Bab 16 Kok, bisa di buka?

Aku terus merawat Suga sampai aku ketiduran, saat aku membuka mata Suga sudah tidak ada di samping ku. Karena aku masih setengah sadar aku berjalan dengan mata yang masih mengantuk.

"Yoongi-ssi, kamu di mana?" Aku berteriak memanggil nama nya, tapi sama sekali tak ada jawaban dari nya.

Aku langsung terjaga karena takut Suga melakukan hal yang macam-macam, aku berjalan cepat menyisir semua sudut di ruangan ini dan saat aku berada di lorong untuk menuju ke dapur -- indera penciumanku terusik dengan harum masakan.

Aku bergegas ke sana dan aku melihat Suga tengah sibuk memasak.

"Suga-ssi?" panggil ku dan segera menghampiri nya. Suga menoleh dan menyunggingkan senyuman padaku, aku memaku saat senyuman nya begitu merekah.

Senyuman nya lebih manis daripada saat aku melihat dia tersenyum di layar tv. Aku terpesona dan tanpa sadar ikut menyunggingkan senyuman ku yang paling manis untuk nya.

"Ternyata kamu bangun lebih cepat daripada yang ku kira." ujar nya. Aku langsung mengerjapkan mata dan melihatnya kembali fokus pada masakannya.

"Kenapa memasak? Kamu kan baru bangun sakit.

"Aku sakit bukan koma Tyaseu."

"Ck, tetap saja kamu harus beristirahat, sudah sana aku aja yang mengambil alih. Kamu duduk saja." Yoongi malah menggeleng dan tidak memberiku ruang untuk melanjutkan masak nya.

Yoongi pun berbalik badan untuk menghadap padaku. "Kali ini aku yang masak, sebagai tanda terimakasih karena kamu masih mau bekerja untuk ku, dan sebagai tanda maafku ke kamu." ujar Yoongi, tutur kata nya membuatku terkejut bukan main.

Karena selama aku bekerja dengan yoongi, Yoongi selalu cuek dan dingin ketika bertutur sapa. Tapi, sekarang dia begitu hangat ketika berujar. Kayaknya aku harus memperhatikan jantungku deh, karena kalau Yoongi terus hangat seperti ini bisa-bisa jantungku tidak akan baik-baik saja .

"T-tapi?"

"--- tidak ada kaya tapi. Kamu kan sudah tahu prinsip kerja dengan ku itu apa?" tanya nya langsung membuatku menelan Saliva.

"Eum ... tidak boleh membantah?" tanyaku memastikan.

"Ye, jadi lakukan ini sampai kontrakmu selesai."

"Baiklah, Tuan."

Hari ini kita menyantap makan malam bersama di sebuah ruangan rahasia. Rasanya terharu dan senang secara bersamaan, aku bisa bersama yoongi tanpa ada pengganggu.

Di samping itu aku sedang khawatir, jika yoongi akan marah besar jika ruangan ini tiba-tiba terkunci.

"Malam ini kita tidur di tempat biasa saja." penuturan yoongi membuat aku panas dingin, baru saja aku kepikiran ke sana yoongi malah menginterupsi.

"Kenapa kamu mematung?" ujar Yoongi, aku hanya terkekeh pelan. "Hehe, tidak apa-apa." Aku mengelak.

"Yoongi-ssi?" panggilku tiba-tiba, saat Yoongi berjalan ke arah pintu keluar.

"Kenapa?" Yoongi tampak heran karena aku menganggil nya tiba-tiba.

"Bagaimana kalau malam ini kita menginap di sini?" tanyaku, aku yang sadar bahwa ucapan kurang baik langsung menutup mulutku.

Yoongi menatapku dengan seringainya, aku langsung menggeleng cepat sebagai tanda bahwa pikiran nya salah.

"Eum ... B-bukan begitu, aku rasa kamu butuh nge refresh diri di sini. Biar kamu gak gampang nge down lagi." ujar ku, Yoongi lantas berjalan ke arah ku membuatku melangkah mundur dengan takut seraya menunduk.

Jarak kami semakin dekat dan BRUK! bahuku menubruk tembok, hampir membuat Yoongi menubruk ku juga dari depan -- jika Yoongi tidak bisa mengendalikan tubuhnya dengan benar

Aku mengatur nafas yang memburu akibat debar jantungku yang tak menentu, posisi ku masih menunduk membuatku kini fokus ke perut Yoongi.

"Astaghfirullah." Aku bergumam dan menggeleng cepat, mengusir semua pikiran negatif yang baru saja terbesit.

"Kamu ingin kita berduaan di sini, begitu?" bisik Yoongi, membuat bulu kuduk ku meremang.

"Eum ... anu -- bukan itu maksud ku." ujarku seraya memejamkan mata, aku tidak ingin Yoongi berpikir yang tidak-tidak.

"Terus apa hm ...?" tanya Yoongi, seolah menggodaku.

"Eum ... anu -- bisakah anda memberi jarak di antara kita?" ujarku dengan keringat dingin yang mulai mengucur. Tapi, Suga tak beranjak malah menundukkan wajah dan menatapku.

Aku yang barusan beradu tatapan dengan nya lantas membuang wajah ke lain arah dengan debar jantung semakin memompa kuat darah ku.

"Kamu bisa beristirahat di sini sedikit lebih lama, bukan kah kamu akan sibuk akhir-akhir ini dan tidak ada waktu untuk beristirahat di sini?" ujar ku, aku tiba-tiba saja berpikir kesana. Semoga saja Yoongi mengerti apa maksud ku.

Yoongi tampak terdiam, seperti nya dia menimbang kembali saran ku. "Baiklah, seperti nya saran mu benar." Aku pun tersenyum lega.

"Tapi --." Loh, kok ada tapi? Aku mulai tidak tenang.

"Tapi apa nya Min Yoongi-ssi?" Aku memotong perkataan nya.

"Tapi, bukan nya kamu ingin aku melepas masa lalu? Tapi, kenapa kamu tiba-tiba menyuruh ku untuk menginap di sini?" Ck, Yoongi tenyata realistis juga. Tapi, aku lebih realistis.

"Melepas itu butuh waktu, untuk itu aku ingin kamu terbiasa dengan keadaan ini." ujarku.

"Maksud mu?" Yoongi tampak tak mengerti dengan ucapan ku, aku pun mengulas senyum lantas menuju Sofa di ikuti Suga. Kita pun duduk di sofa ruang tamu dan aku mulai menjelaskan pendapatku pada nya.

"Kita harus terbiasa dalam situasi dimana diri kita terpukul atau merasa trauma. Seperti tempat ini, tempat ini menyimpan kenangan yang indah di antara kalian. Tetapi, sekarang tempat ini malah membuat mu kesakitan di saat orang dalam kenangan itu tidak ada di sampingmu."

"Maka kamu harus terbiasa dengan tempat ini, agar kamu terbiasa dengan tidak ada nya dia, perlahan kamu akan melepas dia dengan cara yang baik. Aku tahu pasti hal ini begitu sulit untuk mu, meskipun sulit kenapa tidak mencoba terlebih dulu?"

"Orang yang telah meninggalkan kita terlebih dulu, pasti dia begitu sedih jika orang yang dia cintai ternyata masih terkungkung pada masa lalu bersamanya."

"Masa lalu itu bukan untuk di lupakan Yoongi-ssi, apalagi banyak kenangan yang indah yang menyertai. Tapi, kita hanya perlu menempatkan hal itu pada tempatnya. Seperti kenangan hanya berada di lembaran buku yang lalu, sedangkan harapan berada di masa depan. Untuk itu coba kamu ubah mindset nya, bukan kamu bersama dia dalam kenangan. Tetapi, bagaimana harapan kamu di masa depan dengan di sertai kenangan bersama nya, meskipun pada akhirnya orang lain lah yang akan bersamamu kelak."

"Tapi, aku masih belum sanggup menerima orang baru dalam hidupku, apalagi harus menggantinya." ujar Yoongi, mata nya tampak berkaca-kaca.

"Perlahan, dan bukan menggantikan tetapi membuka hati kembali." ujarku seraya tersenyum pada nya, dia menghampus jejak air matanya dan kini dia menatapku.

"Bisakah kamu membantuku untuk keluar dari zona ini?" Dia berkata lirih dengan tatapan sendu. Aku mengulas sedikit senyuman dan mengangguk.

"Tentu, aku akan membantumu." ucapku dengan tulus.

Dia tersenyum haru."Terimakasih. Terimakasih Eltyas-ssi." ujar nya seraya menundukkan kepalanya.

Aku mengulas senyum, ada sedikit rasa lega di dalam hati. Ketika Yoongi ingin keluar dari keterpurukan.

Setelah percakapan itu, Yoongi menyarankan aku untuk mandi. Dengan jantung yang berdebar-debar aku ke kamar mandi, sedangkan yoongi ke luar kamar.

Kamar mandi di ruangan ini hanya satu, jadi kita bisa mandi bergantian. Rasa canggung sekali, serasa pengantin baru yang saling menunggu untuk membersikan badan setelah menggelar akad.

Duh, diriku yang pernah menikah jadi mikir kemana saja. 'Dasar otak mesum!" gumam ku dalam hati. Aku sengaja me lama-lama kan acara mandi ku, karena aku masih sangat canggung ke luar. Padahal, sudah jelas Yoongi tidak ada di dalam kamar, tapi tetap saja aku sangat ragu ketika membuka pintu.

"Huft ... aku menghela nafas lega ketika mendapati Yoongi memang tidak ada di sana. Aku melihat satu setel baju wanita yang telah di siapkan oleh Yoongi tadi.

"Baju Yura sederhana tapi terlihat elegan, ya. Pantesan Yoongi tergila-gila, orang Yura nya begitu memukau." Aku bergumam seraya memperhatikan baju piyama berwarna perak dengan lengan panjang.

"Permisi! Yura aku pinjam ya baju mu." Aku berkata lirih, setelah itu aku sigap memakai setelan piyama ini.

Setelah selesai, aku mematut diri di depan cermin. Aku menganga tak percaya kalau ukuran baju ini begitu pas di tubuhku. Ternyata wanita ideal Yoongi itu yang imut mungil ya, apakah aku salah satunya? Ah, seperti nya aku sudah mulai berharap lebih kepada seorang Min Yoongi.

Tadi Yoongi memberiku satu set skincare, katanya itu punya Yura yang masih bagus dan aku pun mulai mencobanya.

"Wah, daebak!" Aku tersenyum senang ketika skincare milik Yura, cocok sekali di kulitku yang agak berminyak. Hm ... skincare nya pasti mahal. Kapan ya aku bisa beli skincare sebagus ini. Aku bergumam dan melamun di depan cermin, sampai akhirnya suara ketukan pintu terketuk.

"Eltyas-ssi? Sudah mandi nya? Aku ingin mandi juga badan ku lengket." ujar Yoongi di balik pintu. Aku pun bergegas membereskan skincare pada tempatnya dan memakai kembali hijab ku.

Aku segera membukakan pintu untuk Yoongi, akan tetapi saat aku membuka daun pintu aku dicengangkan oleh sesuatu. Yoongi tengah berdiri tegap di daun pintu dengan bertelanjang dada. Tampak keringatnya mengucur dari pelipisnya dan di area dada nya.

"Ah ...!" Refleks Aku menjerit dan menunduk kan pandangan, aku berbalik badan dan menutup pintu kembali.

Yoongi kembali menggedor pintu. "Eltyas-ssi? kenapa kamu malah mengunci pintunya?" ujarnya tampak kesal. Aku pun mendengus kesal seraya menetralkan pernafasan ku yang syok akan pemandangan ini.

"Pakai dulu baju mu, Yoongi-ssi, setelah itu aku akan membuka pintunya." teriak ku dengan hati yang was-was.

"Shibal!" Aku mendengar samar-samar ketika Yoongi mengumpat. Secara spontan aku menutup mulut. Apa Yoongi marah padaku? Astaga bagaimana ini? Aku mulai panik.

Aku terus menggigit ujung kuku ku, menunggu Yoongi memanggil ku. Karena aku mulai cemas, aku mencoba membuka pintu, tetapi suara Yoongi menghentikan ku dan membuat ku lega.

"Buka pintunya, saya sudah memakai baju." ujar Yoongi, dengan ragu aku memutar handel pintu. Saat daun pintu sudah terbuka cukup lebar, aku merasa cukup lega karena Yoongi kini telah memakai kaos putih nya.

"Aku mau mandi dulu, kamu bisa menunggu luar kamar." ujar nya. Aku mengangguk pelan dan pergi meninggalkan kamar.

Setelah beberapa saat kemudian, Yoongi pun keluar dengan baju tidur dan rambut klimis. Aku terdiam dan menelan salivaku dalam, aura ketampanan Yoongi mencuat ketika dia memakai setelan baju tidur sutra seperti pengantin baru, aku mematung menatap nya tak berkedip.

"Hei?" panggil Yoongi, Aku pun mengerjapkan mata.

"Ne, Suga-ssi?" ujar ku cepat.

"Kamu kenapa?" tanya Yoongi, menyelidik.

"Hehe, tidak apa-apa."

"Kamu melihat ketampanan saya?" ujarnya. Lantas mencari celah untuk menatapku, aku yang membuang muka merasa risih karena Yoongi terus-menerus medongakkan wajahnya kepadaku.

"Yoongi-ssi? Bukan nya kamu harus istirahat?" ucap ku untuk mengalihkan fokus nya.

"Hm .... Dan untung saja dia segara menegaskan wajah nya, aku sedikit lega.

"Kita istirahat di kamar." ujar nya tanpa basa-basi dan berjalanlah ke arah pintu ke luar.

Aku segera menahan nya. "Hehe. Bukan nya anda akan menginap di sini?" ujarku dengan hati yang was-was.

"Lain kali, besok ada pekerjaan penting." ujar nya, membuatku semakin ketar- ketir.

"Tapi ...?" Pernyataan ku sempat terpotong

"Kamu bisa istirahat, terimakasih telah menolong ku." ujar nya kemudian. Aku hanya mengangguk, karena fokusku terarah pada daun pintu yang susah terbuka.

Yoongi melangkah maju dan Clek! Aku menganga lebar ketika Yoongi dapat membuka pintu dengan cepat.

"Kok, bisa di buka pintunya?" ujarku yang tampak penasaran. Yoongi terkekeh dan keluar dari sini duluan.

To be continued ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!