Gerimis di pagi hari membuat orang malas untuk beraktifitas. Gina hanya menggeliat saat ayahnya menbangunkannya.
"Nak, udah pagi ayo bangun solat subuh dulu." Heru mengusap wajah Gina.
"Iya ayah." jawab Gina dengan suara khas saat bangun tidur.
Gina meregangkan kedua tangannya, dan berjalan menuju jendela. Dia membuka jendela kamarnya lebar-lebar agar udara pagi menggantikan udara di kamar yabv udah pengap. Mendengar Adzan subuh berkumandang Gina segera mandi, dan melaksanakan solat.
Derzzt...Derzzt... panggilan masuk dari Feni. Gina mengangkat telepon sambil memnempelkan ponsel di telingannya.
"Assalamuakaikum Fen, ada apa pagi-pagi telepon." kata Gina sambil melipat mukenanya.
"Gue cuma mau memastikan aja, kemarin waktu tugas biologi lo di beliin baju sama di pinjami sepatu sama Hanan." cerocos Feni memberika pertanyaan ke pada Gina.
"Jadi lo subuh-subuh gini telepon gue cuma tanya begituan." Gina geleng-geleng kepala tahu tingkah sahabatnya itu.
"Iya, gue itu sampai kebawa mimpi."
"Lebay deh."
"Biar, bener nggak sih yang di katain anak-anak." Feni masih penasaran.
"Iya."
"Gila, sumpah lo Hanan memperlakukan lo seperti itu." Feni subuh-subuh heboh mendengar jawaban Gina.
"Lo kenapa sih heboh banget."
"Gina, fixz ini mah Hanan suka sama lo." kata Feni semangat.
"Apaan sih, nggak ada suka-sukaan. Buruan mandi solat, assalamualaikum." Gina menutup teleponnya.
"Mana ada Hanan suka cewek kayak gue gini, pastinya dia cari yang jauh lebih cantik dan mengerti diam." Gumam Gina.
♤♤♤♤♤
"Gina..." teriak Feni yang baru saja turun dari mobil. Dia lari menghampiri Gina dan Rahma, dia menerobos hingga berada di tengah-tengah.
"Fen, ini payung cukup berdua doang."Omel Rahma.
"Ya elah pelit amat lo." Feni melipat kedua tangannya.
"Bukan pelit, ini payung kan cuma muat berdua. Lihat, gue sama Gina jadi kebasahan kan."
"Lebih basah lagi, kalau lo ngomong terus dan nggak jalan-jalan." kata Feni sewot.
Gina mendengus pelan, melihat kedua sahabatnya yang setiap ketemu pasti debat.
"Hai, mau bareng nggak?" Arzen yang baru datang memberikan tawaran salah satu bareng dia.
"Gina, ayok." kata Arzen lagi karena belum ada respon dari ketiga cewek itu.
Gina menoleh ke arah Feni dan Rahma bergantian. Dan mereka mengisyaratkan dengan mata mereka agar Gina mengiyakan bantuan Arzen.
"Baik." Gina beralih tempat.
Wajan Arzen berubah sumringah, berjalan bareng di bawah hujan membuat hati Arzen bergemuruh.
"Gina dua hari lagi sekolah kita mau mengadakan bazar lo ikut jadi panitia ya." pinta Arzen.
"Emm, nanti gue pikir-pikir dulu kak." jawab Gina.
"Maksimal dari kelas harus mengajukan lima sampai enam orang untuk jaga stand." kata Arzen.
"Ok Kak, biar nanti kita bicarakan di kelas." kata Rahma.
"Kalau gitu gue masuk dulu ya." kata Arzen sembari meninghalkan Gina, Rahma dan Feni.
"Hhm, sainga terberat Hanan. Cowok, baik, pinter, cool." celetuk Feni.
"Iya, Kak Arzen tuh udah ganteng baik nggak tanggung-tanggung." Rahma melihat Arzen sampai tak mengedipkan mata.
"Lo suka ya sama Kak Arzen." Gina memandang Rahma telat di kedua bola matanya.
"Eng...nggak.. ngaco deh." Rahma gelagapa, dia menjadi salah tingkah.
"Bohong banget, gue lihat di buku banyak tulisan Arzen." Feni tahu jika Rahma menyankal jika Rahma tak menyukai sang ketua osis.
"Itu mah kelakuan lo, gue cuma ngefens sama dia. Nggak lebih."
"Udah ah yuk masuk." Gina menggandeng Feni dan Rahma yang masih ribut.
Gina,Feni dan Rahma berjalan melewati lorong sekolah sambil bercanda. Saat mereka berjalan melewati lapangan basket mata Gina langsung tertuju di lapangan. Dia melihat Hanan dan kawan-kawannya yang sedang main basket melawan team resmi sekolahan yaitu team Arzen. Mereka seperti sedang unjuk kebolehan di bawah gerimis pagi ini untuk membuktikan siapa yang paling hebat. Gina bermksud mengembalikan sepatu dan jaket yang di pinjam oleh Gina. Namun dia rasa saat ini tidak tepat. Dia akan memberikan ketika tidak ada orang yang melihatnya.
"Eh kita lihat itu dulu yuk." Ajak Feni sambil menarik Rahma dan Gina.
"Arzen...Arzen..." teriak cewek-cewek pendukung Arzen.
"Hanan...Hanan..." cewek-cewek yang mendukung Hanan pun tak mau kalah untuk memberikan dukungan.
"Gin,Ma kalian dukung siapa?" tanya Feni.
"Hanan dong, meskipun gue fans kan Arzen tapi gue tetep dukung kelas kita." kata dengan bangganya memilih Hanan karena satu kelas dengannya. Dia tipecal yang sangat loyal.
"Kalau lo Gin?" tanya Feni lagi.
"Gue.." Gina belum sempat menyelesaikan perkataanya. Sudah di potong oleh Vanda dan Rike.
"Kalian ngapain disini?" tanya ketus Rike.
"Ini tempat umum bebas dong kita mau ngapain aja di sini." kata Feni judes.
"Berani lo ya sama kakak kelas, nggak ada sopan-sopannya."
"Kenapa nggak berani, situ aja sewenang-wenang sama kita." Feni tak mau mengalah.
"Udah yuk kita pergi aja dari sini." Ajak Gina untuk mencegah keributan.
"Dengerin tuh kata temen lo, mending jauh-jauh dari sini." Kata Vanda sambil mendorong tubuh Feni.
"Biasa aja nggak usah dorong-dorong." emosi Feni semakin meluap-luap. Gina dan Rahma menarik Feni pergi menjauh.
"Lepasin gue. Enak mereka mau seenaknya sama kita." Feni masuk ke lapangan dan duduk di kursi bagian depan. Dia tak peduli dengan ancaman Rike dan Vanda.
"Aduh, cari masalah aja sih Feni." Kata Rahma.
"Ayo samperin dia, takutnya nanti malah bwrantem di sana." Ajak Gina.
"Fen, kek kelas yuk."ajak Gina.
"Nggak ah, lagian pelajaran kosong. Duduk sini aja." Feni menepuk Kursi di sebelahnya. Gina menatap Rahwa meminta persetujuannya, namun Rahma hanya membalas dengan mengangkat kedua bahunya.
"Hujan Fen, ntar lo sakit." kata Gina lagi.
"Kalian ngeyel banget sih di kasih tahu!" Vanda menarik kerudung Gina, dan melepaskan dengan kasar Hingga dia jatuh di lantai.
"Vanda apa-apaan sih lo!" Feni mendorong Vanda.
Melihat keributan di pinggir lapangan Arzen langsung menghampirinya, Dia langsung jongkok menanyakan keadaan Gina.
"Biar gue bantu." kata Arzen.
"Kalian kenapa sih ribut mulu, cari masalah aja kerjaannya." Arzen memaki Vanda dan Rike.
"Kita, mereka kali."
"Nggak mungkin mereka ribut kalau bukan karena kalian."
"Belain aja terus biar pada besar kepala." Vanda ketus.
"Mereka harusnya di daftarin MMA to." ujar Selo.
"Cabut yuk." Hanan sudah tidak mood lagi.
Hanan pergi meninggalkan lapangan, dia sekilas melihat kearah Gina.
"Dasar cewek lemah." batin Hanan.
Keributan akhirnya berakhir setelah Bu Indri yang menengahinya. Alhasil, mereka semua di hukum. Gina selalu saja mendapat masalah setelah pindah di sekolah ini.
Gina mendapat bagian membuang sampah seluruh sekolah, dia harus memisahkan sampah-sampah organik dan anorganik. Untungnya kelas kosong jadi dia tidak ketinggalan pelajaran.
"Minum dulu nih." Arzen datang memberikan satu cup teh panas.
"Makasih Kak." Gina mencucu tangan lalu mengambil cup yang di berikan oleh Arzen.
"Maaf ya gara-gara gue lapor Bu Indri lo jadi kena hukuman." kata Arzen menyesal.
"Nggak papa, ini bukan salah kak Arzen kok." Gina tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Nacita
nih s arzen cocok jadi duta lapor guru BK, dikit2 lapor dikit2 lapor hadeuhhhhh....
2024-05-15
0
Nacita
MMA mulu pikiran s selo 🤣
2024-05-15
0
Rini Mulyani
tu cowok atai cewek dikit lapor guru bp
2023-04-01
0