Hidup atau Mati

Setelah kejadian pertarungan yang mempermalukan Naoya, Shizumichi dan Kazumi memutuskan untuk kembali beristirahat sejenak di sebuah kedai kecil di pinggiran kota dimana rekannya masih sibuk berbicara.

Suasana dalam kedai itu hangat dan nyaman, dengan aroma teh dan kopi yang memenuhi ruangan.

Mereka duduk di sebuah meja di sudut, menikmati makanan dan minuman yang telah disajikan.

Namun, tidak ada yang bisa benar-benar bersantai. Pikiran mereka terus-menerus terganggu oleh ancaman yang lebih besar yang menunggu mereka yaitu Shadow Wraith.

Rex, yang tampak lebih serius daripada biasanya, memulai pembicaraan tentang musuh berbahaya tersebut.

"Kita sudah melewati banyak pertarungan berat," kata Rex, menatap rekan-rekannya satu per satu.

"Tetapi Shadow Wraith adalah ancaman yang berbeda. Dia telah menjatuhkan banyak nyawa, termasuk beberapa petarung terbaik yang sangat terkenal di berbagai desa dan kota."

Kazumi mengangguk, wajahnya penuh kekhawatiran. "Shadow Wraith adalah makhluk yang sangat berbahaya."

"Dia bisa bergerak tanpa suara, bersembunyi dalam kegelapan, dan menyerang dengan kekuatan mematikan. Kita harus sangat berhati-hati."

Kars, yang biasanya penuh semangat, tampak lebih tenang. "Kita perlu strategi yang solid. Tidak seperti musuh-musuh sebelumnya, Shadow Wraith bisa muncul dari mana saja dan kapan saja."

"Kita harus siap setiap saat."

Chen, yang duduk di seberang meja, menghapus keringat dari dahinya. "Kita perlu memastikan bahwa kita semua siap secara fisik dan mental."

"Shadow Wraith dikenal karena serangannya yang tidak terduga dan kemampuannya untuk mengeksploitasi ketakutan kita."

Jakon mengepalkan tangannya, ekspresi tegas di wajahnya. "Kita tidak bisa membiarkan dia terus mengancam nyawa orang-orang tak berdosa."

"Kita harus menghentikannya, apa pun yang diperlukan."

Shizumichi mengangguk setuju. "Kita akan berlatih lebih keras dari sebelumnya."

"Kita harus memahami kekuatannya, menemukan kelemahannya, dan memastikan bahwa kita siap untuk menghadapi segala kemungkinan."

Jofir, yang selama ini diam, angkat bicara. "Aku telah melakukan penelitian tentang Shadow Wraith."

"Satu-satunya cara untuk benar-benar mengalahkannya adalah dengan menggunakan cahaya yang sangat kuat."

"Dia tidak tahan terhadap sinar terang."

Kazumi tersenyum tipis. "Itu memberi kita sedikit keuntungan. Kita bisa menggunakan sihir cahaya untuk membuatnya lemah."

"Tapi kita juga harus tetap waspada terhadap serangannya yang cepat dan mematikan."

Rex menatap rekan-rekannya dengan tekad yang kuat. "Kita adalah tim yang kuat."

"Kita telah melalui banyak hal bersama, dan kita akan menghadapi Shadow Wraith ini bersama-sama."

Semua anggota tim mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa tantangan ini akan menjadi salah satu yang terberat yang pernah mereka hadapi.

Namun, mereka juga tahu bahwa dengan kerja sama dan semangat juang yang kuat, mereka bisa mengalahkan Shadow Wraith.

Setelah beberapa saat, Rex melanjutkan, "Kita akan mulai latihan intensif besok pagi."

"Semua orang harus siap dengan strategi dan sihir terbaik mereka. Kita tidak bisa membiarkan diri kita lengah."

Kazumi, Kars, Chen, Shizumichi, Jakon, dan Jofir mengangguk setuju. Mereka menyadari bahwa mereka harus memberikan segalanya untuk mengalahkan musuh ini.

Mereka menghabiskan sisa malam itu dengan merencanakan langkah selanjutnya dan memastikan bahwa mereka siap menghadapi ancaman terbesar mereka yaitu Shadow Wraith.

Ketika mereka sedang sibuk merencanakan strategi dan mendiskusikan langkah-langkah yang akan diambil, pintu kedai terbuka dengan suara lembut.

Naoya, yang wajahnya masih menunjukkan sedikit bekas kekalahan dari pertarungan sebelumnya, melangkah masuk.

Dia menatap ke arah meja di sudut tempat Shizumichi dan timnya duduk.

Menyadari kehadirannya, mereka semua berhenti bicara sejenak, memperhatikan Naoya dengan waspada. Naoya menarik kursi dan duduk tanpa diundang.

"Aku mendengar pembicaraan kalian tentang Shadow Wraith," katanya, suaranya tenang namun serius.

"Aku tahu aku mungkin bukan orang yang paling kalian sukai saat ini, tetapi aku tidak bisa diam saja mengetahui ancaman sebesar ini mengintai."

Kazumi menatap Naoya dengan campuran rasa penasaran dan ketidakpercayaan.

"Apa maksudmu, Naoya?" tanyanya.

Naoya menghela napas dalam-dalam. "Shadow Wraith adalah makhluk yang sangat berbahaya."

"Rekanku sudah melihat dampaknya di desa-desa dan kota-kota yang hancur olehnya."

"Aku memiliki beberapa informasi yang mungkin bisa membantu kalian mengalahkannya. Aku ingin membantu."

Rex mengangguk perlahan, melihat ketulusan di mata Naoya. "Kami butuh semua bantuan yang bisa kami dapatkan."

"Apa yang kau ketahui tentang Shadow Wraith yang bisa membantu kita?"

Namun, sebelum Naoya bisa menjawab, Shizumichi memotong dengan suara tajam.

"Tidak. Kita tidak membutuhkan bantuannya," katanya tegas.

"Dia mungkin mencoba untuk menebus dirinya sendiri, tetapi ini bukan pertarungan yang bisa kita main-mainkan. Aku tidak mempercayainya."

Naoya menatap Shizumichi, matanya penuh keseriusan. "Aku mengerti keraguanmu, Shizumichi."

"Tapi ini bukan tentang kita, ini tentang nyawa yang terancam. Aku bersedia menaruh hidupku di garis depan untuk membantu kalian."

Shizumichi berdiri, menatap Naoya dengan mata berapi-api. "Kau hanya mencoba menebus kesalahanmu, dan aku tidak bisa mempercayaimu dalam situasi sepenting ini."

"Kami sudah memiliki rencana, dan kami akan melakukannya tanpa campur tanganmu."

Kazumi mencoba menenangkan Shizumichi, tetapi Shizumichi tetap teguh.

"Ini keputusan tim, Shizumichi," kata Rex dengan tenang.

"Mungkin kita harus mempertimbangkan apa yang dia tawarkan."

Shizumichi menggelengkan kepala. "Tidak. Kita tidak bisa membiarkan seseorang yang kita tidak percayai berada di samping kita saat kita menghadapi bahaya sebesar ini."

Naoya berdiri juga, menatap Shizumichi dengan tegas. "Aku hanya ingin membantu. Kalau tidak untukmu, maka untuk orang-orang yang terancam oleh Shadow Wraith."

Shizumichi menghela napas, kemudian berbalik kepada timnya. "Kalian semua sudah mendengar pendapatku. Jika ada yang merasa berbeda, silakan katakan sekarang."

Rex, Kars, Chen, Jakon, dan Jofir saling bertukar pandang. Meskipun mereka mengerti keraguan Shizumichi, mereka juga melihat potensi bantuan yang bisa Naoya tawarkan.

Akhirnya, Kazumi angkat bicara lagi. "Maaf, Naoya. Mungkin lain kali saja, Kakakku memang sedang sensitif sekarang."

Naoya mengangguk pelan, "Baiklah... Mohon maaf atas gangguannya."

Naoya dan rekannya pergi dimana Shizumichi langsung memulai pembicaraan lagi, "Apakah kalian tidak sadar semenjak bertarung dengan monster yang hampir membunuh kita?"

"Monster lemah yang menjadi kuat seperti itu, walaupun kita sudah mengerahkan segala kemampuan yang kita miliki..."

"...hasilnya nihil."

"Semua itu pasti disebabkan oleh Naoya sendiri yang menginginkan segala musuh atau tantangan apapun menjadi hal mudah baginya."

"Tapi, itu menjadi kebalikannya bagi kita semua!" seru Shizumichi dengan ekspresi serius.

Mereka terus mendengarkan perkataan Shizumichi sampai menerima sebuah fakta bahwa Naoya ini bisa dibilang cukup misterius dan tidak dapat dipercaya begitu saja.

Bukti itu tidak hanya ada pada pertarungan melawan monster tingkat lemah karena masih ada bukti lainnya seperti dia menyembuhkan racun berbahaya dengan sangat mudah.

Hanya menggunakan sihir biasa saja, berbeda dengan Jofir yang mengerahkan semua Essence miliknya untuk memakai sihir penyembuhan yang diperkuat.

"Sudahlah, kita fokus dengan tujuan terakhir kita!"

"Melawan Shadow Wraith!"

...

...

Pagi harinya, suasana di kedai kecil itu penuh dengan ketegangan dan semangat juang.

Mereka semua mempersiapkan diri dengan perlengkapan masing-masing, mengecek kembali senjata dan barang-barang yang diperlukan.

Setelah sarapan cepat, mereka berkumpul di depan kedai untuk merencanakan langkah terakhir sebelum berangkat.

Rex mengambil peta dan menunjuk ke sebuah titik di hutan gelap di pinggiran kota. "Menurut informasi yang kita dapat, Shadow Wraith terakhir kali terlihat di area ini."

"Tempat ini cukup terpencil dan dikelilingi oleh hutan lebat, yang menjadikannya tempat persembunyian yang sempurna untuk makhluk seperti dia."

Kazumi mengangguk, melihat peta dengan seksama. "Kita harus berhati-hati. Hutan ini bisa menjadi jebakan bagi kita jika kita tidak waspada."

Kars, dengan semangatnya yang biasa, tersenyum tipis. "Aku siap untuk apa pun yang akan kita hadapi. Kita sudah menghadapi banyak hal, dan kita akan melewati ini juga."

Chen mengencangkan ikat kepalanya, menyiapkan senjata di punggungnya. "Pastikan kita selalu dalam formasi yang sudah kita latih. Tidak ada yang bergerak sendiri-sendiri."

Jakon mengepalkan tangan dan menatap ke arah hutan dengan tekad. "Kita akan menyelesaikan ini."

"Untuk semua orang yang telah menjadi korban Shadow Wraith."

Jofir, dengan tas penuh ramuan dan perlengkapan sihirnya, memberikan pandangan tenang tetapi penuh tekad. "Jangan lupa, kita punya kelebihan dengan sihir cahaya."

"Kita akan membuatnya terlihat dan rentan."

Shizumichi, yang memimpin mereka, mengangguk tegas. "Kita berangkat sekarang. Tetap fokus, tetap bersama-sama."

"Kita tidak akan memberikan Shadow Wraith kesempatan sedikit pun."

Dengan langkah tegas, mereka meninggalkan kedai dan mulai berjalan menuju hutan.

Jalanan berbatu dan medan yang tidak rata menjadi ujian awal bagi mereka, tetapi semangat juang dan persatuan yang kuat membuat mereka terus maju.

Ketika mereka semakin mendekati hutan, suasana semakin mencekam. Pohon-pohon tinggi dan lebat menyelimuti mereka, membuat cahaya matahari hanya sedikit menembus celah-celah dedaunan.

Sesampainya di pinggiran hutan, Rex berhenti dan memberi isyarat untuk berkumpul. "Ini adalah saatnya. Ingat, kita masuk dengan hati-hati. Shadow Wraith bisa muncul kapan saja dan dari mana saja."

Mereka mengangguk dan mulai memasuki hutan dengan perlahan, senjata terhunus dan sihir siap digunakan.

Setiap langkah mereka diiringi oleh suara dedaunan kering dan ranting yang patah, menciptakan suasana yang semakin menegangkan.

Kabut tipis menyelimuti hutan, menambah kesan misterius dan berbahaya.

Tiba-tiba, suara berbisik terdengar dari kejauhan, membuat mereka semua berhenti sejenak.

Shizumichi memberi isyarat agar mereka berhati-hati dan melanjutkan perjalanan dengan lebih waspada.

Mereka tahu bahwa Shadow Wraith mungkin sudah merasakan kehadiran mereka dan siap menyerang kapan saja.

Setelah beberapa saat berjalan dalam keheningan, mereka tiba di sebuah wilayah yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar.

Suasana semakin mencekam, dan mereka bisa merasakan kehadiran yang mengintai dari kegelapan. Rex mengangkat tangan, memberi isyarat untuk berhenti. "Ini tempatnya. Bersiaplah."

Tiba-tiba, dari kegelapan, muncul bayangan besar yang bergerak dengan cepat. Shadow Wraith, dengan sosoknya yang mengerikan dan mata merah menyala, melayang di udara.

Suara desisnya membuat bulu kuduk mereka meremang.

"Siapkan cahaya!" seru Jofir, mengangkat tongkat sihirnya.

Kazumi dan Jofir segera menyiapkan mantra sihir cahaya, sementara Chen dan Jakon mengangkat senjata mereka, siap untuk melindungi teman-teman mereka.

Shizumichi berdiri di depan, tatapannya tajam dan penuh tekad. "Inilah saatnya. Kita tidak akan kalah."

Dengan satu gerakan cepat, Shadow Wraith meluncur ke arah mereka, tetapi tim sudah siap. Cahaya terang dari sihir mereka menerangi wilayah, membuat Shadow Wraith mundur sejenak.

Serangan pertama berhasil, tetapi pertempuran baru saja dimulai. Mereka tahu bahwa ini akan menjadi pertarungan yang berat.

Tetapi dengan keberanian dan kerja sama, mereka yakin bisa mengalahkan Shadow Wraith dan mengakhiri ancamannya sekali dan untuk selamanya.

Tiba-tiba, kegelapan pekat mulai merambat dari bayangan Shadow Wraith, mengkonsumsi setiap cahaya yang mereka hasilkan.

Jofir dan Kazumi, yang mengandalkan sihir cahaya mereka, terkejut ketika cahaya dari tongkat mereka mulai meredup dan akhirnya padam.

"Kita dalam masalah besar," bisik Jofir, suaranya penuh kecemasan.

Kegelapan yang sangat padat menghalangi pandangan mereka, membuat mereka seperti terperangkap dalam malam tanpa bintang.

"Semuanya, tetap bersama!" seru Rex, mencoba menjaga ketenangan timnya.

Namun, dalam kegelapan yang mematikan ini, komunikasi menjadi sulit.

Suara langkah cepat dan desis mengerikan Shadow Wraith mengelilingi mereka, membuat hati mereka berdegup kencang.

Kemudian, tanpa peringatan, Shadow Wraith menyerang. Shizumichi merasakan rasa sakit yang tajam di lengannya saat cakar bayangan makhluk itu menggores kulitnya.

Dia tersentak mundur, terpisah dari yang lain.

"Kakak!" teriak Kazumi, berusaha mencari Kakaknya dalam kegelapan. Tetapi, kegelapan terus mengembang, seolah menelan suara mereka.

Kazumi merasakan kehadiran yang dingin dan menakutkan di belakangnya, dan sebelum dia sempat berbalik, cakar Shadow Wraith menggores punggungnya, membuatnya jatuh berlutut dengan rasa sakit yang luar biasa.

Kars mencoba menyerang dengan senjatanya, tetapi pedangnya hanya mengenai udara kosong. Kegelapan menyembunyikan Shadow Wraith dengan sempurna, membuat Kars tak berdaya.

Suara tawa menyeramkan bergema di sekitar mereka, menciptakan atmosfer yang semakin mengerikan.

Tiba-tiba, bayangan makhluk itu muncul di depan Kars, dan sebelum dia bisa bereaksi, cakar makhluk itu menghantamnya dengan kekuatan brutal, menjatuhkannya ke tanah.

Chen dan Jakon, yang mencoba menjaga formasi, juga tidak luput dari serangan. Chen merasakan cakar tajam mencengkeram kakinya, menariknya dengan kekuatan yang membuatnya terjatuh.

Ia mencoba melawan, tetapi Shadow Wraith terlalu kuat dan licin dalam kegelapan ini.

Jakon, yang berada di dekatnya, berusaha membantu tetapi malah diserang dari belakang, merasakan rasa sakit mendalam di punggungnya.

Rex, yang masih berusaha mengarahkan timnya, merasakan ketakutan yang merayap di hatinya.

"Jofir, gunakan sihir penyembuhan!" teriaknya, tetapi suara desis dan cakar tajam Shadow Wraith mengalihkan perhatiannya.

Dalam sekejap, Rex merasakan serangan brutal yang membuatnya jatuh ke tanah dengan luka parah di perutnya.

Jofir, yang tersisa, merasakan panik melanda. Dia mencoba menyalakan kembali sihir cahayanya, tetapi kegelapan yang dihasilkan Shadow Wraith terlalu kuat.

Dia merasakan bayangan yang dingin mendekat, dan dalam sekejap, cakar makhluk itu menembus perisai sihirnya, melukai tubuhnya dengan kejam.

Seluruh tim terpecah dalam kegelapan, dengan masing-masing anggota terluka dan terpisah satu sama lain.

Suara nafas mereka yang terengah-engah dan erangan kesakitan memenuhi udara, sementara Shadow Wraith terus menyerang tanpa ampun, seolah menikmati penderitaan mereka.

Shizumichi, yang berdarah dan kesakitan, berusaha bangkit dengan susah payah.

"Kita harus bersatu!" teriaknya dengan suara parau, tetapi suaranya hanya tenggelam dalam kegelapan dan kekacauan.

Mereka semua terjebak dalam lingkaran teror tanpa akhir, dengan Shadow Wraith yang mengendalikan setiap gerakan mereka.

Setiap detik yang berlalu terasa seperti penyiksaan, dan harapan untuk bertahan hidup mulai memudar di tengah kegelapan yang menyesakkan.

Malam itu, kegelapan yang dibawa oleh Shadow Wraith tidak hanya menyelimuti hutan, tetapi juga hati dan jiwa para pejuang yang berusaha melawannya.

Kengerian dan ketidakberdayaan mengisi udara, menciptakan suasana yang tak terlupakan dan penuh dengan keputusasaan.

Dalam kegelapan yang mencekam, Shizumichi terhuyung-huyung, berusaha mengatasi rasa sakit dari luka di lengannya. Tiba-tiba, dia mendengar suara yang sangat dikenalnya.

"Kakak..." Kazumi, adiknya, berbisik pelan di dekatnya, suaranya gemetar ketakutan.

Shizumichi menoleh cepat, matanya yang sudah terbiasa dengan kegelapan menangkap bayangan Kazumi yang berjongkok tak jauh darinya.

Dia merangkak mendekat, merasakan sedikit kelegaan menemukan adiknya masih hidup.

"Kazumi! Kau baik-baik saja?" Shizumichi bertanya, suaranya parau. Dia memeriksa luka-luka di tubuh Kazumi yang terlihat sangat dalam dan mengerikan.

"Aku... Aku tidak tahu..." jawab Kazumi, matanya berair. Dia bergetar, tubuhnya diliputi ketakutan.

"Aku mendengar suara mereka, Kak. Mereka... Mereka kesakitan."

Shizumichi meraih tangan Kazumi, mencoba menenangkannya meskipun hatinya sendiri dipenuhi kecemasan.

"Kita harus tetap bersama. Kita akan menemukan mereka dan menyelamatkan mereka."

Tiba-tiba, jeritan dari rekannya menggema dalam kegelapan. Suara itu memilukan, penuh dengan penderitaan dan ketakutan.

Shizumichi dapat mengenali suara Chen, diikuti oleh teriakan Jakon yang terdengar sangat kesakitan.

"Tidak... Tidak, tidak, tidak..." bisik Kazumi, menggigit bibirnya untuk menahan tangis.

Dia menarik napas terputus-putus, matanya tertutup rapat. "Kita harus melakukan sesuatu, Kakak. Kita tidak bisa membiarkan mereka seperti ini."

Shizumichi mengangguk, mencoba berpikir jernih meskipun setiap jeritan membuat hatinya terasa hancur. "Kita harus mencari mereka. Kita harus tetap bergerak."

"Kau harus bertarung!" peringatnya.

Kazumi mengangguk pelan, masih bergetar. "Aku... Aku akan mengikuti. Hanya jangan tinggalkan aku sendirian."

Mereka mulai bergerak perlahan, tangan mereka tetap terhubung satu sama lain. Setiap langkah terasa berat, setiap suara di kegelapan membuat mereka semakin cemas.

Tiba-tiba, bayangan Shadow Wraith muncul di depan mereka, dengan mata yang bersinar menakutkan dalam kegelapan.

Kazumi tersentak, mundur dengan ketakutan, tetapi Shizumichi berdiri tegak, menghadap makhluk itu.

"Kau tidak akan mengambil adikku!" teriaknya, berusaha terdengar lebih berani daripada yang sebenarnya dia rasakan.

Shadow Wraith mengeluarkan suara desisan yang menyeramkan, membuat udara di sekitar mereka terasa semakin dingin. Kazumi bersembunyi di belakang Shizumichi, gemetar ketakutan.

"Kita harus mengusirnya dengan cahaya," bisik Kazumi, ingat kata-kata Jofir sebelumnya.

"Tapi... Kita tidak punya cukup cahaya..."

Shizumichi menggenggam tangan Kazumi lebih erat. "Kita akan menemukan cara. Kita harus bertahan."

Makhluk itu maju lebih dekat, dan mereka bisa merasakan aura gelap yang menakutkan semakin kuat.

Shizumichi mempersiapkan diri untuk serangan, meskipun dia tahu mereka mungkin tidak akan bisa melawan lama dalam kondisi seperti ini.

Shadow Wraith itu menghilang sampai Shizumichi langsung menghalangi Kazumi agar dia tidak menerima serangan yang mengejutkan darinya.

Untuk mencairkan suasana dia sempet melirik ke arahnya lalu memperlihatkan senyumannya yang selalu ia pasang,

Shizumichi merasakan ketakutan Kazumi yang semakin menjadi-jadi. Dengan segera, ia mencoba untuk mencairkan suasana agar adiknya bisa sedikit tenang.

"Hei, Kazumi," katanya dengan senyum tipis.

"Kau ingat saat kita pertama kali mencoba masakan ibu dan berakhir dengan dapur yang hampir terbakar?"

"Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk bercanda, Kakak!" Kazumi langsung memarahi Shizumichi yang terdiam seketika.

"Kau ingin aku serius?" Shizumichi bertanya, kali ini dengan ekspresi yang terlihat tegas sampai Kazumi terkejut seketika.

"Dengar, aku sedang mengajari dirimu untuk memimpin..."

"...untuk bertahan hidup!"

"Bagaimana jika aku ingin berhenti bertarung?" Kazumi menanyakan itu menunjukkan perasaan aslinya yang tidak menyukai pertarungan.

Shizumichi terdiam lalu ia berbalik badan untuk menghadapi Shadow Wraith itu, "Kau mati."

Kazumi melihat Shizumichi yang berjalan ke depan sampai perlahan-lahan wujudnya sudah tidak bisa dilihat lagi.

Shizumichi mempersiapkan diri untuk serangan, meskipun dia tahu mereka mungkin tidak akan bisa melawan lama dalam kondisi seperti ini.

Shadow Wraith itu menghilang sampai Shizumichi langsung menghalangi Kazumi agar dia tidak menerima serangan yang mengejutkan darinya.

Untuk mencairkan suasana, dia sempat melirik ke arahnya lalu memperlihatkan senyumannya yang selalu ia pasang.

Shizumichi merasakan ketakutan Kazumi yang semakin menjadi-jadi. Dengan segera, ia mencoba untuk mencairkan suasana agar adiknya bisa sedikit tenang.

"Kau ingat saat kita pertama kali mencoba masakan ibu dan berakhir dengan dapur yang hampir terbakar?"

"Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk bercanda, Kakak!" Kazumi langsung memarahi Shizumichi yang terdiam seketika.

"Kau ingin aku serius?" Shizumichi bertanya, kali ini dengan ekspresi yang terlihat tegas sampai Kazumi terkejut seketika.

"Dengar, aku sedang mengajari dirimu untuk memimpin... untuk bertahan hidup!"

"Bagaimana jika aku ingin berhenti bertarung?" Kazumi menanyakan itu, menunjukkan perasaan aslinya yang tidak menyukai pertarungan.

Shizumichi terdiam lalu ia berbalik badan untuk menghadapi Shadow Wraith itu. "Kau mati."

Kazumi melihat Shizumichi yang berjalan ke depan sampai perlahan-lahan wujudnya sudah tidak bisa dilihat lagi.

Shizumichi mengumpulkan semua keberaniannya, mempersiapkan sihir waktunya. Dia tahu ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri teror ini.

Dengan konsentrasi penuh, dia mulai memanipulasi aliran waktu di sekitarnya, mencoba menghentikan Shadow Wraith di jalurnya.

Namun, Shadow Wraith itu tampak menyadari niatnya dan melawan dengan kekuatan yang belum pernah Shizumichi rasakan sebelumnya.

Tiba-tiba, sihir Shizumichi dipatahkan dengan mudah oleh Shadow Wraith. Essence yang kuat memantul kembali ke arahnya, menyebabkan luka yang dalam di tubuhnya.

Shizumichi terjatuh ke tanah, darah mengalir dari lukanya. Dia merasa pandangannya mulai kabur, tubuhnya melemah.

"Mustahil...!!! Bagaimana bisa sihir waktuku digagalkan semudah itu!?" Shizumichi tidak mempercayai apa yang baru saja ia saksikan.

Dalam kondisi sekarat, Shizumichi melihat dengan putus asa saat Shadow Wraith mulai mendekati Kazumi yang masih bergetar ketakutan.

Ketakutan Kazumi terpancar jelas di wajahnya, dan dia tampak membeku, tidak mampu bergerak. Shizumichi mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya tidak mau merespons.

"Kazumi... lari!" teriak Shizumichi dengan suara lemah, penuh keputusasaan.

Dia tahu bahwa Shadow Wraith tidak akan berhenti sampai Kazumi juga terluka atau bahkan lebih buruk.

Kazumi menoleh, melihat kakaknya yang terbaring dengan luka parah. Matanya melebar, air mata mengalir tanpa henti.

"Kakak!" jeritnya, suaranya pecah oleh ketakutan dan keputusasaan.

Shadow Wraith semakin mendekat, kegelapan di sekitarnya semakin pekat, seolah-olah menyerap setiap cahaya yang tersisa.

Kazumi merasakan hawa dingin dan kematian yang mendekat, memaksa dirinya untuk bergerak. Namun, kakinya terasa seperti terikat oleh rasa takut yang mendalam.

Shizumichi, dengan sisa-sisa kekuatannya, mencoba menarik perhatian Shadow Wraith.

"Jangan... berani... menyentuh... adikku..." bisiknya dengan suara hampir tak terdengar. Namun, Shadow Wraith tidak mempedulikan ancaman tersebut dan terus mendekati Kazumi dengan niat jahat.

Kazumi akhirnya tersentak dari keterkejutannya, melihat bahwa dia harus bertindak sekarang atau tidak pernah.

Dengan tekad yang timbul dari dalam, dia mulai merapal mantra sihir cahaya yang mereka pelajari.

Tangannya gemetar, namun dia berusaha sekuat tenaga untuk memusatkan Essencenya, berharap bisa menyelamatkan Kakaknya dan dirinya sendiri.

Namun, sebelum Kazumi bisa menyelesaikan mantranya, Shadow Wraith sudah berada di depannya, siap menyerang dengan cakarnya yang tajam.

Kazumi merasa ketakutan memuncak, tetapi dia tahu dia tidak bisa mundur sekarang. Dia hanya berharap bahwa sihirnya cukup kuat untuk memberi mereka waktu sedikit lebih lama.

Shizumichi melihat adiknya berdiri tegak, mencoba melawan, dan merasa sedikit bangga meski dalam keadaan sekarat.

Dia berharap bahwa keberanian Kazumi akan cukup untuk menghadapi kegelapan yang mendekat, meskipun dia sendiri merasa harapan itu semakin memudar.

Shadow Wraith menyerang dengan kecepatan yang mengerikan, dan saat Kazumi bersiap menghadapinya, nasib mereka berdua tampak semakin tidak pasti.

"KAZUMI...!!!"

Terpopuler

Comments

vesuca

vesuca

ini ngulang btw kalimatnya

2024-06-21

0

vesuca

vesuca

hah? aneh banget penjelasannya

2024-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Awal Suatu Cerita
3 Keluarga Besar
4 Hasil dari Ceritanya
5 Ide Gila
6 Cara Untuk Bisa Masuk ke Dalam Cerita
7 TOURIVERSE
8 Terrapolitan
9 Pengetahuan Dunia Ini
10 Sihir Essence
11 Membutuhkan Rekan
12 Sebagai Satu Regu
13 Crystal Serpent
14 Rendang
15 Rencana Kuliner
16 Kasus Kerajaan
17 Frost Titan
18 Pertarungan Pertama
19 Hidup atau Mati
20 Dewa Turun Tangan
21 Plot Armor
22 Akademi Sihir
23 Sebagai Murid
24 Bekerja Bekerja Bekerja
25 Sulap
26 Makanan Kantin
27 Pria Bertopeng
28 Rencana Ini
29 Senjata Baru
30 Ujian
31 Kebenaran Terungkap
32 Kerugian Besar
33 Yang Lama Dikenal
34 Serangan Iblis
35 Amarah
36 Masih Terlalu Kuat
37 Inovasi Bisnis
38 Perdebatan
39 Pertarungan Adik dan Kakak
40 Serangan Dahsyat Seorang Iblis
41 Tamat
42 Hari yang Indah
43 Fiksi Aneh
44 Murid yang Dijadikan Senjata
45 Budak
46 Tertangkap Basah
47 Plot Armor Berhasil Didapatkan
48 Menikah
49 Mempelajari Plot Armor
50 Plot Twist
51 Melawan Berbagai Karakter Utama
52 Mulai Montasenya!
53 Fiksi Dungeon
54 Adik-Adik Aneh
55 Dia Beruntung Aku Masih Berada Di Fiksi Lain
56 Mempelajari Segalanya
57 Bunuh Tanpa Segan
58 Dengan Mengandalkan Aspek Cerita
59 Memperdalam Kegunaan The Mind
60 Luas dalam Pikiran
61 Melihat Dari Sudut Pembaca
62 Menghabisi Teman Kelasnya
63 Plot Armor Yang Terus Diperkuat
64 Penghakiman
65 Semua Ingin Membalas Dendam
66 Dipersatukan Kembali
67 Turun Tangan Mengurusinya
68 Ohio
69 Kemerdekaan
70 Sirkel
71 Skibidi
72 Markas Rahasia
73 Hebat dalam Teknologi
74 Konten
75 Dalam Dunia Maya
76 Terjebak dalam Game
77 Hampir Saja
78 Melawan Raja Iblis
79 Game Ditaklukkan
80 Keluarga Selalu Bersatu
81 Dalam Perpustakaan
82 Masa Lalu yang Kacau
83 Melanjutkan Tekad
84 Kebahagiaan Keluarga
85 Serum
86 Narsistik
87 Karakter Utama Melawan Karakter Utama
88 Setiap Rencana
89 Rencana Sang Adik Kecil
90 Fiksi Terakhir
91 Pertarungan Paling Epic
92 Intensitas Pertarungan
93 Sang Raja Iblis
94 Keluarga Ryuusaku
95 Harus Berakhir Sekarang
96 Kembalinya Dia
97 Siapa yang Akan Melindungimu?
98 Aku adalah Legenda
99 Sebagai Kakak Tertua
100 Legends Never Dies
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Prolog
2
Awal Suatu Cerita
3
Keluarga Besar
4
Hasil dari Ceritanya
5
Ide Gila
6
Cara Untuk Bisa Masuk ke Dalam Cerita
7
TOURIVERSE
8
Terrapolitan
9
Pengetahuan Dunia Ini
10
Sihir Essence
11
Membutuhkan Rekan
12
Sebagai Satu Regu
13
Crystal Serpent
14
Rendang
15
Rencana Kuliner
16
Kasus Kerajaan
17
Frost Titan
18
Pertarungan Pertama
19
Hidup atau Mati
20
Dewa Turun Tangan
21
Plot Armor
22
Akademi Sihir
23
Sebagai Murid
24
Bekerja Bekerja Bekerja
25
Sulap
26
Makanan Kantin
27
Pria Bertopeng
28
Rencana Ini
29
Senjata Baru
30
Ujian
31
Kebenaran Terungkap
32
Kerugian Besar
33
Yang Lama Dikenal
34
Serangan Iblis
35
Amarah
36
Masih Terlalu Kuat
37
Inovasi Bisnis
38
Perdebatan
39
Pertarungan Adik dan Kakak
40
Serangan Dahsyat Seorang Iblis
41
Tamat
42
Hari yang Indah
43
Fiksi Aneh
44
Murid yang Dijadikan Senjata
45
Budak
46
Tertangkap Basah
47
Plot Armor Berhasil Didapatkan
48
Menikah
49
Mempelajari Plot Armor
50
Plot Twist
51
Melawan Berbagai Karakter Utama
52
Mulai Montasenya!
53
Fiksi Dungeon
54
Adik-Adik Aneh
55
Dia Beruntung Aku Masih Berada Di Fiksi Lain
56
Mempelajari Segalanya
57
Bunuh Tanpa Segan
58
Dengan Mengandalkan Aspek Cerita
59
Memperdalam Kegunaan The Mind
60
Luas dalam Pikiran
61
Melihat Dari Sudut Pembaca
62
Menghabisi Teman Kelasnya
63
Plot Armor Yang Terus Diperkuat
64
Penghakiman
65
Semua Ingin Membalas Dendam
66
Dipersatukan Kembali
67
Turun Tangan Mengurusinya
68
Ohio
69
Kemerdekaan
70
Sirkel
71
Skibidi
72
Markas Rahasia
73
Hebat dalam Teknologi
74
Konten
75
Dalam Dunia Maya
76
Terjebak dalam Game
77
Hampir Saja
78
Melawan Raja Iblis
79
Game Ditaklukkan
80
Keluarga Selalu Bersatu
81
Dalam Perpustakaan
82
Masa Lalu yang Kacau
83
Melanjutkan Tekad
84
Kebahagiaan Keluarga
85
Serum
86
Narsistik
87
Karakter Utama Melawan Karakter Utama
88
Setiap Rencana
89
Rencana Sang Adik Kecil
90
Fiksi Terakhir
91
Pertarungan Paling Epic
92
Intensitas Pertarungan
93
Sang Raja Iblis
94
Keluarga Ryuusaku
95
Harus Berakhir Sekarang
96
Kembalinya Dia
97
Siapa yang Akan Melindungimu?
98
Aku adalah Legenda
99
Sebagai Kakak Tertua
100
Legends Never Dies

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!