Touriverse: Distortion Fiction Zero
Pada suatu malam yang sunyi, di sebuah rumah bagaikan istana yang nyaman, suara berderit terdengar dari lantai keramik baru yang mengkilau.
Lampu malam yang redup menerangi ruangan dengan cahaya lembut, menciptakan bayangan-bayangan yang menari di dinding.
Terlihat Shizumichi, seorang anak kecil berusia delapan tahun memiliki rambut merah panjang dengan sedikit warna emas pada bagian poninya.
Dia dengan hati-hati membuka pintu kamarnya, berusaha sekuat tenaga agar tidak membangunkan adiknya yang sedang tidur nyenyak.
Namun, Kazumi, adik perempuannya yang baru berusia empat tahun dengan rambut emas pendeknya itu, ternyata memiliki pendengaran yang tajam.
Ia mengucek-ngucek matanya yang masih mengantuk, lalu bangkit dari tempat tidurnya.
“Kakak."
"Kakak."
Awalnya Shizumichi tidak mendengarnya, tetapi dia sempat hampir melompat ketika kain bajunya ditarik-tarik.
"... ...!"
"Terbangun pada pukul malam seperti ini..."
"Kak Shizu, mau ke mana?” tanya Kazumi dengan suara lirih dan mata setengah tertutup.
"Aku tidak akan pergi kemana-mana kok."
Kazumi memasang ekspresi cemberut sampai dia bisa dengan jelas membaca isi pikiran dari Kakaknya itu yang merupakan kemampuan spesial dari keturunannya, "Pembohong..."
"Isi pikiran dalam otak Kakak dipenuhi keanehan."
Shizumichi menghela nafasnya karena tahu dia tidak akan pernah bisa berbohong kepada adiknya yang dapat membaca pikiran siapapun. "Ketahuan ya..."
"Aku tidak mengerti..."
"Tidak ada pilihan lain." Jawab Shizumichi.
"Semua ini demi kebanggaanku."
"Masih belum mengerti! Kalau Kakak pergi jauh, aku tidak mau!" Suara Kazumi terdengar khawatir sekarang sampai ia juga dibingungkan dengan pikiran Kakaknya.
"Tidak kok."
"Hanya pergi sementara saja kok." Shizumichi tersenyum.
"Tidak mau!!!" Suara Kazumi semakin keras hingga kekhawatiran itu terkesan semakin menjadi kesedihan.
"Aku tidak ingin ditinggal sendirian..."
Air mata mengalir keluar, Kazumi mulai menangis layaknya seperti anak kecil yang tidak ingin ditinggal.
"Kakak!" Dia menangis selagi memanggilnya.
Suara tangisannya semakin terdengar keras sampai Shizumichi tidak tahu harus melakukan apapun.
Semakin dibiarkan, suaranya semakin membesar sampai ia memanggilnya dengan penuh jeritan.
"Kakak! Aku ingin pergi denganmu!!!"
Shizumichi terkejut dan segera menenangkan. “Ssst... Kazumi, jangan keras-keras."
"Kakak hanya ingin pergi sebentar, tidak lama kok,” bisiknya sambil berusaha terdengar tenang.
Kazumi yang masih menangis segera lompat-lompat dan menarik ujung baju kakaknya. “Aku ikut, Kak Shizu! Aku mau ikut!”
"Aduh..."
“Kazumi, tidak boleh. Ini rahasia kakak. Kamu nanti hanya akan membuatmu semakin ribet,” kata Shizumichi dengan nada setengah membujuk, setengah memerintah.
Air mata semakin mengalir deras di mata Kazumi. “Tapi aku takut sendirian, Kak Shizu!"
"Aku mau ikut! Aku tidak ingin Kakak pergi jauh-jauh!” Teriak Kazumi dengan suara gemetar
Shizumichi menghela napas panjang. “Tidak ada pilihan lain..."
"Baiklah. Mari kita pergi bersama."
"Beneran?" Kazumi menghapus air matanya selagi memasang tatapan senang padanya.
"Tapi, kamu harus dekat denganku ya. Kita akan terbang cukup jauh dan tinggi."
"Terbang tinggi dan jauh itu mustahil... aku tidak bisa..."
"Kakak bantu kok selama kamu mau pegang erat-erat, dan jangan membuat keributan."
Kazumi mengangguk antusias, senyumnya mengembang lebar, "Hm! Terima kasih, Kakak!"
Mereka berdua kemudian melangkah pelan-pelan keluar rumah, menapaki jalan setapak yang sunyi di bawah cahaya bulan yang bersinar terang.
Shizumichi mulai terbang bersama Kazumi yang sedang memegang lengannya erat-erat dimana perjalanan mereka ternyata menuju ke sebuah taman bermain yang tak jauh dari rumah.
Shizumichi dengan mata bersinar-sinar mendekati ayunan kesayangannya.
“Ini dia tempat rahasia kakak. Ayunan ini!” seru Shizumichi dengan bangga sambil duduk di atas ayunan yang berderit pelan.
Kazumi yang sudah mulai mengantuk kembali mengucek-ngucek matanya. “Hanya untuk main ayunan, Kak Shizu?"
"Tengah malam begini?” tanyanya dengan nada kecewa.
Shizumichi mengangguk penuh semangat. “Iya! Ini saat paling seru, Kazumi! Nggak ada yang ganggu, dan ayunannya berasa terbang beneran!”
Kazumi hanya bisa menghela napas sambil melihat kakaknya yang tertawa riang di atas ayunan.
Malam itu, Kazumi menyesal telah memaksa ikut, sementara Shizumichi tetap menikmati ayunan malamnya dengan penuh keceriaan.
Bagi Shizumichi, ini adalah petualangan yang tak terlupakan, namun bagi Kazumi, ini adalah salah satu keputusan yang paling ia sesali seumur hidupnya.
Shizumichi mulai menggunakan ayunan itu lalu mengayunkan dirinya dengan gembira, sementara Kazumi berdiri di dekatnya, menahan rasa kantuk dan kebingungan.
“Kenapa sih, Kak Shizu, harus tengah malam? Kenapa tidak siang aja?” tanya Kazumi dengan suara lemah.
Shizumichi berhenti sejenak, lalu dengan ekspresi serius menjawab, “Karena kalau siang banyak anak-anak lain yang rebutan ayunan ini."
"Lagipula, malam hari itu spesial. Lihat deh, Kazumi, bintang-bintang di langit. Sangat cantik, kan?”
Kazumi mendongak, melihat langit malam yang penuh bintang. Sedikit terhibur, tapi tetap merasa lelah, dia hanya mengangguk pelan. “Iya, cantik... tapi aku ngantuk, Kak Shizu.”
Shizumichi tersenyum. “Sudah, sebentar lagi kita pulang. Kakak cuma mau satu ayunan lagi yang kencang."
"Kamu lihat, ya?”
Shizumichi kembali mengayunkan dirinya dengan semangat, berusaha mencapai ketinggian yang belum pernah ia capai sebelumnya.
Sementara itu, Kazumi mulai menguap dan duduk di rumput, memeluk lututnya.
Beberapa saat kemudian, Shizumichi melompat turun dari ayunan dengan lompatan dramatis, mendarat dengan gaya pahlawan yang ditiru dari film kesukaannya. “Tadaaa! Lihat, Kazumi! Keren, kan?”
"Uwoooohhhhh!" Kazumi terbinar-binar menyaksikan lompatan Kakaknya itu.
“Kak Shizu, aku mau coba ayunan itu juga. Boleh tidak?” pinta Kazumi dengan mata berbinar.
Shizumichi tersenyum. “Tentu, Kazumi. Kakak bantuin, ya?”
Kazumi mengangguk antusias, dan Shizumichi pun membantu Kazumi duduk di ayunan itu. Shizumichi berdiri di belakangnya, siap mendorong adiknya dengan lembut.
“Siap, Kazumi? Pegang erat-erat, ya!” kata Shizumichi.
Kazumi mengangguk lagi, memegang tali ayunan dengan kuat. Shizumichi mulai mendorong perlahan, ayunan mulai bergerak maju mundur. Kazumi tertawa riang, menikmati sensasi ayunan.
“Kak Shizu, lebih tinggi lagi! Lebih tinggi!” seru Kazumi dengan semangat.
Shizumichi, yang merasa tantangan ini mudah, mulai mendorong lebih keras. Ayunan semakin tinggi, dan Kazumi tertawa semakin keras.
Namun, Shizumichi ingin membuat adiknya lebih senang lagi, jadi dia memutuskan untuk memberikan dorongan terakhir yang super kencang. “Oke, Kazumi! Siap-siap! Satu, dua, tiga!”
Dengan dorongan super kuat, ayunan melesat ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Kazumi tertawa terbahak-bahak, tapi tiba-tiba tertawa itu berubah menjadi jeritan saat ayunan mencapai ketinggian yang tidak terduga.
“Kak Shizuuu! Terlalu tinggi!” teriak Kazumi dengan suara panik.
Ayunan itu terlempar begitu tinggi hingga Kazumi hampir terlihat seperti terbang.
Dia melewati puncak pohon dan terus naik hingga awan-awan tampak semakin dekat.
Wajah Kazumi berubah dari senang menjadi kaget campur panik.
Sementara itu, di bawah, Shizumichi menatap dengan mulut ternganga, tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukannya. “Kazumiii! Pegang erat-erat!”
Shizumichi menginjak daratan sekuat tenaga lalu ia melakukan lompatan tinggi sampai tak sengaja melewatinya.
"Si-Sial! Aku menggunakan terlalu banyak tenaga!"
"Kakaaaaaaakkkkkkk!!!" Jerit Kazumi keras yang mulai terjatuh menuju daratan.
"Gawat. Aku harus melakukannya!" Shizumichi memunculkan jarum jam pada mata kirinya yang memperlihatkan jarumnya berhenti melakukan putaran.
Kekuatan dari waktu dia gunakan, menghentikan waktu yang menyebabkan tubuh Kazumi tidak bergerak sama sekali sampai dia menggunakan momentum itu secepat mungkin.
Hanya beberapa detik saja...
Akhirnya, setelah beberapa putaran dramatis di udara, ayunan itu mulai kehilangan momentum dan perlahan turun kembali ke bumi.
Kazumi mengira bahwa dia akan terluka, tapi ia tidak menyadari dirinya yang sekarang berputar-putar seperti baling-baling, mendarat dengan lembut di atas tubuh Shizumichi, masih memegang tali ayunan dengan erat.
“Kazumi! Kamu tidak apa-apa?”
"Syukurlah... untungnya aku sempat menghentikan waktu."
Kazumi mengangguk pelan, matanya masih berputar-putar seperti tokoh kartun yang pusing.
Namun, ekspresinya segera berubah menjadi marah. “Aku nggak apa-apa, Kak Shizu..."
"Tapi, Kakak keterlaluan!” katanya dengan nada kesal.
Shizumichi, yang merasa bersalah, mencoba tersenyum menenangkan. “Maaf, Kazumi. Aku tidak sengaja. Aku hanya ingin membuatmu senang.”
Kazumi melipat tangannya di dada, mukanya cemberut. “Aku tidak mau lagi diajak main sama Kak Shizu!"
"Kamu selalu bikin aku takut! Aku tidak percaya sama Kakak lagi!”
Shizumichi terdiam, merasa sangat bersalah. “Kazumi, aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Maafin kakak, ya?”
Kazumi berdiri, masih dengan muka cemberut. “Tidak mau!"
"Aku pulang sendiri aja!” katanya sambil berjalan menjauh.
Shizumichi mengikuti dari belakang, mencoba membujuk adiknya. “Kazumi, tunggu! Maafkan kakak, ya?”
Kazumi terus berjalan, tak mau mendengarkan. Shizumichi hanya bisa menghela napas panjang, sadar bahwa dia harus bekerja keras untuk mendapatkan kepercayaan adiknya kembali.
Dan meskipun Shizumichi menyesal, Kazumi tahu bahwa petualangan dengan Kakaknya selalu penuh kejutan—baik yang menyenangkan maupun yang menakutkan.
Tetapi kali ini, Kazumi merasa cukup dengan petualangan konyol yang nyaris membuatnya terbang ke luar alam semesta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Agis
permulaan yang agak absurd. Tengah malem ke taman buat maen ayunan kek baling"
2024-08-13
1
Agis
berotak for no...
2024-08-13
0
Pikachu Gosong
i'm mampir
2024-08-11
0