"Alhamdulillah, akhirnya mbak Gina sadar juga." kata Bik Surti.
"Aku kenapa ya bik?" Gina memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Tadi Mbak Gina pingsan."
"Oh iya, tadi gue kan gue di kunciin di gudang sama seseorang." batin Gina sambil mengingat kejadian yang menimpa dirinya hingga membuat dirinya jatuh pingsan.
"Oh ya, tadi Mas-Mas yang nganterin Mbak Gina bilang kalau jaketnya di ambil." kata Bik Surti sebelum kelupaan.
"Jaket." kata Gina kaget.
"Iya Mbak, Bibik ke dapur dulu ya buatin makan malam buat Mbak Gina." Bik surti pergi ke dapur.
"Jadi Hanan yang tolongin gue, dia itu sebenarnya gimana sih. Selalu saja bantuin gue tapi dia selalu jutek bahkan memusuhi gue." Batin Gina.
Gina mengambil tas untuk mengambil ponselnya, namun tak ada di tasnya. Gina kemudian mengeluarkan seluruh isi, tetap saja tidak ada. Gina bangkit dari kamarnya, dia mencoba menelpon dengan telepon rumah.
"Aduuh, dimana ya kok nggak aktv ponsel gue." Gina gelisah.
"Apa ketinggalan di gudang ya." batinnya. Dia mengingat terakhir menggunakan ponselnya.
♤♤♤♤♤
Pagi ini Gina datang lebih pagi ke sekolah, dia pergi ke gudang untuk mencari ponselnya.
"Pak." panggil Gina kepada Pak Bon sekolahnya.
"Iya Neng."
"Saya bisa pinjam kunci gudang." pinta Gina.
"Oh ya, mau cari apa neng?"
"Hp saya jatuh di gudang saat ngembaliin barang kemarin."
"Ok."
Gina langsung meluncur menuju gudang, dia mencari kesana kemari ponselnya. Namun nihil, dia tak menemukan ponselnya.
"Ya Allah, dimana ya." Gina mencari sampai ke dalam-dalam. Bahkan sampai mengangkat barang-barang takutnya tertindih barang-barang di sana. Bel tanda pelajaran di mulai sudah berbunyi tapi Gina belum menemukan ponselnya.
"Gin, pagi udah kusut amat lo." kata Rahma nyamperin Gina ambang pintu.
"Ponsel gue hilang." kata Gina sambil berjalan menuju kursunya dengan lemas.
"Kok bisa." kata Feni dengan nada lantangnya.
"Kemarin pas gue di suruh ke gudang, tiba-tiba ada yang mengunci pintunya." Gina duduk dengan kepala di taruh di meja.
"Jadi lo telpon berkali-kali kemarin bukan mau bilang kalau lo mau pulang duluan?" tanya Feni mulai curiga dengan Vanda dan Rike yang kemarin mengatakan jika Gina berpesan padanya kalau dia pulang duluan.
"Iya, gue mau minta bantuan sama kalian." Gina masih menaruh kepalanya di meja.
"Sialan, kita di bohongin sama kakak kelas gila itu." Feni murka, dia ingin sekali melabarak Vanda dan Rike.
"Mau kemana?" Rahma menarik tangan Feni.
"Gue mau labrak itu si nenek lampir." kata Feni.
"Eeehhh, nggak usah. lagian belum tentu mereka. Jangan nuduh tanpa bukti." Gina pun ikut menarik tangan Feni.
"Minggir, ngapain pada menghalangin jalan." Seru Selo sambil mendorong Feni pelan namun efeknya membuat Feni, Rahma dan Gina jatuh.
"Selo, bisa nggak lo nggak dorong-dorong." Feni bangun lalu berkacak pinggang ke arah Selo.
"Dasar biang kerok." Rahma memukul Selo dengan buku yang ada di atas mejanya.
"Lo nggak mau mukul gue juga." kata Selo menantang Gina. Gina menggeleng cepat, sambil senyum.
Mata Gina langsung mengarahkan matanya ke Hanan. Hanan langsung menatap tajam Gina.
"Kenapa lo lihatin gue kayak gitu, mau pukul gue." Hanan menatap Gina melotot. Gina pun langsung menundukan pandangannya.
"Bu Tyas." teriak salah satu murid, yang membuat satu kelas langsung duduk rapi.
"Selamat pagi." Bu Tyas memberikan salam.
"Selamat pagi Bu." jawab murid satu kelas.
"Ayo posisi tempat duduk seperti minggu lalu." Perintah Bu Tyas.
Semua murid pun langaung bergegas mencari pasangan duduknya. Perpindahan tempat itu membuat keributan di kelas Gina. Hingga membuat Bu Tyas marah, hingga mengeluarkan kayu untuk mengetuk meja.
"Sebelum pelajaran dimulai ibu mau memperkenalkan seorang murid baru di kelas ini." kata Bu Tyas.
"Cewek apa cowok bu?" tanya Selo sambil mengangkat tangannya.
"Cewek. Sebentar ibu panggil dulu." Bu Tyas berjalan menuju ke ambang pintu.
"Yuhuuu cewek baru lagi." Celetuk Selo yang membuat semua anak tertawa.
Satu kelas penasaran dengan cewek baru yang akan masuk ke kelasnya, namun Hanan sama sekali tak peduli. Dia justru menaruh kepalanya di meja untuk melanjutkan tidur pagi yang terjeda karena harus ke sekolah.
"Ayo perkenalkan diri kamu." Suruh Bu Tyas.
"Sisay?" ujar Selo kaget.
"Nan, Sissy. Dia pindah ke sekolah kita." Toni menggoyangkan kursi Hanan yang berada di depannya.
"Brisik. " Hanan bangkit dari tidurnya dan melihat cewek satu-satunya di bumi yang bisa dekat dirinya berdiri di depan kelas. Menatapnya dengan senyuman manis.
"Ayo perkenalkan diri kamu." kata Bu Tyas lagi.
"Baik Buk. Hai semua pekenalkan nama aku Sissy Analia. kalian bisa panggil aku Sissy. Terima kasih." kata Sissy sambil tersenyum.
"Sissy, kamu duduk di depan. Karena kamu belum punya kelompok, kamu gabung sama Selo." kata Bu tyas sambil yang menyuruh Sissy duduk.
"Buk, boleh saya satu kelompok sama Hanan?" tanya Sissy.
"Kamu nggak usah banyak permintaan atau saya tidak akan menyetujuhi kamu masuk kelas ini." Bu Tyas mulai kesal ketika Sissy mulai banyak permintaan.
Melihat Bu Tyas sudah keluar taringnya, Sissy langsung duduk di depan samping Selo.
♤♤♤♤♤
Bel tanda istirahat sudah berbunyi dengan sangat keras membuat seluruh siswa berhamburan keluar meskipun tugas dari Bu Tyas belum selesai.
Gina, Feni dan Rahma langsung menuju kantin. Tugas Gina mencari tempat duduk kosong, sedangkan Rahma dan Feni memesan makanan.
Siang ini Gina tertarik dengan pemandangan di depannya. Gina melihat Sisdsy si anak baru yang begitu dekat dengan Hanan. Dia bahkan sampai nempel-nempel di tubuh Hanan. Bahkan dia bisa tertawa-tawa tanpa canggungnya.
"Jadi dia pacarnya." Batin Gina.
"Hai... ngalamun aja." Feni menggebrak meja yang membuat Gina kaget.
"Astaughfirullah, Feni." Gina mengelus dadanya.
"Lihatin apaan sih." Rahma melihat ke arah seperti Gina.
"Hanan sama murid baru akrab banget ya, jangan-jangan dia pacarnya." kata Feni sambil menyeruput es jeruk yang di pesannya.
"Bisa jadi, dia kan nggak pernah mau tuh di deketin sama cewek." Rahma melihat ke arah Feni lalu ke Gina.
"Mungkin." kata Gina sambil mengaduk-aduk mie ayam yang telah di pesanya.
"Gin, lo kenapa?" Rahma heran melihat wajah Gina yang berubah tidak mood.
"Emm." Gina mengangkat kepalanya.
"Muka lo kok tiba-tiba kusut gitu." kata Rahma.
"Nggak, orang gue biasa aja. Lo mah ada-ada aja." Gina memasukan satu sendok mie di mulutnya.
"Lo nggak cemburu kan lihat Hanan sama murid baru itu." Kata Feni dengan tatapan mengintrogasi.
"Ya nggak lah." Gina mengelak tuduhan Feni.
Gina memang belum mempunyai rasa sama Hanan, bahkan tidak wajar aja jika perasaan yang tiba-tiba membuatnya bad mood itu di namakan cemburu. Dia hanya merasa tidak senang saja melihat keakraban Hanan dengan murid baru itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 379 Episodes
Comments
Astri
duh ad sisi makin banyaklah yg gak suka gina
2024-06-02
0
Nacita
murid baru aja udah banyak maunya hadeuhhh
2024-05-15
0
Nana Nando
cemburu itu gag enak..kamu gag akan kuat,biar Dilan saja😂😂
2021-01-16
1