Pagi ini Gina datang lebih pagi dari biasanya, dia harus breffing dulu sebelum bayar di mulai. Dia menarik tali tasnya dan berjalan sedikit berlari agar bisa bareng dengan Rahma dan Feni.
"Assalamualaikum." Gina merangkul Feni dan Rahma.
"Waalaikumsalam." sahut Feni dan Rahma bersamaan.
Mereka bertiga langsung berkumpul di aula sebelum bertugas di stand masing-masing.
"Selamat pagi teman-teman, pagi ini kita akan melakukan kegiatan bazar. Bisa sampai sore jadi meskipun kalian sibuk jangan lupa makan." kata Arzen.
Bayar berjalan sangat lancar, sekolah Gina memang sengaja kegiatan bazar hanya di lakukan satu hari karena hari berikutnya mereka akan pergi kemah.
"Hai Gin." sapa Arzen sambil memdekati Gina.
"Iya kak."
"Udah makan belum?" tanya Arzen.
"Belum Kak, ini kita mau pesan makanan." kata Gina.
"Kalian nggak usah pergi, gue udah bawain makanan sama minuman buat kalian." Arzen menaruh plastik berisikan nasi kotak dan air minum.
"Kak Arzen perhatian banget sama Gina, suka ya." celetuk Feni. Arzen hanya tersenyum malu mendengar ucapan Feni.
"Nggak usah gr dulu, Arzen cuma bagi makan bukan bagi hati." Rike tiba-tiba datang dengan muka kesel.
"Apaan sih lo, datang-datang ngomel nggak jelas." Feni sewot.
"Lo kalau kesini cuma mau buat ribut mending pergi." usir Arzen.
"Lo usir gue?" Rike berkacak pinggang dengan mata melotot.
"Kalau iya kenapa?" kata Arzen santai.
"Keterlaluan lo ya." Rike pergi dengan amarah dan kekecewaan terhadap Arzen yang lebih membela Gina.
"Kak, harusnya kak Arzen nggak boleh ngomong seperti itu. Kasian kak Rike." Kata Gina sambil melihat Rike yang pergi meninggalkan mereka dengan mengumpat.
"Biarin aja, dia akan semakin menjadi kalau tidak di gituin." kata Arzen. "Kalian makan dulu, biar gue jagain." ujar Arzen.
Gina, Rahm dan Feni cuci tangan, kemudian duduk di kursi belakang mereka jualan menikamati makan siang pemberian Arzen.
"Kak Arzen baik ya." kata Feni.
"Iya, kayaknya dia suka deh sama lo Gin." tambah Rahma.
"Perasaan kalian aja, Kak Arzen tuh bagi-bagi nasi nggak hanya sama kita doang tapi semua." Gina masih merahasiakan jika memang sebenarnya Arzen suka padanya.
"Hmmm, ngomong-ngomong Hanan dan yang lain kemana ya kok belum kelihatan." kata Rahma sambil celingukan di sekitar.
"Ngapain juga tanyain mereka nggak penting ini." kata Feni sewot ketika mendengar nama Hanan.
"Nggak boleh gitu, Hanan kan juga bagian kelas kita." Gina menasihati Feni.
"Tapi kan dia biang rusuh, ntr kalau dia malah ganggu jalannya acara gimana, hayoo."
"Hanan nggak sejahat itu Fen."
"Kalian temenya dia apa gue, dari tadi belain dia mulu." Feni memasukan makan di dalam mulut dengan kasar.
"Ngambek...ngambek..." goda Gina dan Rahma sambil mengelitiki Feni.
"Gina." Panggil Bu Indri.
"Iya Buk, ada yang bisa Gina bantu?" Gina menaruh kotak berisikan nasi dan berdiri mendekati Bu Indri.
"Itu barang yang di kotak tolong kembalikan ke gudang."Suruh Bu Indri.
"Baik Buk."
"Biar gue bantu." Rahma dan Feni bangkik dari duduknya.
"Feni sama Rahma bantuin ibuk di sana ya." Baik Buk.
Gina membawa kotak berisikan alat-alat yang sudah tidak di gunakan lagi. Gina mendorong pintu gudang pelan dengan kakinya.
"Gelap banget." batin Gina. Dia sengaja membuka pintu lebar agar mendapat cahaya dari luar.
Kreeeeekkkk.... pintu tertutup dengan pelan. Gina langsung lari mendekati pintu.
"Kok, kekunci sih." Gina menarik gagang pintu berkali-kali. Gina mengambil ponsel di kantong rok lalu menghiupkan senter. Dia segera menelepon Rahma untuk mendapatkan bantuan.
"Rahma angkat donk telponnya." Gina mulai panik.
Gina mencoba telpon Feni, dan Rahma berkali-kali, namun tak ada jawaban.
"Tolong...tolong... siapa pun yang di luar bantuin gue dong." Gina menggedor-gedor pintu dengan keras.
"Mampu lo Gina." kata Vanda dan Rike di balik pintu luar. Mereka sengaja mengunci Gina untuk balas dendam karena Rike dan Vanda merasa Gina menggoda Arzen dan Hanan.
"Tos dulu, ayo pergi sebelum ada yang tahu. " Vanda mengajak Rike pergi meninggalkan gudang.
"Tolong." Gina menggedor-gedor pintu lagi.
Gina sudah mulai berputus asa, dia duduk meringkuk di depan pintu sambil sesekali mengetu pintu gudang. Gina semakin panik, tapi pasrah juga ketika batrai mulai low dan senter redup.
Mata terkatup karena suasana di gudang sangat dingin dan gelap karena sudah sore. Gina pun tertidur di lantai.
"Bu Indri kalau sama kita kenapa jahat banget ya, kita ini kaya murid buangan aja." Selo ngedumel.
"Kita.. lo aja kali. Gue mah murid teladan." Kata Hanan sambil membawa galon kosong.
"Iya, teladan. Telat dan....." Selo menghentikan omongannya ketika galon yang di bawanya jatuh. Mendengar suara Gina terbangun, kemudian dia menggedor pintu berharap ada orang di luar.
"Tolong." Teriak Gina.
"Eh.. sore menjelang malam gini ada yang teriak." Selo bergidik.
"Takut ya lo, cemen banget sih jadi cowok." kata Hanan sambil menggoda Selo.
"Siapaun di luar tolong bukain." teriak Gina lagi.
"Dari gudang Nan." Selo dan Hanan langsung nyamperin pintu gudang.
"Siapa di dalam." Hanan memastikan benar-benar ada orang di dalam.
"Gue Gina, please bantuin buka." Gina berharap-harap cemas.
"Selo minta kunci sana." Hanan menyuruh Selo meminta kunci.
"Lo nggak apa-apa di dalam." seru Hanan.
"Gue baik-baik saja, tapi buruan bukain pintu gue takut disini gelap banget." Gina hampir menangis.
Menunggu Selo mengambil kunci Hanan menghidupkan senter di ponselnya lalu menaruh di bawah agar sinarnya masuk dari bawah pintu.
"Lama banget sih lo." kata Hanan sambil menerima kunci.
"Sorry, gue cabut dulu Bu Indri minta gue bantuin bawa barang-barang ke mobilnya."
"Ok."
Kleek.. pintu terbuka, Gina langsung berdiri dan berlari keluar. Dia sudah ketakutan selama seharian, dia juga merasa perutnya sangat perih karena belum makan dari pagi. Hanya beberapa sendok sebelu dia di suruh membawa kotak ke gudang.
"Lo kenapa bisa ke kunci di gudang?" tanya Hanan datar.
"Gue nggak tahu, tadi gue juga udah buka pintu lebar-lebar tapi tahu-tahu udah ke kunci." Gina mentap Hanan dengan mata sayu.
"Ya udah buruan bali, semua orang udah pada balik." kata Hanan sambil ninggalin Gina.
"Tunggu." Gina tak bisa jalan kakinya kram.
"Apa lagi." kata Hanan kesal. Entah kenapa saat bersama Gina bawaanya kesel aja.
"Kaki gue kram." Kata Gina sambil duduk di lantai karena kakinya sudah tak kuat menopang badannya.
"Ck, Ngrepotin banget sih lo." Hanan berdecak kesal, karena Gina selalu saja membuat dirinya repot.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Sarah Hindun Sidiq
banfubdunk hanan
2021-01-16
0