Ketika matahari mulai terbit sinarnya perlahan menyusup ke dalam kamar melalui celah-celah tirai, memancar hangat di atas wajah Kazumi yang tertidur lelap.
Suara burung berkicau di luar jendela, menandai awal dari hari baru. Namun, di dalam kamar, suasana masih tenang dan sunyi.
Kazumi berguling-guling di tempat tidur, matanya yang setengah tertutup perlahan terbuka.
"Hm... sudah pagi ya..." gumamnya dengan suara serak, menyadari bahwa hari sudah jauh lebih terang dari biasanya.
Matanya terbuka lebar ketika melihat jam di dinding. "Apa?! Sudah jam sebelas?!"
"Sial! Aku kesiangan!" Kazumi berteriak panik, seketika rasa kantuknya menguap.
Ia melompat dari tempat tidur dengan gerakan yang tergesa-gesa, hampir tersandung selimut yang terjuntai ke lantai.
"Astaga! Aku benar-benar tidur nyenyak," keluhnya sambil bergegas menuju kamar mandi.
"Kakak, kenapa tidak membangunkanku?!" teriaknya sambil membuka pintu kamar mandi dengan kasar.
Namun tidak ada jawaban dari kakaknya yang mungkin masih tertidur di balik selimut miliknya.
Kazumi menyalakan keran, membiarkan air mengalir dan membasuh wajahnya yang terasa lelah.
Air dingin memberikan kesegaran instan, membangunkannya sepenuhnya. "Ahhh... Tidak ada yang lebih baik dari air pada pagi hari mengenai wajah..."
"Ini terasa lebih baik," ujarnya sambil melihat wajahnya di cermin. Kantung mata terlihat jelas akibat begadang semalam, dan rambutnya berantakan.
Setelah membasuh wajahnya, Kazumi mengambil sikat gigi dan pasta gigi, lalu mulai menyikat giginya dengan cepat.
Ia mencoba mengatur pikirannya, merencanakan apa yang harus dilakukan hari ini. "Hari ini harus lebih produktif."
"Tidak ada alasan lagi untuk bermalas-malasan," gumamnya dengan tekad yang baru.
Setelah menyikat gigi, Kazumi meraih handuk dan mengeringkan wajahnya. Kemudian, ia menyisir rambut emasnya yang acak-acakan, mencoba membuatnya terlihat lebih rapi.
"Rambut ini selalu sulit diatur," keluhnya sambil mencoba menahan tawa mengingat betapa sering Shizumichi mengejeknya soal rambut berantakannya.
"Untuk sekarang aku mandinya nanti saja..." Kazumi mengumpulkan rambutnya dengan rapi, lalu mengikatnya menjadi gaya ekor kuda yang anggun.
Selesai di kamar mandi, Kazumi kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Ia memilih pakaian yang nyaman namun tetap rapi, sebuah blouse berwarna pastel dan celana jeans.
"Oke, siap untuk hari ini," ujarnya dengan penuh semangat.
Saat ia keluar dari kamar, aroma wangi dari dapur menggelitik hidungnya. "Aroma ini... apakah sudah waktunya makan siang?"
"Tidak... Aku mencium aroma hidangan telur..."
"Aku harap Ibu tidak memarahi diriku yang terbangun telat pada pukul seperti ini..." pikirnya sambil berjalan ke dapur, berharap Ibunya tidak marah kepadanya.
Alasannya Kazumi jarang sekali bangun terlambat karena dia selalu bangun pagi untuk memasak sarapan bersama Ibunya.
Ketika tiba di dalam dapur, Kazumi melihat sesosok wanita yang begitu cantik bersinar seperti malaikat dengan rambut merahnya yang panjang itu.
Beliau mengenakan celemek yang masih rapih walaupun sudah memasak banyak sekali makanan, terlihat dari sisa-sisanya yang terletak di atas meja.
"Ini adalah Ibuku... Ryuusaku Koizumi. sebagian dari kalian seharusnya sudah tahu sih..." batin Kazumi.
Koizumi menoleh dan tersenyum lebar selagi memejamkan matanya. "Oh. Selamat pagi menjelang siang, Kazumi! Akhirnya bangun juga ya..."
"Ibu membuatkan pancake dan omelet khusus untukmu."
"Eh... Ibu tidak marah?" Kazumi bertanya dengan tatapan khawatir.
"Marah? Untuk apa?"
"Sesekali tidak apa bukan? Begadang melakukan sesuatu yang produktif. Lagi pula kamu sudah membantu Ibu cukup banyak dari kecil."
Kazumi mendekati meja makan dan duduk. "Terima kasih, Ibu. Maaf, aku benar-benar tidur nyenyak tadi malam."
Koizumi tertawa kecil sambil menyajikan sarapan. "Tidak apa-apa. Lagi pula, kita butuh istirahat setelah malam yang panjang."
Kazumi tersenyum, merasa lebih baik setelah berbicara dengan Koizumi. "Ya, Ibu benar. Terima kasih lagi, Ibunda."
Koizumi meletakkan piring pancake dan omelet di depan Kazumi dengan senyum lembut. Ia kemudian duduk di seberang meja, menatap putrinya dengan penuh kasih sayang.
"Kazumi, bagaimana dengan Kakakmu? Apakah dia masih tidur?" tanya Koizumi sambil menyandarkan punggungnya pada kursi.
Kazumi mengangguk sambil menyantap sarapan yang telah disiapkan ibunya. "Ya, sepertinya begitu. Aku tadi tidak mendengarnya sama sekali."
Koizumi menghela napas ringan. "Dia selalu seperti itu, ya. Tidur larut malam dan bangun kesiangan."
Kazumi tersenyum sambil mengunyah sepotong pancake. "Iya, Kak Shizu memang selalu punya cara untuk membuat malam panjang kita semakin panjang."
Koizumi mengangguk setuju. "Ibu ingat dulu ketika kalian masih kecil, Shizumichi selalu mengajak bermain sampai larut malam."
"Bahkan sering kali kalian berdua tertidur di ruang tamu."
Kazumi tertawa kecil mengenang masa itu. "Benar sekali, Ibu. Kak Shizu selalu punya ide-ide aneh untuk membuat malam lebih seru."
Koizumi tersenyum sambil memperhatikan putrinya menikmati sarapan. "Tapi kamu tahu, Kazumi, Ibu sangat bangga pada kalian berdua."
"Meski terkadang kalian bertingkah aneh, kalian selalu punya semangat dan kreativitas yang tinggi."
"Selama kalian tidak menggunakan kekuatan dan kemampuan untuk hal aneh." Koizumi mengangkat jarinya sebagai peringatan.
"Tenang saja, Ibu. aku tidak akan menggunakan kekuatan pikiranku, The Mind, tanpa pertanggungjawaban apapun."
"Kak Shizu saja tidak menggunakan kekuatan waktunya secara sembarangan."
Koizumi mengangguk, "Syukurlah kalau begitu."
Kazumi tersenyum, merasa hangat mendengar kata-kata ibunya. "Terima kasih, Ibu. Kami juga sangat menghargai semua yang Ibu lakukan untuk kami."
Koizumi mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Kazumi dengan lembut. "Kalian adalah harta berharga Ibu."
"Jadi, apapun yang kalian lakukan, selama itu membuat kalian bahagia dan produktif, Ibu akan selalu mendukung."
Kazumi mengangguk dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "Kami beruntung memiliki Ibu yang luar biasa."
Setelah beberapa saat, Kazumi menyelesaikan sarapannya. "Ibu, aku akan membangunkan Kak Shizu sekarang. Sudah saatnya dia bangun dan ikut menikmati hari ini."
Koizumi mengangguk. "Baiklah, Kazumi. Beritahu dia bahwa sarapan sudah siap. Mungkin kalau dia tahu ada pancake dan omelet, dia akan bangun lebih cepat."
Kazumi tertawa kecil. "Itu ide yang bagus, Ibu. Kak Shizu pasti tidak akan bisa menolak pancake buatan Ibu."
"Ditambah lagi aku sudah menjanjikan kentang goreng untuknya."
Dengan semangat baru, Kazumi bangkit dari kursi dan berjalan menuju kamar Shizumichi.
Ia membuka pintu kamar kakaknya dengan lembut, melihat Shizumichi yang masih terlelap di atas tempat tidur.
"Kak Shizu, bangunlah. Sudah waktunya makan siang," bisiknya sambil mendekati tempat tidur.
Namun, Shizumichi hanya menggeliat sedikit, masih tenggelam dalam tidurnya, "Hwaahhh... Kentwang... goyeng... Am... Am... Am..."
Kazumi tersenyum, lalu dengan lembut menggoyangkan bahu kakaknya. "Kak Shizu, ada pancake dan omelet buatan Ibu. Ayo bangun."
Shizumichi membuka matanya perlahan, menatap Kazumi dengan tatapan setengah mengantuk. "Pancake dan omelet?"
Kazumi mengangguk. "Ya, Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Ayo bangun sekarang."
Dengan usaha yang sedikit lebih keras, Shizumichi akhirnya duduk di atas tempat tidur, menguap lebar. "Oke, oke. Aku bangun sekarang."
Kazumi tersenyum puas. "Bagus. Ayo, kita ke dapur."
Kazumi memimpin jalanan dimana Shizumichi mengikutinya ke dapur dengan langkah-langkah mengantuk, menggosok matanya.
Ketika melihat ibunya yang tersenyum lebar di dapur, dia mencoba untuk tersenyum balik.
"Selamat pagi, Ibu," sapa Shizumichi dengan suara serak.
Koizumi tersenyum lebih lebar lagi, menepuk bahunya dengan lembut. "Selamat pagi, Shizu. Akhirnya bangun juga. Cepat duduk dan nikmati sarapanmu."
Shizumichi mengangguk dan duduk di meja makan, aroma pancake dan omelet langsung membuatnya merasa lebih segar.
"Terima kasih, Ibu. Ini terlihat enak sekali," katanya sambil mulai menyantap makanannya.
Sementara itu, Kazumi mengambil sikat rambut dan berdiri di belakang Shizumichi. "Aku akan menyisir rambutmu, Kak. Rambutmu selalu berantakan setelah bangun tidur," katanya dengan nada menggoda.
Shizumichi tertawa kecil sambil terus makan. "Baiklah, Kazumi. Terima kasih."
Kazumi mulai menyisir rambut Shizumichi dengan lembut, merapikannya dengan hati-hati.
Shizumichi merasa nyaman dan menikmati sarapan sambil merasakan sentuhan lembut adiknya.
Koizumi bertanya, "Jadi, apa yang kalian lakukan tadi malam sampai begadang begitu?"
Kazumi dan Shizumichi saling bertukar pandang sejenak sebelum Kazumi menjawab. "Kami sedang bekerja pada cerita baru, Ibu."
"Kakak merasa bahwa cerita yang kami buat terlalu klise, jadi kami mencoba membuatnya lebih kreatif dan berbeda." Kazumi menjawab selagi merapihkan rambut Kakaknya.
Shizumichi mengangguk sambil menyantap sepotong pancake. "Benar, Ibu. Kami mencoba mencari cara untuk membuat awal cerita yang lebih menarik dan tidak biasa."
Koizumi mengangguk, tampak tertarik. "Begitu ya? Bagus sekali."
"Ibu senang mendengar kalian begitu bersemangat dengan apa yang kalian lakukan."
"Terutama lagi menulis cerita ya... mengingatkan Ibu kepada Nenek kalian." Koizumi terkekeh.
Kazumi tersenyum sambil terus menyisir rambut Shizumichi. "Nenek memang penulis yang hebat ya, Ibu. Tanpa beliau maka cerita ini tidak akan bisa tertulis."
"Ya, benar. Siapa tahu kalian bisa mengambil inspirasi darinya."
"Tidak usah, Ibu. Rasanya kami membutuhkan sebuah originalitas." tolak Shizumichi.
Koizumi tersenyum bangga. "Itu yang Ibu harapkan dari kalian. Kalian berdua memiliki potensi yang besar, dan Ibu akan selalu mendukung kalian."
Setelah beberapa menit, Kazumi selesai menyisir rambut Shizumichi, yang kini terlihat lebih rapi. "Sudah selesai, Kak."
"Rambutmu sekarang terlihat bagus," ujarnya sambil meletakkan sisir di meja.
Shizumichi meraba rambutnya dan tersenyum. "Terima kasih, Kazumi. Kau selalu tahu cara membuatku terlihat lebih baik."
Kazumi duduk di sebelah Shizumichi dan mulai mengambil celemek untuk digunakan karena ia harus menepati janjinya membuatkan kentang goreng untuknya.
"Kazumi, tolong buatkan untuk Ibu juga."
"Baik, bu."
Shizumichi bangkit dari atas kursi lalu ia melakukan peregangan yang begitu tinggi, "Hmmmm~ ahh~ siang-siang begini enaknya minum yang segar."
Koizumi melihat putrinya itu mendatangi kulkas lalu membuka pintunya sampai dikejutkan dengan isinya yang dipenuhi botol berisi susu, "Hehhhh!? Kenapa semuanya susu?!"
"Hah... Tidak ada pilihan lain, susu juga memang segar sih di siang hari."
"Shizumichi, itu bukan susu yang bisa kamu minum." peringat Koizumi.
"Heh?" Shizumichi melirik ke arahnya.
"Itu susu untuk adikmu yang paling kecil Ken."
Shizumichi menganga, "I-Ibu bilang semua botol ini adalah asimu!?"
"Benar."
"Astaga, sudah seperti sap---" Sebelum Shizumichi menyebut 'sapi', Kazumi menggunakan kekuatan The Mind untuk membuatnya tidak mengatakan kata itu.
"---seperti Ibu yang bertanggung jawab, hehehe." Shizumichi terkekeh selagi mengusap rambutnya sendiri.
Penglihatannya itu sempat mengarah pada Kazumi yang hanya bisa menghela nafas dimana ia berbicara langsung ke dalam pikirannya, jaga mulutmu itu, bodoh..."
"Nehehehe~!"
Shizumichi mendekati Koizumi, "Oh iya, Ibu. Kemana adik-adik yang lain?"
"Mereka pastinya sedang di luar dan di kamar Ibu tidak bisa menyebut satu-satu sedang apa." jawabnya selagi menatap Kazumi memasak kentang goreng.
Mereka mulai membicarakan tentang adik-adik Shizumichi, dan kebetulan suara tangisan bayi bisa terdengar dari pintu masuk menuju dapur.
Karena suaranya sangat keras, mereka bertiga langsung melirik ke arah seorang pria muda berambut emas yang sangat tinggi sedang menggendong bayi.
Bayi itu menangis selagi memeluk lengannya dimana pria itu tidak bisa melakukan apapun untuk menenangkannya, "Koizumi, sepertinya Ken menginginkan susu darimu langsung."
"Begitu ya. Kalau begitu berikan padaku, Shinichi." Koizumi mengulurkan kedua lengannya dimana pria yang bernama Shinichi itu memberikan bayi Ken padanya.
Koizumi memberikan beberapa kecupan kecil pada pipi bayinya serta usapan lalu ia mulai menyusulnya agar putranya yang paling kecil bisa tenang.
Shinichi mencium aroma yang cukup sedap, "Ohh, Kazumi. Kamu sedang memasak kentang goreng?"
"Iya, Ayah. Mau juga?"
"Boleh dong."
Shinichi duduk di sebrang Koizumi dimana ia juga bisa melihat Shizumichi berdiri di sebelahnya itu selagi melipatkan kedua lengannya.
Ekspresinya terlihat seperti mencurigakan sesuatu pada Ayahnya itu, "Tatapan itu, aku melihat suatu kecurigaan."
"Kenapa, Shizumichi? Aku dengar dari ruang tamu kamu sedang mengembangkan cerita baru ya." Shinichi mengatakannya selagi mengusap kepala putrinya itu.
"Cepat beritahu beritanya."
"Huh? Berita apa?"
"Botol asi sebanyak itu di dalam kulkas, aku yakin kita kedatangan anggota keluarga baru bukan?" tanya dengan ekspresi penuh kecurigaan.
Shinichi sontak kaget mendengarnya sampai ia berkeringat karena tidak menyangka Shizumichi bisa sepeka itu sampai Koizumi mulai terkekeh.
"Se-Sejak kapan kau bisa sepeka ini?!"
"Tidak mungkin!" Kazumi terkejut melihat ekspresi Ayahnya itu dimana ia langsung melirik ke arah Koizumi yang hanya mengangguk.
"Kalian akan memiliki adik perempuan baru." jawab Koizumi yang sedang menyusui Ken selagi mengusap perutnya sendiri.
"Heh!?" Kazumi sontak kaget.
"Adik baru lagi!?!?" teriak Shizumichi keras.
"Itu artinya... Itu artinya...!!!"
"Aku sekarang sudah memiliki lima puluh sembilan adik!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
fjshn
setahuku jam sebelas udah siang deh
2024-07-23
4
AojinSuzaku [Chara Slayer]
Yang ngesimp Koizumi pasti langsung pingsan di tempat pas baca ini 💀
2024-06-21
0
AojinSuzaku [Chara Slayer]
*di mana
2024-06-21
0