Hanan mengangkat Gina, namun sebelum Gina terangkat dengan sempurna dia jatuh pingsan.
"Eh.." Hanan dengan sigap memegang tubuh Gina.
"Pakai acara pingsan segala ini bocah." Hanan ngedumel. Dia menggendong Gina menuju UKS agar mendapatkan pertolongan pertama. Dan dia bisa meninggalkannya di sana.
Sepanjang lorong Hanan tak melihat satu murid pun yang ada di situ. Dia tak mungkin tega meninggalkan Gina di UkS tanpa orang lain. Akhirnya Hanan membawanya ke mobil.
"Selo, Toni!" panggil Hanan.
"Nan.. siapa?" Toni kepo.
"Gebetannya Selo." ujar Hanan.
"Sialan, tapi kalau dia mau nggak apa sih." Selo girang dengan jawabannya sendiri.
"Ngomong-ngomong ngapain lo gendong bocah ini?" tanya Selo.
"Bukain pintu dulu gih, berat nih lama-lama." pinta Hanan kepada kedua sahabatnya. Hanan kemudian menurunkan Gina di kursi sebelah kemudi.
"Nan, dia tidur, pingsan apa mati?" kata Selo udah tak sabar mendengar cerita Hanan.
"Bacot lo, kalau ngomong nggak di filter. Kalau mati di kuburlah masa gue bawa-bawa. Kayaknya tadi ada yang sengaja ngurung dia di gudang." kata Hanan sambil menutup pintu pelan.
"Gue tahu kerjaan siapa itu." kata Toni sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Siapa?"
"Vanda sama Rike."
"Jangan nuduh kalau nggak ada bukti." kata Selo mengingatkan Toni agar tak sembarangan nuduh.
"Beneran, tadi Rahma sama Feni sempat nyariin Gina. Si Rike bilang Gina udah balik." cerita Toni saat tak sengaja mendengar perbincangan Rike dengan kedua teman Gina.
Hanan berdecak pela,"Mereka nggak berhenti-hentinya bikin ulah."
"Nan, buruan gih anterin pulang." kata Toni.
"Kalian gak mau temani gue nganter dia?" tanya Hanan.
"Kita kan bawa mobil sendiri, gue tunggu di rumah lo deh." kata Selo sambil masuk ke mobilnya.
"Ok." Hanan masuk me mobilnya, mereka bertiga di parkiran.
Hanan menoleh ke arah Gina yang masih pingsan, dia menarik sabuk pengaman dan mekaikan di tubuh Gina. Saat matanya menatap wajah Gina, dia diam terpaku. Wajah Gina yang sendu dan terasa sangat nyaman untuk di lihat membuat Hanan sedikit merasakan detakan jantung yang lumayan cepat.
Ada aura positif dari Gina yang dia dapatkan hingga ujung bibir Hanan tertarik meskipun sedikit.
Hanan segera menginjak gas untuk mengantar Gina pulang, setelah satu jam perjalana Hanan baru ingat jika dia belum tahu rumah Gina. Hanan menepika mobilnya.
"Hanan....Hanan... bodoh kok di piaara." Hanan menggerutu kepada dirinya sendiri.
Hanan mengambil tas Gina, dia mengeluarkan semua isi tas Gina untuk mencari KTP atau kartu lain yang menunjuka alamat rumahnya.
"Sorry gue buka dompet lo." kata Hanan sambil membuka dompet kecil warna merah. Hanan menemukan kartu nama milik ayah Gina.
"Perumahan Jati Raya, kompleks jati elok no 9." Hanan membaca dengan sedikit keras.
Setelah selesai memberesi isi tas Gina yang tadi sempat dia acak-acak, Hanan kembali lagi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Setengah jam Hanan berada di tengah kemacatan, akhirnya dia sampai juga di perumahan Gina.
Hanan memmarkirkan mobilnya di rumah berlantai dua dengan cat warna biru.
Tok...tok.... ketuk Hanan dengan sedikit keras agar pemilik rumah segera keluar.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" kata Bik Surti.
"Saya temannya Gina Bik." kata Hanan.
"Mbak Ginanya sedang pergi, belum pulang mas." Bik Surti menjelaskan tanpa tahu apa tujuan Hanan.
"Iya bik, maksud saya kesini mau mengantar Gina yang pingsan."
"Pingsan, terus mbak Gina dimana?" kata Bik Surti panik.
"Di mobil." Hanan menunjuk kearah mobilnya.
"Ya udah bawa masuk." kata Bik Surti.
"Udah di anterin pulang masih di suruh-suruh pula gue. Dasar cewek ngrepotin." gerutu Hanan sambil menggendong Gina menuju kamar.
Hanan menurunkan Gina di kasur, dia memegangi lengannya yang pegal setelah menggendong Gina menuju lantai dua.
"Belum kenal aja nyusahin gini, gimana kalau sampai kenal." kata Hanan menatap kesal Gina.
Saat hendak pergi Hanan melihag jaket yang di pinjamkan Gina waktu hujan di depan lemari Gina. Dia mengambilnya dan langsung memakainya.
"Mas, saya buatin minum." Kata Bik Surti sambil menyelimuti Gina.
"Makasih bik, saya langsung pamit. Tolong sampaikan sama dia kalau jaketnya saya ambil." pesan Hanan.
"Baik Mas, makasih sudah mengantar Mbak Gina."
"Sama-sama Bik. Permisi."
♤♤♤♤♤
Hanan memparkirkan mobilnya, dia langsung masuk ke kamarnya.
"Akhirnya pulang juga pemilik rumahnya." Kata Selo yang sedang asyik memencet-memcet stik ps.
"Lo ngobrol dulu sama orang tuanya?" tanya Toni.
"Boro-boro, gue udah lama jalan tapi nggak tahu alamat rumahnya." kata Hanan sambil menjatuhkan tubuhnya ke kasur.
Gelak tawa terdengar ranyah memenuhi kamar Hanan, yang di ciptakan oleh Selo dan Toni.
"Bodoh di piara sih lu." ejek Selo.
"Sialan lo!" Hanan melempar bantal kearah Selo.
"Jangan-jangan lo modus biar bisa lamaan sama Gina." Toni menoleh ke arah Hanan.
"Modusin orang kayak gitu, yang ada darah tinggi gue kumat karena emosi mulu."
"Emang dia kenapa, baik hloo." kata Toni.
"Iya, dan juga pinter."
"Saking baiknya sering di tindas orang, asal kalian tahu cewek model dia tuh bandel kalau di bilangin ngeyel." kata Hanan.
"Gue nggak percaya." Ujar Selo.
"Sama." sahut Toni.
"Ya udah kalau nggak percaya, pacaran aja sama dia." kata Hanan kesel karena Selo dan Toni lebih memilih Gina di bandingkan percaya dengan dirinya.
"Ton, mau taruhan nggak sama gue?" tanya Selo.
"Taruhan apa?"
"Kalau sampai akhir bulan ini,Hanan suka sama Gina lo traktir gue makan di kantin tapi kalau dia nggak suka gue yang traktir lo." Hanan memberikan ide.
"Boleh, seru tuh." Toni setuju dengan rencana Selo.
"Seru pala lo.... kenapa gue jadi taruhan nggak penting lo." Hanan bangkit dari kasur dan mencekek kedua temannya itu.
"Ampun...ampun... Nan," kata Selo dan Toni bersamaan.
"Cabut nggak taruhan kalian." kata Hanan masih mencekek kedua temannya.
"Iya..iya.. gitu aja ngambek." kata Selo sambil meringis.
"Lagian kan lo nggak rugi Nan, orang yang taruhan kita ini." Toni pindah tempat takut di cekek Hanan lagi.
"Benar gue nggak rugi material, tapi harga diri gue. Masa gue jadiin objek judi kalian." Hanan mengambil alih stik yang tadi di pegang Toni.
"Judi... Tet...." Selo menyanyikan lagu Roma Irama.
"Nan, gue tanya bener-bener nih sama lo." Toni kembali duduk di samping Hanan.
"Apa."
"Lo homo ya, masa dari dulu nggak suka cewek." bisik Toni.
"*****... mulut lo. Gue normal kali." seru Hanan.
"Gue nggak percaya, selama kita kenal lo nggak pernah tu gandeng cewek selain Sissy. Atau lo suka sama Sissy?" tanya Selo.
"Gue sama Sissy itu hanya sebatas teman. Udah ah nggak usah bahas beginian atau lo gue usir keluar malam ini." kata Hanan, sambil naik ke ranjang dengan tidur terlungkap.
"Sensitif amat tu bocah, mau pakai ngusir-ngusir segala dikira sinetron tv sebelah." omel Selo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Mbak Sari
di bab berapa ya lupa.....Hanan kan pernah anterin gina pulang....kok di bab ini Hanan gak tau alamat gina.....aduh Thor.....piye Iki...
2023-04-30
1