Bel tanda pulang sekolah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas. Gina beranjak dari kursinya, dia sekilas menatap Hanan yang tak bergeming. Dia masih terlelap dalam tidurnya.
"Gin, ayo." Rahma menarik tangan Gina.
"Gin, lo kenapa nglihatin Hanan sampai segitunya," tanya Rahma.
"Ah, jangan-jangan lo udah mulai naksir sama dia," goda feni.
"Jangan ngaco, cuma heran aja sama dia bel gini dia kok nggak bergegas pulang seperti yang lain," Gina masih heran dengan Hanan.
"Yah, bagi Hanan sekolah adalah rumah ke dua. Jadi dia datang ke sekolah itu kalau nggak tidur ya bikin onar," jelas Feni.
"Kasian ya orang tuanya, udah biayai sekolah mahal-mahal anaknya malah malas-malasan," kata Rahma.
"Tapi gue dengar-dengar sih dia hidup sendiri."
"Maksud lo, dia tinggal sendirin gitu?" Gina menghentikan langkahnya.
"Hanan itu sekarang kos, dan kita semua udah hampir satu tahun kenal sama dia, namun nggak ada yang tahu rumahnya, orang tuanya. Dan asal lo tahu Gin, setiap dia melakukan kesalahan pasti yang datang orang tuanya beda-beda," Feni menjelaska dengan detail tentang kehidupan Hanan.
"Hooh, entah nyewa dimana itu orang."
"Em gitu. Ya udah gue balik dulu ya." Gina pamit pulang.
"Gak bareng aja," Feni menawari Gina.
"Rumah kita kan beda arah."
"Haha iya lupa. Gin ntar gue main ke rumah lo ya."
"Boleh, tapi ba'da Ashar ya."
"Siap. Ma mau ikut nggak?" tanya Feni.
"Nggak deh kayaknya. Gue ada acara."
"Ok. Nanti gue jalan sendiri. Sampai ketemu nanti Gina."
"Assalamualaikum, hati-hati ya." Gina memberi salam sambil melambaikan tanganya.
Hari ini Gina sengaja jalan kaki menuju rumah, dia mau mendatangi rumah Bi Surti pembantunya. Sudah tiga hari pembantunya tidak datang ke rumah karena sakit.
Gina memasuki perumahan kumuh, jalan becek dan sangat tidak terurus. Banyak sampah berserakan di setiap sudut kampung.
"Assalamualaikum," Gina mengetuk pintu kayu yang sudah usang.
"Waalaikumsalam." Jawab Bi Surti dengan batuk-batuk.
"Non, ada apa kok datang ke rumah Bibi?" tanya Bik Surti saat melihat orang yang ada di depannya lalu dengan cepat anak majikannya itu di suruh masuk.
"Ini bik, aku bawain obat buat Bik Surti." Gina memberikan kantong plastik ukuran kecil berisikan obat dari apotik yang tadi sempat dia beli sebelum ke rumah Bik Surti.
"Ya Allah, Non Gina baik banget. Maaf merepotkan," Bik Surti menangis, dan langsung memeluk Gina.
"Nggak repot kok, Bik Surti tinggal sendiri?" tanya Gina, bola matanya berputar mengitari seisi rumah Bik Surti yang sudah reot dan tak layak di huni.
"Iya Non, anak bibi pergi semua entah ke mana. Mereka tak pernah pulang setelah suami bibi meninggal," Bi Surti menangis pilu mengingat semua anak-anaknya yang sudah di besarkan susah payah meninggalkannya begitu saja.
"Bibi sabar ya," Gina mengelus punggung Bik Surti. Dia tidak tega melihat seorang ibu disia-siakan oleh anaknya.
♤♤♤♤♤
Waktu menjelang sore, Gina pamit untuk pulang. Dia sudah memiliki janji dengan Feni jadi dia tak bisa lebih lama bersama Bik Surti.
Gina sedikit mempercepat langkahnya, karena jalanan keluar kampung Bi Surti sangat sepi.
Seseorang menabra tubuhnya. Gina sedikit oleng hingga dia hampir jatuh. Untungnya orang itu langsung menarik tangan Gina yang beberapa centi lagi tubuhnya menyentuh tanah becek.
"Sorry."
"Iya, lain kali ha-, Hanan lo ngapain disini?" tanya Gina.
"Lo kenal gue?" Hanan mengernyitkan keningnya.
"Nggak, cuma tahu aja." kata Gina cepat.
Dia bersyukur jika Hanan tak mengenalinya, jadi tak ada hal yang akan di perdebatkan nanti saat bertemu di sekolah.
"Gue permisi dulu." Gina pamit berjalan meninggalkan Hanan.
"Woi. Berhenti lo," teriak seseorang sambil menunjuk ke arah Hanan.
"Assh, masih aja ngejar gue," Hanan menarik tangan Gina dan mengjaknya berlari.
"Eh, ada apa ini?" tanya Gina sambil berlari.
"Hanan,berhenti lo," teriak orang yang mengejar Hanan dan Gina.
"Hanan, lepaskan" teriak Gina.
"Nanti, kalau udah aman. Lo nggak usah berisik, perhatikan saja langkah lo agar tak jatuh," kata Hanan dengan napas yang tersengal-sengal.
Gina menurut perkataan Hanan, dia memperhatikan setiap jengkal jalan yang dia pijak agar tidak terpeleset karena jalanan becek dan licin.
"Sial, jalan buntu," gerutu Hanan ketika jalan yang akan dilaluinya buntu.
"Sebenarnya apa yang terjadi,"tanya Gina, sambil mengatur napasnya.
"Hahahha mau kemana lagi lo," terdengar suara tawa yang sangat renyah. Tawa yang menunjukan sebuah kepuasan.
"Gue nggak kemana-mana," jawah Hanan sembari melihat sekitar untuk mencari jalan.
"Jangan jadi pengecut kabur dari kita," seru seseorang berbadan kekar dan tinggi.
"Apa lo bilang, pengecut, bukanya itu sebutan yang pantas buat lo yang beraninya kroyokan," Hanan terkekeh membalikan kata-kata orang yang mengejarnya.
"Bangsat!" dua orang berbadan besar itu menyerang Hanan.
Gina didorong mundur oleh Hanan, dan dia siap menghadapi musuhnya. Gina terpaku melihat perkelahian yang tidak adil itu, antara takut, bingung melihat kejadian ini.
Gina sesekali menutup matanya saat Hanan terkena pukulan.
"Jangan beranì berurusan sama gue atau kalian akan mati seketika," ancam Hanan ketika dua orang itu tergeletak lemas.
"Ayo," Hanan menarik tangan Gina agar lebih mendekat ke tembok yang menjadi penghalang jalannya.
"kita mau ngapain ke sini."
"Nggak usah banyak tanya, sekarang lo naik ke atas."
"Bagaimana caranya? ini tembok tinggi banget."
"Injak pundak gue," Hanan jongkok.
"Nggak mau, lo gila."
"Buruan, lo mau selamat nggak. Bentar lagi teman mereka datang," tukas Hanan.
Perlahan Gina megangkat satu kaki lalu menginjak pundak Hanan. setelah Gina berdiri sempurna Hanan berdiri agar Gina lebih mudah naik ke tembok.
"Itu dia, kejar," teriak salah satu teman dari orang yang sudah di buatnya terkapar.
"Buruan," Bentak Hanan.
"Iya."
Gina sudah berhasil naik di tembok. Dia langsung memikirkan pendaratan yang safety.
Hanan, berlari memanjat tembok itu, kemudian menarik Gina yang masih bingung memikirkan pendaratannya.
"Aaaa," teriak Gina, Mereka berdua akhirnya jatuh di tanah. Dan Gina mendarat di samping Hanan dengan kepala di atas tangan Hanan.
"Lo gila ya, bagaimana kalau kita kenapa-napa," Gina kesal dengan perbuatan Hanan yang sembrono.
"Berisik toh kita selamat," kata Hanan datar sambil bangkit dari tidurnya. Dia memegangi pingangnya sambil berjalan meninggalkan Gina.
"Hai, tunggu," Gina mengikuti Hanan.
"Apa lagi," bentak Hanan kesal.
"Mereka siapa?"
"Nggak perlu lo tahu siapa mereka, jadi jangan banyak tanya," Hanan meninggalkan Gina.
"Sebenarnya apa sih maunya tu orang?" Gina geleng kepala. Dia tak habis pikir dengan sikap Hanan. Di balik itu ada rasa penasaran dalam hatinya tentang cowok yang bernama Hanan itu.
Gina, jangan mulai. lo nggak boleh kepo sama cowok kejam itu, bisiknya dalam hati.
Gina berjalan mengikuti Hanan, dengan jarak yang lumayan jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Maesaroh Achmad
eit eit eit...jd inget muda dulu...hihihi..
2021-03-13
0
Anonymous
sebenernya aku yg kepo
2021-01-15
0
Ida Widayanti
bahasanya rapi dan mudah dimengerti..lanjut thor
2020-08-06
2