Hari berlalu.
Celsa kembali berkutat pada pelajaran sekolah di tahun terakhirnya. Memperdalam materi untuk kompetisi debat englishnya. Ingin lekas lulus. Tak hanya karena ingin segera lepas dari masa sekolah, tapi juga ingin lepas dari kontrol kakek, yang mengambil alih peran orang tuanya setelah mereka tiada.
Ia anggap malam sabtu lalu adalah akhir urusannya dengan geng 0. Tak peduli lagi pada sekumpulan cowok-cowok nomer 1 di Bina Bangsa itu. Tak lagi berminat melihat pawai geng 0 di lorong kelas. Sumpah. Ia sangat muak
Celsa bahkan mengabaikan chat permintaan maaf dari Gama. Karena sudah salah menuduh ia yang mendorong Meyza hingga tercebur ke kolam. Entah cowok itu bisa mendapat nomor wa nya dari mana. Entah cowok itu tulus meminta maaf atau tidak. Ia sungguh tak mau tau.
Celsa saat ini sedang fokus mengajukan permohonan partisipasi pada sebuah gelaran seni yang digelar seorang pelukis ternama. Pelukis yang dahulu sangat diidolakan oleh mamanya. Celsa sudah beberapa tahun ini mempelajari tentang si pelukis, Morgan Damian namanya. Begitu berita penyelenggaraan pagelaran seni Morgan dibuka, Celsa bersemangat mendaftarkan lukisan yang telah lama telah ia buat.
"Yeeessh, Loloooooss!!" pekik Celsa seraya berdiri dan mengangkat kedua lengannya tinggi-tinggi. Beberapa orang menoleh ke arah gadis itu, kemudian berpaling lagi. Tak heran, cewek yang dinilai preman dan bandel -tapi jenius- itu jika berteriak atau memaki dengan kalimat kasar. Sehingga tak ada yang peduli.
Berbeda dengan 2 sahabat Celsa yang saat ini tengah makan siang bersama. Mereka penasaran kabar gembira apa yang membuat Celsa berjingkat seraya berteriak senang.
"Apaan sih Cel?" tanya Tyas.
"Tauk nih.. Girang amat.." sahut Farra.
"Gue lolos ikut pameran seninya Morgan." jawab Celsa. Wajah sumringahnya tak bisa ditutupi. Farra dan Tyas ikut berdiri, saling berpegangan tangan. Mencak-mencak sambil memekik kegirangan bersama. Tak peduli tatapan aneh orang-orang di sekitarnya.
Siang ini di kantin, ia membuka notifikasi email yang menginformasikan bahwa lukisan karyanya lolos dan akan ditampilkan di pameran seni milik Morgan Damian. Gadis itu senang bukan main. Pasalnya, ia akan jadi pelukis termuda yang karyanya dipamerkan di pagelaran seni pelukis terkenal itu.
Tak hanya itu, Celsa ingin sekali menunjukkan pada mendiang mamanya, kalau ia bisa mewujudkan cita-cita sang mama. Memamerkan lukisannya di galeri seni milik pelukis ternama dan yang paling diidolakan, Morgan Damian.
"Congrats, Cels..."
"Congrats, sayangku..."
Bergantian Farra dan Tyas memberikan apresiasi. Mereka berdua tau betul, potensi yang dimiliki Celsa. Mereka pun tau betul karya-karya lukisan Celsa memang sangat indah. Dan pantas mendapat ruang apresiasi untuk gadis berbakat itu.
"Thank you, teman-teman..." Celsa kembali duduk di bangkunya. Diikuti kedua sahabatnya.
"Sekarang gue jadi bingung deh, apasih yang gak bisa lo lakuin Cel..?" celetuk Tyas. Celsa hanya nyengir dibuatnya.
"Juara kelas, jago bahasa inggris, lo bisa ngelukis, main piano, nyanyi, semuaaanya lo bisa."
Farah pun menimpali. "Yang ga bisa dilakuin Celsa itu adalaaah.. Pa-ca-ran!"
Celsa hanya bisa terkekeh. Ia tau kemana arah pembicaraan Farra.
"Liat aja, udah hampir dua minggu lebih sejak Gama ngumumin kalau kalian udah jadian. Tapi ga pernah tuh gue liat kalian sama-sama. Makan bareng kek, atau pulang pergi sekolah bareng.. Atau sekedar ngobrol pun ga pernah. Heran gue..."
Celsa menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Ya biasa aja sih.. Gue ga mau terlalu mengumbar masalah begituan di sekolahan.."
Farra memicing. Nampak jelas ia tak percaya pada ucapan Celsa. "Emangnya lo gak cemburu cewek-cewek lain ngedeketin Gama terang-terangan begitu."
Celsa mengikuti arah yang ditunjuk Farra dengan kedipan mata. Di meja yang berada di tengah-tengah kantin, yang dihuni lima cowok ganteng geng 0 beserta Meyza dan 1 cewek yang Celsa tau bernama Alisha sedang duduk menempel di samping Gama. Entah apa yang mereka bicarakan hingga sesekali Alisha tertawa-tawa kecil seraya menyandarkan kepala di bahu lebar Gama.
Celsa cemburu? Sedikitpun tidak.
"Hari ini si Alisha yang mepet si Gama. Kemarin Furry. Trus kemarinnya lagi gue denger dari Dion kalau si Gama pergi ke club sama Sella, anak IPS 3. Lo ga cemburu?"
"Biarin aja. Yang penting di hati Gama selalu ada gue.." Celsa ingin memuntahkan bakso yang baru ia telan karena mual mendengar ucapannya sendiri barusan. "Komunikasi kami baik-baik aja. Dan dia juga selalu cerita apa aja ke gue.. Termasuk kalau ada ulat gatel yang nempel-nempel ke dia kayak si Alisha gitu.."
Farra mencibir. Rasa ketidakpercayaan jelas menggumpal di kepalanya, namun berusaha ia tahan. Pun Tyas turut menimpali, kalau sebaiknya sebagai sahabat, mereka seharusnya percaya dan mendukung Celsa. Bagaimanapun hubungan Celsa dengan Gama..
"Kalian tenang aja, gaes.. Gue baik-baik aja. Gue happy. Entah happy karena Gama, maupun happy karena lukisan gue bakalan dipajang di pameran seni bergengsi.. Apapun itu, gue pengen rayain bareng kalian berdua.." cengir Celsa.
Tyas yang duduk di samping Celsa, langsung memeluk gadis itu. "Sebagai sahabat, gue selalu bangga sama lo Cel.."
Farra bangkit dari duduknya, menghampiri Celsa dan Tyas, lantas memeluk kedua sahabatnya seraya tertawa lepas. "Gue juga... Gue ikutaaan..."
"Hahhaa... Thanks yaa.. Kalian sahabat-sahabat gue tersayaaang.." seru Celsa. "Khusus hari ini makanan kalian gue traktiiir...."
Mereka bertiga bersorak kegirangan. Meski tak banyak yang me-notice keberadaan mereka yang duduk di bangku jauh di luar jangkauan kantin, mereka tak peduli.
Celsa bersyukur. Di tengah kerumitan hidupnya, ia memiliki dua sahabat yang sangat peduli pada dirinya. Meskipun sampai detik ini ia belum pernah menceritakan secara gamblang tentang isi hati dan kehidupan pribadinya, namun Farra dan Tyas seolah tidak peduli. Mereka tidak pernah mendesak untuk mencampuri kehidupan pribadi Celsa. Mereka tetap menyayangi Celsa dan menjadi orang yang paling memahami Celsa di sekolah.
Sekian detik manik hitam Celsa tak sengaja bersitubruk dengan mata elang Gama. Banyak kata tersirat dari tatapan keduanya. Namun tak ada interaksi. Tak ada ekspresi. Celsa cepat-cepat mengalihkan pandang. Tak ingin tau dan tak ingin terlibat apapun lagi dengan Gama dan geng 0. Sumpah.
.
.
...----------------...
BERSAMBUNG 🥀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments