Di dalam rumah kecil yang nyaman, Shizumichi berdiri di hadapan sesosok Ibunya yang terlihat begitu kesal. Sementara itu, Kazumi tergeletak di sebelahnya dengan ekspresi kesakitan.
"Kalian berdua memang menyedihkan... penyesalan terbesarku dalam kehidupan ini adalah melahirkan kalian yang tak ada nilainya!!!" seru ibunya dengan nada marah.
"Ibu kebanyakan enaknya saja! Tanggung jawab yang Ibu berikan kepada kami benar-benar nihil!"
"Apa kau bilang?! Dasar gadis tak tahu malu!"
"Kamu perlu diberi pelajaran!" Ibunya mengayunkan tangannya, bersiap menampar Shizumichi.
Namun, tepat saat tangan Ibunya hampir mengenai pipi Shizumichi, semuanya berhenti. Shizumichi menatap lurus ke arah kamera imajiner, lalu mengangkat tangannya, membuat tanda "T".
"Cut! Stop dulu!" teriak Shizumichi. Semua orang di sekitar terlihat bingung, termasuk Kazumi dan Ibunya.
...
...
Kazumi yang sedang menulis skenario sebelumnya langsung menatap Shizumichi karena sudah menghentikan dirinya.
"Apalagi...? Kau ini kebanyakan mengeluh tentang awal cerita yang aku tulis." Kazumi bertanya dengan tatapan lelah.
Kazumi menurunkan buku tulisnya, menatap Shizumichi dengan alis terangkat. "Bukankah sekarang waktu yang tepat untuk beristirahat?"
"Waktunya sudah cukup larut malam," ucap Kazumi selagi menatap keluar jendela yang sudah gelap gulita.
Shizumichi berdiri dan menatap Kazumi dengan serius. "Kazumi, aku bosan dengan awalan cerita yang selalu berjalan seperti ini."
"Setiap kali ada masalah, selalu ada adegan tamparan dari Ibu atau mungkin orang tua. Tidak ada yang lebih kreatif apa?"
"Kakak, ini kan bagian dari cerita yang aku tulis. Kamu harus ikuti skenarionya."
"Lagi pula terkadang semua cerita memang harus memiliki awal yang hampir persis dengan awalan lainnya."
"Itu yang membuatnya laku dalam pasarnya sendiri."
"Terkadang bersikap terlalu idealis itu tidak baik."
Kazumi mengerutkan kening dan menulis sesuatu di bukunya. "Ditambah lagi ini kan adegan yang dramatis. Orang-orang suka drama."
"Drama seperti itu terlalu biasa. Orang-orang kebanyakan lebih suka drama pada sosial media tahu," balasnya selagi melipatkan kedua lengannya.
Shizumichi menggeleng. "Dan awalan ini terlalu klise, Kazumi. Bagaimana kalau kita buat yang lebih lucu dan tidak seperti biasanya?"
Kazumi berhenti menulis, berpikir sejenak. "Hmm, lucu dan tidak biasa, ya?"
Shizumichi mengangguk penuh semangat. "Iya! Misalnya, bagaimana kalau Ibu tidak jadi menamparku, tapi malah memberiku... es krim? Atau balon? Atau..."
Kazumi tertawa kecil. "Es krim? Balon? Kakak, kamu kan tahu ini cerita tentang kesalahanmu. Mana mungkin dapat es krim."
Shizumichi menghela napas. "Oke, mungkin bukan es krim. Tapi kita bisa membuat adegan yang lebih kreatif dan nggak selalu tentang kekerasan fisik."
"Nanti mereka mengira ini adalah cerita dengan karakter utama yang Broken Home."
"Tidak maksud menyindir broken home. Maaf." Shizumichi menundukkan kepalanya.
"Lagi-lagi mulai ngelantur..." Kazumi menghela nafasnya.
"Baiklah, Kak Shizu. Aku akan coba tulis ulang."
Semua tulisan Kazumi tidak memberikan kepuasan apapun kepada Shizumichi hingga awalan dari ceritanya berakhir diubah.
Perubahan yang tidak begitu signifikan karena Kazumi pikir lebih baik merubahnya agar bisa mengubah pikiran Shizumichi juga yang menginginkan revisi lagi dan lagi.
...
...
"Ibu! Ayah!" teriak Shizumichi keras selagi mengulurkan lengannya ke depan.
Penglihatannya menyaksikan pemandangan yang begitu mengerikan sampai dapat memicu trauma yang dalam.
Air mata mengalir deras layaknya seperti air terjun dalam kedua matanya sampai ia tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan kedua orang tuanya.
Orang tuanya yang telah dibunuh oleh sesosok siluet hitam, bentuknya atau penampilannya tidak terlihat sama sekali sampai Shizumichi tidak dapat mengidentifikasinya.
Shizumichi perlahan-lahan bangkit dari atas lantai yang licin karena air matanya, sudah sepastinya dia akan melawan.
Namun, kenyataannya...
"'Cut! Cut! Cut!!!"
...
...
Kazumi mengepalkan pensilnya dengan sangat erat karena ia sudah muak mendengar perkataan 'Cut' darinya yang sudah melebihi ratusan kali.
"Sekarang apalagi...!?" tanyanya dengan suara keras.
"Ini awalan paling membosankan dari segala cerita yang pernah tertulis!"
"Awal cerita... Orang tua karakter utama terbantai..."
"Aaaggghhhhh! Cerita yang begitu klise dan biasa! Pasti si karakter utama akan memiliki kekuatan monster aneh dalam dirinya yang tak terkendali."
"Atau mungkin dia akan memiliki sikap dingin karena kehausan dengan yang namanya balas dendam."
Shizumichi terus berbicara tanpa henti sampai Kazumi dapat merasakan otaknya yang berputar-putar ratusan keliling.
Jika dia dibiarkan seperti itu maka Kazumi tidak akan mendapatkan waktu tidurnya, tak ada pilihan lain kecuali memberikan pensil itu kepadanya.
"Nih! Pikirkan sendiri saja! Aku mau tidur!" Kazumi bangkit dari kursinya.
Shizumichi memasang tatapan kaget lalu ia melihat Kazumi yang mendekati kasurnya, tetapi ia langsung menarik lengannya.
"Tidak! Tidak! Tidak!"
"Jangan tidur dulu! Kita setidaknya harus menyelesaikan awal cerita ini!" Shizumichi memohon dengan suara kerasnya itu.
"Kenapa tidak besok saja sih?! Sekarang sudah menginjak pukul tiga di pagi hari!!!" balasnya dengan suara yang begitu tinggi dan kesal.
"Itu artinya kita tidak membuat proses apapun... aku mohon, Kazumi... Aku mohon~" Shizumichi memperlihatkan tatapan yang dipenuhi belas kasih untuk mengubah pikirannya.
"Grrrggghhhh... Merepotkan sekali!!!" Kazumi kembali duduk di sebelah Shizumichi yang terlihat sangat senang.
"Baiklah~ sudah waktunya untuk memperlihatkan kemampuan---"
"Cut!" Kazumi menyela.
"Heh!? Aku belum mulai menu---"
"Cut! Cut!" Dia terus menyela sampai Shizumichi memegang kedua bahunya itu.
"Aku belum mulai menulis!!!"
...
...
"Kenapa dunia ini hanya untuk mereka yang memiliki kelebihan seperti bakat...?" tanya Shizumichi yang sedang berdiri sendirian di padang rumput.
Suasana begitu sunyi dan damai, walaupun sunyi air hujan terdengar begitu keras dikarenakan cuacanya sedang turun hujan yang begitu deras.
Tubuh Shizumichi basah kuyup dikarenakan hujan yang tentunya membasahi tubuhnya itu.
"Padahal seharusnya dunia ini diberikan keadilan dengan menyamai semuanya... disetarakan dalam segala aspek seperti privilege."
"Mereka menginginkan sesuatu yang instan... itu menyedihkan---" Shizumichi melihat ke depan sampai terkejut oleh kedatangan Kazumi dengan tatapan kesalnya itu.
"Awalan apa ini... kenapa sampai ada kata 'privilege'. Tidak! Ini lebih meniru awal cerita dari cerita sebelumnya yang sudah tamat!!!"
"Cuuuuuuuuuuut!!!" teriak Kazumi keras.
...
...
"Apa-apaan kau ini mencoba untuk menjiplak awal cerita dari Yuusuatouri alias cerita awal?! Kau ingin mengulangi konflik yang sama, hah!?" Kazumi menarik pipi Shizumichi.
"Aduh-duh! Sakit!" Shizumichi menyingkirkan jari adiknya itu.
"Apa sih, Kazumi?! Inikan cerita yang murni berasal dari ideku!"
"Hah!? Kau tidak memiliki pemikiran yang sama ketika aku menulis awal ceritanya!"
"Itu karena ceritamu sangat klise dan membosankan sampai kebanyakan novel di pasarnya tersendiri memiliki awalan seperti itu!" serunya.
Kazumi merasakan frustrasi yang menekan dirinya cukup dalam sampai ia ingin sekali menendang Shizumichi keluar dari kamarnya itu.
Tetapi, sayangnya dia harus tetap menghormati sesosok Kakaknya itu. Walaupun terkadang dia memiliki pemikiran aneh yang selalu merepotkannya.
"Ditambah lagi, aku tidak berniat untuk menjiplak! Kau sendiri tahu istilah 'ATM' bukan?!"
"Nah, mulai! Lagi-lagi kata aneh yang tidak ada di kamus bahasa mana pun!" Kazumi menggelengkan kepalanya.
"Ucap seorang gadis bermata empat yang dikatakan pintar. Kata-kata itu berasal dari Manusia negara Indonesia." Shizumichi mengangkat jarinya.
"ATM alias Amati, Tiru, Modifikasi."
"Itu yang aku coba lakukan." Shizumichi tersenyum bangga dengan gerakan tambahan berupa tepukan pada dadanya sendiri.
Kazumi hanya bisa diam dengan ekspresi yang sudah sangat lelah dan juga kebingungan, seperti biasa Kakaknya memang selalu memiliki kata-kata aneh yang muncul murni dalam otak dangkalnya.
Tidak mau melanjutkan percakapannya, dia langsung mengambil pensilnya lalu dihancurkan hanya dengan kedua telapak tangannya.
"Oh, lihat. Pensilnya---"
Shizumichi memperlihatkan lambang jam pada mata kirinya yang menyebabkan dua potongan pensil itu bersatu kembali karena kekuatan waktunya.
"Pensilnya diperbaiki. Nehehehe." Shizumichi terkekeh.
"Naarrrrgggghhhhhh! Aku mau tidur! Aku mau tidur!!!" Kazumi mengacak-acak rambutnya penuh emosi.
"Tidak, kita akan lembur sampai menemukan awal cerita yang baru!!!" Shizumichi mengangkat tinjunya ke atas.
Kazumi perlu memikirkan sesuatu untuk melewati situasi ini, satu-satunya cara terbaik yang bisa dia lakukan adalah memberikan sesuatu padanya.
Pada akhirnya, Kazumi memang harus menawarkan sesuatu kepada Kakaknya sampai pikirannya itu berubah dimana ia mau memenuhi keinginannya.
Jika terus dilanjutkan Kazumi akan berakhir tertidur di atas meja, sekarang saja matanya sudah terasa begitu berat.
Dia memulai pergerakan pertama dengan menepuk bahunya itu, "Kakakku yang tercinta dan tercantik. Alangkah baiknya kita tidur hari ini."
Shizumichi mengangkat alisnya, "Hoh?"
"Pada siang hari kita akan menikmati camilan terenak yaitu kentang goreng. Jadi sekarang kita---" Tangan Kazumi yang menyentuh bahunya itu langsung terjatuh karena Shizumichi melakukan perpindahan instan sampai tiba di atas kasurnya itu.
"Ayo, kita tidur sekarang, Kazumi~" Shizumichi menepuk-nepuk kasurnya itu.
"Kau tidur di kamarmu!" Kazumi mendekati kasurnya.
"Tidak mau! Kamarku jauh!"
"Jauh!? Kamar kita ini terhubung dengan pintu di sebelahmu itu---"
Shizumichi tertidur cepat sampai Kazumi hanya bisa diam dengan tatapan lelahnya itu sampai ia tidak memiliki opsi lain kecuali menghela nafasnya cukup panjang.
"Merepotkan..."
Kazumi berbaring di sebelah Shizumichi yang tertidur, dia menepuk tangannya dua kali untuk mematikan lampu dalam kamarnya.
Kepalanya mulai ia istirahatkan pada bantal empuk lalu dia menatap ke atap, "Tidak terasa waktu berlalu cepat..."
"Dulu aku ingat Kakak bodoh di sebelahku selalu saja mengajak bermain ayunan pada larut malam seperti ini..."
"Hahhh... Semuanya juga tetap tidak berubah dimana ia mengajak diriku begadang untuk menulis cerita."
"Kapan ya kejadian itu...?"
"Oh, benar... tiga puluh tahun yang lalu..."
"Sekarang aku sudah berusia 30 tahun sedangkan Kakakku 36." Kazumi menghadap ke arah Shizumichi yang tertidur pulas.
"Besok akan menjadi hari yang merepotkan lagi... Hahhhh..."
"Selamat malam, Kakak..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Amelia
waduh... cepat gede nya
2024-08-25
0
☆White Cygnus☆
Mungkin belum nemu pacarnya aja...
2024-08-13
0
AojinSuzaku [Chara Slayer]
Bused, tahu-tahu udah gede aja.
2024-06-21
0