Hanan duduk di kursi teras sambil mengangkat satu kaki. Dia melihat kedua sahabatnya yang asik mai game di ponselnya.
"****** lo..." Kata Selo sambil tertawa puasa setelah membunuh musuh di dalam gamenya.
"Nan, gue lihat tadi di sekolah lo nggak pakai sepatu demi Gina." Kata Toni setelah mematikan gamenya lalu memasukan ponselnya di kantong celana.
"Salah lihat kali lo, iya masa Hanan kaya gitu." Selo nggak percaya dengan apa yang di lihat Toni.
"Beneran. Anak-anak satu sekolah juga tahu."
"Wah... Hanan mulai terpikat sama bidadari yang wajahnya kayak ubin masjid, adem bener." Selo girang. Dia rela membiarkan gamenya mati dan berjalan mendekati Hanan. Dia merangkul Hanan, ada rasa bahagia dari hatinya ketika Hanan mau mendekati cewek.
"Apaan sih lo, siapa juga yang suka sama dia." Hanan mendorong Selo.
"Iya selo apaan sih lo, mana mungkin Hanan suka sama cewek klemar-klemer gitu." Kata Sissy sewot.
"Klemar-klemer apaan sih, lo cemburu kan Hanan suka sama cewek." Selo ikut sewot.
"Kalian dengerin gue ya, gue sama Sissy nggak ada apa-apa, nggak ada cemburu-cemburuan. Kita itu cuma teman. Jadi jangan pojokkin Sissy kayak gitu. Kasian dia." Hanan berdiri lalu merangkul Sissy. Sissy melihat kearah Hanan dengan penuh kecewa.
"Gue tuh mau ada apa-apa sama lo Nan, gue nggak mau lo sama cewek lain." batin Sissy.
"Cabut yuk, boring nih." Hanan mengambil kunci motor.
"Siap." Selo, Sissy dan Toni bangkit menuju parkiran mengikuti Hanan.
Hanan berjalan lebih dahulu, di ikuti dengan Toni yang berboncengan dengan Sissy dan Selo.
♤♤♤♤♤
Mereka berempat berhenti di kafe trimaja favorit mereka. Hanan mendorong pintu kafe, namun tak langsung masuk. Dia bengong, dan enggan untuk masuk melihat ada Gina bersama ke dua temannya.
"Nan, kenapa malah diam aja kayak patung." Toni berdiri di samping Hanan.
"Kalau jodoh mah emang gak kemana ya, baru saja di omongin sekarang langsung ketemu disini." kata Toni sambil memandang ke arah Gina dan yang lainnya.
"Lihat apaan sih kok pada ngomongin jodoh" Selo kepo. Sissy juga berlari mendahulu i Selo karena rasa penasarannya melebihi Selo.
"Wah ada si cantik nih." Selo menerobos di tengah Hanan dan Toni.
"Hai semua." Sapa Selo sambil menghampiri Gina, Rahma dan Feni.
"Haduh, ngapain lagi ini kecoa terbang satu disini." kata Feni yang terlihat bosan melihat Selo. Nggak di sekolah, di jalan bahkan di kafe ketemunya dia lagi, dia lagi.
"Sialan lo, cowok ganteng kayak pangeran gini di bilang kecoa." Selo nggak terima dengan hinaan Feni.
"Lo ngapain sih kesini?" tanya Feni lagi.
"Serah gue donk, ini kan tempat umum bukan punya nenek moyang lo." seru Selo.
Melihat pertengkaran temannya itu, Gina sama Rahma hanya menggelengkan kepala. Mereka berdua udah kayak tikus dan kucing, dimana pun akan selalu ribut saat ketemu.
"Hati-hati loh nanti kalian jatuh cinta." ledek Rahma.
"Ih, amit-amit gue jatuh cinta sama cowok kaleng-kalengan kayak gini." Feni bergidik, seolah melihat Selo itu barang yang membuatnya geli.
"Sel lo mau gabung situ apa sini?" teriak Toni membuat semua yang menoleh ke samping.
"Ok gue balik ke sana." Selo bangkit sambil membawa satu batang kentang goreng.
"Siapa ya cewek itu." tanya Feni kepo dengan Sissy yang nempel sama Hanan.
Pandangan Gina beralih menuju ke arah Sissy yang sedang bercanda gurau dengan Hanan tanpa sungkan. Bercandanya sangat natural, tidak di buat-buat.
"Pacarnya kali." sahut Rahma sambil memasukan kentang ke mulutnya.
"Bisa jadi, pantesan dia nggak mau di deketin cewek- cewek ternyata udah punya pacar." kata Feni.
"Gin, lo kenapa lihatin Hanan gitu amat, cemburu ya?" goda Rahma.
"Apaan sih Ma, gue nggak ngelihatin mereka." Gina ber kilah
"Terus..." Rahma mendekatkan wajahnya ke arah Gina.
"Itu." Gina menunjuk seorang anak kecil yang ada di luar melihat orang-orang makan. Gina bangkit dari kursinya, dia memesankan makanan untuk anak itu.
"Mbak bungkus tiga porsi ya." Pinta Gina kepada waethers.
"Ini mbak." waethers memberikan tiga kotak nasi beserta ayam goreng.
Gina mendorong pintu kafe lalu keluar diikuti Feni dan juga Rahma, menemui anak kecil yang melihat ke arah dalam.
"Assalamualaikum." Gina memberikan salam.
"Waalaikumsalam, Kak." jawab anak itu sambil memindah pandanganya ke arah Gina.
"Nama kamu siapa?"
"Laras, dan ini adik saya Lina." Anak itu memperkenalkan diri.
"Laras, ini buat kamu sama Lina ya." Gina memberikan kantong plastik kepada Laras dan Lina .
"Makasih kak." kata Laras sambil meraih tangan Gina lalu mencium tangan Gina..
Mata Hanan tak berkedip melihat Gina, Gina memang orang baik bukan hanya kelihatannya namun juga kenyataannya.
"Udah cantik kayak bidadari berhati malaikat pula." Kata Selo memuji Gina.
"Alah, itu paling karena ada Hanan jadi mau caper dia." Kata Sissy sinis. Apa yang di lakukan Gina membuat Sissy meradang.
"Gue lihat lo nggak suka banget sama Gina, padahal lo nggak kenal." kata Toni. Melihat Sissy yang selalu cemberut dan juga marah-marah saat membahas Gina.
"Kalian kenapa pada brisik sih." Hanan bangkitvdari kursi lalu meninggakan mereka ber tiga.
"Nan, lo mau kemana?" teriak Selo.
Hanan tak menjawab dia pergi tanpa pamit, dia pusing mendengar mereka bertiga pada ngoceh nggak jelas.
Dia memakai helm, lalu mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi. Otaknya mencerna tentang Gina, dia kembali mengingat kejadian-kejadian saat bertemu Gina.
Hanan menghentikan motornya mendadak sampai ban motornya berdecit keras. Dia turun dari motor tanpa melepas helm, dia hendak marah kepada pengemudi taksi yang tiba-tiba berhenti.
"Lo bisa naik mobil nggak sih!" gebrak Hanan.
"Maaf mas, tadi saya tidak melihat ada orang yang menyeberang." kata sopir taksi sambil menunjuk kearah depan.
"Dia lagi." Jerit Hanan dalam hati, matanya membulat melihat Gina yang sedang menyeberangkan seorang nenek-nenek.
"Sebenarnya apa yang sedang lo tunjukan sama gue, apa lo mau bikin gue terkesan. Sorry itu tidak cukup membantu." batin Hanan. Dia beranggapan jika Gina berusaha mengambil hatinya. Dengan memperlihatkan kebaikan-kebaikan yang dia miliki.
Hanan kembali ke motornya dan meneruskan perjalanannya. Dia kembali terngiang dengan kejadian hari ini. Hari ini dia bertemu Gina sampir seharian. Di sekolah, di kafe dan juga di jalan.
"Apa itu bertanda dia... ah tidak Hanan. Dia itu lembek bukan selera lo. Dia juga terlihat biasa tidak ada istimewanya. Dia hanya orang yang sangat merepotkan dan suka ikut campur urusan orang lain." batin Hanan berkecamuk. Logika dan hatinya sedang debat hebat tentang gadis yang baru saja pindah di kelasnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Rita Jefri
aku syuka
2020-11-11
0
Rahmawati
ceritanya bgs banget
2020-08-21
0