Under The Sky

Under The Sky

1

Senin pagi yang cerah. SMA Bina Bangsa sudah dipenuhi ratusan siswa dan siswinya. Tahun ajaran baru, para siswa antusias masuk ke sekolah. Entah karena rindu suasana belajar di sekolah, atau rindu teman dan gebetan mereka.

Kerumunan siswa terlihat di depan papan pengumuman nilai ujian. Seorang siswi perempuan berhenti sejenak. Melirik sekilas ke arah papan pengumuman itu, tanpa keinginan untuk berdesak-desakan mendekat. Ia tahu namanya ada di urutan berapa tanpa harus melihat daftarnya. Desas desus siswa dan siswi sepanjang gerbang masuk sekolah sudah membuatnya mengerti.

"Biasa, si Celsa lagi yang peringkat pertama."

"Gilak! Makannya apa sih tuh cewek. Pinter banget."

"Cewek bar-bar ga punya adab, doyan party, hobi bolos.. Bisa-bisanya dia peringkat satu se-sekolahan. Nilainya sempurna di semua matpel."

"Mustahil banget gak sih.."

"Emang IQ nya tinggi. Lo gak inget kita semua pernah test IQ di tahun pertama SMA. Dan IQ Celsa di atas rata-rata.."

Ya, siswi perempuan yang melenggang santai melewati kerumunan siswa di papan pengumuman nilai itu Celsa. Celsara Arkadinata. Cewe dengan predikat bar-bar, kasar, ga beradap. Tukang bolos, tukang party, penampilan urakan, cewek ga bener. Semua predikat itu melekat di diri Celsa, dan gadis itu tidak keberatan sama sekali.

Celsa mendengar semua pujian dan cibiran tentangnya dengan dagu terangkat. Ia menatap nyalang siapapun yang memusuhinya. Ia tidak akan terlihat lemah di hadapan siapapun. Dan ia tidak mau ambil pusing penilaian orang-orang terhadapnya. Ia tidak akan dan tidak mau jatuh oleh cibiran dan hinaan siapapun itu.

Langkah kakinya terhenti sesaat di depan tangga. Kelompok geng tersohor di SMA Bina Bangsa sedikit menyita perhatiannya. Mereka menamai dirinya Geng Zero (geng 0). Geng berisi 5 siswa cowok paling tampan dan berpengaruh di sekolah ini berkumpul dan bersenda gurau di sana.

Sedetik tatapannya bertemu dengan Anzel. Ketua geng 0. Cowok paling ganteng seantero jagad raya di mata Celsa. Ya, mungkin juga di mata sebagian besar siswi di SMA Bina Bangsa. Tapi bagi Celsa, Anzel lebih dari sekedar ganteng. Lelaki itu baik, perhatian dan sikapnya sangat manis kepadanya. Tapi itu dulu. Dua tahun lalu. Saat mereka sama-sama masih duduk di kelas X.

Hanya hitungan detik, Celsa cepat-cepat memutus kontak mata dengan Anzel begitu seorang siswi berpenampilan rapi dan manis melewati sisi tubuhnya dan menghampiri geng 0 dengan tawa renyah dan ceria.

"Hai semuaa.." sapa siswi perempuan dengan nametag Meyza.

"Waah.. Ibu ketua geng 0 udah dateng.."

"Selamat ya bu ketu.. Lo dapet peringkat 3 taun ini."

"Hihi.. Turun nih padahal taun kemaren gue di peringkat 2."

"Kebanyakan pacaran sama Anzel kali lo, Mey.."

Celsa mempercepat langkah menaiki tangga. Meski samar samar masih mendengar obrolan dan tawa membahana kelima siswa dan 1 siswi di samping tangga tadi, sekeras apapun usahanya menulikan telinga.

Ia tak mau tau lagi tentang mereka. Ya, seharusnya begitu! Celsa harus melupakan Anzel. Hatinya patah dan hancur berkeping-keping saat enam bulan lalu Anzel mengumumkan status pacarannya dengan Meyza.

Bukan hanya patah hati, namun merasa dikhianati. Meyza adalah sahabat sekaligus sepupunya. Tapi perempuan itu tanpa pemberitahuan apapun, tiba-tiba menerima ajakan pacaran dari Anzel. Anj*ing banget kan?

................

Sementara itu di samping tangga lantai dasar, Anzel mengingat raut datar dan jutek Celsa dengan tatapan yang sulit diartikan.

Cewek cantik dan judes itu tak pernah lekang dari otak Anzel. Ia menyukai Celsa dan semua perangainya. Ia mengenal Celsa sejak hari pertamanya di SMA Bina Bangsa. Itu pulalah yang membuatnya tidak terpengaruh pada cibiran dan predikat yang disematkan pada Celsa. Baginya, Celsa adalah cewek manis dan ceria yang mengisi sebagian besar ruang di hatinya.

"Baby, kamu kok bengong sih?" gelayut manja Meyza di lengannya menarik kesadaran Anzel. Ia hampir saja lupa bahwa ada satu nama lagi yang mulai mengisi hatinya. Almeyza Silvina. Gadis cantik, lembut, dan perhatian yang jadi pacarnya selama 6 bulan ini.

Anzel tersenyum seraya mengusap ujung kepala Meyza. "Aku cuma mikir ucapan Galtero ada benarnya, baby.. Peringkat kamu turun gara-gara kita keseringan jalan."

"Engga kok.. Emang kemarin ujiannya susah." elak Meyza. Tak ingin membuat Anzel merasa bersalah. Pun, dia tak ingin kalau sampai Anzel menjauhinya dengan alasan agar nilainya tak turun.

"Omongan Galtero lo peduliin.." seloroh Dion. "lihat noh si Gama. Maen sama kita-kita tiap hari, weekend ikut balapan, di kelas molor terus kerjaannya, tapi taun ini peringkatnya malah naik. Dia peringkat ke 5 satu sekolah. Ajaib gak tuh..?"

Gama yang disebutkan namanya hanya tersenyum miring sarat kesombongan. Ia menyugar rambutnya ke atas dengan sebelah tangan, sedang tangan yang lain mendekatkan rokok ke mulutnya. Lantas menghembuskan asap pekat ke udara.

"Udah waktunya gue serius sekolah. Bentar lagi kita lulus.. Harus dapet universitas bagus dan siap-siap gantiin papi gue." jawab Gama.

"Weeh.. Calon CEO Wijaya group." celetuk Dion.

Gamaliel Angkasa Wijaya. Anggota geng 0 kedua, di bawa tahta Anzelo Alta Minarno sebagai ketua geng. Wajah tampan bak artis blasteran, tubuh tinggi kekar, otak cemerlang, kemampuan bela diri level Nasional, dan kekayaan keluarga yang tak akan surut sampai 7 turunan mendatang membuat spek Gama bahkan lebih unggul dari Anzel. Hanya saja lelaki itu enggan menjabat sebagai ketua.

Di balik wajah tampan Gama, sikapnya yang kasar dan tak berbelas kasihan membuat ia dinobatkan jadi pangeran geng 0 yang sulit dijangkau. Berbeda dengan keempat temannya yang ramah pada siapa saja. Ia sangat membenci cewek-cewek centil yang terus berusaha menarik perhatiannya. Benar-benar bukan selera seorang Gama.

Tipe ideal lelaki itu adalah perempuan lugu, kalem, dan belum terjamah lelaki lain. Aneh? Iya. Banget.

"Di antara kita yang otaknya paling encer kan emang Gama. Buktinya dari kita berlima, cuma Gama yang lolos masuk kelas IPA." Galtero berseloroh.

"Heh! Lo kira yang masuk IPS itu bego? Stereotip lo tuh kolot. Anak IPS lebih bego daripada anak IPA. Kita masuk IPS ya karena kita lebih unggul di pelajaran-pelajaran IPS." Raka Ardianputra memberi opini tanpa mengangkat kepala dari game online yang sedang ia mainkan.

"Heh, Wibu! Realistis aja. Lo masuk peringkat 23. Gue 40, Dion peringkat 45. Anzel masih mending dia peringkat 10. Intinya emang bener kan, kalau Gama yang paling pinter di antara kita."

"Ya iya sih.."

Gama melempar puntung rokok yang sudah padam ke tong sampah. Lantas menyambar ransel hitam miliknya dan beranjak menaiki tangga ke lantai 2. "Gak cuma paling pinter. Tapi juga paling ganteng. Catet itu."

"iyee, suhu.. Dan gak ketinggalan. Yang paling tajir juga." sahut Dion diiringi gelak tawa yang lain.

Keempat anggota geng 0 dan Meyza mengekor di belakang Gama. Mereka berjalan menuju ke kelas masing-masing.

................

"Celsaa..."

"Celsaaa !!"

Celsa sontak menoleh ke sumber suara nyaring yang memanggil namanya. Farra dan Tyas. Dua sahabat dekatnya yang duduk di ujung paling belakang kelasnya.

Celsa mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk membalas sapaan Farra dan Tyas. "Haaii girls.." sapa Celsa setelah mendaratkan pantatnya di bangku tepat di depan Tyas.

"Juara 1 lagi nih? Congrats yaa Cels.." ucap Tyas.

"Iya, Cels.. Gak bosen apa lo rangking 1 mulu." sambar Farra.

Celsa tergelak. "thank you guys.."

"Iri deh gue sama lo. Kerjaannya tiap hari party, hobi bolos sekolah, tapi masih encer aja otak lo.."

"Tauk nih.. Makan apa sih lo Cel.. Kok nilai lo 100 semua. Gilak lo."

"Makan buku, dong.. Jangan lupa bukunya dibakar dulu." ceplos Celsa.

Celsa, Farra, dan Tyas bersenda gurau sembari menunggu bel masuk berbunyi. Tak lama kemudian suasana jadi semakin riuh. Desas desus yang mendengung semakin keras dari cewek-cewek centil se antero sekolah. Apa lagi penyebabnya. Kalau bukan karena geng Zero yang akan melintas di koridor kelas sebentar lagi.

Celsa ikut mendongak. Melihat melalui pintu kelas yang terbuka lebar. la pun rindu gerombolan pawai lima cowok ganteng Bina Bangsa itu berjalan dengan angkuhnya. Sok kegantengan. Dan sok berkuasa.

Ya, gaya songong mereka emang nyebelin. Tapi justru itu yang menarik. Geng 0 punya visual dan kualitas yang mumpuni untuk bersikap angkuh. Mereka berlima punya value yang pantas disombongkan.

But wait.. Celsa tak merindukan kelimanya. Ogah banget. Dia hanya merindukan Anzel seorang. Cowok ganteng yang menjadi pemimpin geng Zero. Baginya, Anzel adalah pangeran dan empat temannya yang lain tak lebih dari dayang-dayang Anzel saja. Dan mereka semua transparan. Hanya Anzel yang bersinar. Wkwkwkk..

Pemandangan kali ini berbeda. Pawai pangeran Bina Bangsa itu tak lagi berlima. Kini ada satu perempuan di samping Anzel. Bak sepasang raja dan ratu yang berjalan diiringi pengawal di samping kiri, kanan, dan belakangnya. Dialah Meyza. Gadis yang sudah enam bulan ini berstatus sebagai kekasih Anzel.

"Dih tuh cewek ngerusak pemandangan aja sih.."

"Tau tuh. Kepedean banget jalan bareng lima pangeran kita."

"Sombong banget, mentang-mentang diterima jadi pacar Anzel. Padahal cantik juga kagak.."

Celetukan random yang terlontar dari siswi-siswi barisan pengagum geng 0 tak jauh berbeda dengan isi hati Farra dan Tyas.

"Gilak tuh si Meyza. Cowok hasil nikung gebetan Celsa aja PD banget ditempelin mulu.." gerutu Farra.

"Takut Anzel keburu nyadar kali.."

Tyaz menyikut lengan Farra agar teman sebangkunya itu tutup mulut. Sebab melihat raut wajah Celsa, Tyas tak mengerti apa yang ada di pikiran sahabatnya itu.

Celsa terbilang tertutup untuk masalah-masalah yang terlalu privat. Meski sudah bersahabat sejak kelas X, Celsa jarang sekali mengutarakan beban dan perasaaannya. Ia ahli menyembunyikan masalah di balik sikap ceria dan bar-barnya.

"Cel, lo gak apa-apa?"

Celsa menoleh ke belakang. Dia mengulas senyum seraya menggeleng.

Tyas kembali melontar tanya, "Anzel masih nemuin lo diem-diem?"

"Udah lama gak pernah lagi."

"Cels, ini saatnya lo move on ga sih?" celetuk Farra .

"Gue setuju, Cel.." sambar Tyas. "Gue ngerasa Anzel redflag banget. Dia gak seistimewa itu untuk dapetin lo dan Meyza sekaligus."

"Setuju!"

"Meyza sahabat pengkhianat. Anzel pun brengsek. Deketin lo, tapi jadian sama Meyza. Dah laah, mereka cocok. Sama-sama brengsek."

Celsa terlihat berpikir. Seulas senyum manis terbit dari bibirnya. Tapi tak sepatah katapun terucap. Hatinya, hanya dirinyalah yang tau.

.

.

💥 Bersambung

Terpopuler

Comments

yusri M

yusri M

aneh dari mananya anjay, siapa juga coba laki2 yg mau sama cewek yg udah dijamah laki2 lain kecuali janda mungkin bisa dipertimbangkan

2024-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!