Malam ini Gina akan dinner dengan Arzen, dia menyiapkan baju yang cocok untuk dianpakai menemui Arzen. Gina membuka lebar-lebar lemarinya.
"Baju ini lebih enak kali ya." Gina mengambil tonik warna armi. Gina duduk di depan meja rias, dia segera merias wajahnya.
"Kak Arzen nyasar nggak ya, katanya udah satu jam yang lalu otwnya." batin Gina sambil melihat jam di tangan kirinya.
"Sayang, kamu jadi pergi?" Heru duduk di samping Gina.
"Jadi yah, ini temen Gina lagi otw kesini." kata Gina.
"Kamu ingat pesan ayah ya, jangan melakukan hal-hal yang melanggar aturan." pesan Heru.
"Siap ayah."
Tok...Tok.... "Assalamualaikum." Seseorang memberikan salam.
"Waalaikumsalam, Yah Gina bukain pintu dulu ya." Gina berlari membukakan pintu.
"Hai, Gina." Sapa Arzen.
"Hai Kak, ayo masuk." ajak Gina.
"Selamat malam Om." sapa Arzen kepada Heru. Dia mencium punggung tangan Heru.
"Malam, nama kamu siapa?" tanya Heru.
"Arzen, Om. Dan tujuan saya kesini mau ajak jalan Gina." Arzen meminta izin Heru.
"Baik, jangan pulang malam-malam. Jagain dia jangan sampai kenapa-kenapa." pesan Heru kepad Arzen.
"Siap Om, pasti saya akan antar pulang Gina secara utuh."
"Ya udah sana berangkat nanti keburu malam." Kata Heru.
"Gina pergi dulu ya pa, assalamualaikum." Gina pamit kepada Heru sembari mencium tangannya.
"Waalaikumsalam."
"Permisi Om, assalamualaikum." Arzen menciun tangan Heru lagi.
♤♤♤♤♤
Arzen mengajak Gina di kafe Bulan, kafe yang sangat romantis untuk kawula muda yang mengajak pasangannya malam mingguan.
"Lo mau pesan apa?" tanya Arzen.
"Em, hot chocolate aja." kata Gina.
"Ok." Arzen memanggil pelayan untuk memesan minuman dan makanan.
"Gimana suka nggak tempatnya?" tanya Arzen.
"Suka, bagus kok. Gue nggak tahu kalau malam ternyata lebih bagus pemandangannya." kata Gina dengan pandangan mata yang masih terpesona dengan dekorasi, View yang di suguhkan di kafe Bulan.
"Iya, disini itu favorit gue sama teman-teman kalau lagi nongkrong, atau lagi pingin sendiri. Selain tempatnya nyaman viewnya.
"Jadi lo sering kesini ya?"
"Lumayan, kalau lagi suntuk banyak pikiran gue kesini." kata Arzen.
Arzen tak berhenti memandangi Gina yang sibuk makan, dia ingin sekali menjadi pacarnya. Namun, penolakan kemarin membuat dia menahan diri untuk mengungkapkannya.
"Gin," panggil Arzen.
"Ya." jawab Gina singkat sambil menaikan wajahnya hingga saling berpandangan dengan Arzen.
"Lo cantik." kata Arzen sambil tersenyum.
"Lo bisa aja." wajah Gina merona di puji Arzen.
"Beneran, gue pingin banget bisa miliki lo tapi sayang lo nya nggak mau." kata Arzen dengan senyum hambar.
"Em, besok basarnya gimana?" Gina mencoba mengalihkan pembicaraan agar Arzen tak mengarah ke perasaan.
"Semua sudah siap, besok datang lebih awal ya kita breffing sebentar."
"Ok."
"Boleh nggak gue tanya sesuatu?" tanya Arzen, dia mulai lagi membahas tentang masalah pribadi.
"Apa?"
"Sebenarnya lo sama Hanan ada hubungan apa?" tanya Arzen dengan hati-hati.
"Gue nggak ada hubungan apa-apa kok, kita hanya teman satu kelas." jawab Gina dengan santai.
"Yakin, gue dengar kemarian ngasih sepatu ke Hanan." Arzen mencoba memastikan gosib yang sedang beredar di sekolah tentang Gina dan Hanan.
"Oh itu, gue hanya mengembalikan sepatu yang dia pinjami."
"Tapi lo ada perasaan nggak sama dia."
"Arzen, untuk saat ini gue nggak mencintai siapa-siapa. Gue masih mau menjalani semuanya sendiri." kata Gina dengan tegas. Dia tidak mau Arzen berpikir jika dia sama Hanan ada huhungan spesial.
"Bisa nggak kita nggak usah bahas itu?" ujar Gina.
"Ok. Sorry kalau gue buat lo nggak nyaman." kata Arzen dengan merasa bersalah.
♤♤♤♤♤
Malam ini malam yang indah untuk Arzen, satu langkah lebih maju untuk mendekati Gina. Meskipun Gina tak membalas cintanya lagi, bahkan dia akan merasa tak nyaman saat membahas tentang perasaan tapi Arzen cukup bahagia. Bahkan dia yakin, dengan usaha dia mampu meluluhkan hati Gina.
"Gue bali dulu ya, salam buat ayah lo." kata Arzen sambil melepas helm.
"Siap. Nggak mampir dulu?"
"Udah malam, waktunya istirahat takut ganggu ayah lo. Salam aja sama Om Heru." Arzen memakai helmnya.
"Iya, nanti gue sampe in. Lo hati-hati ya." Gina melambaikan tangan.
"Iya. Selamat malam." Arzen membalas lambainan tangan sambil mengemudi motornya.
setelah Arzen hilang dari pandangan Gina segera masuk ke rumah.
"Assalamualaikum." Gina memberikan salam.
"Waalaikumsalam, udah pulang." kata Heru yang sedang menonton sepak bola di televisi.
"Iya, ayah lagi nonton apa?" Gina duduk di samping ayahnya.
"Nonton bola. Gimana malam minggunya asyik?" tanya Heru.
"Biasa aja ya."
"Kamu suka sama cowok itu?" tanya ayahnya tanpa melihat Gina.
"Nggak, kan ayah bilang nggak boleh pacaran."
"Kan ayah tanya suka apa nggak, bukan pacaran."
"Hehehe, Gina hanya menganggap kak Arzen sahabat nggak lebih." Gina menberika klarifikasi kepada ayahnya. "Udah ah yah, Gina ke kamar dulu." Gina mencium pipi ayahnha dan bergegas masuk kamar.
♤♤♤♤♤
Hari minggu hari yang super duber bikin malas beraktifitas. Tapi Gina harus menemani ayahnya carfree day.
"Ayo, sayang semangat dong." kata Heru sambil berlari di depan Gina.
"Gina masih ngantuk ayah." kata Gina sambil lari tanpa tenaga.
"Buat lari nanti ngantuknya juga ilang." Kata Heru sambil melihat ke arah Gina.
Hari mulai siang, lapangan mulai padat. Orang-orang mulai berdatanga, untuk jogging dan ada juga yang sekedar jajan-jajan.
Bruuughhhhh.... seseorang menabrak Heru hingga terjatuh.
"Ayah..." teriak Gina, diabyang berada di belakang ayahnya langsung berlari menghampirinya.
"Ayah, nggak apa-apa?" Gina panik.
"Ayah baik-baik saja, kamu nggak apa-apa nak?"
"Baik Om, maafin saya karena meleng jadi menabrak Om." Orang itu membantu Heru berdiri.
"Hanan." batin Gina ketika melihat wajah orang yang menabrak ayahnya.
"Cewek ini, kenapa ada di mana-mana sih." batin Hanan dengan menatap sekilas lalu kembali ke Heru.
Mereka berdua tak saling bertegur sapa, seolah tak saling kenal satu sama lain.
"Saya permisi dulu Om." Hanan Pamit.
"Iya, lain kali hati-hati ya." pesan Heru kepada Hanan. Hanan mengangguk pelan lalu melanjutkan jogging.
Mata Gina memandangi punggung Hanan yang mulai menjauh, dia kemudian membalikan badannya saat Hanan sudah menghilang dari pandangan matanya.
"Ayah kenapa ngelihatin Gina gitu?" Gina mengerutkan kening melihat Heru senyum-senyum.
"Kamu suka ya sama dia." Ujar Heru, yang membuat Gina hampir tersedak.
"Ayah apaan sih tiba-tiba ngomong gitu. Nggak jelas." Gina merengut.
"Terus kenapa kamu bengong gitu nglihatin dia." ternyata Heru memperhatikan ekspresi putrinya ketika melihat Hanan.
"Dia itu teman Gina yah, jadi kita itu satu kelas." jelas Gina.
"Berarti kalian saling kenal?"
"Kenal sih nggak yah, cuman tahu. Dia itu orangnya ngeselin ya dan sepertinya nggak suka sama Gina." Gina ngadu sama Heru.
"Jangan suudzon, mungkin kalian baru kenal jadi masih belum bisa akrab." Heru mengelus kepala Gina.
Gina heran kenapa ayahnya di aduin malah seolah membela Hanan. Meskipun yang di katakan benar jika dia tidak boleh suudzon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Rahmawati
makin seru
2020-08-21
0