"Mari kita coba pelan-pelan, Kakak," kata Kazumi, memejamkan kedua matanya dengan penuh konsentrasi.
"Ya..." Shizumichi mengikuti jejak adiknya, memejamkan mata dan fokus pada latihan visualisasi mereka.
""The Mind!!!"" seru mereka serempak, menyalurkan kekuatan mereka ke dalam proses penciptaan dunia.
Tiba-tiba, kekuatan besar yang tidak terduga memancar dari mereka berdua.
Aliran energi yang kuat terpancar di sekitar mereka, menciptakan getaran yang intens di dalam perpustakaan.
Dalam sekejap, mereka merasakan daya dorong yang luar biasa, membuat tubuh mereka terpental ke belakang.
Kazumi dan Shizumichi terhempas dengan keras, tubuh mereka menabrak rak buku di belakang mereka.
Rak itu bergoyang hebat sebelum akhirnya roboh, menyebabkan buku-buku berjatuhan ke segala arah.
Tumpukan buku tebal menimpa mereka, membuat Kazumi dan Shizumichi terkubur di bawahnya.
"Aduh...," Kazumi mengerang kesakitan, berusaha mengangkat kepala dari bawah tumpukan buku.
"Apa yang baru saja terjadi?"
Shizumichi, yang masih terjebak di bawah beberapa buku besar, mencoba bangkit sambil meringis.
"Sepertinya kita mengeluarkan terlalu banyak energi. Latihan pertama ini benar-benar diluar perkiraan."
Mereka berdua saling membantu untuk keluar dari tumpukan buku dan rak yang hancur.
Kazumi merapikan rambutnya yang berantakan dan menepuk-nepuk debu dari pakaiannya.
"Kita perlu lebih berhati-hati," kata Kazumi dengan wajah serius.
"Kita belum cukup mengendalikan kekuatan kita."
Shizumichi mengangguk setuju. "Benar. Kita harus lebih banyak berlatih meditasi dan visualisasi."
"Mungkin kita harus mulai dari langkah-langkah kecil terlebih dahulu."
Shizumichi menjentikkan jarinya untuk membersihkan semua kerusakan yang terjadi di dalam perpustakaan dengan kekuatan waktunya sampai kembali semula.
Kazumi menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Setidaknya kita tahu bahwa The Mind bekerja. Tapi kita harus belajar mengendalikannya dengan lebih baik."
"Kakak, maaf aku harus bertanya tentang sesuatu..." Kazumi melirik ke arah Shizumichi yang sedang mengambil beberapa buku.
"Hm?"
"Ini pertama kalinya Kakak menggunakan The Mind, tapi Kakak sendiri tidak pernah membaca pikiran siapapun."
Shizumichi memasang tatapan kaget seketika sampai dia langsung bersiul untuk mengalihkan pembicaraan, "A-Aku hanya tidak ingin menggunakan kemampuan berbahaya itu kok..."
"... ..." Kazumi langsung menyadarinya, dia membaca Shizumichi bagaikan buku sampai tahu The Mind miliknya itu sangatlah lemah karena tidak pernah dilatih sedikitpun.
"Kakak bodoh!!!" teriaknya keras.
"Hehhhh!?"
"Apa yang sebenarnya kau pikirkan menggunakan The Mind tanpa pengalaman atau latihan!? Kau hampir saja membawa kita berdua dalam masalah besar!!!"
"Maaf-maaf. Hanya saja aku terbawa suasana dengan rasa semangat yang memuncak, mengetahui kita berdua akan mengunjungi dunia ciptaan kita sendiri!"
Shizumichi tersenyum tipis. "Lupakan tentang kejadian sebelumnya ya? Petualangan besar kita memang penuh dengan tantangan, tapi kita tidak akan menyerah."
Kazumi menghela nafasnya, semangat kembali membara di matanya. "Aku ingin dari Ayah bahwa The Mind hanya dapat digunakan oleh mereka yang pintar dan mau belajar tentang sesuatu yang kritis..."
"Kakak memang bodoh... Tentunya saja The Mind pasti tidak akan merespon dengan baik panggilannya itu."
"Berhenti memanggilku bodoh!" Shizumichi merengek dengan kedua lengannya yang ia gerakan ke atas dan bawah.
"Kita pasti bisa membuat dunia cerita kita menjadi nyata. Pastikan bahwa kau dan aku setidaknya dapat saling melengkapi untuk menciptakan suatu kesempurnaan."
Kazumi mulai memberikan ide, wajahnya penuh semangat dan tekad. "Kakak, aku pikir kita perlu bertanya kepada Ayah tentang cara menggunakan The Mind untuk menciptakan dunia."
"Dikarenakan The Mind berasal dari Ayah, beliau pasti tahu caranya, dan sekalian juga kita perlu meminta izin kepada kedua orang tua kita sebelum pergi mengunjungi dunia baru ini."
Shizumichi mengangguk setuju. "Ide yang bagus, Kazumi. Ayah pasti bisa memberikan kita petunjuk yang tepat."
"Selain itu, kita perlu memastikan orang tua kita tahu apa yang kita rencanakan."
Dengan keputusan yang bulat, mereka berdua bergegas keluar dari perpustakaan dan menuju ruang kerja Ayah mereka.
Mereka mengetuk pintu dengan penuh antusiasme, menunggu jawaban.
"Masuk," terdengar suara Ayah mereka dari dalam ruangan.
Kazumi dan Shizumichi membuka pintu dan masuk ke dalam ruang kerja yang dipenuhi dengan berbagai buku dan catatan penelitian.
Mereka dapat melihat Shinichi yang duduk di belakang meja dengan senyum ramah.
"Ada apa, anak-anak? Kalian terlihat sangat bersemangat," kata Shinichi, menutup buku yang sedang dibacanya.
"Ayah, kami butuh bantuanmu," kata Kazumi, melangkah maju.
"Kami ingin menggunakan The Mind untuk menciptakan dunia baru dan menjelajahinya. Tapi, kami merasa belum menguasai kekuatan ini dengan baik."
Shizumichi menambahkan, "Kami sudah mencoba, tapi malah berakhir dengan bencana kecil di perpustakaan."
"Kami perlu panduan dari Ayah tentang cara melakukannya dengan benar."
Shinichi tersenyum bijaksana. "Aku mengerti. Menciptakan dunia baru dengan The Mind adalah tugas yang tidak mudah, tapi bisa dilakukan dengan latihan dan fokus yang tepat."
"Tunggu dulu... Kami?" Shinichi merasa janggal ketika mendengar kata 'kami' terkait dengan penggunaan The Mind.
Dia sendiri tahu jelas beberapa anaknya yang memiliki The Mind itu sangatlah sedikit, hanya beberapa saja dimana mereka saat ini sudah pergi menjelajahi dunianya masing-masing kecuali Kazumi.
"Shizumichi, jangan-jangan kau mencoba untuk menggunakan The Mind?" tanyanya selagi menunjuk ke arah Shizumichi.
"Betul sekali, Ayah~ sebagai Kakak yang tertua, sudah sepastinya aku memiliki The Mind terkuat bukan?!" Shizumichi menjawab dengan penuh kebanggaan selagi menepuk dadanya itu.
Kazumi di sebelahnya hanya bisa diam dengan tatapan tidak yakin sampai Shinichi langsung mendekati Shizumichi lalu memegang erat kedua bahunya.
"Dasar bodoh!!!" teriak Shinichi selagi menggerakkan tubuh Shizumichi ke depan dan belakang.
"Hehhhhhhh!?!?"
"Sejak kapan kau bisa menggunakan The Mind?! Dari kecil saja kau tidak pernah mempelajari ilmu penting apapun yang tak dapat memicu respon dari The Mind!"
Shizumichi, yang sekarang sudah setengah terhuyung-huyung akibat guncangan dari Ayahnya, mencoba menjawab dengan kepala yang berputar. "Tapi Ayah, aku kan paling tua! Pasti ada cara—"
"Ah, diam! Usia saja tidak cukup!" Shinichi berkata sambil menggelengkan kepala dengan frustasi.
"Ini bukan tentang siapa yang paling tua, ini tentang latihan dan pemahaman mendalam!"
"Kau tidak bisa begitu saja mengklaim punya kekuatan The Mind hanya karena kau paling tua!"
Shizumichi masih dalam cengkeraman Ayahnya, mencoba memperbaiki pandangannya yang sedikit berputar. "Tapi Ayah, aku sudah mencoba membantu Kazumi dengan semua semangatku!"
"Dan sedikit kekuatan fisik!" Dia menepuk dadanya lagi, meskipun kali ini dengan sedikit lebih ragu.
Shinichi menghela napas panjang, kemudian melepaskan bahu Shizumichi. "Baiklah, baiklah. Mungkin ada jalan lain."
"Tapi untuk sekarang, kita harus fokus pada Kazumi. Kazumi, kau yang sudah memiliki potensi The Mind, mari kita mulai dari dasar-dasarnya."
"Shizumichi, kau bisa membantu dengan... semangatmu itu."
"Heh!? Kenapa malah membantu dengan cara yang membosankan!"
"Dalam usiamu yang sekarang, The Mind milikmu itu sedang tertidur dalam kepalamu sampai kau tidak akan pernah bisa menggunakannya dengan cara apapun itu!"
"Walaupun bisa, hasilnya pasti akan terkait dengan kehancuran atau mungkin masalah yang sangat besar!"
"Dalam kata lain karena kau terlalu bodoh, jadinya The Mind tidak bisa merespon panggilanmu itu." lanjut Kazumi yang sedang menahan tawanya.
"Jahat! Aku tidak bodoh!!! Benarkan, Ayah?" Shizumichi tersenyum kepada Shinichi yang hanya bisa diam.
"Heh..." Shinichi menatap ke arah lain dengan tatapan datarnya itu.
"Narrggghhh!!!" Shizumichi tercengang melihat reaksi Ayahnya itu yang tidak bosan disembunyikan, dia benar-benar setuju dengan perkataan Kazumi.
"Dengar, Shizumichi. Engkau tidak bodoh, hanya saja kau ini... bagaimana ya... kurang disiplin mungkin? Atau pemalas adalah kata yang jauh lebih tepat."
Perkataan Shinichi justru membuat situasi semakin parah sampai Shizumichi langsung berguling-guling di atas lantai merengek seperti anak kecil.
"Tidakkkkk!!! Aku bukanlah orang pemalasssss!!!" katanya selagi berguling-guling di atas lantai.
"Yang kau perlihatkan justru pas dengan perkataan Ayah." Kazumi menghela nafasnya.
Shizumichi kembali bangkit lalu ia melipatkan ledua lengannya itu dengan ekspresi yang sebal sampai ia membuang wajahnya itu karena tidak mau menatap Ayahnya.
"Hmph, Ayah ini kejam sekali memperlakukan putri tertuanya dengan cara seperti itu!" Shizumichi mengatakannya dengan wajah cemberut.
"Hehhhh..." Shinichi memasang ekspresi datar melihat Shizumichi bersikap seperti itu.
"Fokus dengan tujuan utama kita, Kakak. Kedatangan kita di sini untuk mencari cara agar bisa menciptakan dunia cerita itu." Kazumi mulai menggantikan topik pembicaraan.
"Kau sendiri yang dapat melakukannya, jadi peduli apa aku, hmph." jawabnya, masih dengan ekspresi cemberut itu.
"Hahhhhh..." Kazumi menghela nafasnya.
Kazumi kembali menatap Shinichi, "Baiklah, Ayah. Tolong beritahu kami."
"Kenapa kau bilang 'kami', menyebalkan..." Shizumichi menyela.
"Tolong beritahu aku, Ayah! Jangan hiraukan si bodoh ini!" ucap Kazumi lebih keras.
"Oi!!!"
Shinichi terkekeh lalu menepuk bahu Kazumi dengan lembut. "Mari kita mulai pelatihannya."
"Dan Shizumichi, kau bisa tetap di sini dan belajar. Siapa tahu, mungkin semangatmu itu bisa membantu kita semua."
"Aku yakin pengguna The Mind berpotensi sepertimu dapat beradaptasi lebih cepat."
"Biarkan The Mind itu sendiri yang memberimu pencerahan."
"Baik, Ayah."
"Ayo, kita mulai dari dasar," kata Shinichi, menarik napas dalam-dalam dan mengajak mereka berdua untuk duduk bersila di lantai.
"Visualisasikan dunia yang ingin kalian ciptakan. Bayangkan setiap detailnya."
Kazumi memejamkan mata, berusaha fokus, sementara Shizumichi mencoba meniru, meskipun ekspresinya menunjukkan bahwa dia masih belum sepenuhnya mengerti.
"Dan jangan lupa," tambah Shinichi dengan senyum.
"Latihan ini juga membutuhkan ketenangan pikiran. Jadi, Kazumi, cobalah untuk... lebih tenang."
Kazumi membuka satu mata, melihat Ayahnya, lalu menutup mata lagi dengan ekspresi serius. "Baik, Ayah. Ketenangan... seharusnya aku dapat melakukannya dengan baik."
Beberapa menit kemudian, Kazumi ingat bahwa dia harus mengatakan sesuatu kepadanya dimana ia mulai membuka kembali matanya.
"Untungnya aku mengingat sesuatu yang penting, Ayah."
"Kami juga datang ke sini untuk meminta izin kepada Ayah dan Ibu. Kami ingin memastikan kalian tahu apa yang kami rencanakan dan mendapatkan restu kalian."
Shinichi terdiam sejenak, memikirkan permintaan anak-anaknya. "Aku menghargai bahwa kalian datang untuk meminta izin."
"Ini adalah langkah yang penting untuk bisa menstabilkan The Mind milikmu. Mari kita bicarakan dengan Ibu kalian."
Shinichi memanggil Ibu mereka, Koizumi, yang sedang berada di taman belakang.
Panggilan itu langsung memanggilnya Koizumi dengan muncul tepat di hadapan mereka secara instan dimana Shinichi mulai menjelaskan rencana Kazumi dan Shizumichi.
Koizumi mendengarkan dengan seksama, kemudian berbicara dengan suara lembut tapi tegas. "Ibu kira kalian memang sudah mengunjungi banyak sekali dunia secara diam-diam."
"Tapi, sepertinya sekarang kalian baru memiliki niat untuk melakukannya ya...
"Ibu izinkan kok. Lagi pula, seharusnya kalian tidak perlu meminta izin karena sudah memiliki pendirian masing-masing."
"Kalian adalah Kakak yang paling tua di antara saudara-saudari kalian." Koizumi tersenyum selagi memejamkan kedua matanya.
"Namun, kami ingin kalian berhati-hati. Menciptakan dan menjelajahi dunia baru adalah tugas besar, dan kami ingin memastikan kalian siap."
Shinichi mengangguk. "Aku akan membantu kalian mempelajari teknik yang tepat."
"Kita akan berlatih bersama-sama sampai kalian siap. Kami juga ingin kalian selalu mengutamakan keselamatan."
"Kalian? Bukannya Shizumichi tidak bisa menggunakan The Mind?" Koizumi juga merasa janggal ketika mengira bahwa Shizumichi dapat menggunakan The Mind juga.
Perkataan yang keluar dari mulut Koizumi bagaikan pedang yang menusuk langsung ke dalam jantung Shizumichi sampai ia tercengang dengan mulut yang menga-nga.
"Bahkan... Ibu juga..." ujar Shizumichi dengan tatapan yang kehilangan harapan.
"Ibu! Aku bisa menggunakan The Mind!!!" Teriak Shizumichi yang masih belum bisa menerima faktanya.
"Hehehe. Benarkah itu?"
"Coba perlihatkan."
"The Mind!" Seru Shizumichi yang mencoba untuk membuktikan bahwa dia bisa menggunakan The Mind.
Dan hasilnya Shinichi langsung terhempas keluar jendela sampai tercebur ke dalam kolam yang dipenuhi banyak sekali ikan.
Kazumi dan Shizumichi memasang tatapan kaget seketika dimana Kazumi secepat mungkin langsung membantu Ayahnya itu.
"Tidak bisa 'kan?" Koizumi tersenyum.
"Nehehehe..." Shizumichi tertawa canggung selagi menggaruk-garuk wajahnya.
...
...
"Lihat tadi? Ayah 'kan sudah bilang kau tidak bisa menggunakan The Mind." ucap Shinichi yang sedang mengeringkan rambutnya.
"Tapi, Ayah! Tadi itu hanya dendam ku padamu atas ucapanmu yang sebelumnya!"
"Biarkan aku melakukannya lagi."
"Shizumichi!" Panggil Koizumi, kali ini dengan suara yang sangat tegas.
Tubuh Shizumichi membeku seketika dimana ia langsung menatap Koizumi sampai terintimidasi dengan tatapan Ibunya yang terkesan mematikan, "Sudah cukup."
"Baik, Ibu! Baik! Ampuni aku!!!" Shizumichi langsung bersembunyi di belakang Kazumi yang terlihat sama takutnya juga.
"Intinya! Kalian berdua boleh saja pergi menjelajahi dunia apapun itu." Shinichi mengalihkan kembali pembicaraan langsung ke intinya.
Kazumi dan Shizumichi saling pandang dengan senyum lebar. "Terima kasih, Ayah, Ibu."
"Kami berjanji akan berhati-hati dan selalu berkomunikasi dengan kalian," kata Kazumi.
Shizumichi menambahkan, "Kami sangat menghargai bantuan dan dukungan kalian."
Dengan restu dari orang tua mereka, Kazumi dan Shizumichi merasa lebih percaya diri. Mereka siap memulai latihan di bawah bimbingan Ayah mereka, mempelajari teknik yang diperlukan untuk menggunakan The Mind dengan aman dan efektif.
Petualangan mereka menuju dunia baru yang mereka ciptakan sendiri pun segera dimulai, didukung oleh keluarga yang selalu ada untuk mereka.
Beberapa jam kemudian, mereka berdua sudah pergi meninggalkan ruangan itu dimana Koizumi melirik ke arah Shinichi yang sedang menatap keluar jendela.
"Mereka akhirnya memutuskan untuk menciptakan dunia lalu menjelajahi ya." Koizumi tersenyum kepada Shinichi.
"Koizumi."
"Hm?"
"Shizumichi... dia memang tidak bisa menggunakan The Mind."
"Hanya saja..."
"Hanya saja?"
"The Mind miliknya... lebih terarah kepada sesuatu yang sangat mengerikan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
AojinSuzaku [Chara Slayer]
Oh, apa tuh? Ada potensi gelap kah?
2024-06-28
1
AojinSuzaku [Chara Slayer]
Masih denial 💀
2024-06-28
0
AojinSuzaku [Chara Slayer]
Kan..., sudah kuduga.
2024-06-28
0