Hari sudah menjelang sore, Gina telah membereskan semua tugas untuk besok pagi lebih awa agar dia bisa datang menemui undangan Hanan di kafe trimaja sesuai yang di katakan Selo semalam.
"Kira-kira dia ngerjain gue nggak ya?" Gumam Gina sambil mencari baju.
setelah mendapat izin dari ayahnya, Gina segera berangkat menuju kafe trimaja. Alasan sebenarnya dia mau menemui Hanan adalah untuk mengembakikan jaket yang di pinjamnya jadi dia tak harus berurusan dengan Hanan di sekolah, yang pastinya akan menjadi gosib.
Gina melihat kearah jam di tangan yang menunjukan pukul setengah lima, dia sengaja datang lebih awal.
"Mbak, hot chocolate satu ya." pesan Gina.
"Baik mbak."
sudah lewat pukul lima Gina mulai gelisa karena Hanan tak kunjung datang, Dia mencoba menghubungi ponsel Selo namun tak aktiv juga.
"Benar nih gue di bohongin sama temennya Hanan."Gina mendengus pelan. Dia bangkit dari kursi. Dia meninggalkan kafe dengan kesal.
"Ah, hujan lagi." Gina mengulurkan tangannya.
Gina duduk di bangku menghadap ke jalan raya, melihat hujan yang sangat deras.
"Assalamualaikum Yah, bisa jemput Gina di kafe Trimaja nggak? tanya Gina kepada ayahnya.
"Bisa sayang, tapi habis isya ayah baru keluar kantor. Kamu mau nunggu ayah apa pesen taksi?"
"Nungguin ayah aja."
"Ya udah, ayah matiin dulu ya telponnya. Assalamualaikum." Heru segera mematikan ponselnya karena sedang meeting
"Waalaikumsalam ayah." Gina menyimpan ponsel di tas.
Mata Gina membulat saat melihat seseorang yang sedang berlari kearahnya. Orang yang sudah lama di tunggunya. Ujung bibir Gina sedikit di tariknya hingga membuat lengkungan di bibirnya.
"Gue kira lo nggak bakalan datang?" kata Gina saat Hanan tepat berada di depannya.
"Datang?" tanya Hanan pura-pura nggak tahu.
Sebelum setengah jam yang lalu dia lupa jika sore ini mereka bertemu. Dan semua itu karena ulah Selo, sehingga dia tak menganggapnya beneran. Bahkan dia tak kepikiran untuk memenuhi undangan palsu dari Selo. Hanan yang tak tega, saat dia berteduh di depan kafe melihat Gina. Dia tak percaya, Gina semudah itu mempercayai orang yang belum dia kenal lama.
"Lo lupa atau pura-pura lupa?"
"Gue nggak lupa, emang kita ada janji gitu."
"Kata Selo..." Gina menghentikan ucapannya. Memang feeling dia benar jika dirinya hanya di kerjai oleh Selo.
"Omongan Selo lo percaya, makanya kalau ada apa-apa tanyakan yang bersangkutan." Hanan memarahi Gina.
"Maaf." Gina menjadi malu, harusnya dia tidak cerohoh seperti itu. " Ini jaket lo, kalau gitu gue permisi dulu." Gina sudah kepalang malu hingga dia tak punya muka lagi untuk bertatapan dengan Hanan. Dia lari menembus gerimis, untuk mencari taksi di depan.
"Hah, cewek itu kenapa jadi ngrepotin gue sih." Hanan ikut lari untuk mengejar Gina.
"Tunggu lo mau kemana?"Hanan menarik Gina saat sampai di pos satpam yang kosong sedang tidak ada yang jaga.
"Pulang." kata Gina sambil menundukan pandangannya.
"Gue anterin." kata Hanan menuju motornya.
"Nggak usah, biar gue naik taksi aja." Gina menolak.
"Pakai ini." Hanan melempar jaket yang baru saja di kembalikan oleh Gina. Dia tak mendengarkan penolakan Gina yang tak mau diantar.
Gina bengong, dia tak tahu apa yang di pikirkan Hanan. Kenapa dia mau mengantarnya pulang, padahal dia tidak datang untuk menemuinya.
"Buruan pakai, lo mau mati kedinginan." seru Hanan sambil menghidupkan motornya.
Gina tak menjawab dia langsung memakai jaket yang baru saja di kembalikan. Kemudian dia memakai helm dan segera naik di jok belakang motor Hanan.
Motor Hanan menembus gerimis di sore itu, menembus jalanan dengan kecepatan sedang. Gina mempererat pegangan di kedua pundak Hanan.
Hanan sekilas melirik keaeah sepion melihat Gina yang tegang saat dia mengemudi dengan kecepatan yang lumayan cepat. Tahu Gina ketakutan bukannya melambat justru semakin mempercepar lajunya.
Gina hanya bisa berdoa dalam hati agar selamat sampai rumah.
Hanan mengehentikan laju motornya mendadak hingga tubuh Gina menabrak tubuh Hanan.
"Kenapa berhenti?" tanya Gina sambil menaikan kaca helm.
"Lo kan belum kasih alamat rumah lo, masa iya gue bawa pulang ke rumah." kata Hanan sambil melepas helmnya.
"Sembarangan aja." Gina menabok punggung Hanan.
"Turun." Suruh Hanan. Gina nurut saja turun.
Gina melepaskan helm, "Makasih udah nganterin." kata Gina dan berlalu untuk mencari taksi.
"Lo mau kemana?" tarik Hanan.
"Cari taksi."
"Ngapain?" tanyan Hanan gemas.
"Lo kan cuman nganterin gue sampai sini. Ya gue cari taksi."
"Siapa yang nurunin lo di jalanan, kayak cabe-cabean aja. Gue berhenti karena laper." Hanan menunjuk ke warung soto, sambil menarik tangan Gina menuju dalan warung.
Mereka duduk saling berhadapan, Gina tak lepas memandangi Hanan yang sedang menikmati soto pesanannya. sedangkan Gina hanya memesan teh panas.
Dia bukan orang jahat seperti teman-teman bilang. Memang benar wajahnya seram tapi Gina merasa hati Hanan sangat hangat, dia orang yang sangat baik dan hangat. Meskipun penyampaian kasih sayangnya lewat membentak dan juga marah-marah, namun hatinya begitu lemut.
"Lo naksir gue lihatin gue kaya gitu." kata Hanan sambil menatap Gina.
"Asstaughfirullah." batin Gina. Gina menggeleng kepala cepat sebelum Hanan salah sangka padanya.
"Apa tujuan Selo ngajak ketemu di kafe teraja."Gina mencoba meminta penjelasan.
"Ya gue nggak tahu, lagian kenapa lo bego banget maunya di kerjai oleh Selo.
"Ya kan gue nggak enak."
"Makanya jadi orang-Jangan polos-polos amat. Mudah banget lo di bohongi, di ijek-injek." Hanan menceramahi Gina. Gina hanya diam, memang benar yang di katakan Hanan. Tapi Gina juga tak mau berpikir buruk dengan orang lain.
Satu jam berlalu, Hanan dan Gina sudah dalam perjalanna pulang. Hanan mengantar pulang denga selamat. Hanan mensetandarkan motornya. Dia melepas helmnya namun masih duduk di atas motor.
"Mau masuk?" tanya Gina.
"Nggak." jawab Hanan datar.
"Kalau gitu lo buruan pulang, hujan semakin deras." ujar Gina.
"Hhm, lo jangan bilang siapa-siapa kalau kita ketemu sore ini."
"Iya."
"Pertemuan kita ini pertemuan terakhir, jadi jangan sok kenal dengan gue di mana pun."
"Hah." Gina tidak paham sama omongan Hanan.
"Gue nggak mau lo ikut campur urusan gue. Gue mau kita nggak saling kenal. Jangan pernah datang atau melakukan apa pun atas nama gue. karena gue nggak akan pernah menyuruh ataupun meminta." Hanan memakai helmnya lagi. Dia menghidupkan motornya lalu mengendarai motor itu dengan kecepatan tinggi.
"Maksud dia apa?" Gina masih tak mengerti.
Gina menatap jalan yang di lalui Hanan, lelaki itu yang tadinya dia katakan hangat tiba-tiba menjadi dingin. Apa tadi dia hanya membuat Gina nyaman, dan tidak ketakutan karena bersama dia.
Gina menjadi dilema, antara ingin berteman atau menjauhi Hanan. Sikapnya yang berubah 180° itu membuat Gina pikir-pikir lagi untuk berbicara di sekolah. Apalagi Hanan mewanti-wanti Gina agar tak mengenal dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Rini Mulyani
crazy up
2023-04-01
0