Gina sebenarnya takut dengan katak, namun demi nilainya dia harus berani. Apalagi patnernya, sudah tidak peduli.
"Ma, udah dapat berapa?"tanya Gina.
"Satu." Rahma mengangkat kotak berisikan katak.
"Lo dapat berapa?" tanya Feni. Gina menggeleng kepala pelan, dengan bibir sedikit manyun.
"Hanan mana?" tanya Toni.
"Noh, sahabat yang lo bangga-banggakan duduk manis." Rahma kesal melihat dia tak ada pedulinya dengan Gina.
"Biasa aja lo nggak usah nyolot." Toni nggak suka Rahma menjelek-jelekan Hanan.
"Gue b aja, lo kali yang baper." Rahma berjalan mendekati Gina.
"Lo mau Gin?" tanya Selo.
"Mau." kata Gina cepat.
"Nih ambil." Selo melempar katak di tubuh Gina.
"Aaaaaa, tolongin gue." Gina kelabakan karena kataknya meloncat di tubuhnya. Dia langsung melempar ke arah Rahma.
"Seloo, tolongin ini di kepala gue." Rahma teriak-teriak.
Sambil terkekeh Selo mengambil katak di atas kepala Rahma, sebelum sembat mengambil katak itu melompat lagi di dada Feni.
"Mama...kataknya di dada gue." Kata Feni ketakutan hingga dia jatuh terpeleset dan semua katak lompat dari boknya.
"Aaa... ini di kaki gue" Gina lompat-lompat karena jijik dan juga takut.
"Brisik banget sih." Hanan melepas headphone dan bangkit mendekati kericuhan yang ada.
"Kalian bisa nggak kerja pakai tangan nggak usah pakai mulut." gerutu Hanan yang merasa terganggu.
Mereka tak mendengarkan perkataan Hanan, semua sedang heboh sendiri gara-gara katak yang saling lompat ke tubuh satu orang ke orang lain.
"Hanan tolongi gue." Gina mendekati Hanan untuk meminta bantuan saat satu katak dekepalanya. Hanan perlahan berjalan mendekati Gina, karena memang lagi heboh salah satu teman mereka menyenggol Hanan keras hingga dia terdorong dan jatuh menabrak Gina. Mereka jatuh di pingir danau kecil itu. Hanan dan Gina sama-sama basah kuyup.
"Hahahhahah... belum pada mandi kalian." kata Selo sambil tertawa.
"Maaf Hanan gue nggak sengaja." kata orang yang tak sengaja menabrak Hanan dengan ketakutan.
Hanan bangkit, satu kelas sudah diam membisu mereka siap menlihatbkemarahan Hanan.
"Sini lih, pasti lo biangnya." Hanan menarik Selo membawa menuju pinggir danau lalu mendorong hingga dia jatuh ke air.
Pada akhirny mereka bukannya nyari katak malah main air di pinggir danau. Mereka asyik sampai lupa jika tugas pengumpulan katak sampai bel istirahat bunyi.
"Udah bel nih, mana kita belum dapat katak." kata Gina.
"Kita udah kok, ke kelas dulu. Bye." Rahma dan Feni pergi meninggalkan Gina yang masih dengan kotak kosong.
"Kalian nggak setia kawan ya." teriak Gina.
Kini tinggal Hanan dan Gina berdua, Hanan masih diam tak beraksi. Hanya melihat Gina yang tampak bingung, saat mau menyuruh Hanan.
"Ayo balik." ajak Hanan.
"Balik, kita belum dapat kataknya hlo.."
"Masih ngurusin katak juga, kalau nggak mau gue tinggal nih." Hanan pergi meninggalkan Gina.
"Dasar, kenapa dia bisa seenanknya gitu." Gerutu Gina.
Gina belum mau putus asa, meskipun terlambat dia tetap mau mengumpulkan. Prinsipnya lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
♤♤♤♤♤
Bel tanda pelajaran di mulai sudah berbunyi, tapi Gina belum juga masuk ke kelas.
"Gina belum balik juga ya?" tanya Rahma.
"Eh iya. Hanan, Gina mana?" tanya Feni.
"Tauk, emang gue emaknya tanya Gina sama gue." kata Hanan yang sedang asyik dengan gamenya.
"Lo itu ya jadi cowok nggak ada tanggung jawab, rasa peduli. Gina lagi susah lo tinggalin." Feni marah-marah.
"Huuft." Hanan mendengus kesal. "To cewek ngapain sih nggak pulang-pulang bikin repot aja." Batin Hanan. Dia segera pergi dari kelas untuk menemui Gina sebelum guru yang mengajar datang.
Hanan berkacak pinggang, lalu berdecak melihat Gina yang masih mencari katak di pinggiran danau.
"Mau sampai kapan lo disini." Hanan menepuk pundak Gina.
"Astaughfirullahaladzin." Gina kaget, keseimbangannya saat berdiri goyah, dia hendak terjatuh di air, dengan sigap Hanan menarik lengan Gina dan menarik cepat hingga Gina berada di pelukan Hanan.
Seketika semuanya terdiam, hanya desiran angin yang menggoyangkan rerumputan, dan pohon yang terdengar lembut. Gina merasakan ada getaran yang aneh dari dirinya.
"Astaufirullah." Gina menarik diri keluar dari pelukan Hanan ketika dia sadar.
"Lo ngapain masih disini." kata Hanan sedikit ketus.
"Kita kan belum punya kataknya." kata Gina dengan wajah melas karena sudah capek, basah pula semua baju.
"Gue bilang balik, Selo udah kasih buat kita." kata Hanan sambil memutar badannya berjalan meninggalkan Gina lagi.
"Kenapa lo nggak bilang dari tadi." teriak Gina. Dia mulai kesal, hanya saja dia menyimpan kekesalanya dalam hati. Dia orang yang bisa marah-marah.
"Kan gue tadi udah bilang balik, lo nggak mau salah siapa coba." Hanan masih tak mau salah.
Gina berjalan dengan wajah merengut, dia berjalan di belakang Hanan. Perut Gina berbunyi, dia sangat lapar setelah hampir empat jam bergelut dengan katak yang tak kunjung di dapatnya.
Hanan tiba-tiba membalikan badan, membuat Gina kaget karena hampir saja menabraknya.
"Ada apa?"
Hanan hanya melihat Gina dari bawah sampai atas kepala, Hanan kemudian menarik tangan Gina menuju koperasi.
"Beli seragam buat dia." kata Hanan kepada petugas koperasi.
"Iya." petugas koperasi memngambilkan baju.
"Burun ganti." Hanan menyuruh Gina untuk ganti baju di ruangan yang di sediakan oleh koperasi.
setelah hampir setengah jam menunggu, akhirnya Gina keluar juga. Dia melepas sepatuanya juga karena basah.
"Ada sendal nggak?" tanya Hanan.
"Kosong." jawab petugas koperasi.
Hanan mengajak keluar Gina, Hanan duduk di kursi depan koperasi lalu mencopot sepatunya.
"Nih pakai." kata Hanan.
"Nggan usah, lo pakai aja." Gina menolak Hanan memberikan sepatunya untuk dirinya.
"Buruan pakai, ntar gue di maki-maki lagi sama teman-teman lo." Hanan menarik Gina, lalu di dudukan di kursi bekasnya.
Hanan langsung memakaikan sepatunya kepada Gina, kali ini Hanan tak tanggung-tanggung perhatiannya sama Gina. Otak sama perilakunya berbeda jauh. Dia tidak pernah seperti orang bucin. Tapi kini dia merasa seperti seorang bucin. Namun tetap saja dia lakukan.
"Hanan, jangan biar gue sendiri." Gina tidak enak, dia merebut satu sepatu yang belum di pakaikan oleh Hanan.
"Sudah bawa sini." pinta Hanan.
Arzen geram, melihat mereka berdua tampak mesra. Apa lagi tadi Gina menolak dirinya dengan alasan tidam mau pacaran. Tapi kini dia lihat Hanan dan Gina sedang mesra layaknya orang pacaran.
"Jadi ini alasan dia tolak gue." Arzen menedang pintu koperasi.
Hanan dan Gina menoleh ke sumber suara, mereka tidak tahua jika baru saja Arzen melihat mereka berdua.
"Terus lo pakai apa?" tanya Gina sambil melihat kearah kaki Hanan yang kini tinggal memakai kaos kaki.
"Gini aja, ayo kekantin." ajak Hanan.
"Tapi ini udah bel, pasti pelajaran udah berlangsung." Gina menolak.
"Perut lo udah keroncongan, ntar pingsan lagi. Sekali nggak ikut pelajaran juga nggak mempengaruhi masa depan." celoteh Hanan sambil menarik tangan Gina menuju kantin.
Vanda dan Rike melihat Hanan dan Gina yang gandengan, padahal aslinya Gina di tarik buka di gandeng seperti yang mereka berdua pikirkan.
"Van, Hanan sudah tergoda sama cewek sok suci itu." Rike menunjuk Hanan dan Gina yang sedang barjalan seberangan dengannya.
"Awas ya, tunggu pembalasan gue Gina." Vanda menggenggam tangannya. Dia akan membalas dendam atas kenekatan Gina menghoda Hanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Vina ✨
ceritanya sama kayak aku dulu 🤭🤭🤭
2021-02-11
0
Andri Kusriani
sya suka novelnya.....masa sekolah, masa paling indah......🥰🥰🥰🥰 Semanat thor......👍👍
2020-08-05
2