Ulang tahun Amanda dilakukan di taman sebuah hotel bintang empat kenamaan di kota ini. Acara meriah dengan kerlip lampu di sepanjang taman. Bahkan lilin lilin kecil disusun di atas kolam renang yang ada di tengah taman. Lilin-lilin itu disusun sedemikian rupa hingga membentuk nama 'Amanda'.
Pesta yang memang diadakan malam hari itu dimulai pukul 9 malam. Gama dan Celsa yang tiba disana pukul 10.15 menit, bisa dibilang terlambat. Karena acara tiup lilin sudah dilakukan.
Gama dan Celsa berjalan beriringan menuju gerombolan geng Zero. Tidak. Lebih tepatnya Gama yang menarik paksa tangan Celsa agar berjalan cepat mengikuti langkah kaki lebarnya.
"Hei, bro..!" pekik sapa dari Galtero membuat Gama memutar langkah ke arah gerombolan gengnya berada. Bersyukur, ia tak perlu mencari-cari teman-temannya terlalu lama.
Setelah melakukan tos dengan keempat temannya, Gama menarik tangan kirinya. Memperlihatkan gadis cantik yang sedari tadi ia sembunyikan di balik badan tegapnya. Celsa tersenyum manis dengan netra menatap satu persatu teman Gama di sana.
"Woooyy..!!" Raka, Galtero, Dion memekik bersamaan.
"Anjir lo beneran bawa cewe nomer satu di Bina Bangsa."
"Satt!! Gue akuin kehebatan lo, Suhu.." Galtero dan Dion bergantian mengumpati Gama.
Gama hanya tersenyum lebar. Dengan mata melirik ekspresi salah satu temannya. Anzel. Cowok itu terdiam dengan raut wajah pias. Dan Gama puas melihat itu.
Tidak hanya Anzel, Meyza pun sangat terkejut melihat keberadaan Celsa. Meyza bahkan tidak berkedip melihat jemari gadis itu digandeng erat oleh Gama. What?
Berada di tengah kerumunan banyak orang bukan hal yang disukai Celsa. Ia memaksakan senyum semanis mungkin di hadapan semua orang. Untuk malam ini ia ingin mengikuti skenario Gama. Berpura-pura menjadi pacar Gama. Dengan begini, Anzel tak akan berani lagi mendekatinya, Meyza tak lagi overthinking, dan Gama sia lan ini tidak akan ketakutan Meyza akan tersakiti.
Breng sek memang. Seolah Celsa mengorbankan diri demi ketenangan hati Meyza seorang. Demi kebahagiaan Meyza. Tapi setidaknya, Celsa berharap malam ini menjadi hari terakhir ia berurusan dengan geng 0 dan Meyza. Ia sudah muak.
"Hai, Cel.. Kenalin gue Galtero." Cowok dengan setelan kemeja kotak semiformal itu pertama kali mengenalkan diri. Disusul oleh Dion dan Raka.
"Kita udah di tahun ketiga SMA, tapi baru kali ini bisa kenalan langsung sama lo.." ucap Raka.
"Raka ngefans banget sama lo Cel.." celetuk Galtero. Raka sontak menoyor kepala temannya itu.
"Anj.. Jangan macem-macem yaa.. She's mine." Gama melirik Anzel yang membisu. Ia sungguh menikmati reaksi shock dari ketua geng 0 itu. "We're officially dating."
Setelah mengucapkannya, Gama merengkuh pinggang ramping Celsa. Menatap gadis itu dengan senyum manis yang menyihir. Tak pernah ada yang pernah membuat Gama melakukan ini.
Riuh sorakan Dion, Raka dan Galtero membahana. Mereka bertepuk tangan dan mengumpat bersamaan. Kecuali Anzel dan Meyza. Ya, mereka berdua terdiam dan tercengang tanpa sanggup berkata-kata.
"Congratulation Cels..." Dion yang pertama kali mengulurkan tangan pada Celsa dan disambut gadis itu dengan ucapan terima kasih.
"Lo cewek pertama Gama, Cel.. Akhirnya ada yang bisa menaklukkan hati pangeran berandalan ini.. Hahaha...." susul Galtero.
"Bro, gue harap lo ga main-main. She is a super highest value girl.." Raka kini bergantian memberi selamat. "Cels, kalau dia nyakitin lo gue berani pasang badan. Walaupun Gama jago taekwondo, gue ga gentar demi lo..."
"Bang sat lo! Demi cewek begini lo berani nantangin gue.."
"Haha.. Take it easy.. Gue yakin kok Gama gak akan nyakitin gue." balas Celsa. Lengannya melingkari raga tegap Gama. Bergelayut manja dengan tatapan manis menyorot ke wajah Gama.
Gama menangkap sinyal Celsa. Ia membelai rambut panjang gadis itu lalu mengecup keningnya. "Gimana tuh sayang... Temen gue malah ngefans sama lo.." tuturnya dengan suara manja yang dibuat-buat. Sukses membuat orang lain mual.
"Anjing!!"
"Preman begajulan macam Gama sok-sokan manja!"
"Bjiiir... Gak pantes muka lo Gam! Jadi kayak penjahat kelam min."
Celsa tergelak. Sumpah. Ia terhibur. Tingkah kocak Raka, Galtero dan Dion membuat Celsa merasa diterima di circle pertemanan mereka. Ia nyaris lupa kalau ini hanya sandiwara.
Sampai Farra dan Tyas datang menghampiri. Mereka semua melanjutkan obrolan dengan hal-hal ringan dan cenderung random. Suasana menghangat dan kian akrab.
Hanya satu yang mengganjal. Ia dan Gama yang terus menerus saling merengkuh. Bahkan setelah Anzel dan Meyza menjauh dari gengnya dengan alasan mengambil makanan. Gama tak juga melonggarkan rangkulannya. Hingga Celsa merasa dadanya semakin sesak. Ia memutuskan pergi ke toilet yang ada di ujung taman.
"Jangan lama-lama. Dan jangan cari celah buat ketemu Anzel." bisik Gama. Celsa hanya memutar bola mata malas.
Di dalam toilet, Celsa hanya mengulur waktu untuk menikmati udara segar tanpa cengkraman Gama. Ia menarik napas dalam-dalam di depan cermin. Mengumpulkan kembali energinya yang baru saja terkuras habis demi sandiwara yang meyakinkan. Setelah dirasa cukup, dan tak ingin Gama menganggapnya berlama-lama di toilet, Celsa pun keluar dari toilet wanita itu.
Baru lima langkah ia keluar, lengannya dicengkram kuat dan ditarik yang membuat raganya terhuyung. Celsa tidak siap sehingga tidak dapat menolak. Tubuhnya disandarkan ke dinding dan mulutnya dibekap. Netranya terbelalak melihat pelaku yang menyudutkannya di belakang toilet taman ini. Anzel.
Keadaan gelap, sunyi dan sepi ini membuat Celsa takut. Anzel memberi kode agar Celsa diam, baru setelah itu ia melepas tangan yang menutup mulut Celsa.
"LO GILA, HAH?!" pekik Celsa. Netranya sudah berair dengan wajah memerah.
"Sorry Cel, maafin gue.." ucap Anzel. Jemarinya berusaha menggapai pipi Celsa, tapi ditepis gadis itu. "Gue cuma pengen ngomong sama lo."
"Mau lo apa?"
"Lo beneran pacaran sama Gama?"
"Iya. Lo gak tuli kan? Tadi lo udah denger sendiri.."
"Cels, Gama bukan cowok baik-baik.. Dia gak pantes dapetin lo. Dia suka mainin cewek lugu. Nyium dan gre pe-gre pe cewek, setelah itu ditinggal gitu aja.."
"Ya terus cowok baik buat gue itu siapa? ELO??"
"Cel, gue sayang sama lo.. Gue ga pengen lo disakitin sama Gama nantinya.."
"Oh gitu.... Biar lo aja yang nyakitin gue? Gitu?"
"Cel, gue minta maaf. Gue punya alasan kenapa nerima Meyza jadi pacar gue.. Tapi lo harus percaya gue sayang sama lo."
"Dih. Lo bikin gue mual." Celsa berpura-pura muntah. "sekarang catet di otak lo, gue pacar Gama. Lo suka atau enggak, bukan urusan gue. So, jauhin gue. Stop tiba-tiba dateng ke rumah gue. Dan stop nge chat gue pake nomer baru, karena nomer lo udah gue blokir. Jaga perasaan Meyza dan juga Gama, sahabat lo sendiri."
Setelah mengucapkannya, Celsa menyentak tangan Anzel yang mencengkram lengannya. Anzel yang masih terdiam mencerna ucapan Celsa, melemah dan meloloskan Celsa begitu saja. Ia memperbaiki penampilannya dan berjalan ke arah keramaian pesta. Menghampiri Gama yang menatapnya tajam seolah ia baru saja melakukan kesalahan besar.
Celsa tersenyum. Meraih lengan Gama mesra. Lantas berbisik dengan suara lirih. "Gue mau pulang. Kalau lo masih mau disini, gue bisa pulang sendiri."
Gama dengan senyum smirk yang mengerikan bagi Celsa. Jemarinya meremas kuat pinggang Celsa. Orang lain yang melihat akan menilai betapa mesranya pasangan ini. Karena hanya Celsa yang bisa merasakan sakitnya jeratan kuku-kuku Gama di kulit pinggangnya.
"Setelah mojok sama Anzel lo minta pulang? Emang udah puas disodok cuma sebentar?"
Celsa berjengat. Ia menatap manik hitam Gama sengit.
"Ga usah sok suci. Gue tau lo ijin ke toilet biar ada waktu berduaan sama Anzel kan?" tuding Gama. "Liat sebelah sana. Meyza kebingungan nyari Anzel. Ga taunya cowonya kegatelan sama pela cur cilik kayak lo."
"Lo kebangetan ya kalau ngomong. Kasar banget." Celsa mengucapkannya dengan senyum penuh kepura-puraan. "Anzel nyekap gue. Gue keluar dari toilet langsung dia tarik ke belaka--"
Gama melihat kedatangan Anzel tanpa rasa bersalah telah meninggalkan kekasihnya untuk berduaan dengan cewek lain. Ia marah dan kesal, namun berusaha menutupi ekspresinya dengan bersikap seromantis mungkin dengan Celsa. Dengan ekor matanya ia dapat melihat Anzel terus mencuri pandang ke arah Celsa. Hal itu menerbitkan satu ide cemerlang di kepala Gama.
Gama membelai pipi Celsa. Perlahan mulai mendekatkan wajah pada Celsa. Bisa ia rasakan gadis itu terkejut atas sikap intimnya. Tubuh kekasih bohongannya itu terasa kaku dan penuh kewaspadaan.
"Gue gak peduli penjelasan lo. Yang penting tepati janji lo buat jauhin Anzel." ucap Gama sesaat sebelum bibirnya menyentuh bibir mungil Celsa. Ia bisa merasakan betapa dingin kulit Celsa. Bibir mungil berjengat, tak siap menerima serangan tanpa aba-aba dari Gama.
Gama melu mat bibir merah gadis itu. Semakin dalam semakin memabukkan. Ia membiarkan semua orang melihat adegan berciuman yang memabukkan. Bersorak sorai dengan ragam ekspresi. Menikmati sandiwara yang ia buat demi membuat Anzel cemburu dan mundur mendekati Celsa.
Terbukti. Wajah Anzel merah padam. Lantas menjauh tanpa berucap sepatah kata pun.
Meninggalkan Meyza seorang diri. Tercengang sendirian.
Meyza tidak hanya terluka atas sikap Anzel. Tapi ada perasaan cemburu yang tak bisa ia jelaskan saat melihat Gama dan Celsa berciu man semesra dan seintim itu. Sudah gilakah ia?
_____BERSAMBUNG 🥀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments