Shizumichi dan Kazumi melakukan satu lompatan dimana keduanya mulai mengadu tinju mereka sebagai selebrasi kemenangan terbesar mereka.
Keduanya langsung berakhir terjatuh di atas tanah karena kondisi mereka yang benar-benar sedang tidak stabil karena rasa lelahnya.
Essence dalam diri mereka terasa bagaikan tenaga dan energi sihir yang benar-benar menyatu sampai harus dikeluarkan semuanya demi bisa menghentikan Wyvern tersebut.
Kazumi mulai duduk kembali di atas batu itu untuk melihat Wyvern yang dapat dia ambil beberapa bagiannya untuk dijual.
Misinya hanya menugaskan mereka untuk mengalahkan, tidak memberikan bagian apapun kepada Guild tersebut sampai mereka juga secara tidak langsung mendapatkan keuntungan lebih.
"Pertama kalinya bertarung melawan. seekor Wyvern dengan pengalaman berlatih kita sejak kecil."
"Sepertinya itu memang tidak sia-sia. Cara bekerja sihir dalam dunia ini dan kita tidak jauh berbeda selama kita sanggup untuk bisa mengalahkan musuh kita."
Shizumichi ikut duduk di sebelah Kazumi, "Kebanyakan aku menggunakan sihir api dan cahaya, diriku ini menang tidak akan pernah bisa menjauh dari tradisi keluarga ya."
Kazumi seketika mengingat Shizumichi yang bisa menggunakan sihir waktu sampai dia harus bertanya untuk memastikannya, "Hei, kenapa kau tidak menggunakan kekuatan waktu saja untuk mengakhiri perjuangan ini lebih cepat?"
"Tidak tunggu..." Kazumi langsung menggelengkan kepalanya sebelum Shizumichi sempat untuk menjawab.
"Aku ingin mendengar jawabanmu terlebih dahulu." Kazumi membiarkan Shizumichi melanjutkan jawabannya itu.
"Tentunya untuk adrenalin kita tersendiri dimana kita harus memperjuangkan misi ini dengan kekuatan dan kemampuan yang kita kembangkan."
"Coba bayangkan saja, Kazumi. Menggunakan kekuatan waktu dan The Mind akan berjalan sangat mudah sehingga cerita ini akan berakhir menjadi tidak menarik."
"Iya juga sih... jadi kau memang ingin menjalani semua ini secara alami seolah-olah kita merupakan bagian dari cerita nyata ini?" Kazumi mulai membuka bukunya kembali.
Dia sempat mencari halaman yang memperlihatkan sihir tentang waktu dan juga pikiran dimana efek darin risikonya bisa dibilang cukup berbahaya.
Jika semisalnya sihir waktu dan pikiran gagal untuk mempengaruhi lawannya maka Essence yang dimiliki lawan akan mendominasi Essence penyihir waktu itu sampai melemahkannya.
Kazumi sekarang bisa melihat alasannya dengan jelas, mengapa Shizumichi memintanya untuk menggunakan The Mind pada saat Wyvern itu sudah dilemahkan.
Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Wyvern itu merusak pengaruh dari The Mind miliknya, isi otaknya bisa saja merasakan beban yang begitu menyakitkan.
"Sebenarnya kekuatan dan kemampuan kalian dalam kehidupan sebelumnya itu bisa dibilang mengalami reset." Touriverse mulai berbicara dalam jam tangan mereka.
Shizumichi dan Kazumi terkejut walau hanya sebentar dimana jam tangan mereka mengeluarkan sebuah aura yang membentuk Touriverse.
"The Mind yang kalian miliki bisa dikembangkan untuk beradaptasi dengan dunia ini, manfaatkan saja Essence dan juga Convergence Point maka takkan ada masalah."
"Berlaku juga untuk kekuatan waktumu, Shizumichi. Terutama lagi dirimu memiliki banyak sekali kekuatan dan kemampuan yang bervariasi dari keturunanmu."
Shizumichi mengangkat lengannya, "Apakah itu artinya aku memang bisa menggunakan kekuatan neraka yang berasal dari Ibu?"
"Oh, tentu saja. Selama kau bisa memanfaatkan tatanan sihir dalam dunia ini."
"Sejujurnya, kalian berdua bisa saja mati kapanpun berhadapan dengan Wyvern tadi."
"Namun, syukurlah keberuntungan masih berada di pihak kalian berdua karena sekali saja Wyvern itu melepaskan satu serangan fatal pada kalian maka harapan kalian sudah hilang."
Shizumichi dan Kazumi langsung menelan ludah mereka masing-masing, ternyata memang benar bahwa kemenangan tadi berkat keberuntungan.
Tetapi, Touriverse sebenarnya mengakui rencana yang mereka rancang bersama-sama terutama lagi strategi dalam penyerangan.
"Kalian juga harus ingat bahwa keberuntungan itu kalian manfaatkan karena pengalaman dan cara kalian mengatasinya itu."
"Kazumi sebagai otaknya dan Shizumichi sebagai kekuatannya."
Shizumichi melemparkan batu kecil pada Touriverse, "Jangan bilang itu berasal dari kekuatan pertemanan atau keluarga..."
"Omong kosong sekali kita bisa menang karena istilah dari The Power of Friendship." Shizumichi mengembungkan pipinya.
"Tidak, tidak, yang aku coba maksud itu pengalaman dan rotasi pertarungan kalian!"
Kazumi terkekeh, "Baiklah, baiklah, kami mengerti apa yang kau coba maksud. Abaikan saja Kakakku ini."
Percakapan kecil mereka berakhir begitu saja dimana Touriverse menghentikan interaksinya itu dengan mereka.
Keduanya sekarang hanya bisa duduk di atas berbatuan selagi menatap langit malam yang begitu indah, bintang dapat terlihat jelas dengan bentukan berbeda sampai ukurannya sangat besar karena dekatnya bintang dengan planet tersebut.
Hening, itulah situasi yang sedang mereka hadapi. Namun, semuanya berubah ketika perut Shizumichi bersuara sampai menyebabkan serangan ikut bersuara.
"Lapar... Aku lapar sekali..." Shizumichi menyentuh perutnya dengan dramatis seolah-olah memberi kode padanya.
"Iya, iya, aku mengerti. Kakak pasti lapar 'kan?"
"Sejak kita tiba di dunia ini, kita belum makan apapun kecuali camilan gratis dan yang kau ambil dengan uang palsu itu."
Kazumi mulai bangkit hanya untuk melihat sekelilingnya dimana ia tidak dapat melihat buah apapun pada setiap bagian pohon dan juga semak-semak.
Kazumi tahu bahwa mereka tidak akan bisa pulang kembali menuju Terrapolitan karena lokasinya bisa dibilang cukup jauh.
Essence yang mereka miliki juga sudah sangat lemah karena penggunaan sihir yang sangat berlebihan untuk mengalahkan Wyvern itu.
"Seharusnya besok pagi lokasi dari Terrapolitan tidak akan berjarak jauh dengan kita, dikarenakan kura-kura yang sedang mengangkut kota itu terus berjalan mengelilingi setiap wilayah."
"Lebih baik kita bermalam di sini untuk memulihkan kembali Essence dalam diri kita."
Shizumichi mengangguk, "Iya... Cepetan dong... Kakak lapar..."
Kazumi mulai melihat kembali sekelilingnya dimana ia menggunakan Essence untuk memperkuat penglihatannya sampai dia dapat melihat sungai yang berjarak tak begitu jauh.
"Di arah timur terdapat sungai, kita bisa mengambil beberapa ikan di sana." Kazumi menarik lengan Shizumichi dimana ia langsung mengingat tentang Wyvern yang tergeletak di hadapannya itu.
"Apa yang harus kita lakukan dengan Wyvern ini? Tidak mungkin juga kan dibiarkan di sini." ujar Shizumichi.
Kazumi mulai memikirkan sebuah rencana untuk membawa Wyvern itu juga, menyuruh Shizumichi sudah sepastinya mustahil dengan kondisinya yang sedang kelelahan dan juga kelaparan.
Tetapi, Kazumi memiliki sebuah ide brilian yang dapat ia coba terutama lagi dia mengingat sebuah pengetahuan dari buku tentang sihir.
"Aku mencoba untuk menggunakan sihir ruang. Seharusnya tidak akan memakan banyak Essence dikarenakan benda yang aku masukkan ke dalam ruangan itu sudah tak bernyawa."
Kazumi menyentuh Wyvern itu, "Golden Pocket."
Tubuh Wyvern itu langsung bersinar emas sampai berubah menjadi kubus kecil yang dapat Kazumi ambil lalu simpan dalam sakunya itu.
"Sip, dengan ini kita bisa menyimpan barang apapun tanpa harus membawa tas yang sangat besar."
Kazumi menarik lengan Shizumichi dengan lembut, membantu kakaknya bangkit dan mulai berjalan menuju sungai di timur.
Malam itu, di tengah hutan yang tenang, keduanya saling berbagi kehangatan dan canda tawa.
Sesampainya di tepi sungai, Kazumi dengan cekatan memasang jebakan ikan yang ia pelajari dari buku-buku sihir yang pernah dibacanya.
Shizumichi, meski lelah, membantu dengan mencari kayu bakar untuk membuat api unggun. Dalam heningnya malam, suara aliran sungai menambah ketenangan di antara mereka.
Setelah beberapa saat, beberapa ikan berhasil tertangkap. Kazumi membersihkan ikan-ikan itu dengan terampil sementara Shizumichi menyiapkan api unggun.
Ketika api mulai menyala, mereka menempatkan ikan di atasnya, membiarkan aroma ikan panggang menyebar di udara malam.
"Kau tahu, Kakak," Kazumi memulai.
"Sejak kita kecil, aku selalu merasa aman bersamamu. Bahkan di dunia yang asing seperti ini, kau tetap menjadi pilar kekuatanku."
Shizumichi tersenyum, menatap api yang berkobar, "Dan aku selalu merasa kau adalah sumber inspirasiku, adikku."
"Kita mungkin berbeda dalam cara kita menggunakan sihir serta kekuatan, tetapi pada akhirnya, kita selalu melengkapi satu sama lain."
Shizumichi meraih tangan Kazumi, menggenggamnya erat. "Kita memang mengalami banyak hal sulit, tetapi bersama-sama, kita bisa mengatasinya. Terima kasih sudah selalu ada untukku."
Kazumi merasakan kehangatan mengalir melalui genggaman tangan kakaknya. "Tidak perlu berterima kasih, Kak. Kita keluarga. Itu yang paling penting."
Ikan-ikan yang sudah matang akhirnya siap untuk dimakan. Mereka menikmati makanan sederhana itu dengan penuh syukur, rasa lapar mereka perlahan terpuaskan.
"Siapa sih yang sebelumnya bilang menyebut nama dari sihir itu terkesan membosankan." Kazumi mulai menyindir selagi mencicipi ikan bakarnya itu.
"Aku sengaja menyebutnya agar pembaca tidak kebingungan dengan sihir yang aku gunakan, hanya itu saja..."
"Hahaha. Tetapi, tadi itu cukup keren, Kak."
"Tentu saja~ siapa lagi kalau bukan Kakakmu yang hebat dalam segala pertarungan, hehe."
Dalam kegelapan malam, hanya ditemani cahaya bintang dan api unggun, mereka merasakan kedamaian yang jarang mereka dapatkan.
Selesai makan, Kazumi dan Shizumichi duduk bersebelahan, bersandar pada batu besar, menikmati keindahan langit malam.
Bintang-bintang bersinar terang, seolah menyaksikan momen intim antara kakak dan adik ini.
Shizumichi memeluk Kazumi erat, "Aku sangat beruntung memiliki adik sepertimu."
Kazumi membalas pelukan itu, merasa hangat di dalam hatinya. "Dan aku beruntung memiliki kakak sepertimu."
Mereka berdua tertawa kecil, merasa beban dunia sejenak hilang. Dengan kelelahan yang perlahan menyusup, mereka tertidur di bawah bintang-bintang, saling mengandalkan satu sama lain.
Dalam pelukan malam itu, mereka tahu bahwa selama mereka bersama, tidak ada tantangan yang tidak bisa mereka hadapi.
Esok paginya, matahari mulai terbit, menyinari wajah mereka yang tertidur lelap.
Kazumi terbangun lebih dulu, melihat kakaknya yang masih tertidur dengan damai. Ia tersenyum, merasa damai dan siap menghadapi hari baru dengan Shizumichi di sisinya.
"Kakak, bangun. Bantu aku memotong beberapa bagian Wyvern ini untuk dijual."
Beberapa menit kemudian, mereka berdua mulai melanjutkan perjalanan mereka menuju Terrapolitan selagi mendiskusikan tentang sesuatu yang sangat penting.
"Hei, hari ini seharusnya kita bisa makan enak di Terrapolitan dengan hasil petualangan kita." ucap Kazumi yang sedang membaca buku sihir itu.
"Benarkah!? Mantap!!!"
"Anggap saja sebagai selebrasi kita yang berhasil bertahan hidup melawan Wyvern itu."
"Kalau begitu kita bisa membeli baju baru, peralatan baru, aksesori baru, dan hal lainnya!" Shizumichi mulai membicarakan banyak sekali barang yang ingin dia beli sampai Kazumi menghentikannya.
"Jangan mulai rakus ya. Kita harus menggunakan Terran Orbs kita dengan bijak agar tujuan ini bisa diselesaikan lebih cepat."
"Ada baiknya juga Terran Orbs ini digunakan untuk investasj agar menghasilkan keuntungan yang lebih besar untuk ke depannya." Kazumi memikirkan semuanya dengan orang dewasa.
"Hehhhh... Ayolah, Kazumi. Kamu tidak seru... Padahal kita bisa menghabiskan banyak sekali waktu di sini."
"Tidak mau! Aku ingin bisa pulang untuk memastikan bahwa dunia ini tidak berbahaya! Jangan menganggap remeh apapun itu."
"Buuuuu... Padahal kita masih memiliki empat monster yang bisa dijual untuk menghasilkan uang juga."
"Tidak. Tabungan itu penting, kita tidak tahu apa yang menunggu di hadapan kita."
"Touriverse bisa saja memberikan tujuan lainnya yang terkait dengan uang lagi!"
"Jika kau sudah bersikap seperti ini maka jangan coba-coba untuk mengembangkan kekuatan dari tujuh dosa besar dalam dunia ini, mengerti!?"
"Lah ngatur!"
...
...
Mereka berdua sudah tiba di Terrapolitan, lebih cepat dibandingkan kemarin karena kura-kura itu justru akan mendekati gunung dimana Wyvern itu tinggal.
"Seharusnya kemarin kita hanya perlu menunggu sampai kura-kura tiba di jarak yang lebih dekat dengan gunung itu." Shizumichi melipatkan kedua lengannya.
"Jika kita melakukan itu maka kafe yang ingin kau kunjungi akan terjadi besok, kau mau?"
"Eh! Tidak! Tidak!"
"Hahhh... Ya sudahlah, ayo kita jual beberapa bagian tubuh Wyvern ini terlebih dahulu."
Kazumi dan Shizumichi berjalan menyusuri jalan-jalan sibuk di Terrapolitan, mencari toko yang bersedia membeli bagian-bagian dari Wyvern yang mereka kalahkan.
Kota ini ramai dengan aktivitas, penuh dengan pedagang, petualang, dan penduduk yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Aroma makanan jalanan yang menggugah selera menyambut mereka, namun Kazumi tetap fokus pada tujuan utama mereka selagi menarik kerah baju Shizumichi agar dia tidak kabur.
Mereka akhirnya tiba di sebuah toko kecil dengan papan bertuliskan "Pembeli dan Penjual Bagian Monster."
Pemilik toko, seorang pria paruh baya dengan janggut tebal dan mata tajam, menyambut mereka dengan ramah.
"Selamat datang! Apa yang bisa saya bantu hari ini?" tanyanya dengan senyum lebar.
Kazumi maju dan mengeluarkan kubus kecil dari sakunya, menyentuhnya dengan ringan sehingga kubus itu kembali menjadi bagian-bagian Wyvern yang telah mereka potong dan susun rapi pada pagi hari tadi.
"Kami ingin menjual beberapa bagian dari Wyvern ini," kata Kazumi, menunjukkan potongan sayap, sisik, dan taring Wyvern.
Pemilik toko melihat barang-barang itu dengan mata berbinar. "Wow, ini barang yang luar biasa! Mari kita lihat..."
"Sayap Wyvern bisa digunakan untuk membuat mantel tahan api, sisik untuk baju zirah, dan taring untuk senjata."
"Aku bisa memberikan harga yang cukup bagus untuk ini."
Shizumichi yang tidak sabar, melompat ke depan. "Bisa kita dapatkan diskon jika kita membeli beberapa barang juga?"
Pemilik toko tersenyum lebar. "Tentu saja, mari kita bicarakan lebih lanjut. Apa yang kalian butuhkan?"
Shizumichi mengeluarkan daftar panjang dari sakunya. "Kami butuh baju zirah baru, tongkat sihir, ramuan penyembuh, dan juga... oh, jangan lupa makanan enak!"
Kazumi memutar mata melihat antusiasme kakaknya, tetapi tidak bisa menahan senyum. Pemilik toko mengangguk sambil mengamati daftar tersebut.
"Baiklah, bagaimana jika kita mulai dengan harga bagian Wyvern ini. Saya bisa memberikan kalian 1500 Terran Orbs bagian Pyro-Orbs untuk semuanya."
Kazumi berpikir sejenak, mencoba mengingat harga pasar yang pernah dia baca. "Bagaimana jika 2000 Pyro Orbs?"
"Mengingat kondisi bagian Wyvern ini sangat bagus dan bisa dijual kembali dengan keuntungan besar."
Pemilik toko menggaruk dagunya, mempertimbangkan tawaran itu. "Hmm, 1800 Pyro Orbs, dan saya akan memberikan diskon 10% untuk setiap barang yang kalian beli di sini."
Shizumichi, merasa ini momen penting, menatap pemilik toko dengan mata berbinar. "Bolehkan 1850 Pyro Orbs, dan diskon 15% untuk makanan?"
Pemilik toko tertawa terbahak-bahak, mengangkat tangan. "Baiklah, baiklah, kalian pandai bernegosiasi! 1850 Pyro Orbs, dan diskon 15% untuk makanan. Sepakat?"
Kazumi dan Shizumichi saling memandang dan tersenyum lebar.
"Sepakat!" seru mereka serempak.
Pemilik toko mengeluarkan kantong besar penuh dengan Pyro Orbs dan menyerahkannya kepada mereka.
Shizumichi langsung berlari ke rak makanan, mulai memilih makanan berat yang ingin dia beli.
"Jangan lupa beli barang-barang penting juga, Kak!" teriak Kazumi sambil tertawa melihat kakaknya yang bersemangat seperti anak kecil di toko permen.
Mereka akhirnya keluar dari toko dengan baju zirah baru, tongkat sihir, ramuan penyembuh, dan tentu saja, banyak makanan lezat. Shizumichi menjejalkan makanan berat ke mulutnya sambil tersenyum puas.
"Ini adalah hari yang luar biasa, Kazumi! Terima kasih sudah menjadi adik yang hebat dan selalu berpikir tentang kita."
Kazumi menghela nafasnya. "Bisakah kamu memakannya nanti di kafe? Dan jangan makan terburu-buru seperti itu, tidak ada satupun orang yang akan mengambilnya darimu."
"Dasar penipu! Padahal aku sudah memberikan barang yang kalian inginkan!!!" Teriak seorang gadis, suaranya berasal dari gang yang dilewati oleh Shizumichi dan Kazumi.
Keduanya langsung menatap yang tersebut dimana keduanya melihat lima pria berotot yang sedang mengepung kedua gadis berambut hijau.
"Bukannya sudah sesuai dengan kesepakatan kita bahwa kami akan memberikan Arcane Artifacts? Itu dia, artefak berbentuk cincin yang bisa dapat menghasilkan api."
Gadis itu mengambil cincin tersebut, "Kualitasnya tidak sesuai dengan yang kalian janjikan!"
"Resonansi elemen api dalam cincin ini saja sudah mau habis, bagaimana kita akan menggunakannya!?"
"Sudahlah, Kakak, lebih baik kita ambil kembali barang milik kita." Saran adiknya itu.
"Benar. Aku menolak petukaran artefak ini! Lebih baik aku mengambil kalung tua itu yang masih memiliki resonansi elemen angin di dalamnya!" Gadis itu mengulurkan lengannya.
"Enak saja. Kesepakatan adalah kesepakatan!"
Kelima pria itu mulai memojok mereka sampai kedua gadis itu terlihat seperti membutuhkan bantuan agar terlepas dari situasi itu.
Kazumi melirik ke arah Shizumichi sampai dikejutkan dengan ekspresinya itu yang terlihat jijik, "Entah kenapa aku merasakan perasaan yang sangat buruk."
"Buruk? Apa maksudmu buruk? Sebaiknya kita bantu mereka---" Kazumi yang ingin mendekati kedua gadis itu langsung dihalangi oleh Shizumichi.
"Tunggu sebentar. Kita lihat percakapan mereka akan membawa kemana."
Terlihat seorang pria berambut hitam yang mengenakan jaket hitam melewati Shizumichi dan Kazumi sampai memasuki gang tersebut untuk membantu kedua gadis itu.
"Halo, permisi. Sepertinya terjadi sebuah penipuan di gang ini ya." ucap pria itu selagi menatap kedua gadis yang membutuhkan bantuan.
"Hah?! Siapa kau ini!?" Pria berotot itu langsung mengancamnya dengan belati yang dia pegang.
"Aku Naoya Takozuki. Panggil saja Naoya."
"Jangan berlagak seperti seorang pahlawan, bocah!!!" Pria berotot yang mengenakan tato di keningnya menerjang ke arah Naoya.
Naoya dengan mudah menghindari serangan pria tersebut seolah-olah pergerakannya itu terasa lambat sampai ia membuatnya pingsan dengan satu sentuhan pada lehernya itu.
Dia langsung membalikkan badannya itu untuk mengangkat lengan pria berotot lainnya yang langsung dibanting pada daratan dengan kekuatan penuh.
Shizumichi mengacak-acak rambutnya, "Mengapa ada seseorang yang berlagak seperti karakter utama sampah dalam dunia ini!?!?"
"Adegan seperti ini juga sudah sering terlihat dalam awalan cerita! Sial! Sial! Sial!"
"Jangan-jangan buku yang di perpustakaan itu memang menyatu dengan cerita kita!!!" Shizumichi terlihat sangat frustrasi.
"Melihat pria kurus kering sepertinya mengangkat pria berotot itu... dia pastinya diberkahi kekuatan instan yang omong kosong!!!" Shizumichi ingin menghajar pria itu sekarang juga.
Kazumi menghentikan Shizumichi sebelum dia membuat masalah yang lebih besar, "Sudahlah, Kakak. Sebaiknya kita biarkan saja."
"Jangan berbuat masalah dalam dunia terutama lagi ibu kota ini."
"Tapi! Tapi...! Aku ingin menghajarnya!!!" Shizumichi langsung digusur pergi oleh Kazumi yang menjanjikan dirinya kafe itu agar ia bisa mendinginkan kepalanya.
Setelah Kazumi membawa Shizumichi ke kafe itu, mengejutkannya kafe tersebut sudah tutup.
"Sayang sekali ya. Kafenya tutup. Sebaiknya kita makan di taman saja selagi memikirkan strategi untuk mengalahkan monster selanjutnya."
"Hm, ide yang bagus."
Keduanya mulai pergi menuju taman untuk menikmati makanan mereka sebelum melanjutkan petualangan mereka mengalahkan Crystal Serpent yang letaknya di gunung es tertinggi.
"Kakak, aku pikir bahwa kita membutuhkan setidaknya rekan yang dapat membantu kita untuk mengalahkan keempat monster tersebut."
"Heh? Kenapa?!"
"Untuk mempermudah perjuangan, lagi pula kita tidak bisa selalu mengandalkan keberuntungan."
"Jika kita memiliki rekan maka hadiahnya akan dibagi-bagi!"
"Tidak apa, justru itu lebih bagus." Kazumi memiliki sebuah rencana tentang rekan.
"Dengan memiliki rekan kita pasti akan memiliki semacam hubungan seperti relasi yang akan membuat kita di kenal."
"Menggunakan cara seperti itu akan sangat efektif dalam menghasilkan uang juga ke depannya dimana mereka berkenan untuk membantu."
Kazumi terus menjelaskan keuntungan memiliki rekan dimana Shizumichi mendengarkan selagi memakan semua makanannya itu dengan penuh kelahapan.
Satu-satunya cara yang efektif agar dia mau menerimanya adalah godaan yang yang bisa didapatkan dua kali lipat dimana mereka tidak hanya berburu monster yang ada di misi saja melainkan monster yang berkeliaran.
"Bagimana, Kakak? Itu cukup menguntungkan bukan?"
"Setelah misi ini selesai, aku ingin mencoba cara lain untuk menghasilkan uang."
Shizumichi bangkit dari atas kursi setelah menghabiskan makanannya, "Ya! Ayo! Mari kita mencari rekan!!!"
Kazumi dan Shizumichi meninggalkan taman menuju gedung Guild, sebuah bangunan megah dengan lambang petir melingkari pedang di pintunya.
Kazumi berjalan dengan percaya diri, sementara Shizumichi mengikuti sambil melompat-lompat kegirangan, masih penuh semangat dari makanannya.
"Baiklah, Kakak. Kita harus serius dan profesional saat menawarkan ajakan ini," kata Kazumi, memasuki gedung Guild.
Shizumichi mengangguk bersemangat. "Tentu, tentu! Aku akan mengikuti semua arahanmu, Adikku!"
Mereka berdua masuk ke dalam aula utama, penuh dengan petualang yang berbicara, berdiskusi, dan beberapa terlihat sedang beristirahat setelah misi mereka.
Kazumi mengamati sekeliling, mencari calon rekan yang potensial.
"Di sana, Kakak," Kazumi menunjuk ke sekelompok petualang yang tampak kuat dan berpengalaman.
"Kita coba ajak mereka."
Kazumi mendekati kelompok itu dengan langkah mantap. "Permisi, kami sedang mencari rekan untuk membantu kami mengalahkan beberapa monster kuat. Tertarik untuk bergabung?"
Seorang petualang berambut pirang, tampak sebagai pemimpin kelompok itu, menoleh dengan minat. "Monster kuat? Terdengar menarik. Apa yang kalian tawarkan?"
Kazumi tersenyum ramah. "Kami bisa berbagi hadiah dan jarahan dari monster tersebut, juga pengalaman dalam pertempuran bersama kami."
Shizumichi, yang tak sabar untuk beraksi, tiba-tiba maju dengan wajah serius. "Dan jangan lupa, ada makanan enak yang bisa kita beli dengan uang itu! Kamu bisa makan sepuasnya! Kami baru saja makan di kafe terbaik di Terrapolitan!"
Kelompok petualang itu saling memandang, wajah mereka mulai terlihat ragu.
"Makanan...?" tanya salah satu dari mereka.
Kazumi cepat-cepat mencoba memperbaiki keadaan. "Maksud kakakku adalah bahwa ada banyak manfaat dan keuntungan jika kita bekerja sama."
Namun, Shizumichi melanjutkan dengan semangat. "Dan juga, kita bisa punya waktu yang menyenangkan bersama!"
"Kamu bisa mendengar ceritaku tentang bagaimana aku mengalahkan seekor Wyvern sendirian!"
"Nah, Kazumi memang membantuku sedikit, tapi aku yang paling banyak beraksi!"
Petualang berambut pirang mengangkat alisnya. "Kamu mengalahkan Wyvern sendirian?"
Shizumichi mengangguk penuh semangat. "Iya! Aku menggunakan sihir api yang luar biasa! Kazumi di sini hanya membantu dari jauh. Seperti, dia cuma baca buku sihirnya."
Kazumi merasa wajahnya memanas. "Kakak, maksudmu adalah kita bekerja sama dan merencanakan semuanya dengan baik. Itulah yang sebenarnya terjadi."
Namun, kerusakan sudah terjadi. Kelompok petualang itu tampak ragu, dan beberapa dari mereka mulai menggelengkan kepala.
"Maaf, tapi kami mencari rekan yang lebih... terorganisir dan profesional," kata pemimpin mereka, sebelum berpaling dan meninggalkan mereka.
Kazumi menghela napas, menatap Shizumichi dengan pandangan kecewa. "Kakak, kita harus lebih teratur dan serius. Kita tidak bisa asal-asalan seperti tadi."
Shizumichi menggaruk kepala sambil tertawa canggung. "Maaf, Kazumi. Aku terlalu bersemangat."
Mereka berdua mencoba lagi dengan kelompok lain, kali ini Kazumi mencoba menawarkan dengan lebih detail dan terstruktur.
"Kami memiliki misi untuk mengalahkan empat monster kuat, dan kami butuh rekan yang bisa bekerja sama dengan baik."
'Hadiahnya akan dibagi rata, dan kami menjamin pengalaman pertempuran yang berharga."
Namun, sebelum kelompok itu sempat merespons, Shizumichi kembali maju dengan penuh semangat. "Dan juga, kami punya trik rahasia untuk mengalahkan mereka dengan cepat!"
"Kau akan kagum dengan betapa hebatnya kami!"
Kelompok itu tampak bingung dan akhirnya menolak tawaran mereka dengan sopan.
Kazumi menghela napas panjang, menatap Shizumichi. "Kakak, tolong biarkan aku yang berbicara dulu. Kita harus membuat mereka percaya pada kemampuan kita, bukan membuat mereka merasa kita ini lelucon."
Shizumichi menunduk, merasa bersalah. "Maaf, Kazumi. Aku hanya ingin membantu."
Kazumi tersenyum kecil, mencoba untuk tidak marah. "Aku tahu, Kakak. Mari kita coba sekali lagi, kali ini dengan lebih tenang dan fokus."
Mereka mencoba untuk terakhir kalinya dengan sekelompok petualang yang tampak lebih berpengalaman.
Kazumi mulai berbicara dengan tenang dan jelas, menjelaskan misi mereka dan menawarkan keuntungan yang bisa didapat.
Namun, sekali lagi, Shizumichi tidak bisa menahan diri. "Dan juga, kalau kalian suka cerita lucu, aku punya banyak sekali cerita seru dari petualangan kami!"
"Kami bahkan pernah berhadapan dengan raksasa yang tertawa karena candaan kami!"
Kelompok itu akhirnya menolak dengan tawa kecil dan permintaan maaf. Kazumi menepuk dahinya, merasa putus asa.
"Kakak, kita perlu bicara serius nanti. Sekarang, mari kita istirahat dan pikirkan strategi lain."
Shizumichi mengangguk, merasa bersalah dan malu. "Maaf, Kazumi. Aku benar-benar akan lebih fokus nanti."
Kazumi tersenyum, menepuk bahu Shizumichi. "Tidak apa, Kakak. Kita akan menemukan cara lain. Yang penting kita tetap bersama dan tidak menyerah."
Dan pada akhirnya, tidak ada yang mau menjadi rekan mereka sampai Kazumi terlihat frustrasi sampai Shizumichi merasa ketakutan hanya dengan melihat tatapan tajamnya itu.
"Dikit-dikit bercanda... dikit-dikit bercanda..."
"Dua jam kita menghabiskan waktu di sini, dan tidak ada ada hasil apapun yang diterima."
"Nehehehe. Maaf--" Shizumichi yang ingin meminta maaf langsung menerima cubitan pada kedua pipinya.
"Kamu ini berisik sekali!!! Merepotkan!!! Sangat merepotkan!!!" Kazumi mengeraskan cubitan itu.
"Aduh!!! Sakit!!!"
"Permisi!"
Bahu mereka seketika terangkat dimana keduanya langsung menoleh ke arah seekor serangga yang memiliki tinggi hampir menyamai mereka.
Shizumichi mulai menahan tawanya seketika, berbeda dengan Kazumi yang awalnya terlihat kaget karena tidak menyangkan akan melihat ras serangga yang bisa berdiri.
"Aku dengar kalian membutuhkan seorang rekan."
"Bagaimana jika kalian bergabung dengan kami?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sir Ai
GOAT Naoya
2024-06-25
0
vesuca
no way, ini kah
2024-06-14
1
vesuca
tanda petik
2024-06-14
1