Dewa Turun Tangan

Saat Shadow Wraith menyerang dengan kecepatan yang mengerikan, Kazumi bersiap untuk menghadapi nasib yang tampak tidak pasti.

Namun, tiba-tiba, kilatan cahaya yang terang menerobos kegelapan di sekitarnya. Kazumi dan Shizumichi menoleh, melihat sosok yang tidak mereka sangka akan muncul.

Naoya, bersama dengan rekan-rekannya, muncul di tengah medan pertempuran.

Naoya berdiri tegak, matanya penuh tekad, dan tangannya bersinar dengan energi sihir yang kuat.

"Kalian baik-baik saja?" teriak Naoya, suaranya penuh kekhawatiran namun juga keberanian.

Shizumichi hanya bisa diam, dia sudah kehabisan kata-kata untuk berbicara sampai ia membiarkan Naoya melalukan apa yang diinginkan olehnya.

Naoya menatap Shizumichi dengan tatapan tegas. "Aku tidak bisa membiarkan kalian menghadapi ini sendirian. Apalagi setelah apa yang terjadi."

Shadow Wraith, yang tampaknya terganggu oleh kedatangan Naoya dan timnya, mengeluarkan raungan marah.

Kegelapan di sekitarnya semakin pekat, tetapi cahaya dari sihir Naoya tampak mampu menahan efek mengerikan itu.

Naoya berpaling ke rekan-rekannya dan mulai mengatur strategi. "Kita perlu bekerja sama untuk mengalahkannya."

"Kegelapan ini bisa kita patahkan dengan kombinasi sihir kita. Kita harus menjaga jarak dan tetap dalam formasi."

Rekan-rekan Naoya mengangguk, menunjukkan bahwa mereka siap mengikuti perintahnya.

Mereka mulai membentuk lingkaran di sekitar Shadow Wraith, menggabungkan kekuatan sihir mereka untuk menciptakan penghalang cahaya yang kuat.

"Rine, siapkan serangan sihir cahayamu. Miro, pastikan untuk memberikan perlindungan sihir kepada yang terluka," perintah Naoya.

Kazumi menghela nafas lega mengetahui nyawanya terselamatkan oleh Naoya, tetapi dia sempat menatap Shizumichi yang terdiam pasrah dengan mata kosongnya itu.

Naoya menatap Kazumi, menyadari potensi kekuatannya. "Kazumi, fokus pada menciptakan titik pusat cahaya. Itu akan menjadi sumber kekuatan utama kita untuk menahan Shadow Wraith."

Kazumi mengangguk dan mulai merapal mantra, tangannya bergetar namun penuh determinasi.

Cahaya mulai memancar dari tangannya, membentuk bola cahaya yang perlahan-lahan membesar.

Shadow Wraith, yang merasa terancam oleh kekuatan gabungan ini, mulai melancarkan serangan bertubi-tubi.

Cakar-cakarnya yang tajam menyerang dengan kecepatan luar biasa, tetapi setiap serangan berhasil ditahan oleh penghalang cahaya yang kuat.

Naoya melangkah maju, tangannya dipenuhi dengan energi sihir yang bersinar terang.

"Ini saatnya kita mengakhiri ini," katanya, suaranya penuh keyakinan.

Dengan gerakan cepat, Naoya meluncurkan serangan sihir cahaya yang kuat ke arah Shadow Wraith.

Serangan itu mengenai makhluk kegelapan tersebut dengan keras, membuatnya mengeluarkan raungan kesakitan.

Kegelapan di sekitarnya mulai memudar, menunjukkan bahwa sihir cahaya memang merupakan kelemahannya.

"Terus serang! Jangan beri dia kesempatan untuk pulih!" teriak Naoya, memotivasi rekan-rekannya untuk melanjutkan serangan.

Kazumi dan rekan-rekan Naoya terus menyerang dengan kekuatan penuh. Bola cahaya di tangan Kazumi semakin terang, memberikan kekuatan tambahan bagi serangan mereka.

Shadow Wraith, yang kini tampak semakin lemah, berusaha melawan namun serangan cahaya terus mengikis kekuatannya.

Akhirnya, dengan serangan gabungan terakhir, Shadow Wraith mengeluarkan raungan terakhir yang mengerikan sebelum tubuhnya meledak menjadi serpihan kegelapan yang perlahan-lahan menghilang.

Kegelapan yang menutupi wilayah itu perlahan-lahan memudar, digantikan oleh cahaya yang terang.

Shizumichi, yang masih terluka parah, menatap Naoya dengan perasaan campur aduk.

"Semudah itu... lagi...?"

"Benar... pasti ada kaitannya dengan dia..."

"Aku... Aku harus memecahkannya sekarang..." Shizumichi mengerutkan dahinya kesal.

Naoya tersenyum tipis, mengulurkan tangannya untuk membantu Kazumi berdiri. "Ini adalah tugas kita bersama. Kita tidak bisa membiarkan kegelapan menang."

Kazumi, yang sekarang berdiri dengan tegak, tersenyum kepada kakaknya dan Naoya.

"Terima kasih, kita terselamatkan berkat dirimu." Kazumi berterima kasih padanya sampai ia mengakui Naoya yang memang berniat baik.

Tapi, Kazumi menyadari Kakaknya tidak menyukai situasinya cair semudah ini sampai isi pikirannya benar-benar dipenuhi kebencian yang memicu api amarah.

Setelah kekalahan Shadow Wraith, Shizumichi segera mengalihkan perhatiannya untuk memeriksa kondisi semua rekannya.

Satu per satu, dia memastikan mereka tidak mengalami luka serius. Shizumichi langsung mengajak Kazumi mendekat dimana kondisinya sudah pulih kembali berkat kemampuan sihirnya.

Mereka melihat kondisi rekan mereka dimana Jakon memar namun berdiri kokoh, Rex dan Kars tampak lelah namun tanpa cedera fatal. Jofir tidak bisa berdiri karena rasa lelah yang menekan dirinya.

Namun, satu orang hilang dari pandangan mereka sampai Kazumi bergegas untuk menyembuhkan mereka semua.

"Dimana Chen?" tanya Shizumichi dengan cemas, matanya mengitari medan pertempuran yang sekarang sunyi.

Rekannya saling bertukar pandang, kesadaran akan absennya Chen membuat mereka semua merasa tidak nyaman.

Mereka mulai mencari di sekitar, memanggil namanya, berharap dia hanya tersesat dalam kegelapan sebelumnya.

"Kita harus menemukannya," kata Kazumi, nada suaranya penuh kecemasan.

Mereka menyebar, menjelajahi setiap sudut medan pertempuran yang baru saja mereka lalui.

Cahaya dari sihir mereka membantu mengusir sisa-sisa kegelapan yang masih tersisa. Setelah beberapa saat, Jakon berteriak, "Di sini! Aku menemukannya!"

Semua bergegas menuju suara Jakon, dan apa yang mereka saksikan benar-benar mengejutkan mereka.

Chen terbaring di tanah, tubuhnya tak bergerak. Dadanya memiliki lubang besar, bekas serangan yang mengerikan.

Darah mengalir dari luka itu, menciptakan genangan merah di sekitar tubuhnya.

"Chen!" teriak Kazumi, berlutut di samping tubuhnya. Dia mencoba merasakan denyut nadi, tetapi sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Kazumi menutup mulutnya, air mata mulai mengalir di pipinya.

"Ini tidak mungkin," bisiknya, suaranya gemetar.

Naoya dan rekan-rekannya juga bergabung, melihat dengan ekspresi terkejut dan sedih. Rex menunduk, tinjunya mengepal erat. "Ini semua salahku... aku seharusnya bisa melindunginya."

Shizumichi menggenggam tangan Chen yang dingin, air matanya mengalir.

"Chen... aku minta maaf," bisiknya.

Keheningan meliputi mereka, rasa duka yang mendalam menyelimuti suasana.

Mereka semua tahu bahwa meskipun mereka berhasil mengalahkan Shadow Wraith, mereka telah membayar harga yang sangat mahal.

Kehilangan seorang teman dan rekan yang mereka sayangi adalah luka yang akan sulit untuk disembuhkan.

Shizumichi bangkit perlahan, menatap rekan-rekannya yang tidak bisa menahan air matanya, "Kita tidak bisa membiarkan pengorbanan Chen sia-sia."

"Kita harus memastikan bahwa tidak ada lagi yang harus mengalami nasib seperti ini. Kita akan terus maju, lebih kuat dari sebelumnya."

Rex mengangguk, air mata mengalir di pipinya. "Kita akan memastikan bahwa Chen tidak akan dilupakan. Kita akan mengakhiri perjuangan ini untuk menghormatinya."

Kazumi menghapus air matanya dan menatap kakaknya. "Kita harus kuat. Untuk Chen."

Kazumi masih berlutut di samping tubuh Chen, air matanya mengalir deras.

Naoya, melihat duka yang mendalam di wajah teman-temannya, merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu. Dia menarik napas dalam-dalam dan melangkah maju.

"Aku bisa mencoba sesuatu," kata Naoya, suaranya tenang namun tegas.

Shizumichi menatap Naoya dengan mata berapi-api. "Apa maksudmu?"

Naoya mengangkat tangannya, menunjukkan energi sihir yang mengalir di sekitarnya.

"Aku bisa mencoba menghidupkan Chen kembali. Ini tidak mudah dan sangat berisiko, tetapi aku harus mencobanya."

Shizumichi menatap Naoya dengan ekspresi marah dan skeptis. "Kau berpikir bisa menyelesaikan semua masalah dengan sihirmu? Kau pikir semuanya bisa kembali seperti semula?"

Shizumichi melangkah maju dengan amarah yang membara. Dia meraih Naoya dan menariknya berdiri, menatap langsung ke matanya.

"Kau tidak bisa selalu menyelesaikan masalah seperti ini, Naoya!" teriak Shizumichi.

"Kau pikir kau bisa bermain menjadi dewa dan menghidupkan kembali orang mati? Kau tidak mengerti betapa seriusnya hal ini!"

Naoya terdiam, mencoba menjelaskan. "Aku hanya ingin membantu. Aku tidak bisa membiarkan lebih banyak nyawa terbuang sia-sia."

Shizumichi, dalam kemarahannya, memukul wajah Naoya dengan keras, membuatnya terjatuh ke tanah. "Kau tidak tahu apa yang kau bicarakan! Ini bukan permainan!"

Kazumi terkejut melihat reaksi kakaknya. "Kakak, hentikan! Naoya hanya mencoba membantu!"

"Dia harus pergi!" Shizumichi berteriak, suaranya penuh kemarahan.

"Aku tidak bisa menerima bantuan dari seseorang yang tidak memahami risiko sebenarnya!"

"Aku tidak suka mereka yang bisa menyelesaikan masalah semudah itu walaupun kita di sini mati-matian mencoba untuk menyelesaikan masalahnya!!"

"Pada akhirnya, Shadow Wraith ini memang sudah diatur untuk dikalahkan oleh dirimu!!!"

Naoya, dengan wajah berdarah dan terluka, bangkit perlahan. Rekan-rekannya mendekat untuk membantunya, menatap Shizumichi dengan campuran kemarahan dan kesedihan.

"Aku hanya ingin menolong," kata Naoya pelan, menatap Shizumichi dengan mata yang penuh ketulusan.

"Tapi jika kau tidak bisa menerimanya, kami akan pergi."

Naoya dan rekan-rekannya perlahan menjauh, meninggalkan Shizumichi dan timnya yang masih diliputi oleh emosi campur aduk.

Kazumi menatap Naoya dengan rasa bersalah, tetapi dia tahu bahwa kakaknya terlalu marah untuk berpikir jernih saat ini.

Tetapi, dia sendiri mengerti situasinya sampai The Mind cukup peka tentang hal tersebut dimana semua kesulitan yang mereka terima akan menjadi kemudahan baginya sendiri.

Shizumichi menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dari amarah yang masih membara.

Dia menatap tubuh Chen yang kini terbaring kaku di hadapannya, perasaan bersalah dan kehilangan semakin dalam menghantuinya.

Dia tahu mereka harus memberikan penghormatan terakhir kepada Chen, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

Dengan suara pelan, Shizumichi menoleh kepada Rex yang masih berdiri di dekatnya, wajahnya penuh dengan kesedihan.

"Rex, bagaimana cara kita memberikan penghormatan terakhir untuk Chen? Aku tidak tahu harus mulai dari mana."

Rex menghapus air matanya dan menghela napas panjang. "Di tempat asal kami, saat seorang pejuang gugur, kami memberikan mereka penghormatan dengan membakar tubuh mereka."

"Api suci mengirimkan roh mereka ke alam baka dengan hormat dan kemuliaan."

Shizumichi mengangguk perlahan, meskipun hatinya terasa berat. "Baiklah. Kita akan melakukannya. Chen pantas mendapatkan kehormatan itu."

Kazumi, yang mendengar percakapan mereka, berdiri dan menatap Shizumichi dengan mata penuh air mata.

"Aku akan membantu," katanya dengan suara pelan namun tegas.

Shizumichi, Rex, dan Kazumi bersama-sama menyiapkan tempat untuk upacara pembakaran.

Mereka mengumpulkan kayu dan membentuk tumpukan di sekitar tubuh Chen dengan hati-hati.

Semua anggota tim lainnya juga bergabung, memberikan bantuan dan dukungan meskipun hati mereka dipenuhi duka.

Setelah semua persiapan selesai, Rex menyalakan api dengan sihirnya. Api mulai membesar, menghangatkan udara malam yang dingin.

Shizumichi dan Kazumi menatap api yang berkobar dengan perasaan campur aduk.

Rex berbicara dengan suara penuh rasa hormat. "Chen adalah pejuang yang berani dan teman yang setia."

"Kami akan selalu mengenangnya dalam hati kami. Semoga api suci ini mengantar jiwamu ke tempat yang lebih baik, Chen."

Kazumi memegang tangan Shizumichi, memberikan kekuatan dan dukungan. "Selamat jalan, Chen. Kami akan terus berjuang, demi kehormatanmu."

Shizumichi, dengan air mata yang mengalir di wajahnya, mengucapkan kata-kata terakhirnya. "Chen, maafkan kami."

"Kami akan memastikan bahwa pengorbananmu tidak sia-sia. Istirahatlah dengan tenang, teman."

Api terus membakar, menerangi malam yang gelap. Para anggota tim berdiri dalam keheningan, memberikan penghormatan terakhir mereka kepada Chen.

Meskipun mereka dipenuhi oleh duka, mereka tahu bahwa mereka harus terus maju, lebih kuat dari sebelumnya.

Dengan api yang masih berkobar, Shizumichi mengalihkan pandangannya ke cakrawala. "Mari kita kembali..."

"Chen ingin kita menyelesaikan perjuangan ini. Kita akan memastikan bahwa tidak ada lagi yang harus mengalami nasib seperti ini."

Rex mengangguk, memegang bahu Shizumichi dengan erat. "Kita akan mengakhirinya bersama, sebagai satu tim. Untuk Chen, dan untuk masa depan kita."

Kazumi juga mengangguk. "Kita akan lebih kuat, demi semua yang telah kita lalui."

Dengan api yang menyala sebagai saksi bisu, mereka semua berjanji dalam hati untuk tidak menyerah, untuk terus maju dan menghormati Chen dengan setiap langkah yang mereka ambil.

Setelah upacara penghormatan untuk Chen selesai, tim Shizumichi mengemasi perlengkapan mereka dan memulai perjalanan kembali ke Terrapolitan.

Langkah mereka berat, namun semangat untuk melanjutkan perjuangan demi menghormati Chen tetap membara dalam hati mereka.

Perjalanan menuju Terrapolitan penuh dengan keheningan yang dihiasi oleh kilasan kenangan bersama Chen.

Meskipun hati mereka berat, tekad untuk menyelesaikan misi dan memastikan bahwa pengorbanan Chen tidak sia-sia memberikan mereka kekuatan untuk terus maju.

Ketika mereka akhirnya tiba di gerbang kota Terrapolitan, suasana kota yang ramai sedikit mengangkat semangat mereka.

Mereka menuju Guild, tempat di mana mereka akan melaporkan misi yang telah selesai dan menerima hadiah yang dijanjikan.

Di dalam Guild, suasana terasa hangat dan penuh keakraban. Petualang dari berbagai penjuru berkumpul, berbagi cerita dan pengalaman.

Shizumichi dan timnya melangkah masuk, disambut oleh suara yang familiar.

"Shizumichi! Kazumi! Rex! Kalian kembali!" seru seorang petugas Guild, Senna, dengan senyum lebar di wajahnya.

"Bagaimana misinya? Kalian berhasil, kan?"

Shizumichi mengangguk pelan, menghela napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Ya, kami berhasil mengalahkan kelima monster itu. Tapi... kami kehilangan Chen."

Senna menunduk, wajahnya berubah sedih. "Aku sangat menyesal mendengarnya. Chen adalah pejuang yang luar biasa. Guild akan mengenang pengorbanannya."

Shizumichi menyerahkan laporan misi, dan Senna membacanya dengan seksama sebelum memberikan mereka hadiah yang dijanjikan.

Setiap anggota tim menerima porsi masing-masing, berisi Terran Orbs dan beberapa peralatan yang bermanfaat untuk petualangan mereka selanjutnya.

Setelah menerima hadiah, tim Shizumichi memutuskan untuk menjual bagian-bagian monster yang mereka kumpulkan selama perjalanan.

Mereka menuju pasar Terrapolitan, di mana pedagang dari berbagai tempat menjajakan barang dagangan mereka.

Rex membawa kantong besar berisi bagian-bagian monster, dan mereka mulai mencari pedagang yang mau membeli dengan harga yang layak.

Tidak lama kemudian, mereka menemukan seorang pedagang bernama Alaric yang terkenal adil dalam bertransaksi.

"Selamat datang, para petualang! Apa yang bisa saya bantu hari ini?" sapa Alaric dengan senyum ramah.

"Kami punya beberapa bagian monster yang ingin kami jual," kata Shizumichi sambil membuka kantong yang dibawa Rex.

Di dalamnya terdapat semua bagian dari keempat monster itu, kulit, dan beberapa organ lainnya yang berharga.

Alaric mengamati barang-barang tersebut dengan mata yang berpengalaman. "Hmm, ini barang bagus."

"Kalian jelas menghadapi sesuatu yang tidak biasa. Aku bisa menawarkan harga yang pantas untuk semua ini."

Setelah beberapa tawar-menawar, mereka akhirnya sepakat dengan harga yang ditawarkan Alaric. Shizumichi dan timnya menerima pembayaran, merasa lega bahwa upaya mereka dihargai dengan layak.

Setelah berhasil menjual bagian-bagian monster dan menerima pembayaran yang layak dari Alaric, Shizumichi, Kazumi, dan Rex berjalan perlahan menuju alun-alun Terrapolitan.

Mereka berdiri sejenak, menikmati suasana kota yang ramai dan penuh kehidupan.

Meskipun mereka masih merasakan kehilangan yang mendalam, mereka tahu bahwa mereka telah menyelesaikan tugas mereka dengan baik.

Kazumi menunjukkan kantong penuh Terran Orbs kepada Shizumichi. "Kakak, kita berhasil. Misi dari Touriverse selesai."

Shizumichi mengangguk, tersenyum tipis. "Ya, kita telah menyelesaikan misi kita. Tapi ini bukan akhir dari perjalanan kita. Banyak hal yang masih harus kita lakukan."

Rex yang berdiri di samping mereka, menghela napas dalam-dalam. "Shizumichi, Kazumi, ini adalah petualangan yang luar biasa."

"Meski kita kehilangan Chen, aku senang bisa bersama kalian dalam perjalanan ini."

Shizumichi menatap Rex dengan mata penuh rasa syukur. "Rex, tanpa kamu dan rekan-rekanmu, kami mungkin tidak akan bisa sampai sejauh ini. Terima kasih atas semuanya."

Rex tersenyum, meskipun matanya masih menyiratkan kesedihan. "Itu adalah kehormatan kami."

"Petualangan ini mengajarkan kita banyak hal, terutama tentang kekuatan perjuangan dan pengorbanan."

Kazumi menatap Rex dan rekan-rekannya dengan penuh rasa hormat. "Kalian adalah teman-teman yang hebat. Kami akan selalu mengenang petualangan ini dengan kebanggaan."

Rex mengangguk, lalu menoleh kepada rekan-rekannya, Jakon, Kars, dan Jofir. "Ini saatnya kita berpisah, teman-teman."

"Petualangan kita bersama mungkin berakhir di sini, tapi kenangan ini akan selalu ada dalam hati kita."

Jakon, dengan senyum penuh semangat, menjabat tangan Shizumichi. "Kita pasti akan bertemu lagi di jalan petualangan yang lain. Jaga diri kalian."

Kars dan Jofir juga menjabat tangan Shizumichi dan Kazumi, mengucapkan selamat tinggal dengan penuh kehangatan.

"Jika kalian membutuhkan bantuan maka kalian tahu harus pergi ke mana."

Setelah beberapa pelukan dan ucapan perpisahan, Shizumichi dan Kazumi melihat Rex dan rekan-rekannya berjalan menjauh, menuju ke arah lain di kota Terrapolitan.

Mereka merasa sedikit berat hati, tetapi mereka tahu bahwa setiap akhir adalah awal dari petualangan baru.

Kazumi menatap Shizumichi dengan senyum penuh harapan. "Kakak, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

Shizumichi menatap adiknya dengan penuh kasih sayang. "Kita akan terus maju, Kazumi. Banyak hal yang masih harus kita lakukan."

"Misi kita belum berakhir. Masih ada banyak sekali hal yang kita harus laku---"

Saat Shizumichi hendak melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba semuanya menjadi putih.

Seakan-akan seluruh dunia di sekitarnya menghilang, meninggalkan hanya kekosongan yang terang benderang.

Kazumi dan Terrapolitan lenyap seketika dari pandangannya.

Shizumichi terkejut dan berusaha memahami apa yang terjadi. Sebelum dia bisa bereaksi lebih jauh, suara berat dan menggelegar memenuhi udara kosong itu.

"Shizumichi," suara itu memanggil, penuh dengan kekuatan yang menggetarkan hati.

Shizumichi berbalik, melihat sosok yang mendekatinya. Seorang pria tua dengan rambut panjang berwarna perak dan janggut yang menjuntai sampai ke dada.

Matanya yang tajam menatap Shizumichi dengan penuh amarah. Kulitnya bercahaya, mengenakan jubah putih yang panjang. Sosok ini memancarkan aura keagungan yang luar biasa.

"Aku adalah Devael, Dewa Kehidupan dan Kematian," kata pria tua itu dengan suara yang menggetarkan.

"Kau telah melampaui batas, Shizumichi. Naoya adalah titisanku, dan kau telah mempermainkannya dengan keangkuhanmu."

Shizumichi menatap tajam Dewa itu sampai tubuhnya merinding. "Aku tidak mengerti. Apa yang aku lakukan salah?"

Devael memandangnya dengan mata menyala. "Naoya diberkati dengan kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang aku berikan padanya."

"Kekuatan itu seharusnya digunakan untuk kebaikan, bukan untuk dibalas dengan kekerasan dan amarahmu."

"Aku melihat semuanya, Shizumichi. Kau menolak bantuannya, kau memperlakukannya dengan kejam saat dia mencoba membantu."

"Kau memukulnya, menolaknya karena rasa iri dan kebencian dalam hatimu."

Shizumichi terdiam, dia tidak pernah mengira bahwa tindakannya akan memancing kemarahan seorang dewa.

"Naoya hanya ingin menyelamatkan temanmu, Chen. Dan kau menghukumnya karena itu."

"Kau berpikir bahwa kekuatan dan sihir bisa menyelesaikan semuanya dengan mudah, tapi kenyataannya tidak demikian."

Devael melangkah mendekat, tatapannya semakin tajam. "Kau mengira bahwa perjuanganmu lebih berat, bahwa kau lebih menderita."

"Tapi setiap orang memiliki beban mereka sendiri. Naoya, dengan kekuatannya, juga memiliki tanggung jawab yang berat."

"Dia hanya mencoba melakukan yang terbaik dengan apa yang dia miliki."

"Dan kau, dengan amarah dan kesombonganmu, malah membuatnya terasa seperti sebuah kesalahan."

Shizumichi mulai berbicara, "Kau pikir cerita ini bisa terselesaikan hanya dengan resolusi sesimpel itu?"

"Semua yang kami hadapi dengan segala kesulitan murni... terselesaikan hanya karena kehadirannya yang langsung bisa menjadikan semuanya sebagai kemudahan."

"Dan kau salah jalan, Shizumichi. Kekuatan dan perlindungan tidak selalu datang dari amarah dan kebencian. Kadang, mereka datang dari kerja sama dan pengertian."

Devael menghela napas panjang, meredakan sedikit amarahnya. "Aku memberimu kesempatan untuk menebus kesalahanmu."

"Kembali dan perbaiki hubunganmu dengan Naoya. Bekerjalah bersama-sama, bukan saling berhadapan."

"Jika tidak, kau akan kehilangan lebih dari sekadar teman."

"Kau akan kehilangan kesempatan untuk benar-benar memahami kekuatan dan tanggung jawab yang sesungguhnya."

Shizumichi mulai tertawa, "Hahaha, kamu itu lucu sekali ya, Dewa."

"Sekarang aku mengerti dari cara kau berbicara dan membela sesosok Manusia yang sudah sepastinya spesial di matamu itu bukan?" Shizumichi berbicara selagi mendekati Devael.

"Dari caramu berbicara saja sudah membuktikan bahwa kau adalah Dewa gadungan yang mengakui dirimu segai Dewa kehidupan dan kematian."

"Naoya Takozuki, dia bukan berasal dari dunia ini bukan?"

"Dia adalah Manusia yang kau berikan kesempatan untuk tinggal di dunia lain karena kelalaian dirimu." Shizumichi berdiri di sebelah Devael.

"Kelalaian seorang Dewa yang tak sengaja menyambar rumahnya sampai menyebabkan kematian secara tak sengaja."

"Dengan menembus kesalahan itu, kau memberikan Naoya kehidupan yang lebih mudah tanpa harus berjuang sampai dia sudah bisa disebut sebagai orang terkuat dalam dunia ini."

"Namun, sayang sekali ya. Cerita ini tidak dibuat olehmu melainkan diriku yang menginginkan cerita petualangan dan juga perjuangan."

"Komedi juga boleh karena aku tidak menginginkan alur cerita ini terkesan berat sampai dianggap terlalu serius oleh pembaca."

Shizumichi melipatkan kedua lengannya, "Sekarang aku bisa mengerti kenapa setiap perjuangan yang aku dan rekanku lakukan selalu saja tertimpa kesulitan..."

"...semua itu dengan alasan agar Naoya bisa menyelesaikannya dengan kemudahan yang terkesan tak masuk akal dalam mataku sendiri."

"Seorang Dewa berperan seperti suster yang terus memperhatikan asuhannya." Shizumichi terkekeh sampai Devael terlihat murka.

"Bajingan, mengapa kau bisa tahu itu!?" dia bertanya dengan nada yang keras.

"Aku membacamu seperti buku. Tetapi, tanpa harus membacamu dengan kekuatanku saja cerita seperti ini memang pada umumnya selalu ada."

"Dan aku tidak suka~"

"Tapi..."

"Harus kuakui, Naoya masih bisa dibilang cukup mendingan dikarenakan rekannya yang penuh dengan gadis masih bekerja sampai tidak terlalu membebankan dirinya."

"Karena sekarang aku sudah tahu kebenaran mengapa Naoya bisa menyelesaikan semua masalah itu..."

"...aku berhak mendapatkan keadilan bukan?"

"Rekanku mati karena keegoisan dirimu dalam mengatur alurnya."

"Untungnya adikku tidak mati ya..."

"Jika itu terjadi..."

"Aku tidak tahu nasib seperti apa yang akan diterima oleh dunia ini..."

Devael menatap Shizumichi dengan tatapan yang semakin marah. Wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi oleh amarah yang menggelegak, auranya yang terang kini berubah menjadi kelam.

Suara Devael menggema, penuh dengan kekuatan yang menggetarkan alam semesta yang hampa ini.

"Kau telah melewati batas, Shizumichi!" Devael berteriak, suaranya bergema seperti guntur yang memecah langit.

"Kau berani menentang kehendakku? Kau berani merusak harmoni dunia yang aku ciptakan dengan tangan ini?"

Shizumichi hanya menatap Devael dengan senyum sinis di wajahnya, tidak gentar sedikit pun oleh kemarahan dewa tersebut.

"Kau memang hebat dalam memainkan peranmu sebagai Dewa, Devael," katanya dengan nada mengejek.

"Tapi kau lupa satu hal penting. Ini bukan hanya dunia yang kau kendalikan."

Mata Devael semakin berkilat, dan dengan satu gerakan tangannya, kilatan petir menyambar ke arah Shizumichi.

Namun, sebelum petir itu bisa menyentuhnya, Shizumichi mengangkat tangan dan kilatan itu berhenti di udara, lenyap seketika.

Devael semakin marah. "Kau tidak tahu siapa yang kau hadapi, Shizumichi!"

"Aku bisa menghapusmu dari keberadaan ini dengan sekejap mata!" Suara Devael semakin keras dan lantang, membuat dunia kosong ini bergetar hebat.

Shizumichi tertawa terbahak-bahak,  "Menghapusku? Cobalah saja, Devael. Lihat seberapa jauh kekuatanmu bisa menembus keinginanku."

Devael mengangkat tangan keduanya ke atas, dan langit yang tadinya putih terang mulai berubah menjadi hitam pekat. Petir dan kilat saling bersahutan, bumi bergetar hebat.

"Aku memberimu kesempatan untuk memperbaiki segalanya, tapi kau memilih untuk menentangku! Maka bersiaplah menghadapi kehancuranmu!"

Namun, Shizumichi tetap berdiri tegak, tidak gentar sedikit pun. Dia bahkan terlihat menikmati setiap momen ini. "Ayo, Devael. Perlihatkan kekuatan yang kau banggakan itu. Buat aku terkesan."

"Kau telah menantang seorang Dewa, Shizumichi!!!"

"Kau akan menerima hukuman seorang Dewa!!!" Devael melepaskan aura yang begitu dahsyat sampai Shizumichi terdorong lalu menyeimbangkan tubuhnya itu.

"Kau pikir aku akan ketakutan melawan Dewa sepertimu?!"

Terpopuler

Comments

vesuca

vesuca

nooooooo

2024-06-22

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Awal Suatu Cerita
3 Keluarga Besar
4 Hasil dari Ceritanya
5 Ide Gila
6 Cara Untuk Bisa Masuk ke Dalam Cerita
7 TOURIVERSE
8 Terrapolitan
9 Pengetahuan Dunia Ini
10 Sihir Essence
11 Membutuhkan Rekan
12 Sebagai Satu Regu
13 Crystal Serpent
14 Rendang
15 Rencana Kuliner
16 Kasus Kerajaan
17 Frost Titan
18 Pertarungan Pertama
19 Hidup atau Mati
20 Dewa Turun Tangan
21 Plot Armor
22 Akademi Sihir
23 Sebagai Murid
24 Bekerja Bekerja Bekerja
25 Sulap
26 Makanan Kantin
27 Pria Bertopeng
28 Rencana Ini
29 Senjata Baru
30 Ujian
31 Kebenaran Terungkap
32 Kerugian Besar
33 Yang Lama Dikenal
34 Serangan Iblis
35 Amarah
36 Masih Terlalu Kuat
37 Inovasi Bisnis
38 Perdebatan
39 Pertarungan Adik dan Kakak
40 Serangan Dahsyat Seorang Iblis
41 Tamat
42 Hari yang Indah
43 Fiksi Aneh
44 Murid yang Dijadikan Senjata
45 Budak
46 Tertangkap Basah
47 Plot Armor Berhasil Didapatkan
48 Menikah
49 Mempelajari Plot Armor
50 Plot Twist
51 Melawan Berbagai Karakter Utama
52 Mulai Montasenya!
53 Fiksi Dungeon
54 Adik-Adik Aneh
55 Dia Beruntung Aku Masih Berada Di Fiksi Lain
56 Mempelajari Segalanya
57 Bunuh Tanpa Segan
58 Dengan Mengandalkan Aspek Cerita
59 Memperdalam Kegunaan The Mind
60 Luas dalam Pikiran
61 Melihat Dari Sudut Pembaca
62 Menghabisi Teman Kelasnya
63 Plot Armor Yang Terus Diperkuat
64 Penghakiman
65 Semua Ingin Membalas Dendam
66 Dipersatukan Kembali
67 Turun Tangan Mengurusinya
68 Ohio
69 Kemerdekaan
70 Sirkel
71 Skibidi
72 Markas Rahasia
73 Hebat dalam Teknologi
74 Konten
75 Dalam Dunia Maya
76 Terjebak dalam Game
77 Hampir Saja
78 Melawan Raja Iblis
79 Game Ditaklukkan
80 Keluarga Selalu Bersatu
81 Dalam Perpustakaan
82 Masa Lalu yang Kacau
83 Melanjutkan Tekad
84 Kebahagiaan Keluarga
85 Serum
86 Narsistik
87 Karakter Utama Melawan Karakter Utama
88 Setiap Rencana
89 Rencana Sang Adik Kecil
90 Fiksi Terakhir
91 Pertarungan Paling Epic
92 Intensitas Pertarungan
93 Sang Raja Iblis
94 Keluarga Ryuusaku
95 Harus Berakhir Sekarang
96 Kembalinya Dia
97 Siapa yang Akan Melindungimu?
98 Aku adalah Legenda
99 Sebagai Kakak Tertua
100 Legends Never Dies
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Prolog
2
Awal Suatu Cerita
3
Keluarga Besar
4
Hasil dari Ceritanya
5
Ide Gila
6
Cara Untuk Bisa Masuk ke Dalam Cerita
7
TOURIVERSE
8
Terrapolitan
9
Pengetahuan Dunia Ini
10
Sihir Essence
11
Membutuhkan Rekan
12
Sebagai Satu Regu
13
Crystal Serpent
14
Rendang
15
Rencana Kuliner
16
Kasus Kerajaan
17
Frost Titan
18
Pertarungan Pertama
19
Hidup atau Mati
20
Dewa Turun Tangan
21
Plot Armor
22
Akademi Sihir
23
Sebagai Murid
24
Bekerja Bekerja Bekerja
25
Sulap
26
Makanan Kantin
27
Pria Bertopeng
28
Rencana Ini
29
Senjata Baru
30
Ujian
31
Kebenaran Terungkap
32
Kerugian Besar
33
Yang Lama Dikenal
34
Serangan Iblis
35
Amarah
36
Masih Terlalu Kuat
37
Inovasi Bisnis
38
Perdebatan
39
Pertarungan Adik dan Kakak
40
Serangan Dahsyat Seorang Iblis
41
Tamat
42
Hari yang Indah
43
Fiksi Aneh
44
Murid yang Dijadikan Senjata
45
Budak
46
Tertangkap Basah
47
Plot Armor Berhasil Didapatkan
48
Menikah
49
Mempelajari Plot Armor
50
Plot Twist
51
Melawan Berbagai Karakter Utama
52
Mulai Montasenya!
53
Fiksi Dungeon
54
Adik-Adik Aneh
55
Dia Beruntung Aku Masih Berada Di Fiksi Lain
56
Mempelajari Segalanya
57
Bunuh Tanpa Segan
58
Dengan Mengandalkan Aspek Cerita
59
Memperdalam Kegunaan The Mind
60
Luas dalam Pikiran
61
Melihat Dari Sudut Pembaca
62
Menghabisi Teman Kelasnya
63
Plot Armor Yang Terus Diperkuat
64
Penghakiman
65
Semua Ingin Membalas Dendam
66
Dipersatukan Kembali
67
Turun Tangan Mengurusinya
68
Ohio
69
Kemerdekaan
70
Sirkel
71
Skibidi
72
Markas Rahasia
73
Hebat dalam Teknologi
74
Konten
75
Dalam Dunia Maya
76
Terjebak dalam Game
77
Hampir Saja
78
Melawan Raja Iblis
79
Game Ditaklukkan
80
Keluarga Selalu Bersatu
81
Dalam Perpustakaan
82
Masa Lalu yang Kacau
83
Melanjutkan Tekad
84
Kebahagiaan Keluarga
85
Serum
86
Narsistik
87
Karakter Utama Melawan Karakter Utama
88
Setiap Rencana
89
Rencana Sang Adik Kecil
90
Fiksi Terakhir
91
Pertarungan Paling Epic
92
Intensitas Pertarungan
93
Sang Raja Iblis
94
Keluarga Ryuusaku
95
Harus Berakhir Sekarang
96
Kembalinya Dia
97
Siapa yang Akan Melindungimu?
98
Aku adalah Legenda
99
Sebagai Kakak Tertua
100
Legends Never Dies

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!