Makan malam di hari ulang tahun kakek Bhrata masih berlangsung khidmat. Tidak ada yang berani mengobrol kecuali menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bhrata.
Satu persatu orang yang memutari meja makan diinterview oleh Bhrata. Tentang pencapaiannya, penghasilan usahanya, tentang pendidikan anaknya, semua hal tak luput dari monitor sang kakek. Hingga tibalah Celsa dan Meyza yang mendapat giliran.
"Meyza, Celsa, gimana sekolah kalian?"
"Baik, kek.." jawab Meyza.
"Lancar.." jawab Celsa.
"Kalian sudah ada di tahun terakhir SMA. Jangan sampai buat masalah.."
Meyza dan Celsa kompak menganggukkan kepala. Kemudian kembali melanjutkan makan tanpa suara.
"Celsa.. Tante denger, kamu sudah punya pacar ya?" tante Linda seolah tak pernah bosan menyulut api.
Celsa mendengus jengah.
"Siapa itu namanya? Gala, ya? Lain kali kalau ada acara keluarga begini, bawa dong pacarmu. Kenalin sama kami.." lanjutnya.
Celsa mencibir. "Iyee, Gala. Nama panjangnya seGala-Galanya.." kelakar Celsa, meski tak satupun yang berani terang terangan tertawa.
Kakek Bhrata berdehem keras. "Benar kamu sudah punya pacar? Kamu masih SMA berani pacar-pacaran..? Kakek akan hukum kamu kalau sampai nilai kamu turun."
"Tenang saja kek, nilai Celsa gak akan turun.." jawab Celsa santai. Ia mengarahkan pandangan pada Meyza. Keduanya saling melempar pandang dengan kecamuk pikiran masing-masing. Dari mana tante Linda tau tentang pacar Celsa kalau bukan dari anaknya? Si Meyza itu.
"Emang cocok. Emak sama anak tukang ghibah!" gumam Celsa lirih.
"Hati-hati, Cel.. Tante ngomong begini karena khawatir sama kamu."
"Tante khawatirin aku?" Celsa terkekeh pelan. "Makasih loh Tan.. Sudah khawatir sama aku."
"Ya, gimana ga khawatir. Kamu sudah tidak punya orang tua. Ga ada yang ngawasin.. Gak ada yang nasehatin.. Tante takut aja kamu kebablasan." tante Linda terkekeh. Tutur lembutnya seolah ia begitu perhatian pada Celsa. Padahal, Celsa tahu pasti wanita tua itu sedang berusaha untuk menjatuhkan image-nya di hadapan Bhrata.
Celsa menyeruput minuman di gelasnya sebelum bicara. "Jujur aja, Celsa pacarannya cuma iseng-iseng doang kok. Lagian, Celsa juga masih dalam batas wajar. Cuma berteman dekat aja.."
"Tetap saja. Kakek gak setuju. Kalau pacaran bisa downgrade nilai kamu, putus saja." sambar Bhrata.
"Jangan salah, Kek.. Celsa sama pacar Celsa bahkan terpilih buat ikut debat english nasional, mewakili sekolah looh. Cowok Celsa itu pinter kan, di test kualifikasi kandidat debat aja dia berhasil dapat nilai di peringkat kedua. Celsa peringkat pertama, dan Meyza malah ada di peringkat kelima. Jadilah kami berdua yang ikut lomba debat 2 bulan lagi.."
"Padahal Celsa berharap Meyza yang bisa lolos ikut lomba debat.. Kan seru kalau bersaudara jadi perwakilan sekolah. Iya kan, Kek..? Bayangkan, dua putri Arkadinata jadi perwakilan sekolah untuk debat English tingkat nasional. Pasti mengharumkan nama keluarga banget. Tapi yaah gimana.. Nilai Meyza malah jauuh banget ada di peringkat kelima.." Celsa menampakkan raut penyesalan yang dibuat-buat. Sedangkan Meyza melotot marah. Ia kesal kenapa namanya dibawa-bawa.
"Benar itu Mey? Kakek perhatikan juga nilai kamu sangat turun. Kenaikan kelas kemarin juga kamu dapat peringkat ketiga kan?" hardik Bhrata.
"Ehm.. Maaf Kek, Meyza akan belajar lebih giat lagi." Lirih Meyza sambil menundukkan dalam-dalam wajahnya.
Senyum mengejek Celsa arahkan untuk tante Linda yang melotot tajam. Wanita paruh baya yang rutin mencari masalah dengan Celsa di setiap acara keluarga itu pasti kesal setengah mati. Ejekannya untuk Celsa berbalik serangan untuk putrinya sendiri.
Tante Linda tersenyum sinis. "Apalagi tante dengar Cowok kamu itu suka mainin perempuan. Iih.. Gak heran sih, kenapa dia milih kamu. Dia pasti cari perempuan yang bebas dari pengawasan.."
Celsa tertawa. Meyza bahkan menceritakan sepak terjang Gama pada mamanya. Kocak. Keterlaluan.
"Nilai-nilai pelajaran kamu boleh bagus, tapi nilai moral jangan lupa tetap dijunjung Cel.." tante Linda sepertinya masih kekeuh ingin menginjak harga diri Celsa. Entah punya dendam apa wanita tua dan julid itu.
"Kita semua tau, peran orang tua itu penting. Sebagai rem biar anak-anak ga kelewat batas. Tau sendiri kan Pah.. Pergaulan anak jaman sekarang seperti apa. Kalau tidak dibatasi, bisa keblinger nanti. Yang ada, malah mencoreng nama baik keluarga." ceramah tak jelas juntrungannya terlontar dari mulut julid mama Meyza.
Bhrata meletakkan sendok dan garpu dengan hentakan cukup keras. "Dengar itu Celsa! Kakek setuju dengan tante kamu. Awas saja kalau sampai kamu mencoreng nama baik keluarga Arkadinata dengan kelakuan kamu."
Celsa tetap mengulas senyum di bibirnya. "Iya, Kek.. Celsa janji. Lagian, keluarga pacarku juga bukan keluarga sembarangan loh Kek.. Jadi dia sudah pasti jaga sikap agar gak mencoreng nama baik keluarganya juga."
"Halaah.. Memangnya siapa sih pacar kamu itu..? Cowok tengil, playboy, sudah pasti dari keluarga rendahan.."
Celsa tergelak. "Yang bener aja, Tan.. Emang Meyza ga cerita ke tante siapa nama belakang pacar Celsa? Hahaaa.. Masa Meyza cuma cerita kelakuan pacarku doang sih Tan, ga sekalian ngenalin keluarganya..?"
Keringat dingin mulai menitik di kening Meyza. Firasatnya tak baik. Celsa tidak mudah mengalah. Ia sekarang menyesal sudah terlalu gamblang pada mamanya. Sekarang, ia mengutuk kesal sang mama yang tidak bisa memfilter kata-katanya.
Celsa mengerling sebelum melanjutkan serangan. "Padahal ya Tan.. Meyza tuh kenal banget sama pacar Celsa.. Soalnya pacar Celsa tuh satu geng sama Anzel, pacarnya Meyza. Iya kan, Mey? Hehee..."
"Apa?" tante Linda membelalak. Begitu pula dengan Meyza.
"Cukup, Cel. Bisa gak, ga bikin ribut?!" sela Meyza.
"Loh, kok gue sih? Daritadi yang nyerocos terus tuh mama lo, tau.. Kocak lo ah."
"Diam, kalian!" Bhrata menyela. "Jadi kamu juga sudah punya pacar Mey?"
Meyza gelagapan. Ia menoleh pada sang mama untuk meminta bantuan. "Ehm.."
"Kakek ga tau?" sela Celsa. "Meyza pacaran udah dari kelas XI loh kek.. Sedangkan Celsa aja baru pacaran 2 mingguan ini tante Linda udah tau.. Meyza yang udah lama pacaran pasti Tante Linda tau, aku pikir kakek juga udah tau.."
Tante Linda memelototi Meyza. Tidak menyangka kelakuan putrinya di belakangnya. Susah payah ia sanjung Meyza setinggi langit, ternyata jatuh runtuh dalam semalam.
"Nah, Meyza ini hampir tiap hari main di markas geng pacarnya. Jadi ngumpul sama temen-temen 1 geng cowok-cowok semua gitu deh, Kek.. Nah, salah satu teman si Anzel ini tuh namanya Gala. Nah dia pacar Celsa. Jadi sudah pasti Meyza akrab sama Gala juga, tante.. Kakek.." smirk licik terulas jelas di wajah Celsa.
"Tapi... Syukurnya... Meyza masih punya orang tua yaa.. Jadi masih ada dalam batas pengawasan tante Linda.. Meyza pasti tetap diawasi dan dijaga tante Linda kalau main di markas geng pacarnya. Celsa jadi iri deh. Karena mama papa sudah di surga, ga bisa ngawasin Celsa. Jadinya Celsa ga pernah berani main kemana-mana sama pacar Celsa."
"Linda!!" sentak Bhrata mengejutkan semua orang di meja makan. "Kalau tidak bisa mendidik anak sendiri, jangan sekali-kali menceramahi anak orang lain."
"Meyza pacaran, nilainya turun, gak lolos ikut kompetisi apa-apa. Kamu masih bisa makan enak?! Tidak tau diri!"
"Maaf, Pah.. Linda akan didik Meyza lebih baik lagi." Linda mencelos. Celsa bisa bernafas lega melihat wanita tua itu menunduk dalam-dalam.
"Kamu dengar itu, Meyza?!"
"I-iya, Kek.."
Juan tersenyum tipis. Ia ingin bertepuk tangan keras-keras rasanya. Mengapresiasi keberanian sang adik yang tangguh membela dirinya sendiri. Juga ingin menertawakan manusia paling resek di keluarga besar ini, tante Linda, yang langsung diam tak berkutik.
Kakek Bhrata beranjak dengan menyentak piring makanannya. Ia lebih dulu masuk ke ruang kerja. Mengakhiri lebih awal acara makan malam keluarga. Om dan tante yang lain satu persatu meninggalkan rumah kakek. Celsa pun lekas berdiri. Ingin cepat-cepat pulang.
"Puas kamu bikin saya dimarahi kakek?!" suara tante Linda mengejutkannya. Celsa harus menghentikan langkah yang terayun di halaman depan rumah kakek.
"Puas kamu cari muka sama kakek, dengan cara menjatuhkan Meyza?"
"Makanya lain kali, tante cukup diem aja. Jangan usik aku." balas Celsa.
"Anak bar-bar gak tau diri! Masih kurang Juan menghajarmu tiap hari? Masih juga gak bisa bikin kamu tau sopan santun?!" tante Linda terkekeh. "Kayaknya bener kata Juan, kalau kamu cuma anak pembawa sial. Kamu sangat kasar dan menyebalkan. Pantas tiap hari dihajar.."
"Tante juga pasti gemes banget kan tadi? Pengen nabok Celsa juga?" tantang Celsa tak kenal takut. "Tapi takut reputasi tante rusak di depan kakek. Hahahaa.. Tante Linda mending sekarang pulang deh. Trus browsing lagi tempat les yang paling bagus di negara ini buat Meyza. Biar nilai Meyza tahun ini bisa ngalahin Celsa."
"Diem kamu!"
Celsa terkekeh. Lantas berjalan menjauh dan pulang. Mengabaikan tante Linda yang sepertinya belum puas menghardiknya. Celsa ingin Mengakhiri pertarungan malam ini. Sudah cukup menyesakkan dadanya. Ia ingin pulang dan tidur.
.
.
...----------------...
BERSAMBUNG 🥀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
buat celana pergi dari rumah biar Juan kakaknya tau gmna kehilangan klrg nya
kasian di pukulin
2024-09-13
0