Shizumichi dan Kazumi memutuskan untuk beristirahat sejenak dengan berendam di air hangat, membersihkan tubuh dan pikiran mereka setelah kejutan besar tadi.
Mereka berdua duduk di dalam bak mandi besar yang dikelilingi oleh aroma harum dari minyak esensial, yang memberikan suasana tenang dan menenangkan.
Shizumichi menghela napas panjang, merasa kelelahan dan kebingungan setelah mendengar kabar bahwa mereka akan memiliki adik baru lagi.
Ia melihat ke arah Kazumi yang sedang bersandar di sisi bak mandi, matanya tertutup menikmati kehangatan air.
"Kenapa keluarga kita terus bertambah ya, Kazumi?" tanya Shizumichi sambil mengusap wajahnya dengan tangan basah.
Kazumi membuka matanya perlahan, melihat Shizumichi dengan tatapan yang sama bingungnya. "Entahlah, Kak. Sepertinya Ayah dan Ibu sangat senang memiliki keluarga besar."
"Tapi, aku juga dengar bahwa mereka ingin membuat sebuah populasi yang baru demi memenuhi alam semesta kosong ini."
Shizumichi mengangguk, masih merasa tidak percaya. "Tapi lima puluh sembilan adik, Kazumi."
"Itu bukan jumlah yang sedikit. Bagaimana kita bisa mengurus mereka semua?"
Kazumi tersenyum tipis, mencoba memberi semangat kepada kakaknya. "Kita selalu berhasil, Kak. Ibu dan Ayah selalu memastikan kita semua merasa dicintai dan terurus."
"Lagi pula, Ibu memiliki sebuah kemampuan yang dapat membuat semacam Avatar untuk mengasuh kita semua satu per satu."
"Tidak lupa juga mereka memiliki jadwal yang luar biasa untuk bisa memberikan kasih sayangnya kepada masing-masing dari kita."
"Dan kau harus ingat bahwa kita tidak selalu harus mengasuh adik yang paling kecil karena adik-adik kita bisa menjadi Kakaknya."
Shizumichi menghela napas lagi, merasakan kehangatan air yang membantu menenangkan pikirannya. "Kamu benar, Kazumi."
"Tapi kadang aku merasa khawatir, apakah kita bisa memberi perhatian yang cukup untuk semuanya?"
Kazumi mengulurkan tangan dan menyentuh bahu Shizumichi dengan lembut. "Kita adalah keluarga, Kak. Kita saling mendukung dan membantu satu sama lain. Kita tidak sendirian dalam hal ini."
"Menurutku sih ya... karena tidak ada populasi apapun dalam dunia ini, hanya bangsa Legenda seperti kita."
"Bangsa pejuang yang berpenampilan seperti Manusia dengan banyak sekali DNA hewan dalam diri kita, ditambah lagi kita memiliki banyak sekali darah keturunan berbeda."
"Ibu dan Ayah ingin memiliki banyak sekali anak demi meluaskan dunia ini." Kazumi menjelaskan selagi membasuh rambutnya berkali-kali.
Shizumichi menatap adiknya dengan senyum tipis. "Kamu benar. Terima kasih, Kazumi. Kadang aku terlalu khawatir."
Kazumi tertawa kecil. "Itu yang membuatmu menjadi kakak yang baik. Kamu selalu memikirkan yang terbaik untuk kita semua."
"Walaupun terkadang kita semua selalu saja berakhir menyesal dengan ajakanmu." Kazumi memasang ekspresi kesal sekarang.
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kehangatan air dan ketenangan di sekitar mereka.
Shizumichi akhirnya berbicara lagi, kali ini dengan nada yang lebih tenang dan yakin.
"Kamu tahu, Kazumi, meskipun keluarga kita besar, aku merasa beruntung memiliki keluarga seperti ini."
"Setiap adik kita membawa kebahagiaan dan keceriaan tersendiri."
Kazumi mengangguk setuju. "Benar, Kak. Mereka semua adalah bagian dari kehidupan kita yang membuatnya lebih berwarna dan bermakna."
Shizumichi tersenyum, merasa lebih baik setelah berbicara dengan Kazumi. "Terima kasih, adikku. Kamu selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik."
Kazumi tersenyum balik. "Itulah gunanya saudara, Kak. Kita saling mendukung."
Setelah beberapa saat, Shizumichi merasa lebih rileks dan siap menghadapi tantangan baru sebagai kakak dari lima puluh sembilan adik.
Mereka berdua akhirnya selesai berendam, merasa segar dan siap untuk melanjutkan hari mereka dengan semangat baru.
Mereka keluar dari bak mandi dan mengeringkan tubuh mereka dengan handuk. Shizumichi melihat Kazumi yang sedang menyisir rambutnya di depan cermin.
"Siap untuk menghadapi hari ini?" tanya Shizumichi sambil tersenyum.
Kazumi mengangguk dengan penuh semangat. "Selalu, Kak. Bersama kita bisa menghadapi apapun."
Mereka berdua tersenyum satu sama lain, siap untuk melanjutkan hari mereka dengan tekad dan semangat baru, mengetahui bahwa mereka memiliki keluarga yang besar namun penuh kasih dan dukungan.
Setelah menyelesaikan berendam, Shizumichi dan Kazumi mengenakan pakaian bersih dan menuju perpustakaan pribadi Kazumi, ruangan favorit mereka untuk bekerja dan berkreasi.
Perpustakaan ini terletak di sudut rumah, jauh dari keramaian, menciptakan suasana yang tenang dan damai.
Ruangan tersebut dipenuhi rak-rak tinggi yang menjulang hingga ke langit-langit, penuh dengan buku dari berbagai genre dan topik.
Jendela besar di salah satu sisi ruangan memungkinkan sinar matahari masuk, memberikan pencahayaan alami yang sempurna untuk membaca dan menulis.
Di tengah ruangan, terdapat meja kayu besar dengan beberapa kursi yang nyaman di sekelilingnya.
Lampu-lampu meja dengan desain klasik menambah kehangatan dan kenyamanan ruang tersebut.
Kazumi dan Shizumichi duduk di kursi, menyiapkan alat tulis dan laptop mereka.
Buku-buku referensi yang mereka perlukan telah disusun rapi di atas meja, siap untuk digunakan kapan saja. Aroma buku tua dan kayu yang khas dari perpustakaan itu menambah inspirasi mereka.
Kazumi membuka laptopnya dan mulai mengetik, sementara Shizumichi memeriksa catatan-catatan mereka dari malam sebelumnya.
Mereka berdua tenggelam dalam suasana kreatif yang kondusif untuk menulis.
"Baik, Kazumi. Di mana kita berhenti tadi malam?" tanya Shizumichi sambil membolak-balik halaman buku catatan.
Kazumi melihat layar laptopnya, membaca ulang kalimat terakhir yang mereka tulis. "Kita berhenti pada bagian di mana tokoh utama menemukan petunjuk rahasia di dalam perpustakaan kuno."
Shizumichi mengambil buku yang dia dan Kazumi tulis kemarin lalu melihat awalannya memang sudah ditentukan sampai ia terpaksa harus menerimanya walau masih terkesan klise.
"Hmmmm..."
"Sudahlah, Kakak. Jangan terlalu berjiwa perfeksionis. Ceritanya nanti tidak akan dimulai-mulai."
"Aku tahu, aku tahu."
Shizumichi memegang dagunya. "Aku berpikir kita bisa menambahkan elemen kejutan di sini, mungkin ada buku yang tiba-tiba memberikan petunjuk penting."
Kazumi tersenyum, menyukai ide tersebut. "Itu bagus, Kak. Bagaimana jika buku itu berisi peta rahasia yang mengarahkan mereka ke tempat tersembunyi?"
Shizumichi mengangguk setuju. "Bagus sekali, Kazumi. Kita bisa menggambarkan detail perpustakaan kuno itu dengan lebih hidup."
Kazumi mulai mengetik dengan semangat, sementara Shizumichi melanjutkan memberikan ide-ide tambahan selagi menulis.
Mereka bekerja dengan penuh konsentrasi, terkadang berhenti sejenak untuk mendiskusikan plot dan karakter.
Di sekitar mereka, suasana perpustakaan memberikan inspirasi tambahan.
Dinding-dinding yang dipenuhi buku, lampu-lampu hangat, dan keheningan yang menenangkan membuat mereka merasa terhubung dengan cerita yang sedang mereka ciptakan.
Kazumi mengambil salah satu buku referensi dari meja, membuka halaman yang relevan, dan membacanya dengan seksama.
"Kak, menurut buku ini, perpustakaan kuno sering kali menyimpan rahasia di balik buku-buku yang tidak terlihat mencurigakan."
"Mungkin kita bisa menambahkan elemen itu?"
Shizumichi melihat ke arah buku yang dipegang Kazumi dan mengangguk. "Ide bagus, Kazumi. Kita bisa membuat tokoh utama menemukan buku yang terlihat biasa, tapi ternyata menyimpan petunjuk penting."
Kazumi menambahkan detail itu ke dalam cerita mereka, memperkaya plot dengan elemen misteri dan kejutan.
Mereka terus menulis dengan semangat, menggabungkan ide-ide mereka menjadi satu alur cerita yang menarik dan kreatif.
Waktu berlalu tanpa mereka sadari, terlarut dalam dunia yang mereka ciptakan bersama.
Perpustakaan pribadi Kazumi menjadi saksi bisu dari kreativitas dan kerja keras mereka, tempat di mana ide-ide bertebaran dan cerita-cerita lahir.
Setelah beberapa jam, mereka akhirnya berhenti sejenak untuk meregangkan otot dan mengagumi hasil kerja mereka.
Kazumi menutup laptopnya dengan senyum puas, sementara Shizumichi meregangkan punggungnya.
"Ini sudah banyak kemajuan," kata Kazumi dengan semangat.
"Aku suka bagaimana ceritanya berkembang."
Shizumichi mengangguk setuju. "Ya, kita benar-benar membuatnya menjadi lebih menarik."
"Perpustakaan ini adalah tempat yang sempurna untuk menulis."
Kazumi tersenyum, merasa bangga dengan perpustakaan pribadinya. "Terima kasih, Kak. Aku juga merasa sangat terinspirasi di sini."
Shizumichi menyandarkan tubuhnya pada kursi, menatap hasil kerja mereka dengan campuran kepuasan dan keraguan. Ia kemudian menghela napas panjang dan menoleh ke arah Kazumi.
"Kazumi, meskipun kita sudah banyak menulis dan ceritanya mulai terasa hidup, aku masih merasa ada satu pertanyaan besar yang belum terjawab," ujarnya dengan nada serius.
Kazumi berhenti sejenak, menatap Shizumichi dengan penuh perhatian. "Apa itu, Kak?"
Shizumichi memandang adiknya dengan tatapan penuh keraguan. "Siapa sebenarnya yang akan membaca cerita ini? Siapa yang akan tertarik dengan apa yang kita tulis?"
Kazumi tersenyum lembut, berusaha menenangkan kegelisahan kakaknya. "Kak, aku sudah memikirkan itu."
"Meskipun populasi dalam dunia ini hanya kita dan keluarga, kita memiliki keluarga yang selalu mendukung kita."
Shizumichi mengernyitkan dahi, tidak sepenuhnya yakin. "Maksudmu saudara-saudara kita dan kedua orang tua?"
Kazumi mengangguk dengan penuh keyakinan. "Ya, benar. Kita punya banyak saudara yang pasti akan tertarik membaca cerita ini."
"Mereka selalu ingin tahu apa yang sedang kita kerjakan, dan mereka selalu memberi kita dukungan penuh."
"Dukungan penuh untuk mereka yang masih kecil, coba tanyakan kepada yang sudah berusia cukup dewasa."
"Seperti?" Kazumi bertanya.
"Mizuka dan Mizuki. Kalau tidak salah mereka suka membaca bukan?"
"Kau yakin adik kembar seperti mereka akan memberikan pendapat baik?" tanyanya yang terlihat tidak begitu yakin terhadap kedua adiknya yang bisa dibilang cukup jahil.
"Tidak ada salahnya mencoba 'kan?"
Shizumichi dan Kazumi memutuskan untuk mendatangi Mizuka dan Mizuki, adik kembar mereka yang dikenal suka membaca.
Mereka berharap bisa mendapatkan pendapat yang jujur meski tahu bahwa kedua adik mereka itu sering kali jahil.
Dengan naskah di tangan, Kazumi dan Shizumichi keluar dari perpustakaan menuju ke kamar adik-adik mereka.
Di lorong, mereka bisa mendengar suara tawa dan canda dari dalam kamar Mizuka dan Mizuki.
Shizumichi mengetuk pintu kamar dengan lembut. "Mizuka, Mizuki, boleh kami masuk?"
Terdengar suara riang dari dalam kamar. "Masuk saja, Kak!"
Kazumi membuka pintu dan mereka menemukan kedua adik mereka sedang duduk di lantai, dikelilingi oleh koin dan kartu.
Terlihat gadis berambut emas pendek yang sedang menghitung koin pada telapak tangannya itu, penampilannya sangat mencolok hingga wajahnya yang dipenuhi dandanan alami. Dia adalah Mizuka.
Gadis di seberangnya adalah Mizuki yang paling tertua di antara adik kembar itu. Penampilannya itu sama mencoloknya dengan Mizuka hanya saja dia memiliki rambut emas yang sangat panjang dengan ikatan gaya ekor kuda.
Mizuka dan Mizuki serempak menoleh ke arah kakak-kakak mereka dengan senyum lebar.
"Kak Kazumi, Kak Shizu! Ada apa? Apa kalian mau ikut bermain?" tanya Mizuki dengan mata berbinar.
Shizumichi menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Kami butuh pendapat kalian tentang sesuatu."
"Kami sedang menulis cerita baru dan ingin tahu apa kalian mau membacanya dan memberikan pendapat."
Mizuka dan Mizuki saling bertukar pandang dengan tatapan jahil. "Tentu saja!"
"Kami senang sekali membaca cerita baru!" jawab Mizuka.
Kazumi menyerahkan naskah cerita kepada mereka. "Ini, coba baca dan beri tahu kami apa yang kalian pikirkan."
Mizuka dan Mizuki segera membuka naskah itu dan mulai membaca. Mereka tampak serius sejenak, tetapi Kazumi bisa melihat dari ekspresi wajah mereka bahwa ada sesuatu yang lucu bagi mereka.
Beberapa menit kemudian, Mizuki tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Ini lucu sekali! Kenapa karakter utamanya punya nama yang mirip dengan nama hewan peliharaan kita?"
Kazumi menghela napas panjang. "Itu tidak disengaja. Kami hanya ingin nama yang unik."
Mizuka kemudian menambahkan dengan senyum jahil, "Dan kenapa ada adegan di mana mereka tersesat di taman bunga? Itu terdengar seperti petualangan kita waktu kecil!"
Shizumichi mencoba untuk menahan tawa. "Itu sebenarnya terinspirasi dari kejadian nyata, ya. Tapi bagaimana dengan alur ceritanya? Apakah menurut kalian menarik?"
Mizuka dan Mizuki saling berpandangan lagi, lalu Mizuka berbicara, "Alurnya bagus, Kak. Tapi rasanya ada beberapa bagian yang bisa lebih seru."
Kazumi mengernyitkan dahi, berusaha untuk tetap tenang. "Maksudmu seperti apa?"
Mizuki menjawab sambil menahan tawa, "Mungkin tambahkan adegan di mana mereka harus menyelamatkan hewan peliharaan dari monster raksasa! Itu pasti seru!"
Kazumi memasang ekspresi kesal, tetapi berusaha menahannya. "Kami sedang menulis cerita serius, bukan komedi anak-anak."
Mizuka dan Mizuki tertawa bersama. "Kami tahu, Kak! Kami hanya bercanda. Ceritanya sebenarnya bagus. Kami hanya berpikir beberapa bagian bisa lebih dramatis."
Shizumichi tertawa kecil. "Baiklah, terima kasih atas pendapat kalian. Kami akan mempertimbangkan saran-saran itu."
Kazumi tersenyum meski masih terlihat sedikit kesal. "Terima kasih, Mizuka, Mizuki. Kami akan bekerja keras untuk membuat cerita ini lebih baik."
Kedua adik mereka mengangguk dengan penuh semangat. "Semangat, Kakak-kakak!"
"Kami tunggu cerita lengkapnya nanti!" ujar Mizuka sambil melambaikan tangan.
Kazumi dan Shizumichi meninggalkan kamar adik mereka dengan hati yang lebih ringan.
Meski pendapat yang mereka dapatkan penuh kejahilan, mereka tahu bahwa dukungan keluarga mereka selalu ada, dan itu memberikan mereka semangat untuk terus menulis dan mengembangkan cerita mereka.
"Mereka tidak bisa diandalkan 'kan?" tanya Kazumi dengan helaan nafas.
"Wajar saja. Mereka suka membaca cerita lucu."
"Dan sepertinya karena mereka sudah dewasa, mereka lebih suka cerita komedi tentang seorang iblis yang sedang dangdutan."
Kazumi menepuk pelan keningnya itu. "Sudahlah, jangan ikut melantur juga dengan mereka."
"Aku sudah menghubungi beberapa adik kita yang lainnya dengan ponsel, tetapi sepertinya kebanyakan dari mereka sedang sibuk beraktivitas di luar."
"Bagaimana kalau kita bertanya dengan ketiga adik kita yang selalu berdiam di kamar?" Shizumichi mengajukan saran.
"Oh, tidak... jangan bilang..."
"Benar. Seharusnya mereka suka dengan cerita seperti ini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
HanselSV
aku kira siapa, rupanya istriku
2024-08-03
1
AojinSuzaku [Chara Slayer]
Nolep, dong.
2024-06-22
0
AojinSuzaku [Chara Slayer]
'Dangdutan'?!
2024-06-22
0