Keesokan harinya, mereka semua berkumpul di dalam ruangan strategi dengan peralatannya masing-masing dimana Rex serta rekan lainnya yang menatap Shizumichi dan Kazumi bingung.
Mereka tidak menyangka bahwa Shizumichi dan Kazumi akan berpergian seperti itu seolah-olah mereka tidak memiliki persiapan apapun.
"Shizumichi, Kazumi, apakah kalian yakin akan berpergian seperti itu?" Tanya Rex.
Kazumi memiringkan kepalanya bingung, "Ada yang salah dengan cara kami berpakaian?"
"Tidak, hanya saja kalian dipenuhi dengan celah yang bisa saja dimanfaatkan oleh Crystal Serpent."
"Jangan-jangan kalian mengalahkan Flaming Wyvern itu dengan hanya modal sihir saja?!"
"Kami tidak membutuhkan peralatan berat apapun karena yang diandalkan oleh kami berdua hanyalah sihir dan juga pengalaman dalam medan pertempuran." Shizumichi membantu menjawab.
"Lagi pula, memegang sebuah senjata atau mengenakan zirah hanya akan melambatkan pergerakan kami."
"Untuk Shizumichi sih aku bisa menerimanya karena dia dapat melakukan berbagai macam tugas walaupun semuanya tidak ahli."
"Oi! Apa yang kau maksud dengan itu!?" Shizumichi merasa tersindir.
"Tetapi untukmu, Kazumi. Apakah kau tidak membutuhkan semacam senjata yang dapat digunakan untuk merapalkan sihir?" Tanya Rex.
"Sebagai seorang penyihir hebat, seharusnya kau memiliki senjata." Jofir melanjutkan selagi memperlihatkan tongkat sihirnya itu.
"Senjata yang cocok untukmu itu adalah senjata yang memiliki artefak dimana Essence milikmu tidak akan boros dalam penggunaan sihir." saran Jofir.
Kazumi mulai menjawab, "Informasi yang bermanfaat seperti itu sudah aku ketahui kok, hanya saja kami saat ini sedang hemat dalam membeli sesuatu."
"Mungkin untuk Arcane Artifact yang kau maksud akan aku pikirkan kembali, sekarang kami hanya bisa menerima apa yang dimiliki oleh kami berdua."
"Yang dikatakan oleh adikku benar~ aku bisa menjadikan apapun sebagai senjata." Shizumichi mendekati Jakon.
"Tubuhnya juga bisa aku jadikan sebagai senjata!"
"Tolong jangan." jawab Jakon.
"Baiklah, kalau begitu." Rex mendapatkan jawaban yang dia butuhkan dari Shizumichi dan Kazumi.
"Mari kita memulai misi ini sekarang juga!!!" Rex mengangkat kapaknya yang berukuran besar itu.
""Yaaaa!!!""
...
....
Kazumi, Shizumichi, dan seluruh tim Sarang Cahaya bergerak melalui tanah-tanah yang tidak terjamah menuju hutan es, di mana Crystal Serpent diyakini berada.
Perjalanan mereka penuh dengan tantangan dan keajaiban alam yang menakjubkan.
Mereka melintasi padang rumput luas yang terbentang di antara pegunungan tinggi, di mana angin sepoi-sepoi musim semi menerpa wajah mereka dengan lembut.
Cahaya matahari pagi memantulkan warna-warna hangat di atas daun-daun hijau di sekitar mereka, memberikan semangat baru dalam hati mereka.
Kazumi, dengan kemampuannya dalam sihir penyembuhan, tetap waspada untuk menjaga kesehatan tim di tengah perjalanan yang panjang ini.
Shizumichi, yang selalu menjadi sumber semangat, mengamati langit biru yang terbentang di atas, merenung tentang misi yang ada di depan mereka.
"Kita semakin dekat," ucapnya, suaranya penuh keyakinan.
"Hutan es menunggu kita~ iyeyyyy~"
Rex, dengan matanya yang cerdas dan pengalaman panjang dalam menjalani misi-misi berbahaya, memimpin dengan tekun.
"Pastikan untuk mempertahankan kekompakan, tetap waspada terhadap setiap kemungkinan."
"Oh iya." Kazumi seketika mengingat sesuatu yang ia ingin bicarakan pada Rex.
"Mengapa kamu mendatangi kami berdua di dalam Guild itu?" tanyanya.
"Dan mengapa kami ini cukup dikenal oleh kalian semua? Kita tidak pernah bertemu sebelumnya 'kan?"
"Eh? Kalian ini seharusnya dikenal juga oleh mereka yang berada dalam Terrapolitan karena sudah membunuh Wyvern hanya bermodal dua orang saja."
"H-Huh?" Kazumi sempat bingung dengan jawabannya itu.
"Kau lihat, setiap seseorang mengalahkan monster yang sangat kuat dan berbahaya maka pihak Guild akan menguntungkannya."
"Dikarenakan Guild Terrapolitan berskala sangat luas maka kalian seharusnya dikenal sebagai The Wyvern Slayer untuk sekarang."
"Namun, yang membuat kalian terkenal tentunya karena kalian berdua cukup untuk membunuh Wyvern itu sendiri seperti mencetak suatu sejarah."
Kazumi sekarang mengerti apa yang dimaksud oleh Rex, "Begitu ya... sejarah bisa tertulis di sini ya, tetapi lebih ke monster langka atau berbahaya yang dikalahkan."
"Pencetak sejarah dalam Guild itu banyak juga. Salah satunya dari kami yang pernah mengalahkan ketua Bandit."
"Hanya ketua bandit saja?" Shizumichi merasa tidak begitu terkesan.
"Ketua Bandit ini tidak bisa dianggap remeh. Bisa dibilang dia bersama komplotannya telah membakar suatu desa yang cukup terkenal dengan rempah-rempahnya."
"Ahh... semacam pahlawan dalam sejarah ya." Kazumi mengangguk.
Tak ada lagi pertanyaan dalam pikirannya, Kazumi mengeluarkan buku tentang ras dalam dunia ini untuk dibaca.
Kebanyakan semua ras dalam dunia itu tidak jauh berbeda dengan dunia fantasi yang pernah dibaca olehnya.
Di sepanjang perjalanan mereka, mereka menemui beberapa makhluk ajaib yang menyambut mereka dengan baik, menunjukkan kemurahan alam yang mempesona di tanah-tanah terpencil ini.
Ada elf-elf kecil yang bermain-main di tepi hutan, menari di bawah cahaya matahari.
Beberapa makhluk lainnya, seperti unicorn perak yang gagah, melintas di jauh di atas mereka, meninggalkan jejak secercah keanggunan di langit biru.
Namun, tidak semuanya damai. Mereka juga harus menghadapi tantangan-tantangan yang tidak terduga, seperti badai salju mendadak yang mengancam untuk memperlambat kemajuan mereka.
Dengan keahlian dan kekuatan mereka, mereka berhasil melewati setiap rintangan dengan cermat, menunjukkan kekompakan dan keberanian mereka sebagai tim yang solid.
Pada malam hari, mereka berkumpul di sekitar api unggun, bercerita tentang petualangan mereka sejauh ini sambil menikmati hidangan lezat dari persediaan mereka.
Kazumi, dengan senyum hangatnya, membagikan cerita tentang perjuangannya bersama Shizumichi dalam mengalahkan Wyvern itu.
Rex, dengan ekspresi seriusnya, berbagi perenungan tentang tantangan yang masih menunggu di hutan es.
"Kita harus tetap fokus dan bersiap untuk semua kemungkinan," ucapnya, memandang ke arah horison yang luas yang dipenuhi oleh bayangan gunung-gunung dan hutan-hutan yang menggelap di malam yang tenang.
Setelah istirahat malam yang singkat, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju hutan es dengan semangat yang baru.
Mereka mendekati tujuan mereka dengan hati yang penuh tekad dan persiapan yang matang.
Pemandangan gunung-gunung es yang megah mulai muncul di kejauhan, menandakan bahwa mereka semakin mendekati wilayah Crystal Serpent yang legendaris.
Dengan setiap langkah yang mereka ambil, kehadiran mereka di tanah-tanah terpencil ini semakin mendalam.
"Hei, lihat!" Shizumichi menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya sampai mereka menghentikan pergerakannya masing-masing.
Shizumichi mengambil sebuah tongkat yang berukuran cukup panjang sampai ia pikir itu bukanlah tongkat biasa melainkan tongkat yang dapat membantunya dalam perjuangan ini.
"Sebuah tongkat!"
"Aku kira kau menemukan sebuah harta karun." ucap Kars.
"Iya nih, bagaimana sih... aku terlalu berekspektasi tinggi dalam wilayah ekstrem seperti ini." lanjut Chen.
"Ini bukan hanya sekedar tongkat biasa! Ketika tongkat ini sudah pegang olehku maka tongkatnya akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan!"
"Aku akan menjadi tongkat ini sebagai senjata utamaku!" Shizumichi terlihat bersemangat sampai Kazumi hanya bisa terkekeh.
"Tongkat yang bisa kamu perkuat dengan sihirmu sendiri 'kan?" Kazumi secara tidak langsung memberikan Shizumichi sebuah ide.
"Ah! Benar! Tongkat ini..."
"Essence Channeling!" Shizumichi mengalirkan sebagian Essence miliknya ke dalam tongkat itu sampai mereka terkejut seketika kecuali Kazumi.
"Apakah kau yakin menggunakan Essence Channeling kepada senjata yang bukan merupakan Arcane Artefak?" tanya Rex.
"Tentu saja! Lagi pula tongkat ini sudah cukup!"
"Aku akan menamainya... Tobrut!"
"Tongkat brutal! Doryah!" Shizumichi melancarkan tongkat itu ke belakang sampai mereka dapat melihat partikel cahaya yang terlepas.
"Tobrut... Bukannya itu..." Jakon merasakan sesuatu yang tidak asing.
"Lupakan saja, dia katanya memang seperti itu." ucap Kars yang langsung melangkah ke depan bersama mereka semua.
...
...
Mereka melangkah dengan hati-hati di antara pohon-pohon raksasa yang tertutup oleh lapisan salju putih tebal.
Udara dingin menusuk tulang membuat nafas mereka terlihat di udara sebagai awan kecil.
Setiap langkah mereka mendekatkan mereka pada tujuan mereka yaitu Crystal Serpent, makhluk legendaris yang diyakini memiliki kekuatan luar biasa.
Kazumi, yang biasanya penuh semangat, merasa getir dalam hatinya.
Dia merenungkan semua perjalanan ini, semua rintangan yang mereka hadapi bersama, dan berharap bahwa misi ini akan membawa keberhasilan bagi mereka semua.
Dia mengingat kata-kata bijak dari Ibu dan Ayahnya, yang selalu menegaskan pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam mengejar tujuan.
Shizumichi, dengan tongkatnya yang ia mainkan, melangkah dengan mantap. Wajahnya penuh dengan ketidaksabaran dalam membantai sesuatu.
"Kita sudah hampir sampai," gumamnya kepada dirinya sendiri, suaranya hampir tenggelam oleh gemuruh angin yang berdesing melalui pepohonan.
Rex, yang selalu berpikir jauh ke depan, memeriksa peta sekali lagi untuk memastikan mereka berada di jalur yang benar.
Dia tahu bahwa ketepatan dan persiapan yang matang adalah kunci untuk menghadapi Crystal Serpent, makhluk yang legendaris dan berbahaya.
Mereka mencapai tepi hutan es yang luas dan melihat bukit-bukit es yang menjulang tinggi di kejauhan.
Cahaya sinar matahari pagi yang memantulkan warna-warni di atas permukaan es memberikan pemandangan yang spektakuler.
Di kejauhan, mereka melihat cahaya kebiruan yang berkilau-kilauan, memantulkan keindahan dan keanggunan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
"Di sana dia," Jakon menunjuk ke arah cahaya yang berkilauan.
"Crystal Serpent."
Mata mereka tertuju pada keindahan yang tidak terlukiskan, makhluk yang terbaring di bawah sinar matahari pagi dengan gemerlapnya.
Crystal Serpent, dengan sisiknya yang memantulkan warna-warni pelangi, terlihat tenang dalam tidurnya yang dalam.
Mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak terpesona oleh keelokan makhluk itu.
Kazumi, dengan hati yang berdebar kencang, menghampiri dengan penuh rasa hormat.
Dia merasa tanggung jawab besar atas keberhasilan misi ini dan keselamatan timnya.
Dengan hati-hati, dia menyalakan obor kecil dan memandang Crystal Serpent dengan penuh rasa hormat.
Rex, yang mengamati setiap gerakan Crystal Serpent dengan teliti, memerintahkan timnya untuk tetap waspada.
Mereka tidak boleh menganggap enteng makhluk ini meskipun terlihat damai dalam tidurnya.
Shizumichi, dengan tongkatnya yang bersinar dalam cahaya pagi, mempersiapkan diri untuk setiap kemungkinan yang terjadi.
Dia tahu bahwa perjumpaan mereka dengan Crystal Serpent adalah momen yang akan mengubah segalanya.
Dalam diam, mereka berdiri di hadapan Crystal Serpent, merasakan energi yang mengalir di sekitar mereka.
Rex, dengan mata tajamnya yang memantulkan tekad dan pengalaman panjangnya dalam menghadapi bahaya, berdiri tegak di depan Crystal Serpent yang tenang.
Dia memandang makhluk legendaris itu dengan penuh kewaspadaan, tahu betul bahwa kedamaian yang terlihat bisa berubah dalam sekejap.
"Semuanya, siapkan diri kalian!" teriak Rex dengan suara yang lantang, membangkitkan semangat seluruh timnya.
Kazumi, dengan obor kecil di tangannya yang mengeluarkan cahaya hangat, menatap Crystal Serpent dengan keteguhan hati.
Dia merasa beban tanggung jawabnya semakin berat, tetapi dia siap untuk menjalankan peran sebagai penyihir dalam pertempuran ini.
Shizumichi, dengan tongkatnya yang baru saja dia beri nama Tobrut, berdiri tegak di samping Rex dengan pandangan tajam.
Ekspresi wajahnya penuh dengan determinasi dan siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi.
Jofir, Jakon, Kars, dan Chen, anggota regu yang telah membuktikan keahlian mereka dalam berbagai misi sebelumnya, siap dalam posisi masing-masing dengan senjata dan sihir yang mereka kuasai.
"Crystal Serpent, kami datang untuk mengakhiri legenda mu," ucap Rex dengan suara yang menggema di antara pohon-pohon hutan es.
"Kami tidak akan menganggap enteng kekuatanmu."
Makhluk legendaris itu, dengan tubuhnya yang memantulkan cahaya pelangi, mulai terbangun dari tidurnya yang dalam.
Sisiknya berkilauan di bawah sinar matahari pagi, menciptakan aura yang mempesona tetapi juga menakutkan.
"Tidak ada yang dapat menghentikan kami!" seru Kazumi dengan suara yang penuh keyakinan, mengarahkan cahaya obor ke arah Crystal Serpent.
Cahaya sihirnya bersinar cerah, siap digunakan untuk pertempuran yang akan segera dimulai.
Shizumichi, dengan tongkat Tobrut di tangan kanannya, menghadap ke arah makhluk legendaris itu dengan sikap yang menggambarkan kesiapan bertempur.
Dia merasakan energi magis mengalir dalam dirinya, siap untuk menggunakannya dengan sebaik mungkin.
Rex memandang sekali lagi ke arah timnya, memastikan bahwa semuanya siap. "Semuanya, seranglah dengan kekuatan penuh kita! Kita tidak boleh kalah di sini!"
Dengan seruan perang yang menggema di antara pepohonan hutan es, pertempuran pun dimulai.
Crystal Serpent merespon dengan gerakan yang elegan dan serangan yang mematikan, menciptakan medan pertempuran yang menegangkan.
Kazumi, dengan keahliannya dalam sihir penyembuhan, bekerja keras untuk menjaga kondisi timnya di tengah serangan makhluk legendaris tersebut.
Dia melancarkan mantra-mantra penyembuhan dengan cepat, memastikan setiap anggota timnya tetap dalam kondisi prima.
Shizumichi, dengan tongkat Tobrut yang telah diperkuat dengan sihirnya, melancarkan serangan demi serangan yang menggetarkan tanah di sekitarnya.
Setiap pukulannya membawa kekuatan magis yang mematikan, mencoba menghancurkan pertahanan Crystal Serpent.
Rex dan anggota tim lainnya, dengan keterampilan tempur mereka yang luar biasa, bertempur dengan gigih melawan serangan-serangan Crystal Serpent.
Mereka saling melindungi dan bekerja sama dalam serangan balik yang terkoordinasi dengan baik.
Namun, Crystal Serpent tidaklah mudah dikalahkan. Makhluk ini memiliki kekuatan yang luar biasa dan strategi pertahanan yang cermat.
Setiap serangannya membawa bahaya yang nyata bagi tim Sarang Cahaya.
Tetapi dengan tekad yang bulat dan kekompakan sebagai tim, mereka bertahan dan terus menyerang dengan gigih.
Mereka memanfaatkan keahlian masing-masing dan koordinasi yang solid untuk mencari celah dalam pertahanan Crystal Serpent.
Pertempuran berlangsung sengit di antara pohon-pohon hutan es, di mana suara bentrokan senjata dan raungan serangan sihir memenuhi udara.
Cahaya siang yang semakin terang menerangi medan pertempuran, menciptakan bayangan yang tajam di atas salju yang menutupi tanah.
Dan di tengah-tengah kekacauan tersebut, mereka melanjutkan pertempuran mereka dengan tekad yang tidak pernah padam.
Pertempuran melawan Crystal Serpent terus berlangsung sengit di dalam hutan es yang megah.
Setiap anggota Sarang Cahaya berperan penting dalam menjaga kekompakan tim dan menghadapi serangan mematikan makhluk legendaris tersebut.
Rex, sebagai pemimpin tim, memainkan peran kunci dalam mengoordinasikan serangan dan pertahanan.
Dengan kapak besarnya yang berkilat di bawah sinar matahari pagi, dia menjadi ujung tombak dalam setiap serangan langsung ke arah Crystal Serpent.
Pemahaman mendalamnya tentang strategi pertempuran memungkinkannya untuk membuat keputusan cepat dan tepat di medan yang terus berubah.
Rex memanfaatkan kekuatannya yang luar biasa untuk menjaga keberanian timnya tetap tinggi, memberikan instruksi dengan suara yang lantang di antara kebisingan pertempuran.
Dia juga bertanggung jawab memastikan bahwa setiap anggota tim mengikuti strategi yang telah disusun sebelumnya, sambil fleksibel menyesuaikan rencana saat situasi berubah.
Jakon, sebagai salah satu anggota yang kuat dan cermat dalam pertempuran jarak dekat, mengambil peran penting dalam menjaga pertahanan tim.
Dengan pedang Odachi yang tangguh dan kecepatan yang luar biasa, dia bertugas untuk melindungi anggota tim dari serangan-serangan Crystal Serpent yang datang tak terduga.
Jakon juga memberikan dukungan moral dengan kehadirannya yang kuat di garis depan, memberikan ketenangan kepada tim dalam situasi yang penuh tekanan.
Keahliannya dalam manuver cepat dan refleks yang tajam membuatnya menjadi salah satu anggota yang tak tergantikan dalam menghadapi serangan langsung.
Kars, dengan kepiawaiannya dalam pertempuran dekat dan perisainya yang tangguh, menduduki posisi di garis depan dalam pertempuran melawan Crystal Serpent.
Dengan perisai yang besar dan kuat di satu tangan dan pedang panjang di tangan lainnya, dia berdiri tegak, siap untuk menghadapi serangan langsung dari makhluk legendaris tersebut.
Kars tidak hanya bertindak sebagai tameng fisik bagi tim, tetapi juga memanfaatkan kekuatannya untuk menghadapi serangan-serangan Crystal Serpent secara langsung.
Dengan refleks yang cepat dan keberanian yang tak kenal lelah, dia memastikan tidak ada celah di barisan depan yang dapat dieksploitasi oleh musuh.
Jofir, ahli dalam sihir dan menggunakan tongkat sihirnya dengan mahir, bertugas untuk mengimbangi kekuatan sihir Crystal Serpent.
Dengan mantra-mantra yang dikuasainya dengan baik, dia melancarkan serangan sihir yang bervariasi, menciptakan efek-efek yang berbeda untuk mengganggu dan melemahkan musuh.
Selain itu, Jofir juga menjadi sumber pengetahuan magis di antara tim. Dia memberikan saran tentang cara terbaik untuk menyerang atau bertahan terhadap serangan sihir Crystal Serpent yang kompleks.
Kehadirannya memberikan dorongan moral kepada tim, menunjukkan bahwa sihir mereka dapat menjadi kekuatan besar dalam menghadapi makhluk legendaris seperti itu.
Chen, dengan panah dan busurnya yang andal, mengambil peran sebagai pemanah dalam pertempuran ini.
Dengan keahliannya dalam menembak, dia mencari posisi yang strategis di belakang barisan utama, memanfaatkan jarak untuk memberikan serangan presisi kepada Crystal Serpent.
Dengan busurannya yang kokoh dan kemampuan menembak yang akurat, Chen bertugas untuk menyediakan dukungan dari jarak jauh.
Dia tidak hanya fokus pada serangannya, tetapi juga memantau pergerakan Crystal Serpent dengan cermat, memberikan informasi penting kepada anggota tim lainnya.
Shizumichi, dengan tongkatnya yang baru diperkuat dan Essence yang mengalir dalam Tobrut, berada di garis depan untuk melancarkan serangan sihir yang kuat.
Dia memanfaatkan kecepatan dan ketepatan dalam mengarahkan sihirnya, menciptakan efek-efek yang dramatis dalam pertempuran.
Shizumichi juga menjadi pendorong semangat dalam tim. Dengan sikapnya yang penuh semangat dan optimisme yang tak kenal lelah, dia mampu mengangkat moral tim bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Kemampuannya untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan situasi juga membuatnya menjadi aset berharga dalam strategi pertempuran.
Kazumi, dengan obor kecilnya yang memancarkan cahaya hangat dan kekuatannya dalam sihir penyembuhan, bertugas untuk menjaga kesehatan dan kebugaran anggota tim selama pertempuran.
Dia siap dengan mantra-mantra penyembuhan yang dapat dipanggilnya dengan cepat untuk merespons luka-luka yang diderita tim.
Selain itu, Kazumi juga berperan dalam mengelola strategi defensif tim. Dia mengenali pola serangan Crystal Serpent dan memberikan arahan kepada anggota tim untuk menghindari atau menanggapi dengan tepat.
Kehadirannya tidak hanya memberi dukungan medis, tetapi juga memberi keyakinan bahwa mereka dapat bertahan dalam situasi yang sulit.
Dengan peran masing-masing yang terkoordinasi dengan baik, Rex, Jakon, Kars, Jofir, Chen, Shizumichi, dan Kazumi menjadi kekuatan gabungan yang tak terhentikan dalam pertempuran melawan Crystal Serpent.
Mereka saling melengkapi satu sama lain, membuktikan bahwa kekuatan sebuah tim bukan hanya bergantung pada individu, tetapi pada sinergi dan koordinasi yang solid di antara mereka.
Di tengah gemuruh hutan es yang megah, mereka bersatu dalam serangan terkoordinasi terhadap Crystal Serpent yang legendaris.
Kars, berdiri tegak di garis depan dengan perisai besar dan pedang pendeknya, bertindak sebagai benteng hidup bagi timnya.
Dengan refleks cepat dan keberanian yang tak tergoyahkan, ia menangkis serangan-serangan mematikan dari Crystal Serpent, memastikan perlindungan bagi anggota tim di belakangnya.
Di belakangnya, Chen, si pemanah ulung, membidik dengan cermat dari posisi strategisnya.
Busur andalnya ditarik ke belakang, membidik titik-titik lemah di antara sisik-sisik berkilau Crystal Serpent.
Panah-panahnya meluncur dengan kecepatan mematikan, menembus udara dingin hutan es menuju targetnya dengan presisi yang mematikan.
Setiap panah yang mengenai sasaran memberikan kerusakan yang signifikan pada makhluk legendaris tersebut.
Rex, yang memimpin dengan pengalaman panjangnya, memantau pertempuran dengan cermat.
Dia memberikan arahan dan strategi, memastikan bahwa serangan tim dilakukan dengan koordinasi yang sempurna.
Dengan kapaknya yang besar dan kuat, dia siap melompat ke dalam aksi jika diperlukan, tetapi saat ini fokusnya adalah memimpin timnya menuju kemenangan.
Jofir, dengan kemampuan sihirnya yang kuat, memancarkan energi magis yang membantu memperkuat serangan tim.
Cahaya yang memancar dari tangannya mengikuti gerakan Kars dan Chen, memberikan dorongan tambahan dalam serangan mereka terhadap Crystal Serpent.
Sihir-sihirnya tidak hanya menambah kerusakan, tetapi juga memberikan perlindungan tambahan bagi tim jika mereka terlalu dekat dengan bahaya.
"Mage Hand!!!" Jofir menunjuk ke depan sampai kepala Crystal Serpent itu tertimpa dengan sihirnya.
Jakon, yang memperkuat barisan belakang, mengamati setiap pergerakan Crystal Serpent dengan mata tajamnya.
Dia siap melompat ke depan untuk memberikan bantuan atau pertolongan kepada siapa pun yang membutuhkannya.
Dengan pedang Nodachi yang dipegang teguh, dia siap untuk melawan dalam pertempuran yang memanas.
Sementara itu, Shizumichi, dengan tongkatnya yang disebut Tobrut, menunggu kesempatan untuk melancarkan serangannya.
Tongkat itu bersinar dalam cahaya hutan es, menandakan kekuatan sihir yang tertanam di dalamnya.
Shizumichi menyesuaikan diri dengan energi di sekitarnya, mempersiapkan serangannya yang menentukan.
Kerja sama mereka menjadi kunci dalam pertempuran ini. Kars menarik perhatian Crystal Serpent sementara Chen menyerang dari jarak jauh.
Rex memberikan arahan strategis, Jofir menyokong dengan sihirnya, dan Jakon berjaga-jaga di belakang.
Dengan kekompakan dan koordinasi yang luar biasa, mereka berhasil membuat Crystal Serpent terdesak.
Akhirnya, saat serangan terakhir telah disiapkan, Shizumichi melangkah maju dengan mantap.
Tobrut, tongkatnya yang memiliki kekuatan sihir yang terus diperkuat, mengeluarkan kilatan terang yang memenuhi hutan es.
Shizumichi menggerakkan tongkatnya dengan keahlian dan kekuatan penuh, mengarahkan energi sihirnya langsung ke arah Crystal Serpent.
Cahaya gemilang memenuhi udara saat Tobrut melepaskan serangan pamungkasnya.
Energi sihir berkumpul dengan kekuatan yang dahsyat, menghantam makhluk legendaris itu dengan kekuatan yang mematikan.
Crystal Serpent meraung dalam kepedihan, sisik-sisiknya yang berkilauan tergores dan terkelupas oleh serangan sihir yang mematikan itu.
Tim Sarang Cahaya, dengan sinergi dan kekuatan mereka yang digabungkan, berhasil mengalahkan Crystal Serpent.
Makhluk legendaris itu jatuh dengan gemetar, energinya yang megah meredup saat kehidupannya meredup.
Hutan es terdiam, membiarkan keberhasilan tim itu meresap dalam ketenangan yang menyenangkan.
Pertempuran itu tidak hanya merusak Crystal Serpent, tetapi juga mengukir pengalaman yang mendalam bagi setiap anggota tim.
Mereka berdiri bersama di bawah cahaya matahari yang merayap di atas puncak-puncak es, merayakan kemenangan mereka dalam pertempuran epik melawan makhluk legendaris yang tak terkalahkan.
"Kita berhasil!!!" Rex menyatakan kemenangan itu.
""Yaaaaaaaa!!!""
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rhakean Djati
kacau ni mc
2024-06-16
1
vesuca
norak banget
2024-06-16
1
vesuca
apa yg lu coba maksud
2024-06-16
1