari Indonesia. Saya baru saja sampai ke sini beberapa jam yang lalu."
"Ternyata kamu seorang turis, kamu sudah memiliki tempat tinggal di sini?"
Aku menggeleng pelan. "Aku baru pertama kali ke sini, aku juga belum memiliki tempat tinggal. Setadinya, aku akan mencari penginapan, tapi--- sesuatu malah terjadi padaku." terangku dengan perasaan yang sedih.
"Memang nya apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa sampai pingsan di jalan?"
"Tadi a-ku di palak oleh para gangster di jalan. Uangku raib di ambil mereka," ucapku, mataku mulai memanas jika teringat lagi soal tadi yang ku alami.
"Terus kamu pingsan karena syok?"
"Syok dan juga sakit perut, perutku sangat sakit dan kepalaku juga pening. Aku memaksakan untuk berjalan dan aku pun malah tak sadarkan diri."
"Lain kali, kalau kamu datang ke negara lain mending langsung cari penginapan, apalagi waktu sudah malam. Atau kamu bisa mencari angkutan umum. Jangan jalan-jalan sendirian, itu mengundang banyak orang jahat."
"Iya aku salah, seharusnya aku lebih berhati-hati. Kalau anda tidak menolong saya, entah lah bagaimana nasib saya." Aku menunduk lemah, dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Sudahlah, itu semua sudah terjadi dan untunglah kamu tidak apa-apa. Badan kamu udah oke kan?"
"Alhamdulillah saya merasa jauh lebih baik. Maaf telah merepotkan anda Min Yoongi ssi." Min Yoongi hanya mengulas senyum simpul.
"Sama-sama, sudah jangan terlalu di pikir kan. Apa kamu butuh sesuatu? Sebelum saya pamit."
"Em--- saya hanya perlu ponsel saya. Saya ingin menghubungi keluarga saya, yang di Indonesia. Pasti mereka telah menunggu kabar saya dengan khawatir."
"Dimana ponsel mu?"
"Di tas ransel saya."
"Oke sebentar saya ambil kan." Yoongi pergi keluar kamar untuk membawa tas ranselku.
Tidak butuh lama, dia telah kembali dengan men jingjing tas ransel hitam dan membawa koper ku juga.
"Yang ini kan?" Dia menyodorkan tas hitam miliku, aku mengangguk. "Terimakasih," ucapku tulus.
"Iya, ada hal lain lagi yang kamu perlukan?" Aku menggeleng cepat. "Tidak, terimakasih. Maaf telah merepotkan Anda, Min yoongi ssi." Dia pun mengangguk.
Aku pun langsung mencari-cari ponsel ku di tas, tapi ponsel itu sama sekali tidak ku temukan. 'Kok, gak ada ya. Apa aku lupa menyimpan nya. Ah, enggak kok, aku jelas-jelas menyimpangnya di tas ini.'
Aku mulai panik, aku pun mulai meng ubrak-abrik koperku juga. Tapi, ponsel ku tetap tidak ada di sana.
Kenapa?" Min Yoongi bertanya, karena melihat wajahku yang panik. Sedari tadi dia berdiri di depan ku, belum pamit pergi.
"Ponsel ku tidak ada, " jawab ku lemah. Air mataku yang sedari tadi tertahan di pelupuk mata, akhirnya tumpah juga.
"Bagaimana-bagaimana ini?" Aku mulai terisak, rentetan masalah benar-benar menyerbu ku hari ini. "Bagaimana aku bisa bertahan di negeri ini, bagaimana. Sedangkan uangku saja sudah raib semua. Hiks ... hiks." Aku terus menangis sejadi-jadinya.
"Coba cari dengan benar," saran Suga. Aku menggeleng pasrah. "Tidak ada di manapun. Aku telah mencari nya." jawab ku pasrah.
"Apa iya?" Suga pun mulai membantu mencari, dia menggeledah tas, koper dan akhirnya keluar kamar. Dia mencari ponsel ku di luar sana.
Aku terus menangis, rasanya begitu sakit. Bagaimana aku bisa kehilangan miliki ku yang berharga, semua itu aku dapatkan dari kerja keras sampai berdarah-darah. Dadaku begitu sesak, aku benar-benar pasrah akan segalanya.
Suga datang kembali menemuiku, dia begitu pengertian. "Sudah jangan lagi menangis, besok aku akan mengantarmu ke bank. Semoga uangmu masih menjadi milikmu," ucapnya. Aku mendongakkan kepalaku, menatap wajah nya. Dia tidak berbohong ada ketulusan dari sorot mata nya.
Aku pun mengangguk penuh haru, aki bersyukur masih ada orang yang peduli kepada ku. Apalagi orang itu adalah Suga --- idol yang ku suka.
Kami saling bertatapan, seakan bisa berkomunikasi lewat tatapan mata.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Iaa Syahadat
Suga calon masa dpn saya loh mbak 🥲😅
2024-07-08
0
Iaa Syahadat
Suga calon masa dpn saya loh mbak🥲😅
2024-07-08
0