Malam mulai merayap di atas desa kecil itu, membawa serta kesejukan yang menenangkan.
Angin lembut menyelinap melalui celah-celah jendela penginapan, menciptakan bisikan halus yang menambah kesan damai.
Shizumichi dan Kazumi duduk di ruang tengah penginapan, diterangi cahaya lembut dari lentera yang berayun perlahan di sudut ruangan.
Shizumichi menatap cangkir teh panas di tangannya, berpikir dalam diam.
Kazumi, yang duduk di seberangnya, memandangi peta dan catatan yang tersebar di atas meja.
Mereka baru saja kembali dari pasar, penuh dengan ide-ide tentang bagaimana membawa rendang mereka ke dunia yang lebih luas.
"Aku sudah memikirkan ini, Kazumi," Shizumichi memulai, memecah kesunyian.
"Rendang bukan hanya sekedar makanan bagi banyak orang. Ini adalah simbol tradisi, rasa keluarga, dan kenangan."
"Jika kita bisa menangkap esensi itu dan menyampaikannya dalam setiap hidangan yang kita jual, aku yakin kita bisa menarik banyak orang."
Kazumi mengangguk, matanya berkilauan dengan semangat kali ini setelah Shizumichi terus membahasnya tanpa henti. "Kamu benar, Kakak."
"Dan kita tidak harus memulainya di sini. Bayangkan jika kita bisa mengirim rendang kita ke kota-kota besar. Dengan cara itu, kita bisa mencapai lebih banyak pelanggan."
"Tapi bagaimana kita akan memulainya?" tanya Shizumichi, meskipun dia sudah memikirkan beberapa ide.
"Kita perlu lebih dari sekedar resep yang enak. Kita butuh strategi pemasaran yang kuat, branding yang menarik, dan distribusi yang efektif."
Kazumi tersenyum, menyodorkan sebuah buku catatan kepada Shizumichi. "Aku sudah memikirkan hal itu juga. Lihat ini, aku sudah membuat rencana."
"Pertama, kita harus memastikan rendang kita memiliki kualitas terbaik."
"Bahan-bahannya harus segar dan autenik. Kita juga perlu kemasan yang bisa menjaga rasa dan aroma rendang tetap utuh."
Shizumichi membuka catatan itu dan membaca dengan seksama. "Ini bagus, Kazumi."
"Kita juga bisa memanfaatkan ketenaran kita setelah menyelesaikan misi itu untuk mempromosikan rendang kita."
"Buat orang-orang penasaran dan ingin mencobanya. Mungkin kita bisa menjadikan uang lebih tentang proses memasaknya, menyoroti bagaimana rendang ini dibuat dengan penuh cinta dan dedikasi."
Kazumi menambahkan, "Kita juga bisa menjualnya dalam beberapa varian, seperti rendang daging sapi, rendang ayam, bahkan rendang vegetarian."
"Dengan begitu, kita bisa menjangkau lebih banyak orang dengan berbagai selera."
Shizumichi menampar dada Kazumi sampai dia mendesah, "Apa yang kau maksud dengan rendang vegetarian hah!?"
"E-Ehh?! Tidak bisa...!?"
"Tentu saja tidak bisa! Itu sama saja menghina orang Indonesia!!!"
"Maaf-maaf, aku terbawa suasana jika sudah memikirkan tentang makanan unik." Kazumi terkekeh sampai Shizumichi hanya bisa menghela nafasnya karena adiknya memang memerlukan kontrol jika terkait dengan inovasi.
"Dan jangan lupa," kata Shizumichi, menambahkan.
"Kita bisa bekerja sama dengan restoran-restoran besar atau toko oleh-oleh untuk menjual produk kita."
"Dengan cara ini, kita tidak hanya mengandalkan penjualan langsung, tapi juga memperluas jaringan distribusi kita."
"Dan jadilah kekayaan! Kekayaan sama dengan tujuan terselesaikan!"
"Hahahahaha! Aku kaya! Aku kaya! Aku kaya!"
Cahaya lentera mulai meredup ketika Shizumichi dan Kazumi melanjutkan diskusi mereka.
Setelah membahas panjang lebar tentang rendang, Shizumichi memandang Kazumi dengan mata berbinar, seakan-akan ada ide baru yang muncul di kepalanya.
"Kazumi," kata Shizumichi sambil tersenyum.
"Sebenarnya, ada banyak makanan khas Indonesia lain yang juga menggunakan daging sapi dan memiliki potensi besar untuk dijual."
"Bagaimana kalau kita menambahkan beberapa di menu kita?"
Kazumi mengangguk penuh perhatian, penasaran dengan apa yang akan dikatakan Shizumichi selanjutnya. "Contohnya?"
"Pertama-tama," Shizumichi memulai.
"Ada sate sapi. Makanan ini sangat populer dan digemari banyak orang."
"Sate sapi yang dibakar dengan sempurna, disajikan dengan bumbu kacang yang kaya rasa, pasti akan menarik perhatian banyak pelanggan."
Kazumi tersenyum lebar, membayangkan aroma lezat sate yang baru dibakar. "Itu ide yang bagus, Kak. Sate memang selalu menjadi favorit. Apa lagi yang kamu pikirkan?"
"Bagaimana dengan rawon?" Shizumichi melanjutkan dengan semangat.
"Sup daging sapi dengan kuah hitam yang berasal dari kluwak ini memiliki rasa yang khas dan dalam."
"Ini adalah salah satu hidangan yang sangat unik dan berbeda dari rendang."
"Menyajikan rawon bisa menambah variasi dalam menu kita dan menunjukkan kekayaan kuliner Indonesia."
Kazumi mengangguk lagi, semakin antusias. "Rawon juga ide yang brilian. Apa ada lagi?"
"Tentu saja," jawab Shizumichi sambil menatap Kazumi dengan penuh semangat.
"Ada juga semur daging. Hidangan ini memiliki rasa manis dan gurih dari kecap manis, rempah-rempah, dan daging sapi yang dimasak hingga empuk."
"Semur daging bisa menjadi pilihan yang nyaman dan lezat untuk pelanggan yang mencari sesuatu yang berbeda namun tetap otentik."
Kazumi tersenyum lebar, merasa semakin yakin dengan ide-ide Shizumichi. "Semur daging juga sangat menarik."
"Dengan menambahkan hidangan-hidangan ini, kita bisa menunjukkan variasi dan keunikan masakan Indonesia kepada lebih banyak orang."
"Dan jangan lupa sop buntut," tambah Shizumichi.
"Sop ini terkenal dengan kuahnya yang gurih dan daging ekor sapi yang lembut."
"Ini adalah salah satu hidangan yang bisa dinikmati kapan saja, baik saat makan siang maupun makan malam."
Kazumi menepuk bahu Shizumichi dengan penuh semangat. "Kamu benar-benar penuh ide, Kakak. Sungguh bisa diandalkan jika soal makanan."
"Apa maksudnya coba..." Shizumichi memasang ekspresi datar.
"Dengan menambahkan sate sapi, rawon, semur daging, dan sop buntut, kita bisa menawarkan pengalaman kuliner Indonesia yang lebih lengkap kepada pelanggan kita."
Shizumichi tersenyum, merasa puas dengan diskusi mereka. "Aku rasa kita punya banyak bahan untuk bekerja."
"Sekarang, mari kita mulai merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk mewujudkan semua ini."
Malam itu, dengan ide-ide baru yang melimpah, Shizumichi dan Kazumi merasa lebih siap dan bersemangat untuk memulai perjalanan mereka memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia kepada dunia itu.
Mereka tahu bahwa dengan kreativitas, kerja keras, dan kerjasama, mereka bisa mencapai impian mereka.
"Malam-malam begini cocok juga untuk menikmati sate sapi bukan?" tanya Kazumi.
"Ya, mari kita kumpulkan tetua desa dan para warga selagi Naoya tidak ada karena sedang mengunjungi istana dimana putri dari raja pasti akan dijodohkan."
Setelah diskusi panjang tentang rendang dan makanan Indonesia lainnya.
Shizumichi memutuskan untuk mengumumkan kepada warga desa tentang rencana mereka malam itu. Dia berdiri, meraih mantel, dan menuju pintu keluar.
"Kazumi, aku akan mengumumkan kepada semua warga. Sementara itu, siapkan segala sesuatu yang kamu perlukan untuk memasak sate sapi," kata Shizumichi sambil tersenyum.
Kazumi mengangguk penuh semangat. "Baik, Kak. Aku akan menyiapkan semuanya."
Shizumichi keluar dari penginapan dan berjalan menuju alun-alun desa, tempat biasanya warga berkumpul. Dengan suara lantang, dia memanggil para warga.
"Warga desa! Warga desa! Mari berkumpul di alun-alun! Malam ini, kami akan memasak sate sapi untuk semua orang! Jangan lewatkan kesempatan ini!"
Perlahan-lahan, satu per satu warga desa mulai keluar dari rumah mereka, tertarik dengan ajakan Shizumichi.
Mereka berkumpul di alun-alun dengan penuh antusiasme, penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sementara itu, Kazumi sibuk di dapur penginapan. Dia menyiapkan daging sapi segar yang sudah dipotong-potong menjadi ukuran kecil.
Kemudian merendamnya dalam bumbu khas yang terdiri dari kecap manis, bawang putih, ketumbar, garam, dan sedikit gula merah.
Kazumi mengaduk-aduk daging dengan bumbu hingga meresap sempurna.
Setelah merendam daging selama beberapa saat, Kazumi mulai menusukkan potongan-potongan daging tersebut ke tusuk sate dari bambu.
Dia memastikan setiap potongan daging terpasang dengan rapi dan padat, agar saat dibakar nanti, sate bisa matang merata.
Di luar, Shizumichi sudah menyiapkan panggangan sederhana dari batu bata dan arang yang sudah menyala.
"Apa yang sedang kau lakukan, Shizumichi?" tanya Jakon.
"Menyiapkan masakan lezat lainnya."
"Menarik, kebetulan aku belum makan bersama Chen di sini." Jakon melirik ke arah Chen yang sedang mengusap perutnya.
"Kalian datang waktu yang tepat!"
"Khusus untuk kalian saja. Bayar 1000 Aero-orb masing-masing." Shizumichi tersenyum kikir.
"Tidak jadi." Jakon dan Chen pergi meninggalkannya.
"Oi, tunggu! Aku hanya bercanda...!!!"
...
...
Asap putih mulai membumbung, menciptakan aroma yang menggugah selera.
Kazumi membawa tusuk-tusuk sate yang sudah siap ke alun-alun dan mulai memanggangnya di atas bara api.
"Wah, baunya enak sekali!" seru seorang warga dengan antusias.
Kazumi tersenyum, mengipasi arang dengan hati-hati agar api tetap stabil. "Ini baru permulaan. Tunggu sampai kalian mencicipinya."
Setelah beberapa menit, sate mulai berubah warna menjadi coklat keemasan, dengan aroma harum yang menyebar ke seluruh alun-alun.
Kazumi dengan cekatan membalik-balik sate agar matang merata di semua sisi.
"Sebentar lagi selesai," kata Kazumi dengan penuh semangat.
Shizumichi membantu dengan menyiapkan bumbu kacang yang kental dan gurih, yang sudah dibuat oleh Kazumi sebelumnya.
Dia mencampurkan kacang tanah yang sudah digoreng dan dihaluskan dengan bawang putih, cabai merah, dan sedikit air, hingga menghasilkan bumbu yang sempurna untuk sate.
Akhirnya, sate-sate itu matang sempurna. Kazumi dan Shizumichi mulai menyajikan sate sapi yang masih panas kepada para warga, menambahkan bumbu kacang di atasnya.
"Wah, ini enak sekali!" seru seorang anak kecil setelah mencicipi satu tusuk sate.
Para warga lainnya juga menikmati sate dengan penuh kegembiraan. Malam itu, di bawah langit malam yang penuh bintang, Shizumichi dan Kazumi berhasil menciptakan momen kebersamaan yang hangat dan penuh kenangan dengan sate sapi yang lezat.
Setelah semua warga merasa puas, Shizumichi dan Kazumi duduk di dekat api unggun kecil yang mereka buat, merasa bangga dengan apa yang telah mereka lakukan.
Mereka tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan panjang mereka dalam memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia kepada dunia.
"Ini baru permulaan, Kazumi," kata Shizumichi dengan senyum penuh harapan.
"Dengan kerja keras dan semangat, kita bisa mencapai lebih banyak lagi."
Kazumi mengangguk setuju. "Iya, Kak. Kita pasti bisa."
Malam itu, dengan perut kenyang dan hati yang bahagia, warga desa pulang ke rumah mereka masing-masing, membawa serta kenangan indah tentang sate sapi yang lezat dan kebersamaan yang hangat.
Keesokan paginya, matahari baru saja mulai menampakkan sinarnya di balik bukit, menciptakan semburat warna oranye yang indah di langit.
Desa kecil itu mulai hidup kembali dengan suara-suara aktivitas pagi yang tenang.
Shizumichi dan Kazumi duduk di depan penginapan, menikmati sarapan sederhana sambil membahas rencana mereka untuk hari itu.
Tidak lama kemudian, tetua desa, seorang pria tua dengan wajah penuh kebijaksanaan dan mata yang bersinar lembut, mendekati mereka.
"Selamat pagi, Shizumichi, Kazumi," sapa tetua desa dengan suara tenang.
"Selamat pagi, Pak Tua," jawab Shizumichi dengan sopan, sementara Kazumi tersenyum ramah.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih atas pesta sate yang luar biasa tadi malam," kata tetua desa.
"Warga desa sangat menikmatinya, dan itu benar-benar membawa kegembiraan bagi kami semua."
Kazumi membungkuk sedikit sebagai tanda terima kasih. "Kami senang bisa berbagi kebahagiaan dengan kalian semua."
Tetua desa mengangguk dengan bijak, kemudian melanjutkan. "Kazumi, aku melihat potensimu dalam memasak dan antusiasme yang kau miliki untuk memperkenalkan masakanmu kepada dunia."
"Jika suatu hari nanti kau ingin membuka toko atau restoran sendiri, ingatlah, kau selalu memiliki tempat di desa ini."
Mata Kazumi bersinar mendengar janji tersebut. "Terima kasih, Pak Tua. Itu sangat berarti bagi saya."
"Tolong panggil saya Orga karena kalian sudah mendapatkan kehormatan penuh saya."
Orga tersenyum hangat. "Kau selalu bisa mengandalkan dukungan kami. Kami percaya padamu."
Setelah berbincang sejenak, Shizumichi dan Kazumi mempersiapkan diri untuk tugas mereka yang lebih besar hari itu yaitu menghadapi Thunder Behemoth.
Mereka mengumpulkan perlengkapan dan memastikan semua persiapan telah dilakukan dengan matang.
Dengan penuh semangat dan tekad, mereka berjalan menuju titik pertemuan di luar desa, di mana mereka akan memulai perjalanan mereka menuju lokasi di mana Thunder Behemoth berada.
Di sepanjang jalan, Shizumichi dan Kazumi berusaha menjaga semangat mereka tetap tinggi.
Kazumi, dengan ransel berisi berbagai bumbu dan bahan makanan yang bisa digunakan untuk memasak dalam keadaan darurat, terus berpikir tentang masa depannya dan janji yang diberikan oleh tetua desa.
"Apakah kamu siap untuk ini, Kazumi?" tanya Shizumichi sambil menatap adiknya dengan serius.
Kazumi mengangguk tegas. "Aku siap, Kak. Kita sudah menghadapi banyak tantangan bersama."
"Thunder Behemoth hanya perlu kita taklukkan bersama."
Shizumichi tersenyum bangga melihat tekad Kazumi. "Bagus. Mari kita lakukan ini bersama."
"Hei, Kazumi. Kemenangan kali ini kita rayakan dengan masakan buatanmu yang enak ya?" Rex memberikan ide kepada Kazumi.
"Dengan senang hati.." Kazumi mengangguk.
Perjalanan mereka membawa mereka melewati hutan lebat dan lembah yang dalam.
Langkah mereka mantap, pikiran mereka fokus. Setiap suara dari alam di sekitar mereka menjadi tanda bagi mereka untuk selalu waspada.
Setelah berjam-jam berjalan, mereka akhirnya tiba di sebuah dataran luas yang dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi.
Di tengah dataran itu, terlihat Thunder Behemoth, makhluk raksasa dengan kulit bersisik dan tanduk besar yang memancarkan aura kekuatan luar biasa.
Shizumichi bersama yang lainnya berhenti sejenak, mengatur napas mereka dan merencanakan strategi terakhir sebelum menghadapi makhluk tersebut.
Mereka tahu, ini akan menjadi pertempuran yang sulit, tetapi dengan keberanian dan keterampilan mereka, mereka yakin bisa mengatasinya.
"Sekarang atau tidak sama sekali," bisik Shizumichi sambil memandang Thunder Behemoth dengan tatapan tajam.
Kazumi menggenggam erat senjatanya, memandang makhluk itu dengan tekad yang sama. "Kita bisa melakukannya, Kak."
"Baiklah, semuanya! Ikuti rencana yang telah kita rancang kemarin!" perintah Rex selagi menunjuk ke arah Behemoth itu dengan kapaknya.
...
...
Kars berdiri tegak di garis depan, menghadapi Crystal Serpent yang mengancam.
Dengan perisainya yang besar dan pedang panjang yang dipegang teguh, ia menjadi benteng hidup bagi timnya.
Ketika Thunder Behemoth melontarkan serangan pertamanya, Kars dengan sigap mengangkat perisainya, membelah udara dengan refleks cepat.
Percikan api dan kekuatan magis berkelebat di sekelilingnya saat ia menangkis serangan-serangan mematikan yang mengancam untuk merobek-robek pertahanan mereka
Di belakang Kars, Chen membidik dari posisi strategisnya. Dengan panah-panah andalnya yang sudah diincar sebelumnya, ia menargetkan titik-titik lemah di antara sisik-sisik berkilau Thunder Behemoth.
Setiap panah yang diluncurkan dengan kecepatan mematikan menerobos udara hangat wilayah itu, membawa hujan kecil kematian bagi makhluk legendaris itu.
Matanya tetap fokus, dan setiap tembakan menunjukkan keahlian dan ketepatan yang luar biasa.
Rex memimpin dengan tatapan tajam dan strategi yang matang. Dari posisi tengah belakang, ia memantau dengan cermat dinamika pertempuran.
Melihat peluang terbuka, ia memberikan arahan kepada timnya, memastikan bahwa serangan-serangan dilakukan dengan koordinasi yang sempurna.
Dengan kapak besar di tangannya, ia siap untuk terlibat langsung jika situasi memerlukannya, tetapi saat ini fokusnya adalah memastikan serangan tim yang terkoordinasi dengan baik.
Jofir memancarkan energi sihir dari tangannya, menyokong serangan tim dengan kekuatan magis yang mengagumkan.
Cahaya biru memancar dari telapak tangannya, mengikuti gerakan Kars dan Chen saat mereka menyerang Thunder Behemoth.
Sihir-sihirnya tidak hanya menambahkan kerusakan pada musuh, tetapi juga memberikan perlindungan tambahan bagi tim jika mereka terlalu dekat dengan bahaya.
Dengan konsentrasi penuh, ia memastikan setiap serangan sihirnya memberikan dampak maksimal.
Jakon berada di garis belakang, tetapi tetap waspada terhadap setiap pergerakan Thunder Behemoth.
Dengan pedang yang dipegang teguh, ia siap melompat ke depan untuk memberikan bantuan atau pertolongan kepada rekan-rekannya jika diperlukan.
Matanya memantau setiap detil pertempuran, memastikan tidak ada serangan musuh yang lolos tanpa dihadang dengan sigap.
Shizumichi, dengan tongkat Tobrut, menunggu dengan sabar kesempatan untuk melancarkan serangan terakhir.
Tobrut bersinar terang di tangan kanannya, menandakan kekuatan sihir yang tertanam di dalamnya.
Dia mengalirkan Essence-nya ke dalam tongkat, menyiapkan serangan terakhir yang akan mengakhiri pertempuran ini.
Setiap anggota tim, dari Kars yang berdiri gagah di garis depan hingga Shizumichi yang siap dengan serangan pamungkasnya, bekerja secara bersama-sama dan berkoordinasi untuk mengalahkan Thunder Behemoth.
Mereka saling melengkapi dengan kekuatan dan keahlian masing-masing, membuktikan bahwa kerja tim yang solid dan strategi yang tepat adalah kunci untuk menghadapi musuh sebesar Thunder Behemoth
Thunder Behemoth mengamuk, menghempaskan ekornya dan melepaskan raungan yang menggetarkan tanah.
Rex dan Shizumichi saling bertukar pandang, tahu bahwa saatnya untuk serangan pamungkas telah tiba.
"Shizumichi, siap?" Rex mengangkat kapaknya tinggi-tinggi, matanya penuh semangat.
"Selalu siap!" jawab Shizumichi dengan senyum yakin, menggenggam tongkat Tobrut yang berkilauan dengan kekuatan magis.
Rex maju lebih dulu, melompat ke udara dengan kekuatan yang mengejutkan.
Dia mengarahkan kapaknya langsung ke tengkuk Thunder Behemoth, tempat yang diketahui sebagai titik lemahnya.
Dengan teriakan lantang, dia menghantamkan kapak itu dengan sekuat tenaga, memecahkan sisik keras Behemoth dan membuka jalur untuk Shizumichi.
Di saat yang sama, Shizumichi melangkah maju, mengalirkan semua Essence-nya ke dalam tongkat Tobrut.
Cahaya yang terpancar semakin intens, hampir menyilaukan. Dengan gerakan gesit, dia melompat ke atas Thunder Behemoth, mendarat tepat di belakang Rex yang masih berdiri kokoh di tempat serangannya tadi.
"Rex, minggir!" teriak Shizumichi.
Rex melompat ke samping dengan lincah, memberikan ruang bagi Shizumichi untuk melancarkan serangan pamungkas.
Shizumichi mengarahkan tongkatnya ke celah yang telah dibuka oleh kapak Rex, lalu melepaskan ledakan energi magis yang dahsyat.
Sinar terang dari tongkat Tobrut menembus tubuh Thunder Behemoth, merambat cepat ke seluruh tubuhnya.
Makhluk raksasa itu mengeluarkan raungan terakhir yang mengguncang daratan sebelum akhirnya jatuh tersungkur ke tanah, tak bernyawa.
Sejenak, suasana hening. Tim bersorak-sorai, merayakan kemenangan mereka.
Rex dan Shizumichi berdiri di atas tubuh Thunder Behemoth, terengah-engah namun puas.
"Kerja bagus, Shizumichi!" kata Rex sambil menepuk pundak Shizumichi.
"Ya, kita melakukannya!" jawab Shizumichi dengan semangat.
Tapi di saat yang bersamaan, dia merasakan sesuatu yang aneh di kakinya. Dia melihat ke bawah dan menyadari bahwa dia berdiri di atas tanah yang bergetar. "Eh, tunggu, apa ini?"
Tiba-tiba, tanah di bawah Shizumichi runtuh, membuatnya jatuh ke dalam lubang yang dalam. "Aaaaah! Tolong! Ini jebakan!"
Rex tertawa terbahak-bahak. "Shizumichi, selalu ada saja kejutan darimu!"
Shizumichi mencoba memanjat keluar dari lubang dengan susah payah, namun setiap kali dia hampir sampai di atas, tanah kembali runtuh. "Serius, Rex! Sedikit bantuan di sini?!"
Kazumi, yang menyaksikan dari kejauhan, tertawa kecil sebelum akhirnya mengulurkan seutas tali ke dalam lubang. "Ayo, Kakak. Naiklah."
Dengan wajah cemberut namun tetap tersenyum, Shizumichi memegang tali itu dan dibantu naik oleh Kazumi.
Begitu sampai di atas, dia berdiri dengan penuh debu dan tanah, namun tetap semangat.
"Yah, setidaknya kita menang," kata Shizumichi sambil membersihkan dirinya.
"Benar, dan kali ini kamu tidak perlu memasak dari dalam lubang," canda Kazumi sambil tertawa.
Tim kembali bersatu, merayakan kemenangan mereka dengan tawa dan kelegaan.
Mereka tahu bahwa meski pertempuran ini berakhir dengan sedikit kejadian lucu, kekuatan dan kerjasama mereka yang sebenarnya telah membawa mereka pada kemenangan.
"Baiklah, semuanya," kata Rex sambil mengangkat tangannya.
"Kita akan mengunjungi kotak kerajaan dan merayakan kemenangan ini dengan pesta makanan dari Kazumi!"
"Tunggu, tidak ada yang keberatan tentang itu," tambah Shizumichi dengan wajah cemberut, yang membuat semua orang tertawa.
Dengan semangat tinggi, mereka kembali ke desa, siap merayakan kemenangan mereka dengan hidangan lezat yang akan disiapkan Kazumi.
Malam itu, di bawah langit berbintang, mereka menikmati kebersamaan yang hangat dan penuh kenangan, yakin bahwa perjalanan mereka masih panjang dan penuh tantangan menarik lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
vesuca
sopan dari mana
2024-06-18
1
vesuca
aku mau nyoba juga
2024-06-18
1