Hanan menatap kearah pintu ketika mendengar suara berisik dari seseorang yang berjalan dengan tidak santai.
"Anjir, ditungguin malah jadi baby sister di sini," Teriak Selo.
"Bacot lo, pelan bisa nggak ngomongnya. Uks nih," Hanan bangkit dari kursi berjalan mendekati Selo. Agar dia tak berisik dan membangunkan Gina.
"Sejak kapan lo pentingin ini UKS apa kuburan. Biasanya juga teriak-teriak," Selo masih ngomong dengan nada keras.
"Bisa pelan nggak, gue patahin leher lo," Hanan memiting leher Selo.
"Ok Bos,ampun-ampun." Selo minta untuk di lepaskan.
"Ada apa?"
"Biasa, Toni ajak kita main balapan. Frans menantang kita," Selo menunjukan pesan dari Toni.
"Frans, nggak kapok-kapok dia. Lo aja gih sekali-kali biar jadi juara dia," kata Hanan sambil menyenderkan tubuhnya ke tembok.
"Jadi lo nganggap gue noob gitu," Selo berkacak pinggang dengan wajah kesal mendengar Hanan meremehkan dirinya.
Hanan terkekeh, "Buktiin nanti, biar gue gak sebut lo noob," Hanan merangkul Selo meninggalkan UKS. Selo ngedumel sepanjang perjalanan karena di ledekin Hanan.
♤♤♤♤♤
Gina perlahan membuka matanya, dia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Dia menarik diri agar bisa duduk.
"Gue di mana ?" Gina melihat sekeliling ruangan dengan pandangan yang masih kabur.
"Di UKS syukurlah,akhirnya lo siuman" Kata Arzen. Dia datang menunggu Gina di UKS setelah kepergian Hanan.
"Iya, makasih kak udah jagain Gina. Maaf merepotkan," Gina ingat jika dirinya baru saja pingsan di lapangan gara-gara berlari mengelilingi lapabgan dengan perut kosong karena belum sarapan.
"Ah nggak repot. Minum dulu gih biar enakan," Arzen mengambil teh anget di atas meja.
"Makasih," Gina menyeruput teh pelan. Dia sesekali mencuri pandang kepada Arzen.
Cowok berkulit putih dengan rambut ikal, di tambah bibirnya yang tak lepas dari senyuman membuat hati Gina sedikit bergetar. Bagaimana tidak, orang yang tak di kenalinya itu sangat perhatian kepadanya.
"Ngomong-Ngomong kita belum kenalan, nama gue Arzen ketua osis disini " Arsen mengulurkan tangannya.
"Gina," jawab Gina singkat.
"Gimana udah enakan belum? Apa lo mau pulang aja biar gue anterin?" Arzen menawarkan diri untuk mengantar Gina pulang. Dan dia mengatakan jika bisa memintakan surat izin jika dia ingin pulang.
"Nggak usah kak makasih. Gina ke kelas aja," Gina turun dari tempat tidur.
Gina berjalan di samping Arzen, dia tak berharap di antar oleh Arzen. Bahkan dia sudah menolak dengan halus saat Arzen ingin mengantarnya sampai kelas. Namun Arzen tetap ingin mengantarnya.
Ada ketertarikan dalam diri Arzen saat pandangan pertama kepada Gina. Rasanya dia ingin lebih kenal dengan Gina.
Sampai di depan kelas Gina berhenti, dia membalikan badannya hingga berhadapan dengan Arzen.
"Makasih kak."
"Iya sama-sama. kalau lo ada apa-apa tinggal bilang gue ya," kata Arzen sambil tersenyum.
"Baik Kak, Gina masuk kelas dulu ya." Gina menundukan kepalanya lalu masuk ke kelas.
Belum juga masuk semua anak cewek di kelas heboh, mereka mengelu-elukan cowok yang baru saja mengantar Gina ke kelas.
Rasa iri terpancar dari mata cewek-cewek di sekolah Gina, mereka telah berjuang lama mendapatkan hati Arzen kalah sama Gina yang baru dua hari saja.
"Gin, Gina. Keren loh baru aja lo masuk di SMA Putra Bangsa udah dapat perhatian dua cowok keren dan populer di sekolah kita," kata Feni sambil menarik Gina agar cepat duduk di kursinya.
"Iya, lo keren banget bisa ngobrol dengan santai sama kak Arzen," Rahma ikut histeris.
"Emang kenapa kalau ngobrol sama kak Arzen?"
"Gina.. Kak Arzen itu ketos, dan dia itu sangat di damba-dambakan sama semua cewek disini," Feni bercerita dengan semangat.
"Ah, nggak semua juga. Sepertinya Hanan lebih populer. Meskipun dia sangat nakal tapi cewek-cewek lebih suka berteriak ketika Hanan lewat dari pada Kak Arzen," Rahma tak membenarkan perkataan Feni.
"Kak Arzen lebih populer, baik dan segala-galanya dari pada Hanan," Feni tak mau kalah.
"Serah lo," Rahma Sewot.
"Udah, kalian kenapa malah ribut sih."
"Mana yang namanya Gina." Vanda masuk ke kelas Gina dengan menggebrak pintu. Semua murid langsung menunjuk ke arah tempat duduk Gina.
"Jadi lo yang namanya Gina?" Rike duduk di meja Gina.
"Iya kak ada apa?" tanya Gina dengan lemas, karena tenaganya belum pulih dengan sempurna.
"Jadi ini cewek ganjen yang coba godain Hanan sama Arzen," kata Vanda sinis.
"Maaf kak, gue sama sekali tidak pernah ada niatan menggoda mereka. Bahkan gue nggak kenal mereka," Gina mencoba menjelaskan agar kesalah pahamannya tak berlarut-larut.
"Bulsiit, nggak usah bohong lo. Kalau lo nggak godain mereka kenapa lo pura-pura pingsan," Vanda emosi mendengar Gina tak mengakui.
"Kak, Gina pingsan bukannya karena ulah lo," Feni berdiri. Dia sudah muak berdiam diri mendengar Gina dipojokkan.
"Jangan menuduh lo," Rike turun dari meja lalu mendorong Feni.
"Jangan dorong-dorong kenapa?" Feni mendorong balik Rike.
"Sialan lo, berani ya sama gue!" Rike menjambak Feni.
Feni pun langsung membalasnya, terjadilah perkelahian. Mereka berdua tak ada yang mengalah. Gina berusaha untuk melerai Feni dan Rike.
"Lo nggak usah ikut campur," Vanda menarik kerudung Gina dari belakang dengan kasar.
"Aduh, kak lepasin." minta Gina. Dia mencoba berontak agar terlepas dari Vanda.
"Nggak akan," Bukanya menuruti permintaan Gina Vanda justru senakin kencang menggenggam kerudung Gina.
"Waduh, ini kelas kenapa rame amat, pada mau ikut MMA apa itu ciwi-ciwi," Kata Toni saat masuk ke kelas melihat Rahma Cs dan Vanda Cs jambak-jambakan.
"Wadidaw... seru nih." Selo girang melihat pada berantem. Dia berlari dan duduk di atas meja dekat dengan Feni dan Rike.
Hanan hanya geleng kepala, dia tak begitu peduli dengan apa yang terjadi. Dia nyelono jalan menuju kursinya.
Gina terlempar hingga tubuhnya membentur tubuh Hanan setelah dia berhasil lepas dari Vanda.
Hanan membulatkan matanya, melihat gadis yang tadi di tolongnya kembali merepotkannya.
"Lo cari kesempatan ya," tarik Vanda seketika dia tak rela melihat gebetannya di senderi orang lain.
"Aduuh kak, lepasin,"Gina mengaduh kesakitan.
"Vanda, apa-apan sih lo," Hanan menarik tangan Gina kuat-kuat hingga dia ada di samping Hanan.
"Hanan, kenapa lo belain dia. Dia tu mau godain lo," Vanda kesal Hanan lebih membela Gina.
"Gue nggak belain siapa-siapa. Sekarang lo pergi dari sini atau Toni yang akan seret lo," Bentak Hanan.
"Tapi Hanan, gue.."
Arzen datang langsung menggebrak meja beberapa kali hingga menghentikan perdebatan para cewek-cewek.
"Kalian semua ikut gue ke ruang Bp," Arzen menunjuk semua orang yang terlibat pertengkaran.
Hanan melepaskan pegangan tangannya, dia berjalan menuju kursinya ketika Arzen datang.
"Hanan, lo juga," Kata Arzen sebelum Hanan duduk.
"Gue," katanya sambil menunjuk ke mukanya.
"Ya."
Hanan berjalan dengan malas, ibarat kata dia tak makan buah nangka namun terkena getahnya.
"Kalian lagi - kalian lagi. Bisa nggak sih sehari saja nggak bikin gaduh sekolah ini. Kamu lagi Hanan bisa nggak sehari saja nggak bikin ulah," kata Bu Indri
"Buk, saya saja nggak ikut-ikutan sumpah," Hanan mengangkat dua jarinya dengan muka seriusnya.
"Buk, jangan percaya. Saya lihat sendiri dia ada di tengah-tengah cewek-cewek yang sedang beratem itu. Bukanya melerai malah memperkeruh." Arzen mengompori Bu Indri.
"Bacot lo di jaga ya. Jangan menuduh gue sembarangan," Hanan berdiri menarik kerah baju Arzen karena kesal.
"Cukup," Bu Indri menggebrak meja sehingga Gina dan yang lain kaget. "Hanan lepaskan Arzen" Perintah bu Indri.
"Kalian semua saya hukuman untuk membersihkan lapangan" Kata Bu Indri lagi.
"Buk," Gina mengankat tangannya.
"Ada apa Gina?"
"Saya mau meluruskan permasalahan ini, Hanan tidak bersalah di sini justru dia yang berusaha melerai kami. Jadi saya mohon lepaskan dia. Biar bagian dia saya yang kerjakan," kata Gina. Dia tidak mau melihat orang yang tak bersalah ikut di hukum karena permasalahannya.
"Gina, kenapa kamu bela dia?" Arzen tak senang Hanan mendapat pembelaan dari Gina.
"Eh Zen, jangan mentang-mentang lo ketos jadi bisa nyalahin Hanan. Memang Hanan tidak salah " Vanda mengikuti Gina dengan membantu Hanan lepas dari hukuman.
"Van, Arzen benar. Toh Hanan belain cewek centil itu," Rike tak terima Vanda sahabatnya itu menayalahkan gebetannya.
"Sudah-sudah, Rahma, Feni bersihkan lapangan bagian selatan. Vanda dan Rike bersihkan area lapangan utara. Kalian bersihkan semua sampah yang ada di Lapangan. Dan untuk Gina karena kamu mau mengambil jatah Hanan kamu bersihkan semua toilet cewek dan perpustakaan," kata Bu Indri.
"Buk itu tidak adil, yang salah kan mereka kenapa jadi Gina yang dapat hukuman lebih banyak," Feni protes kepada Bu Indri.
"Iya buk. Harusnya mereka berdua yang dapat hukuman banyak," Kata Rahma sambil melirik sinis kearah Vanda dan Rike.
"Udah gue nggak apa-apa kok Fen, Ma."
"Ini sudah keputusan Ibu, jadi tidak bisa diganggu gugat."
"Sekarang kalian segera bergegas, dan bagi yang tidak mendapatkan hukuman silahkan kembali ke kelas," perintah Bu Indri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Anonymous
kenapa ga satu kelas aja dihukum rame2 buk.....
2021-01-15
0
Rita Jefri
ini bu guru bknya gimana sc orang mah cari tau dulu masalahnya ini mah mai hukum aja ga jelad ini bu gurunya
2020-11-11
2
Apri Althafiah
guru BK nya ga adil nih masa main hukum aja g dengerin dl masalahanya apa
2020-05-19
5