Kazumi dan Shizumichi berdiri di depan pintu kamar adik mereka yang jarang sekali keluar.
Shizumichi mengetuk pintu dengan ragu, sementara Kazumi berdiri di belakangnya, menahan napas.
"Ketuk saja, Kak," kata Kazumi dengan nada tegas, meskipun wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan.
"Aku bisa mencium bau tak sedap dari sini."
Shizumichi mengangguk, kemudian mengetuk pintu dengan lembut. "Yahoo~ Michizuki, boleh kami masuk?"
Terdengar suara langkah kaki yang mendekat dari dalam kamar. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan wajah seorang pria dewasa berkacamata yang terlihat letih.
Rambutnya sudah sepastinya berwarna emas karena keturunan, dia adalah Michizuki, adik mereka yang lebih suka mengurung diri di kamar dengan aktivitas yang tidak jelas.
Kazumi memandang Michizuki dengan tatapan yang sedikit mencela, sementara Michizuki menatap balik dengan wajah datar. "Ada apa, Kakak-kakak? Aku sedang sibuk."
"Bau sekali...! Apakah dia tidak pernah mandi...?!" batin Kazumi.
Kazumi mencoba tersenyum, meskipun jelas terlihat canggung. "Kami butuh pendapatmu tentang cerita yang sedang kami tulis. Bolehkah kami masuk?"
Michizuki membuka pintu lebih lebar, mengizinkan mereka masuk. "Baiklah, tapi jangan lama-lama. Aku masih banyak pekerjaan."
Kazumi dan Shizumichi masuk ke dalam kamar yang dipenuhi dengan barang-barang berserakan, dari buku-buku, tisu, hingga pakaian yang tidak teratur.
Kamarnya benar-benar berantakan sampai Kazumi tidak bisa bertahan lama berada dalam kamar tersebut ditambah lagi dengan aroma tak sedap menyengat hidung Kazumi, membuatnya mengerutkan hidung.
Tembok kamarnya juga penuh dengan poster gadis kecil yang berpose aneh sampai Kazumi tidak bisa menyembunyikan ekspresi yang tak nyaman.
Shizumichi tentunya tidak mempermasalahkan hal itu sampai dia masuk lebih dalam lalu tak sengaja menduduki guling yang memiliki gambar anak kecil.
"Oi!!! Yang kau duduki itu istriku!!!" Teriak Michizuki yang langsung merebut guling tersebut sampai Shizumichi reflek berdiri dengan tatapan kaget.
"Ah, maaf. Aku tidak melihatnya di sana."
Kazumi melebarkan matanya ketika melihat Michizuki memeluk guling yang memiliki gambar gadis kecil dengan rambut pirang, mengenakan pakaian dalam saja.
"Kamu baik-baik saja 'kan, istriku?" Michizuki mencium gulingnya.
"Urgh..." Kazumi memasang tatapan jijik sampai ia langsung menggunakan The Mind untuk berkomunikasi dengan Shizumichi melalui pikirannya.
"Kakak, bukannya ini sudah berlebihan...?"
"Ah, normal ini mah." jawabnya.
"Normal!? Kau bilang 'normal'?! Lihatlah sekitarmu!!! Ruangan ini kesannya seperti memiliki radiasi nuklir yang sangat berbahaya!"
"Dan aku tak menyangka Ibu atau Ayah membiarkannya memajang banyak sekali poster gadis kecil serta guling yang dia akui sebagai istrinya!!!"
"Tenangkan dirimu, Kazumi. Jika kau protes maka Michizuki takkan memberikan pendapat jujurnya."
"Kita membutuhkan Michizuki karena dia bisa dibilang cukup handal tentang ini."
"Lihat saja... aku sudah mengetahui jelas pendapat apa yang akan dia berikan." Kazumi berhenti melakukan telepati dengannya dimana ia langsung menjauh dari mereka.
Shizumichi menatap Michizuki dengan senyum ramah. "Kami ingin tahu pendapatmu tentang cerita yang sedang kami tulis."
"Kami berpikir kamu mungkin bisa memberikan perspektif yang berbeda."
Michizuki mengangguk pelan, duduk di kursi dekat meja yang penuh dengan tisu. "Baiklah, mana ceritanya?"
Kazumi melemparkan naskah itu kepada Shizumichi lalu memberikan naskah kepada Michizuki, yang segera membacanya dengan serius.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan, sementara Kazumi dan Shizumichi menunggu dengan sabar.
Setelah membaca beberapa halaman, Michizuki mengangkat wajahnya, ekspresinya masih datar. "Ceritanya menarik, tapi terasa terlalu klise di beberapa bagian."
"Kalian bisa menambahkan lebih banyak elemen kejutan."
Kazumi menghela napas, berusaha menahan rasa kesalnya. "Seperti apa contohnya, Michizuki?"
Michizuki menatap Kazumi dengan tenang. "Mungkin tambahkan karakter berupa gadis kecil yang sangat imut."
"Jangan lupa juga buatkan gadis kecil itu menyukai karakter utamanya yang memiliki selera begitu besar terhadap gadis kecil."
Ruangan seketika hening dimana Kazumi sudah kehabisan kata-kata sampai tidak mau melanjutkan percakapannya itu.
Yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah menghela nafas lalu menepuk wajahnya pelan sampai keheningan ruangan itu dipecahkan oleh suara Shizumichi.
"Uwoooohhhh!!! Itu bisa dilakukan!"
"Jangan mendengarkan orang bejat itu!!!"
...
...
Kazumi dan Shizumichi meninggalkan kamar Michizuki dengan perasaan campur aduk.
Meski pendapat yang mereka dapatkan cukup aneh, mereka tahu bahwa setiap masukan adalah berharga untuk pengembangan cerita mereka.
"Dia benar-benar tidak bisa diandalkan 'kan?" tanya Kazumi dengan helaan nafas.
"Dia memberikan saran yang bagus, walau caranya agak aneh," jawab Shizumichi sambil tersenyum.
"Tapi, justru itulah yang membuat ceritanya menarik bukan?" lanjutnya.
"Aku menolak keras terhadap hal-hal yang berbau pedo!" Kazumi menyilang lengannya selagi menggelengkan kepalanya.
"Ini yang terakhir kalinya aku akan mendekati adik aneh itu! Dia benar-benar cerminan seseorang yang tidak memiliki kehidupan!"
"Hanya diam di kamar dan duduk di depan komputer menonton kartun penuh anak kecil yang berpakaian tak senonoh!"
Kazumi terus mengeluh sedangkan Shizumichi menatap naskah tersebut dengan menambahkan beberapa kata menggunakan pensilnya.
Selanjutnya mereka akan mengunjungi kamar adik mereka yang lain dimana dia bisa dibilang cukup diandalkan dari sebelumnya.
Tak lama kemudian, mereka bisa merasakan atmosfer yang tak begitu baik alias penuh dengan hal misterius yang menyebabkan tubuh mereka merinding.
"Aku merasakan kekuatan yang meletup!" Shizumichi melebarkan kedua matanya yang bersinar merah.
Dia langsung berdiri tepat di hadapan pintu yang memiliki warna paling berbeda dibandingkan pintu kamar lainnya, yang satu ini terlihat sangat merah bagaikan darah.
"Kaito ya. Bukannya dia lebih parah dari Michizuki?" tanya Kazumi yang sedang melipatkan kedua lengannya.
"Aku juga sudah lama sekali tidak bertemu dengannya." Shizumichi menjawab.
"Apa mungkin dia pergi ke luar alam semesta?" Kazumi bertanya kembali selagi mengetuk pintu kamar adiknya yang bernama Kaito.
Mereka terus mengetuk pintu tanpa henti sampai jawaban apapun tidak didapatkan oleh mereka sehingga keduanya terpaksa harus melanjutkan ke target selanjutnya.
Sesosok adik yang sangat disukai oleh Kazumi sampai dia berlari secepat mungkin, meninggalkan Shizumichi yang bereriak kepadanya untuk tidak terburu-buru seperti itu.
Walaupun adik terakhir yang ingin mereka temui ini bersikap tak jauh berbeda dari Kaito dan Michizuki yang selalu mengurung diri di kamar.
Kazumi tidak begitu keberatan karena dia masih sangat muda karena merupakan anak yang ke lima puluh tujuh.
"Kazuto! Kazuto! Kakak datang!" seru Kazumi dengan nada penuh kesenangan di depan pintu kamar adiknya.
Tanpa menunggu jawaban, Kazumi mengetuk pintu dengan antusias. "Kazuto! Kakak mau masuk!"
Pintu kamar terbuka perlahan, memperlihatkan wajah mungil seorang lelaki kecil dengan rambut merah yang langsung tersenyum lebar saat melihat Kazumi.
Tanpa pikir panjang, Kazumi langsung memeluk adiknya dengan erat.
"Kazuto! Kakak kangen sekali!" seru Kazumi sambil memeluk adiknya yang mungil itu.
Kazuto memasang tatapan kaget. "Kakak! Apa yang engkau lakukan!? Aku bukan anak kecil lagi!!!"
Kazumi memberinya beberapa kecupan pada keningnya, membuat Kazuto memasang tatapan kaget. "Kamu makin ganteng saja, adikku."
Shizumichi akhirnya sampai, melihat pemandangan itu dengan senyum hangat. "Hai, Kazuto! Apa kabar?"
"Sudah cukup, Kak Kazu." Kazuto melepaskan pelukannya dari Kazumi dan melambai kepada Shizumichi.
"Halo, Kak Shizumichi! Aku baik-baik saja."
Kazumi masih memegang tangan Kazuto, matanya bersinar penuh kasih sayang. "Kami butuh pendapatmu, Kazuto."
"Kami sedang menulis cerita dan ingin mendengar apa yang kamu pikirkan."
Kazuto mengangguk antusias. "Tentu, Kak! Aku mau bantu."
Kazumi dan Shizumichi masuk ke kamar Kazuto yang tertata rapi dan bersih, sangat kontras dengan kamar adik-adik mereka yang lain.
Kazuto duduk di atas tempat tidurnya, sambil menunggu Kazumi dan Shizumichi menunjukkan naskah mereka.
"Ini dia," Kazumi berkata sambil memberikan naskah kepada Kazuto.
"Kami ingin tahu pendapatmu."
Kazuto mulai membaca naskah itu dengan seksama, matanya yang besar dan ceria menunjukkan ketertarikan yang dalam.
Kazumi dan Shizumichi duduk dengan sabar, menunggu komentar Kazuto.
Beberapa menit berlalu, Kazuto akhirnya mengangkat wajahnya, tersenyum lebar. "Aku suka ceritanya, Kak!"
"Tapi mungkin bisa tambah karakter yang lucu dan pintar. Dan jangan lupa buat ending yang bahagia!"
Kazumi tersenyum lebar, merasa bahagia dengan masukan positif dari Kazuto. "Terima kasih, Kazuto! Kami akan mempertimbangkan sarannya."
Shizumichi mengangguk setuju. "Iya, ide yang bagus, Kazuto. Terima kasih."
Kazumi memeluk adiknya sekali lagi. "Kamu memang adik yang terbaik! Kami pasti akan buat cerita ini jadi lebih baik dengan bantuanmu."
Kazuto tersenyum bangga. "Sama-sama, Kak! Aku senang bisa membantu."
Saat Kazumi dan Shizumichi hendak keluar dari kamar Kazuto, Shizumichi sempat memperhatikan komputer Kazuto.
Di layar, terlihat Kazuto sedang bermain sebuah game yang memperlihatkan karakter utama bisa memasuki berbagai macam dunia.
Entah kenapa, itu memberikan ide cemerlang kepada Shizumichi.
"Tunggu sebentar, Kazumi," kata Shizumichi tiba-tiba.
"Lihat game yang dimainkan Kazuto itu. Aku punya ide."
Kazumi mengerutkan keningnya, menatap layar komputer Kazuto. "Game ini? Kenapa?"
Shizumichi tersenyum lebar, matanya bersinar penuh semangat. "Aku akan menjelaskan nanti. Ayo kita kembali ke perpustakaan."
Meskipun penasaran, Kazumi mengikuti Shizumichi keluar dari kamar Kazuto, mengucapkan selamat tinggal dengan penuh kasih sayang kepada adiknya itu.
Mereka segera menuju perpustakaan, tempat favorit mereka untuk berdiskusi dan menulis.
Setelah sampai di perpustakaan, Shizumichi langsung mengambil buku catatannya dan mulai menulis beberapa ide. Kazumi duduk di sebelahnya, menunggu penjelasan.
"Jadi, apa yang kau pikirkan tadi?" tanya Kazumi.
Shizumichi menatap Kazumi dengan antusias. "Bagaimana jika kita membuat cerita ini menjadi nyata?"
"Maksudku, bukan hanya menulisnya, tapi benar-benar bisa masuk ke dalam dunia cerita itu."
"Atau mungkin semua cerita yang kau tulis ini?!" Shizumichi mengangkat kedua lengannya, memperlihatkan banyak sekali buku cerita tulisannya.
Kazumi terkejut, namun matanya mulai bersinar dengan antusiasme yang sama. "Kau maksud, seperti dalam game yang Kazuto mainkan tadi?"
"Kita bisa masuk ke dalam cerita kita dan mengalami petualangan di dalamnya?"
"Ya! Kita bisa membuatnya seperti itu," jawab Shizumichi.
"Bayangkan jika kita bisa berinteraksi langsung dengan karakter yang kita ciptakan, menjelajahi dunia yang kita buat, dan bahkan mengubah alur cerita secara langsung."
Kazumi tersenyum lebar, sudah mulai membayangkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. "Itu akan sangat luar biasa!"
"Tapi, bagaimana caranya kita bisa melakukannya?"
Shizumichi mengambil napas dalam-dalam, berusaha menjelaskan. "Kita bisa menggunakan kekuatan yang kita miliki. Kita sudah memiliki The Mind."
"Mungkin kita bisa mengembangkan kemampuan itu untuk menciptakan jembatan ke dunia cerita kita."
Kazumi mengangguk, mulai memahami ide Shizumichi. "Kita bisa menggunakan kekuatan kita untuk masuk ke dalam cerita, dan mungkin juga untuk mengendalikan beberapa aspek di dalamnya."
"Ya, tepat sekali," jawab Shizumichi.
"Kita bisa menciptakan dunia yang dinamis, di mana kita bisa belajar, berlatih, dan mengalami petualangan yang tidak mungkin dilakukan di dunia nyata."
Kazumi semakin bersemangat dengan ide itu. "Mari kita mulai bekerja. Kita perlu merencanakan semuanya dengan detail."
"Dunia seperti apa yang ingin kita ciptakan? Karakter-karakter apa yang akan kita temui? Dan apa tujuan utama petualangan kita?"
Shizumichi mengangguk setuju, mulai menulis lebih banyak ide di buku catatannya. "Kita akan menciptakan dunia yang penuh dengan misteri, tantangan, dan keajaiban."
"Dan kita akan menjadi pahlawan yang bisa mengubah nasib dunia itu."
Kazumi tersenyum lebar, penuh semangat dan antusiasme. "Ayo kita mulai! Ini akan menjadi petualangan terbesar kita!"
Dengan semangat yang baru, Kazumi dan Shizumichi mulai merencanakan detail dunia cerita mereka, siap untuk membuat ide gila mereka menjadi kenyataan.
Kazumi dan Shizumichi mulai merencanakan detail dunia cerita mereka dengan antusiasme yang tak terbendung.
Di tengah diskusi yang semakin mendalam, Shizumichi tiba-tiba berhenti menulis dan menatap Kazumi dengan serius.
"Kazumi, kau ingat Kazuki, bukan?" tanya Shizumichi.
Kazumi mengangguk. "Tentu saja. Apa hubungannya dengan rencana kita?"
Shizumichi menghela napas sejenak sebelum melanjutkan. "Kau tahu bahwa Kazuki menggunakan The Mind untuk menciptakan alam semestanya sendiri, di mana dia berperan sebagai pencipta."
"Dia mampu mengendalikan setiap aspek dari dunia itu, menciptakan kehidupan, bahkan mengubah hukum alam sesuai keinginannya."
Kazumi mengangguk lagi, kali ini dengan lebih serius. "Ya, aku ingat."
"Itu adalah salah satu alasan mengapa kekuatan The Mind sangat luar biasa dan berbahaya jika digunakan dengan cara yang salah."
Shizumichi tersenyum samar. "Tepat sekali. Jadi, aku berpikir, jika Kazuki bisa melakukan itu, mungkin kita bisa menggunakan kekuatan kita untuk membuat dunia cerita kita menjadi nyata."
"Kita tidak perlu menciptakan alam semesta penuh, tapi cukup sebuah dunia di mana kita bisa masuk dan berinteraksi dengan karakter serta plot yang kita ciptakan."
Kazumi terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Shizumichi. "Apakah kau berpikir kita bisa melakukan hal yang sama seperti Kazuki?"
"Menggunakan The Mind untuk membuat dunia kita sendiri?"
Shizumichi mengangguk. "Aku yakin kita bisa. Kita hanya perlu fokus dan bekerja sama untuk menggabungkan kekuatan kita."
"Lagipula, kita punya keuntungan karena kita bisa saling melengkapi ide dan kekuatan satu sama lain."
Kazumi tersenyum, matanya bersinar penuh semangat. "Baiklah, mari kita coba. Tapi kita harus berhati-hati."
"Kita tahu betapa kuatnya The Mind dan potensi bahayanya jika tidak dikendalikan dengan benar."
Shizumichi tersenyum lebar. "Setuju. Kita akan melakukannya dengan hati-hati dan bertanggung jawab."
"Lagipula, ini adalah petualangan yang kita impikan, bukan?"
Kazumi mengangguk antusias. "Betul. Mari kita mulai merencanakan dunia cerita kita, dan pastikan semua detailnya sempurna."
Mereka melanjutkan diskusi, merencanakan setiap aspek dari dunia yang ingin mereka ciptakan. Mereka membahas latar belakang dunia, karakter-karakter utama, alur cerita, hingga tantangan yang harus dihadapi.
Mereka bahkan mempertimbangkan bagaimana mereka akan menggunakan kekuatan The Mind untuk mengakses dunia tersebut.
Shizumichi menjelaskan lebih lanjut, "Kazuki sering menggunakan metode meditasi mendalam dan visualisasi yang kuat untuk menciptakan dan mengendalikan dunianya."
"Mungkin kita bisa mencoba pendekatan yang sama."
Kazumi setuju. "Kita bisa mulai dengan latihan visualisasi dan membangun dunia ini sedikit demi sedikit."
"Dan tentu saja, kita harus tetap berkomunikasi dan memastikan kita berada di jalur yang sama."
Setelah beberapa jam penuh diskusi dan perencanaan, Kazumi dan Shizumichi merasa lebih siap dan percaya diri.
Mereka tahu ini adalah proyek besar dan berisiko, tapi semangat petualangan dan keinginan untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa mendorong mereka untuk melangkah lebih jauh.
Dengan tekad yang bulat, mereka memutuskan untuk mulai latihan meditasi dan visualisasi, menggabungkan kekuatan The Mind untuk membentuk dunia cerita mereka yang akan menjadi nyata.
Petualangan besar mereka baru saja dimulai, dan mereka siap menghadapi setiap tantangan yang datang.
"Mari kita coba pelan-pelan, Kakak." Kazumi memejamkan kedua matanya.
"Ya..."
""The Mind!!!""
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
sapi gemoy
buset, seketika fbi open the door
2024-08-12
0
sapi gemoy
normal darimana udah akut itu 🥶
2024-08-12
0
sapi gemoy
hmm, rada sus 🧐
2024-08-12
0