Hanan
Gina berlari cepat menuju gerbang sebelum pak satpam mengunci karena bel telah berbunyi. Gina berhenti sejenak tepat di depan gerbang saat dia mendengar teriakan kecil dari sebelah sekolahan barunya. Karena penasaran Gina mengecek kearah samping sekolah. Dia masuk di gang kecil, meskipun dengan rasa was-was dia tetap melangkahkan kakinya.
"Astaghfirullah, hentikan!" teriak Gina ketika dia melihat seorang siswa dengan brutal menghajar siswa lainnya.
cowok itu menghentikan pukulannya, dengan satu tangan yang masih mencengkeram kerah baju dia melirik kearah Gina. Lirikan matanya tajam, sorotan matanya sangat dingin, seperti ada dendam yang sangat dalam terhadap orang yang di pukulinya.
"Brisik, pergi sono!" kata dengan nada kasar. Dia kemudian kembali menghajar orang ada di cengkramamnya.
Gina panik, orang itu tak menghiraukan omongnnya, dia kemudian berlari meminta bantuan ke dalam sekolahan.
"Kak... kak tolong dong. Ada orang yang sedang di pukuli." teriak Gina dari luar gerbang ketika melihat salah satu siswa lewat di area parkir.
"Di mana?" katanya sambil berlari mendekati gerbang.
"Disebelah." Gina pun berlari menuju samping sekolah mencoba untuk menghentikannya sambil menunggu bantuan.
"Hentikan!" Gina berlari sambil teriak. Cowok itu tak bergeming.
"Tolong hentikan, nanti dia bisa mati!" Gina menarik baju cowok itu.
Cowok itu kesal, dia melepaskan korbannya kemudian mendorong Gina hingga terjatuh di tanah.
"Lo itu siapa, repot banget sama urusan gue," bentak cowok itu.
"Gu-e hanya takut dia mati." kata Gina terbata-bata, dia ketakutan.
"Memang kalau dia mati lo rugi, nggak kan, atau jangan-jangan dia pacar lo," cowok itu tertawa sinis. Dia memegang dagu Gina dengan kasar.
"Benar dia pacar lo," Bentaknya lagi.
Gina menggeleng, "Dia bukan siapa-siapa gue, tapi-,"
"Tapi apa? lo mau jadi pahlawan," cowok itu melepaskan dagu Gina dengan kasar. Dia menarik Gina sampai berdiri, lalu mendorong hingga tubuhnya membentur dinding.
"Lo jangan macam-macam kalau nggak mau urusan sama gue, atau lo akan mati," ancamnya.
"Hidup dan mati itu urusan Allah, bukan urusan lo," kata Gina pelan namun mampu membuat cowok itu naik pitam.
"Berani ya ngelawan gue," Hanan melayangkan tangannya ke udara dan siap menghempaskan ke pipi mukus Gina.
"Hanan, hentikan," teriak Arzen sang ketua Osis datang memberikan bantuan setelah ada yang melapor padanya.
"Ash sial, manusia itu," gumam Hanan kesal sambil menurunkan tangannya sia-sia.
"Lo lagi,lo lagi. Apa sih mau lo?" kata Arsen kesal, karena setiap hari ada saja ulah yang di lakukan Hanan.
"Lagi-lagi lo, apasih mau lo," Hanan membalikan perkataan Arzen.
"Kalian bawa Edo ke Uks," Arzen memberikan perintah kepada temannya.
"Eh, lo mau kemana?" Arzen menarik tangan Hanan ketika hendak pergi.
"Kepo banget sih lo."
"Dasar bajingan tengik, masuk ke ruang osis!" kini giliran Arzen yang naik pitam.
"Kamu juga." Arzen menunjuk Gina.
...♤♤♤♤♤...
"Hanan....Hanan nggak ada kapok-kapoknya ya kamu. Kamu mau jadi pegulat atau apa? Ibu sampai nggak ngerti lagi harus bagaimana sama kamu."
Bu Indri guru Bk SMA Putra Bangsa yang galaknya selangit saja sampai bingung mau berbuat apa lagi untuk membuat Hanan jera.
"Makanya ibu belajar dulu mengerti saya, nanti juga paham," celetuk Hanan sambil cengengesan.
"Lo yang sopan bisa nggak," Arzen ingin sekali memukul wajah Hanan yang tengil dan ngeselin.
"Santuy bisa nggak lo, nggak usah pakai tunjuk-tunjuk itu tangan lo," Hanan berdiri, seakan dia menerima tantangan Arzen.
"Diam, kalian bertiga saya hukum," kata Bu Indri.
"Saya juga? kan saya nggak melakukan apa-apa? protes Gina.
"Kamu masuk kelas, ngomong-ngomong saya belum pernah lihat kamu?"
"Saya anak baru buk, baru pindah dua hari ini."
"Ya sudah sana kembali ke kelas, untuk kalian berdua bersiap di lapangan," perintah Bu Indri.
Gina berjalan menuju kelasnya, kejadian pagi ini membuat Gina sedikit shock, dia tak menyangka ada anak sebandel itu. Sampai-sampai guru BP tak membuatnya takut.
"Hai, kok baru datang?" tanya Feni teman sebangku Gina.
"Iya, habis ada urusan di ruang osis."
"Ada apa? Apa kamu mendaftarkan diri masuk anggota osis?" tanya Rahma yang ada di depan Gina.
"Nggak, cuman diminta keterangan, gara-gara gue lapor ada orang berkelahi."
"Ah, si Hanan pasti tu mah," Kata Rahma, tak ada lagi orang yang selalu bikin onar kecuali Hanan.
"Yah bener dia, Hanan."
"Kita mah gak kaget lagi, Hanan itu emang biang onar."
"Apa sesering itu?"
"Yah, sehari bisa lebih dari tiga kali dia berulah. saking rajinnya melebihi orang minum obat," kata Feni.
"Lo jangan macem-macem sama itu anak, nanti lo bisa jadi sasaran bullyan dia. Meskipun ganteng gitu dia kadang suka kejam," jelas Rahma.
"Ooh, serem ya." Gina bergidik mendengar cerita dari Rahma dan Feni.
Pintu di buka dengan kasar sehingga seluruh siswa melihat ke pintu. Mata Gina membulat, cowok berambut lurus dengan model cepak rapi, baju yang di keluarkan, dan wajah sedikit memar di bagian pipi kanan itu masuk ke dalam kelasnya.
"Apa dia murid kelas ini?" tanya Gina sambil memalingkan pandangannya ke arah Feni.
"Yup, makanya gue bilang hati-hati,"
Hanan berjalan masuk, dia melihat kursi pojok yang kosong. Tepat di belakang Gina, dia membanting tas yang di bawanya, lalu menaruh kepalanya di atas meja.
"Kerjaan molor mulu, lo Nan." kata Selo teman sebangkunya.
"Brisik!" Hanan membalikan badannya.
"Sekali-kali lihat dunia, yang indah-indah seperti cewek baru di depan kita yang cantik kayak bidadari," ujar Selo.
"Bidadari kesleo maksut lo," ceplos Hanan dengan kepala yang masih telungkap.
"Itu mah giginya yang ada kangkunya. Ini beda benar-benar bidadari yang turun dari surga.. eaaaaa..." Selo nyanyi.
"Diem, napas aja fals pakai nyanyi segala," ujar Hanan.
"Ih bodo, mulut-mulut gue," Selo ngomel ketika di komentari suaranya yang jelek oleh Hanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Maesaroh Achmad
hmm...mulai nyimak otorr,keknya seru neeh..
2021-03-13
0
Kartini Dewi
ù
2021-01-15
0
Derida ArifahDz
baru mampir thor 😍
2021-01-01
4