Ponsel Gina bergetar beberapa kali, dia segera mengambil dari kantong roknya.
"Hallo, assalamualaikum Fen," Gina menempelkan ponselnya di telinga.
"Waalaikumsalam. lo dimana gue udah ada di depan rumah lo."
"Ok. gue udah deket rumah," Gina berlari dari depan pos satpam sampai depan rumahnya.
"Emang lo dimana?"
"Gue di sini," kata Gina dengan napas terengah-engah.
"Eh, lo baru pulang juga,ngapain nggak ngomong kan kita bisa bareng," Feni mematikan telponnya.
Gina merenges, dia mengambil kunci di tas dan segera membukannya.
"Ayo masuk, langsung aja ke kamar," ajak Gina.
"Ok. lo sendirian di rumah?" tanya Feni sambil melihat ke semua ruangan yang di lewati.
"Iya, Ayah gue lagi keluar kota. Kakak gue kuliah di london jadi gue sendirian deh,"
Semenjak Galih kakak Gina diterima di university of london, Gina tinggal sendirian saat ayahnya keluar kota. Apalagi jika Bi Surti lagi ada urusan dia benar-benar mengurus hidupnya sendiri. Meskipun hanya pesan go food atau pergi ngelondri.
"Nyokap lo?"
"Ibu gue udah nggak ada semenjak gue kelas 2 SD." raut wajah Gina berubah menjadi sedih. Ibu Gina meninggal saat terjadi kecelakaan di depan sekolahnya saat ibunya hendak menjemput Gina. Saat ibunya hendak menyeberang tiba-tiba ada mobil lewat dengan kecepatan tinggi menabraknya. Dan jahatnya langsung pergi begitu saja meskipun ibunya Gina sudah bersimbah darah.
"Sorry, gue nggak bermaksud," Feni mendekati Gina, dia mengelus pundak Gina. Dia merasa tak enak hati dengan Gina.
"Nggak papa, gimana kalau lo nginep sini aja."
"Ok. Gue telpon orang rumah dulu deh," Feni mengambil ponselnya dia mau minta ijin orang tuannya untuk menginap di rumah Gina.
"Gue mau solat dulu ya sekalian mandi." kata Gina.
Feni mengankat jarinya membentuk simbol ok.
♤♤♤♤♤
Akhirnya malam ini Gina ada yang menemani, setelah orang tua Feni mengizinkan putrinya menginap di rumah Gina. Meskipun awalnya mamanya tak mengizinkan, namun dengan jurus seribu alasanya membuat mamanya menyerah dan mengizinkan.
"Gin, gue laper," kata Feni sambil megangin perut.
"Kita masak yuk, soalnya bibi gue lagi nggak ada di rumah."
"Lo bisa masak?" tanya Feni setelah sampai di dapur.
"Nggak," Gina merenges.
"Kalau aja ada Rahma, kita enak tinggal duduk manis sambil nonton tv," kata Feni sambil nyengir.
"Buka youtobe aja, lo mau makan apa?" Gina membuka youtobe.
"Mie instan aja, yang mudah dan bikin kenyang," Feni membuka lemari mengambil dua mie instan.
"Gin, hidupin deh kompornya." Feni menyuruh Gina menghidupkan kompor.
"Ok."
"Gin, panci lo dimana?" Feni celingukan mencari letak panci Gina.
"Ah lo, minta hidupin kompor tapi panci belum ketemu," Gina kembali mematikan kompor dan mencari panci.
"Ya maklumlah, kan ini bukan rumah gue," Feni ngeles.
Beberapa jam setelah mereka berdua mengacak‐acak isi dapur, akhirnya bisa makan hasil masakan mereka.
"Kok rasanya beda sama buatan bibi gue ya," kata Gina sambil merasakan hasil karyanya.
"Iya, gak ada rasanya, hambar banget," Feni menambahkan garam agar tak terasa hambar.
"Astaufirullah, ini jadi asin banget." Gina memuntahkan mie yang baru saja mendarat di mulutnya.
"Masa," Feni mengambil sendok dan mencicipnya.
"Woooeekkk, gila asin bener kayak ngebet mau nikah aja." kata Feni sambil memuntahkan mie.
♤♤♤♤♤
Jam sudah menunjukan pukul 21.00 mereka berdua siap untuk tidur. Setelah menghabiskan makanan yang di pesannya dari go food. Mereka tadi memutuskan pesan makanan, setelah mie yang di masak mereka tak layak di makan.
"Fen, tadi gue nggak sengaja ketemu Hanan dan dia sedang di kejar-kejar orang," Gina menceritakan kejadiann sore hari ketika parjalanan menuju pulang.
"Di mana?"
"Di kampung bibi gue, belakang terminal."
"Kampung kumuh itu."
"Iya."
"Terus?" Feni semakin penasaran.
"Dia tarik tangan gue, kita lari tuh dari ujung kampung, sampai akhirnya gue di suruh lompat tembok yang tinggi banget karena buntu."
"Gila, lo nurut gitu aja."
"Gimana nggak mau nurut, orang yang ngejar gede-gede banget."
"Jangan-jangan dia terlilit hutang jadi di kejar-kejar preman. Ah, kalau nggak nih dia pasti pakai narkoba atau kalah main judi. Nggak salah lagi nih," Feni mulai mengira-ira masalah yang menimpa Hanan.
Terdengar bunyi keras saat Gina mengetok kepala Feni dengan ponselnya ketika Feni ngomong nglantur tanpa di filter.
"Gin, kenapa lo ketok gue sih." Feni mengelus kepalanya.
"Makanya jangan suudzon sama orang, dosa tahu."
"Terus kenapa dia di kejar-kejar kalau bukan melakukan hal-hal kriminal," Feni masih tak mau di salahkan atas ucapannya.
"Siapa tahu dia habis menolong seseorang."
"Ah, lo kenapa jadi belain dia sih," Feni melipat kedua tangannya di dada, dan menatap Gina dengan senyum-senyum.
"Nggak, siapa yang belain dia. Gue nggak mau lo suudzon sama ora."
"Masa sih cuma mau ngingetin, palingan lo suka sama dia," Feni semakin menggoda Gina.
"Tau ah, gue mau tidur." Gina menarik selimut dan tidur membelakangi Feni.
♤♤♤♤♤
Bi Surti geleng kepala ketika melihat dapurnya berantakan. Semalam setelah mengacau dapur Gina dan Feni meninggalkan begitu saja.
Bik Surti langsung ke atas sebelum membenahi dapur, membuka tirai kamar Gina. Dia mendekati Gina yang masih tidur pulas.
"Non, Non Gina bangun udah siang. Belum solat subuh kan?" Bik Surti menggoyang-goyangkan badan Gina pelan.
"Ee, Bik Surti. Kok udah di sini bibi udah sembuh?" tanya Gina setengah sadar.
"Alhamdulillah sudah, ayo bangun subuhnya keburu habis," Bik Surti menarik tangan Gina hingga dia duduk.
Gina bangkit dari kasurnya sambil mengucek kedua matanya. Dia berjalan ke kamar mandi untuk memgambil wudhu.
"Kalian tadi malam habis pesta?" ujar Bik Surti.
"Nggak, memang kenapa bik? tanya Feni. Dia heram dengan pertanyaan yang di ajukan pembantu Gina.
"Lalu kenapa dapurnya hancur gitu," Bik Surti menyiapkan nasi goreng di piring Gina lalu Feni.
"Oh, itu tadi malam Gina sama Feni masak bik, lupa belum di beresin" Gina tersenyum malu sambil menggaruk kepalanya meskipun tidak gatal.
"Gin, mampus kita," teriak Feni buat Gina dam bik Surti kaget.
"Kenapa?"
"Ini hari rabu kan?"
"Iya, kenapa emang??
"Kita kan masuk pukul 06.30 mau ada seleksi cheerleader."
"Ah benar. Bik berangkat dulu. Assalammualaikum," pamit Gina.
Mereka berdua tak jadi sarapan.
Gina dan Feni memilih naik ojek di depan pos satpam depan agar segera sampai dan nggak telat masuk kelas.
setengah jam berlalu mereka berdua sampai di depan pintu gerbang. Mereka langsung bergegas menuju lapangan yang sudah di penuhi anggota yang ikut seleksi cheerleader.
"Berhenti," teriak pelatih. Gina dan Feni seketika menghentikan langkahnya.
"Baru juga mau seleksi kalian sudah terlambat, gimana nanti-nanti," teriak Rike Ketua cheerleader SMA Putra Bangsa.
"Maaf kak, kami nggak akan mengulangi lagi," kata Feni sambil menundukan kepala.
"Kalian berdua di diskualifikasi."
"Loh, kak kita kan udah minta maaf." Feni mulai tersulut emosi.
"Minta maaf itu nggak cukup, biasanya orang yang nggak disiplin itu bikin semua jadi kacau," Kata Rike sambil berkacak pinggang.
"Kak, beri kesempatan buat Feni, dia sudah berusaha untuk tepat waktu. Belum juga ada lima menit kak telatnya."
"Satu detik pun berharga, jadi jangan bilang belum ada lima menit," kata Rike ketus.
"Pagi girl, Rik," sapa Vanda cewek populer di SMA Putra Bangsa. Dia datang tanpa dosa setelah terlambat selama lima belas meni. Dan Rike pun tak mempermasakahkannya.
"Kak, kalau memang satu detik itu berarti bagaimana dengan dia, yang udah datang telat lebih dari sepuluh menit. Dan kakak nggak mempermasalahkan," Feni kesal melihat diriny di perlakukan tidak adil.
"Itu karena dia sudah menjadi anggota."
"Apa setelah jadi anggota kita bebas berangkat kapan saja, lalu buat apa latihan kedisiplinan pagi ini," kata Gina.
"Maksud lo apa?"
"Yang namanya ketua itu harus adil, jangan memandang teman atau lawan jadi berbuat tidak adil."
"Lo nyindir gue?" Vanda berjalan mendekati Rike, Gina dan Feni.
"Ya maaf kalau kesindir, orang Gina sama gue ngomong kenyataan."
"Sial," umpat Vanda.
Dia berjalan mendekati Rike dan berbisik di telingannya. Dia merencanakan sesuatu dengan merekrut Feni dan Gina.
"Ok. kalian gue terima. Tapi sebagai hukuman awal karena kalian terlambat, putarì lapangan ini 10 kali," perintah Rike.
"Ok."
"Kok lo nggak siap disana?" tanya Vanda.
"Gue nggak ikut kak."
"Gue nggak mau tahu ikut atau nggak lo harus di hukum juga. Buruan," teriak Vanda.
Mau nggak mau Gina akhirnya menyusul Feni yang sudah berlari di depannya. Gina ikuti saja keinginan kakak kelasnya itu dari pada ribut. Gina paling malas jika harus ribut-ribut.
"Gin, lo kenapa ikut lari," Feni mengernyitkan Kening.
"Gue disuruh, dari pada gue tolak lo nggak di rekrut," kata Gina dengan napas yang sudah terengah-engah meskipun belum ada satu putaran.
Pagi ini lumayan panas, matahari menampakkan diri dengan sempurna. Angin pun sedang tidak bekerja sama pagi ini hingga udara sangat panas. Gina sudah mulai kelelahan, dia merasa pusing akibat pagi tidak sarapan.
Gina menggeleng-Gelengkan kepalanya saat pandangannya mulai kabur. Langkah kakinya mulai melambat. Hingga akhirnya dia jatuh pingsan.
"Gina," Feni berlari mendekati Gina. Dia menggoyang-goyangkan tubuh Gina namun tak ada Respon.
"Tolong,tolong..." teriak Feni.
Semua anggota team cheerleaders dan basket datang mengerumuni Gina yang pingsan.
"Hai, jangan cuman di lihat bantuin gue donk," teriak Feni kesal.
"Ya nggak usah sewot, biasa aja kenapa?" Vanda ketus.
"Bisa nggak lo nggak ajak ribut dalam kondisi kek gini," Feni kesal, ingin rasanya dia menjambak rambut lurus Vanda yang baru saja di rebonding.
Karena tak kunjung ada yang mengangkat Gina, dengan malas Hanan menggendong Gina. Tanpa kata dan tanya dia langsung di bawa ke UKS. Sepanjang lorong sekolah Hanan memperhatikan wajah Gina yang teduh, dia merasa pernah melihat Gina tapi lupa dimana.
Ah, bego jelas lah gue tahu ini kan anak baru yang rese itu, gumamnya dalam hati.
Hanan mendorong pintu UKS dengan kakinya, kemudian dia merebahkan Gina.
"Woi,siapa nih yang tugas," teriak Hanan ketika ruang UKS kosong.
"Gu-e," kata seorang cewek yang baru saja masuk dengan nada gugup.
"Kalau jaga jangan ditinggal-tinggal, kalau ada yang darurat gimana?"
"Maaf."
"Buruan beliin teh hangat," suruh Hanan.
"Iya," kata petugas itu sambil lari ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Maesaroh Achmad
biasanya biang rese itu nyembunyiin jiwa hangatnya dlm2,biar keliatan cool terus gitu..
2021-03-13
0
Rita Jefri
hanan berjiwa penolong juga walau suka bikin onar
2020-11-11
0
Xiaoubu_*(IG:liani9626)
SEMANGAT KAK!!!
2020-05-19
1